• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper Pangan Fungsional

N/A
N/A
Christina Elvina

Academic year: 2024

Membagikan "Paper Pangan Fungsional"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PAPER

MENINGKATAN GIZI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN BAHAN PANGAN FUNGSIONAL

Disusun oleh:

Christina Elvina Utarini (2003036004)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2023

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini gerai-gerai makanan cepat saji tersedia hampir di setiap bagian kota kita. Misalnya, kita mudah menjumpai gerai fried chicken di mall-mall, di pojokan jalan, dan di gang-gang beberapa kawasan. Kemudian juga kita mudah menemukan penjual hotdog di taman kota, di depan sekolah, dan di tepi jalan utama.

Bagi masyarkat yang sibuk, ketersediaan gerai-gerai makanan cepat saji itu akan sangat menolong. Mereka tidak perlu meninggalkan pekerjaan sekedar untuk memasak.

Yang menjadi masalah adalah makanan cepat saji yang dikonsumsi memiliki kandungan nutrisi yang rendah dan kandungan lemak, gula, dan garam yang tinggi. Mengonsumsi makanan cepat saji yang kurang sehat telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk obesitas, penyakit jantung, diabetes, dan penyakit kronis lainnya.

Karena itu, dibutuhkan peningkatan kesadaran akan pentingnya pola makan sehat dan perhatian yang lebih besar terhadap gizi makanan yang dikonsumsi. Hal ini telah mendorong konsumen untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan fungsional, termasuk dalam kategori makanan cepat saji. Paper ini hendak menganalisis adanya potensi peningkatan nilai gizi makanan cepat saji sebagai pangan fungsional.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam paper ini, yaitu bagaimana cara meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji tanpa mengurangi kualitas dari segi rasa.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap cara meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji tanpa mengurangi kualitas dari segi rasa.

D. Manfaat

Manfaat penelitian, yaitu

a. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

b. Memberi sumbangan kepada dunia ilmu pengetahuan

(3)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi

Kata gizi berasal dari kata “ghidza” yang dalam bahasa Arab berarti makanan.

Mulai tahun 1950-an kata gizi dipakai untuk menerjemahkan kata Inggris: “nutrition

(Nova & Yanti, 2018). Zat-zat gizi adalah senyawa atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam makanan dan diperlukan untuk metabolisme di dalam tubuh secara normal.

Metabolisme tubuh tersebut mencakup pembentukan dan pemanfaatan energi, pertumbuhan, pembaharuan jaringan, reproduksi, dan laktasi (Riyadi & Khomsan, 2007).

Zat-zat gizi dapat digolongkan menjadi enam kelompok utama, yaitu karbohidrat, lipid (lemak), protein, vitamin, mineral, dan air (Ronitawati & Elvandari, 2017). Dari enam kelompok utama zat gizi tersebut, paling sedikit terdapat 50 jenis zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia atau disebut zat gizi esensial. Zat gizi esensial merupakan zat gizi yang dibutuhkan tubuh, tetapi tubuh tidak dapat mensintesisnya dan/atau tubuh tidak mampu mensintensisnya dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhannya (Bachtiar et al., 2022).

Selain itu, zat gizi juga dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Berdasarkan fungsinya, zat gizi digolongkan ke dalam “Triguna Makanan”, yaitu: sumber zat tenaga, sumber zat pengatur, dan sumber zat pembangun (Ayuniyah et al., 2015). Yang termasuk sumber zat tenaga ialah padi-padian (misal beras dan jagung), umbi-umbian (misal ubi- ubian dan kentang), dan tepung-tepungan (misal sagu dan roti). Sumber zat tenaga itu menunjang aktivitas sehari-hari. Adapun yang termasuk sumber zat pengatur ialah sayuran dan buah-buahan. Zat pengatur mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh. Sementara itu, yang termasuk sumber zat pembangun ialah kacang-kacangan, makanan hewani, dan hasil olahannya. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari nabati adalah kacang-kacangan, tempe, dan tahu, sedangkan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu, serta hasil olahannya. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.

(4)

4 Di sisi lain, berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, zat gizi dapat dikelompokkan atas dua golongan, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro (Ayuniyah et al., 2015). Zat Gizi Makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan memberi energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram (g). Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein. Sementara itu, zat gizi mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro dapat berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada di dalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan miligram (mg) untuk sebagian besar mineral dan vitamin.

Keragaman makanan sangat penting untuk asupan beragam gizi pada manusia. Hal itu karena kebutuhan beragam gizi tersebut tidak dapat dipenuhi hanya lewat satu macam makanan saja. Misalnya, kebutuhan akan karbohidrat, protein, dan lemak dapat dipenuhi lewat mengkonsumsi beragam makanan. Ragam itu termasuk keseimbangan mengkonsumsi protein bukan hanya yang berasal dari hewan tetapi juga yang berasal dari nabati. Ragam itu juga termasuk mengkonsumsi bermacam ikan untuk pemenuhan akan lemak (Verdiana & Muniroh, 2017).

B. Makanan Cepat Saji

Makanan cepat saji adalah makanan yang pengolahannya dan penyajiannya dilakukan dengan serba cepat (KBBI). Adapun definisi makanan cepat saji lainnya yaitu makanan yang disajikan dalam waktu yang sesingkat mungkin dan merupakan makanan yang dapat dikonsumsi secara cepat (Vivi Anggraini et al., 2021). Dari pengertian- pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa makanan cepat saji adalah makanan yang diolah, disajikan, dan dapat dikonsumsi secara cepat.

Terdapat dua macam klasifikasi produk makanan cepat saji, yaitu produk makanan cepat saji ala Barat dan makanan cepat saji local (Maidlotul et al., 2022). Contoh makanan cepat saji ala Barat seperti hamburger, pizza, spageti, hotdog, dan sejenisnya. Sementara itu, makanan cepat saji lokal berupa makanan seperti seblak, empek-empek, cilok, batagor, dan sejenisnya.

(5)

5 Berdasarkan penelitian, makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula, dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium, dan folat (Widyastuti, 2017). Dalam Tabel 1 diperlihatkan contoh gambaran kandungan nilai gizi dari beberapa jenis makanan cepat saji.

C. Pangan Fungsional

Pangan fungsional adalah makanan atau komponen makanan yang menyediakan nutrisi penting tubuh untuk menjaga pertumbuhan/perkembangan normal tubuh. Pangan fungsional mengandung komponen bioaktif yang dapat meningkatkan kesehatan atau memberikan efek fisiologis yang diinginkan serta memiliki rasa dan tekstur yang enak untuk dikonsumsi (Triandita et al., 2020).

Para ilmuwan Jepang menekankan pada tiga fungsi dasar pangan fungsional, yaitu sensory, nutritional, dan physiological (Suter, 2013). Sensory ialah warna dan penampilannya yang menarik dan cita rasanya yang enak. Nutritional ialah bernilai gizi tinggi. Physiological ialah memberikan pengaruh fisiologis yang menguntungkan bagi tubuh manusia.

Terdapat sekurangnya tiga syarat yang harus dimiliki oleh suatu produk agar dapat dikatakan sebagai pangan fungsional. Pertama, produk itu harus merupakan produk pangan

(6)

6 (bukan berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk) yang berasal dari bahan (ingredien) alami.

Kedua, produk itu dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet/menu sehari-hari.

Ketiga, produk itu mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna, serta dapat memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, seperti: memperkuat mekanisme pertahanan tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan.

Pangan fungsional dapat dikelompokkan berdasarkan cara pengolahannya, yaitu pangan fungsional alami, pangan fungsional tradisional, dan pangan fungsional modern (Suter, 2013). Pangan fungsional alami merupakan pangan fungsional yang sudah tersedia di alam tanpa perlu pengolahan sama sekali, misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang bisa langsung dimakan. Pangan fungsional tradisional merupakan pangan fungsional yang diolah secara tradisional mengikuti cara pengolahan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, misalnya minuman beras kencur, temulawak, kunyit- asam, dadih, sekoteng atau bandrek, tempe, tape dan jamu. Pangan fungsional modern merupakan pangan fungsional yang dibuat khusus menggunakan resep-resep baru (Suter, 2013).

(7)

7 BAB III

PEMBAHASAN

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji ialah dengan menambahkan pada makanan cepat saji tersebut suatu bahan pangan, khususnya bahan pangan lokal, yang mengandung komponen bioaktif dan mengolahnya menjadi bagian makanan cepat saji tersebut sebagai pangan fungsional dengan tanpa mengurangi kualitas rasa dan penampilan makanan cepat saji tersebut. Contohnya, telah dilakukan upaya untuk meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji berupa hamburger dengan cara daging isiannya dibungkus dengan olahan tepung ubi jalar ungu yang mengandung komponen bioaktif. Perlakuan tersebut dinilai tidak mengurangi kualitas rasa dan penampilan hamburger tersebut (Irpan et al., 2017).

Ubi jalar ungu diketahui mengandung jumlah tinggi beta karoten, yang merupakan antioksidan alami yang dapat membantu untuk meningkatkan pertahanan kuat tubuh terhadap radikal bebas dan penyakit serta menyerap kelebihan lemak/kolesterol dalam darah. Ubi jalar ungu juga mengandung karbohidrat, mineral, vitamin C & B, dan fosfor, serat seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin dalam jumlah yang cukup tinggi.

Karbohidrat pada ubi jalar juga bermanfaat bagi kesehatan karena karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk dalam klasifikasi Low Glikemik Indek (LGI 54), artinya komoditi ini cocok untuk penderita diabetes(Irpan et al., 2017).

Contoh lain, telah dilakukan upaya meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji berupa es lilin dengan cara bahan pembuatan es lilin dicampur dengan potongan buah naga (Amiroh & Abdillah, 2019). Kandungan zat bioaktif dari buah naga, yakni antioksidan (dalam asam askorbat, betakaroten, dan antosianin), dan kandungan serat pangan dalam bentuk pektin bermanfaat untuk kesehatan manusia. Antioksidan itu dapat menetralkan radikal bebas (yaitu suatu senyawa yang dapat merusak sel dan mengakibatkan timbulnya penyakit kanker), membantu menyehatkan mata, membantu meningkatkan kesehatan prostat, serta membantu mencegah timbulnya penyakit jantung. Sementara itu warna merah yang terkandung dalam buah naga dapat berfungsi sebagai pewarna alami es lilin.

Contoh lain lagi, telah dilakukan upaya meningkatkan gizi makanan cepat saji berupa batagor dengan cara mengganti bahan umum seperti ikan tenggiri dengan bahan-

(8)

8 bahan yang lebih murah namun bergizi berupa tahu, tempe, dan wortel, serta penggunaan sari daun pandan sebagai zat pewarna hijau pada batagor (Destiyani et al., 2021). Bahan berupa tahu, tempe, dan wortel itu dihaluskan lalu dicampur rata dengan bahan lainnya dan ditambahkan sari daun pandan. Bahan yang berperan sebagai antioskidan tersebut mengandung protein nabati, serat, vitamin A & C, mineral, dan karotenoid. Manfaat dari green batagor, demikian batagor tersebut disebut, dapat untuk memelihara kesehatan seperti, menjaga kadar gula darah, mentralisir racun dan menjaga kondisi saraf. Inovasi batagor ini sangat cocok diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin memulai diet karena batagor ini rendah sodium, kaya akan gizi, dan dibuat tanpa menggunakan pengawet, pewarna, dan Monosodium Glutamat (MSG) (Destiyani et al., 2021).

Contoh lainnya, telah dilakukan upaya meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji berupa pasta ravioli dengan cara diversifikasi tepung ubi ungu pada pembuatan pasta ravioli yang dilakukan dengan menggunakan perbandingan tepung terigu dan tepung ubi ungu sebagai adonan 90:10 (Khusnaini, 2018). Kandungan serat tinggi, indeks glikemik rendah, antioksidan, vitamin, mineral, karotenoid, dan gluten-free pada campuran tersebut dapat membantu meningkatkan pencernaan, mengurangi risiko sembelit, menjaga kadar gula darah tetap stabil, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu melindungi kulit dan mata, serta mengurangi risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung dan kanker (Khusnaini, 2018).

Contoh lainnya lagi, telah dilakukan upaya meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji berupa egg roll dengan menggunakan tepung umbi garut dan ekstrak bunga rosella.

Tepung terigu yang biasa dipakai diganti dengan tepung umbi garut sebagai bahan utama.

Kemudian ditambahkan ekstrak rosella sebagai pewarna alami egg roll. Menurut penelitian, tepung umbi garut berpotensi menjadi sumber pangan fungsional karena mempunyai kandungan gizi yang cukup baik seperti karbohidrat, serat serta memiliki indeks glikemik yang rendah. Konsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah bagi penderita diabetes melitus akan mengendalikan glukosa darah. Konsumsi makanan dengan indeks glikemik yang rendah dapat meningkatkan sensitifitas insulin pada sel adiposit dan sel otot (Mahwita Adi Setyaningrum & Catur Adi, 2022). Rosella pun mengandung antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas yang dapat menginduksi beberapa penyakit degenerative.

(9)

9 Contoh lainnya, telah dilakukan upaya meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji berupa mie basah dengan cara pencampuran tepung terigu dan penambahan tepung okra hijau (Agustiana et al., 2020). Penambahan tepung okra hijau pada produk olahan mie basah tersebut memberikan alternatif produk yang mengandung kadar serat pangan tinggi karena tepung terigu memiliki kadar serat yang kurang (Agustiana et al., 2020). Telah diketahui bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat dapat mengantisipasi risiko penyakit degeneratif terkait kurangnya konsumsi serat.

Contoh lainnya, telah dilakukan upaya meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji berupa churros dan éclair dengan cara mensubstitusi tepung terigu dengan tepung singkong. Churros adalah kue yang panjang dan lembut dibuat dari campuran tepung dan air lalu digoreng di dalam minyak goreng hingga berwarna cokelat keemasan. Éclair merupakan kue yang memiliki bentuk memanjang dan diisi dengan krim kue atau custard, lalu dicelup dalam fondant icing mirip dengan kue sus. Kandungan pada singkong antara lain: karbohidrat, lemak, protein, kalori, dan fosfor. Menurut pakar tanaman obat Prof.

Hembing Wijayakusuma, efek farmalogis dari singkong adalah sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah nafsu makan (Mahdiyah et al., 2022).

Contoh lainnya, telah dilakukan upaya meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji berupa nasi instan dengan cara membuatnya dari ubi jalar ungu(Setiawan et al., 2020). Ubi jalar ungu merupakan umbi dengan kandungan karbohidrat yang tinggi dan memiliki antosianin yang tinggi sebagai antioksidan karena kemampuannya menangkap radikal bebas dan menghambat peroksidasi lemak, penyebab utama kerusakan pada sel yang berasosiasi dengan terjadinya penuaan dan penyakit degeneratif. Dengan adanya antosianin pada ubi jalar ungu yang menunjukkan bahwa antosianin mampu digunakan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik, dan dapat mencegah gangguan pada fungsi hati, antihipertensi, dan antihiperglikemik. Selain memiliki antosianin yang tinggi, serat pangan yang dimiliki oleh ubi jalar ungu juga menunjukkan nilai gizi yang tinggi yaitu sebesar 3,00 % yang bermanfaat untuk pencernaan dan indeks glikemiknya yang rendah sampai medium (Setiawan et al., 2020).

Contoh lainnya, telah dilakukan upaya meningkatkan nilai gizi makanan cepat saji berupa gyoza dengan cara membuatnya dari tepung umbi suweg (Purwoko &

Ekawatiningsih, 2021). Identiknya kulit gyoza berbahan dasar tepung terigu dan isian

(10)

10 daging babi menjadikannya kurang ramah dibeberapa kalangan karena ada yang masih belum menerima gluten sebagai salah satu opsi untuk dikonsumsi. Suweg memiliki kandungan karbohidrat dan serat yang tinggi dari pada tepung terigu dan penting dalam upaya mencegah meluasnya penyakit pencernaan akibat kurangnya konsumsi komponen tersebut (Purwoko & Ekawatiningsih, 2021).

(11)

11 BAB IV

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa peningkatan nilai gizi produk makanan cepat saji dapat meggunakan inovasi. Inovasi yang dapat dilakukan ialah dengan membuat produk makanan cepat saji menggunakan bahan-bahan tambahan alami yang kaya akan antioksidan dan senyawa bioaktif seperti asam askorbat, beta karoten, dan sebagainya. Terdapat beberapa inovasi produk makanan cepat saji, yaitu es lilin dari buah naga, green batagor dari daun pandan, pasta ravioli dengan penambahan ubi ungu, egg roll dengan tepung umbi garut dan ekstrak bunga rosella, burger dari ubi jalar, mie basah dengan penambahan tepung okra hijau, pembuatan churros dan éclair dari singkong, nasi instan dari ubi ungu, dan gyoza dari tepung umbi suweg.

(12)

12 DAFTAR PUSTAKA

Agustiana, Wasluyo, & Lusviana Widiany, F. (2020). Sifat Organoleptik dan Kadar Serat Pangan Mie Basah dengan Penam-bahan Tepung Okra Hijau (Abelmuschus esculentum L.). Gizi, 9(1), 131–141.

Amiroh, & Abdillah, G. (2019). PEMANFAATAN BUAH NAGA SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL: OPTIMALISASI PENGGUNAAN BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) PADA ES LILIN. Ilmu Gizi Kesehatan, 7, 20–27.

Ayuniyah, Q., Indriani, Y., Rangga Jurusan Agribisnis, K. K., Pertanian, F., Lampung, U., &

Soemantri Brojonegoro No, J. (2015). KETERSEDIAAN DAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN OLAHAN SISWA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG.

JIIA, 3(4), 409–418.

Bachtiar, T., Satriani, & Hardiyanti, N. (2022). Analisis Kandungan Zat Gizi dan Asupan Zat Gizi Santri serta Status Gizi Santri MA. Sultan Hasanuddin Pattunggalengang-Limbung Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Sainsmart, XI, 21–30.

http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat

Destiyani, Amallia, N., & Zaila Marta Ayu, T. (2021). GREEN BATAGOR.

Irpan, A., Sundawa, E., Nanda, A. F., Fakultas, M., & Kesehatan, I. (2017). GERUBI (BURGER UBI) INOVASI PANGAN LOKAL SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN POKOK YANG KAYA AKAN GIZI. 1(1), 1–6.

Khusnaini, A. F. (2018). DIVERSIVIKASI TEPUNG UBI UNGU PADA PEMBUATAN PASTA RAVIOLI SAUS KARI SEBAGAI KULINER NUSANTARA.

Mahdiyah, M., Dahlia, M., Putri, F. R., Sonia, H., & S, M. D. (2022). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Teknologi Pengolahan Pangan Lokal Singkong Pada Produk Churros dan Éclair.

Pengabdian Kepada Masyarakat, 19(01), 108–118.

https://doi.org/10.21009/sarwahita.191.10

Mahwita Adi Setyaningrum, N., & Catur Adi, A. (2022). Kajian Literatur: Potensi Umbi Garut sebagai Pangan Alternatif untuk Penderita Diabetes Melitus.

Maidlotul, N., Galuh, M. , & Prameswari, N. (2022). Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Makan, dan Kebiasaan Olahraga dengan Status Gizi Lebih Remaja Putri Usia 16-18 Tahun. Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, 2(1), 52–59.

https://doi.org/10.15294/ijphn.v2i1.52200

Nova, M., & Yanti, R. (2018). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Pada Siswa MTs.S AN-Nur Kota Padang. Kesehatan Perintis, 5(2), 195–201.

(13)

13 Purwoko, R. A., & Ekawatiningsih, P. (2021). INOVASI PRODUK GYOZA TEPUNG UMBI SUWEG SEBAGAI PEMANFAATAN SUMBER PANGAN LOKAL. Prosiding Pendidikan Teknik Boga Busana, 16(1), 1–10.

Riyadi, H., & Khomsan, A. (2007). Gizi dan Pembangunan Serta Zat Gizi dalam Pangan.

Ronitawati, P., & Elvandari, M. (2017). ANALISIS PERBEDAAN ASUPAN ZAT GIZI BERDASARKAN STATUS GIZI WANITA DEWASA PESERTA MAJLIS TAKLIM NURUL HIDAYAH CIPULIR KEBAYORAN LAMA JAKARTA SELATAN. Nutrire Diaita, 9(2), 51–58.

Setiawan, E., Hidayatulloh, A., & Widiastuti, T. (2020). Produksi Nasi Instan Berbasis Diversifikasi Pangan Lokal Ubi Ungu Sebagai Pangan Darurat Fungsional. Journal of Food and Culinary, 3(2), 62–71. https://doi.org/10.12928/jfc.v3i2.3922

Suter, I. K. (2013). PANGAN FUNGSIONAL DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA 1).

Triandita, N., Maifianti, S., Rasyid, M. I., Yuliani, H., & Angraeni, L. (2020). PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN FUNGSIONAL DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA SUAK PANDAN ACEH BARAT. Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 457–464.

Verdiana, L., & Muniroh, L. (2017). KEBIASAAN SARAPAN BERHUBUNGAN DENGAN KONSENTRASI BELAJAR PADA SISWA SDN SUKOHARJO I MALANG. Media Gizi Indonesia, 12(1), 14–20.

Vivi Anggraini, N., Balafif, M., & Rahmasari, A. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Makanan Siap Saji di Kalangan Mahasiswa.

Widyastuti, A. (2017). PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA BOGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TENTANG KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Edisi 1995 ini selain terdapat data tentang komposisi zat gizi berbagai bahan pangan mentah, juga komposisi zat gizi makanan siap santap Indonesia dan siap santap

Mi Canones Pangan Fungsional untuk Mencegah Penyakit Osteoporosis Kandungan gizi pada ganyong yang digunakan sebagai bahan pokok Mi Canones tidak kalah dengan zat gizi

Kebi- jakan pangan dan gizi daerah perlu diupayakan untuk men- dorong penyediaan pelayanan meliputi: (a) penguatan upaya peningkatan produksi bahan pangan baik nabati maupun he-

Oleh karena itu, ubi jalar merupakan bahan pangan yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional karena memiliki kandungan yang

Keterkaitan produk makanan tradisional timus dengan mata kuliah pangan fungsional adalah dari bahan dasar timus ini yang berupa ubi yaitu ubi putih, ubi kuning dan ubi ungu

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa Pedoman Penggunaan Bahan Tambahan Pangan pada Pangan Industri Rumah Tangga dan Pangan Siap Saji Sebagai Pangan

BAB I Ketentuan Umum BAB II Kebijakan dan Strategi BAB III Ketersediaan Pangan BAB IV Pengembangan Produksi dan Pemanfaatan Pangan BAB V Keterjangkauan Pangan BAB VI Cadangan Pangan

Izu pentingnya pangan dan gizi Pri III Pangan, Gizi Dan Kesehatan Pri IV Sistim Pangan Dan Gizi Pri V Ketahanan Pangan dan Gizi Pri VI Diversifikasi pangan dan gizi Pri VII Nilai