PENERAPAN PERMAINAN KOLASE KERTAS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS
DI PAUD AR-RAHIM KELURAHAN SIMPANG TIGA KABUPATEN KAUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
TESSA AYU LONIKA NIM : 1416253026
PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD) FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN 2019
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
Alamat: Jln. Raden Fatah Pagar Dewa Telp. (0736) 512776 Fax. (0736) 51171
NOTA PEMBIMBING Hal : Skripsi Sdri. Tessa Ayu Lonika
NIM : 1416253026 Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu Di Bengkulu
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan memberikan arahan dan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi sdri.
Nama : Tessa Ayu Lonika NIM : 1416253026
Judul : Penerapan Permainan Kolase Kertas Dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqasyah skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam bidang ilmu Tarbiyah. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu,alaikum Wr. Wb.
Bengkulu, 15 Agustus 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Husnul Bahri, M.Pd Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat
NIP. 196209051990021001 NIP. 198803192015032003
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
Alamat: Jln. Raden Fatah Pagar Dewa Telp. (0736) 512776 Fax. (0736) 51171
PENGESAHAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Penerapan Permainan Kolase Kertas Dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur yang disusun oleh Tessa Ayu Lonika dengan NIM. 1416253026 program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) telah dikoreksi dan revisi oleh Pembimbing I dan Pembimbing II, sehingga dapat dilanjutkan untuk Sidang Munaqosyah.
Bengkulu, 15 Agustus 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Husnul Bahri, M.Pd Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat
NIP. 196209051990021001 NIP. 198803192015032003
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
Alamat: Jln. Raden Fatah Pagar Dewa Telp. (0736) 512776 Fax. (0736) 51171
PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
Skripsi dengan judul Penerapan Permainan Kolase Kertas dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur yang disusun oleh Tessa Ayu Lonika telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu pada hari Selasa, tanggal 30 Juli 2019 dan dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
Ketua
Dr. Husnul Bahri, M.Pd :
NIP. 196209051990021001 ___________________________
Sekretaris
Ahmad Syarifin, M. Ag :
NIP. 198006162015031003 ___________________________
Penguji I
Dr. Buyung Surahman, M.Pd :
NIP. 196110151984031002 ___________________________
Penguji II
Fatrica Syafri, M.Pd.I :
NIP. 198510202011012011 ___________________________
Bengkulu, 19 Agustus 2019 Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris
Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd NIP. 196903081996031005
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Mak dan Bak (Asmayati dan Saklan), Makcik dan Bakcik (Ernaini dan Bidin), serta Nenekku tersayang (Sulikmena). Tetesan air mata yang senantiasa mengiringi setiap untaian bait doa-doamu, cucuran keringat yang selalu mengiringi setiap usaha dan jerih payah kalian demi keberhasilan ku, , dengan iringnan do’a dan rasa syukur dengan segala kerendahan hati kupersembahkan setitik keberhasilan ini untuk kalian.
2. Buat Adik-adikku (Puspita ningsih, Eliza tri wahyuni, Jefri delon putra rahmadan, Nopidiansyah, Rafa meylan wijaya, Elvera julita, dan Sapia putrid aprilia), yang senantiasa memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk sahabat dan teman seperjuanganku, Nina miftahul hairi harahap, Silaturahmi, Tiara emiliza, Sulastri, Eliya nopita sari, Vera daniarti, Melta nurmala sari, Ayu Amelia pransiska yang selalu memberikan masukan, dukungan, dan motivasi untuk penyelesaian skripsiku.
4. Almamater IAIN BENGKULU.
MOTTO
“Jika salah, perbaiki.. Jika gagal, coba lagi..”
“Di saat kehidupan membuat dirimu kecewa, cobalah ingat alasan sederhana yang mampu membuat dirimu bahagia”
(by. Tessa Ayu Lonika)
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Tessa Ayu Lonika
NIM : 1416253026
Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas : Tarbiyah dan Tadris
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Penerapan Permainan Kolase Kertas dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur” adalah asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang lain. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini adalah hasil plagiasi maka saya siap dikenakan sanksi akademik.
Bengkulu, Juli 2019 Penulis
Tessa Ayu Lonika NIM: 141 625 3026
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Permainan Kolase Kertas dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.” Shalawat dan salam semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan uswatun hasanah kita, Rasulullah Muhammad saw.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menghaturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin. M., M.Ag., MH. selaku Rektor IAIN Bengkulu.
2. Bapak Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris.
3. Ibu Nurlaili, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
4. Ibu fatrica Syafri, M.Pd.I, selaku ka. Prodi PIAUD
5. Bapak Dr. Husnul Bahri, M.Pd, selaku Pembimbing I skripsi, atas arahan dan saran perbaikan skripsi ini
6. Ibu Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat. selaku Pembimbing II skripsi, yang selalu membantu dan membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Kepala Perpustakaan IAIN Bengkulu beserta staf yang telah memfasilitasi penulis dalam pembuatan skripsi.
8. Dosen Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, terkhusus dosen-dosen yang telah mengajar dan memberikan penulis ilmu pengetahuan.
9. Kepala Sekolah dan Guru PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kaur Utara Kabupaten Kaur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bengkulu, Juli 2019 Penulis,
Tessa Ayu Lonika NIM : 1416253026
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
NOTA PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
ABSTRAK ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9
1. Permainan Kolase Kertas ... 9
2. Motorik Halus ... 21
B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 31
C. Kerangka Pikir ... 32
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Setting Penelitian ... 35
C. Subjek Penelitian ... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ... 36
E. Prosedur Tindakan ... 38
F. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 42
B. Data Penelitian ... 43
1. Pra Siklus ... 43
2. Siklus I ... 45
3. Siklus II ... 52
4. Siklus III ... 58
5. Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal ... 64
C. Pembahasan ... 65
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 69
B. Saran-saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Tessa Ayu Lonika, Juli, 2019, Penerapan Permainan Kolase Kertas dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur. Skripsi: Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Fakultas Tarbiyah dan Tadris, IAIN Bengkulu. Pembimbing: 1. Dr.
Husnul Bahri, M.Pd, 2. Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat.
Kata Kunci: Permainan Kolase Kertas, Keterampilan Motorik Halus.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur pada anak usia 4-6 tahun, penulis menemukan pembelajaran yang telah dilaksanakan anak usia dini lebih banyak melakukan permainan yang lebih tradisional seperti bermain kelereng, lempar batu, bermain lompat tali dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan permainan kolase kertas dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu jenis penelitian yang mengacu kepada tindakan apa saja yang dilakukan guru secara langsung untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu lembar observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian dari data pengamatan yang telah diperoleh bahwa kemampuan bahasa anak dalam setiap siklus mengalami perkembangan. Hal ini dapat diketahui nilai rata-rata skor pada Pra Siklus yaitu 35,5 dengan ketuntasan belajar klasikal anak sebesar 21,43%. Pada Siklus I meningkat menjadi nilai rata-rata skor yaitu 39,71 dengan ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 42,86%. Siklus II juga meningkat dengan nilai rata-rata skor yaitu 45,02 ketuntasan belajar klasikal 64,29%. Terakhir, pada Siklus III nilai rata-rata skor anak yaitu 49,17 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 92,86%.
Meningkatnya ketuntasan belajar klasikal anak dengan menerapkan permainan kolase, anak diajak belajar dengan bermain, juga berkelompok dan bekerja sama, sehingga anak dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran, artinya pembelajaran dengan menggunakan permainan memberikan kepada anak motivasi dan keberanian serta peran aktif anak sebelum, saat, dan sesudah pembelajaran.
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Halaman
Gambar 2.1 Alat dan Bahan Membuat Kolase ... 16
Gambar 2.2 Gambar Kupu-kupu yang Diprint ... 17
Gambar 2.3 Kertas Origami Digunting dan Ditempel Lem Kertas ... 17
Gambar 2.4 Gambar Ditempeli dengan Potongan Kertas Origami ... 17
Gambar 2.5 Hasil dari Kolase ... 18
Gambar 2.6 Bagan Kerangka Berpikir ... 33
Gambar 3.1 Spiral Tindakan Kelas Model Hopkins ... 39
Grafik 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Pra Siklus ... 44
Gambar 4.2 Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Benderaku ... 48
Grafik 4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus I ... 51
Gambar 4.4 Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Kupu-kupu ... 54
Grafik 4.5 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus II ... 57
Gambar 4.6 Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Buah Strawberry ... 60
Grafik 4.7 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus III ... 63
Grafik 4.8 Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Anak ... 65
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Format Penilaian Peningkatan Keterampilan Motorik Anak ...
Anak dengan Menerapkan Boneka Tangan ... 37 Tabel 4.1 Data Anak PAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur ... 43 Tabel 4.2 Data Guru PAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur ... 43 Tabel 4.3 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada
Pra Siklus ... 44 Tabel 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Anak pada Siklus I ... 49 Tabel 4.5 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada Siklus I ... 50 Tabel 4.6 Lembar Observasi Aktivitas Anak pada Siklus II ... 55 Tabel 4.7 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada Siklus II . 56 Tabel 4.8 Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus III ... 61 Tabel 4.9 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada Siklus III 62 Tabel 4.10 Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal Anak ... 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. SK Pembimbing.
2. Kartu Bimbingan Skripsi.
3. Surat Izin Penelitian dari Kampus IAIN Bengkulu.
4. Surat Selesai Penelitian dari PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.
5. RPPH Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III.
6. Lembar Penilaian Daftar Checklist Anak.
7. Catatan Anekdot.
8. Foto-foto Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun. pada masa ini proses dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.
Anak merupakan sumber utama aset bangsa karena merekalah yang kelak menjadi pelaku utama di dunia ini, oleh karena itu sebagai generasi penerus mereka memerlukan pembinaan dan pengembangan yang optimal yang harus dilakukan sejak lahirnya, bahkan diberikan perlakuan yang terbaik sejak dalam kandungan sang ibu.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosioemosional (sikap dan perlaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan ke unikan dan tahap-tahap perkembangan yang di lalui oleh anak usia dini.
Secara kronologis usia, yang tergolong anak-anak awal (early childhood) ialah mereka yang berada pada usia 4-5 tahun, 11 bulan.
1
Walaupun masih terikat dan memfokuskan diri pada hubungan dengan orangtua atau keluarga, namun masa anak ini, ditandai dengan kemandirian, kemampuan kontrol diri (self-control) dan hasrat untuk memperluas pergaulan dengan anak-anak yang sebaya. Pergaulan yang makin luas ini akan mengurangi kelekatan emosi (attachment) dengan orang tua, mengurangi egosentrisme, mengurangi sifat irasional, karena dalam pergaulan itu masing-masing anak saling mengkritik, mencela, mengejek, mungkin terjadi konflik, pertengkaran, yang kemudian diikuti dengan proses pembuatan kompromi, adaptasi norma-norma sosial yang baru.
Masa anak-anak awal, masih ditandai dengan kegiatan bermain baik bermain sendiri maupun bermain dengan kelompok teman sebaya lainnya.
Bahkan tak dipungkiri, kegiatan bermain ini tetap dibawah sampai masa remaja maupun dewasa. Hanya karakteristik permainan tiap fase perkembangan berbeda-beda. Hal yang penting permainan pada masa anak- anak awal ialah selain berguna bagi pengembangan kepribadian, bermain juga berguna untuk pengembangan psikomotorik halus dan kasar.1
Bermain menjadi prioritas utama dalam kegiatan pembeajaran anak usia dini. Melalui bermain seorang anak dapat belajar berbagai hal baru yang belum ia ketahui sebelumnya. selain itu bermain dapat pula menstimulasi berbagai perkembangan anak, seperti fisik-motorik, sosial-emosional, dan seni. Melalui bermain pula kreativitas anak akan terbangun dan berkembang dengan maksimal.
1AgoesDariyo,PsikologiPerkembanganAnak3TahunPertama(Bandung:Refika Aditama,200 7),h. 38-39.
Bermain adalah serangkaian kegiatan atau aktivitasanak untuk bersenang-senang. Apapun kegiatannya, selama itu terdapat unsur kesenangan atau kebahagiaan anak usia dini maka bisa disebut bermain.2Perkembangan merupakan proses bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang bersifat lebih kompleks dengan pola yang teratur dan dapat diramalkan hal ini merupakan hasil dari proses pematangan.
Peristiwa perkembangan ini biasanya berkaitan dengan masalah psikologis seperti kemampuan gerak/fisik motorik.
Perkembangan fisik motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak, meliputi perkembangan badan, otot kasar dan otot halus yang selanjutnya lebih disebut dengan motorik kasar dan motorik halus.Motorik halus merupakan bagian-bagian tubuh tertentu atau bagian otot-otot kecil yang tidak memerlukan tenaga untuk mengembangkannya, namun motorik halus ini merupakan koordinasi yang cermat. Melalui latihan-latihan yang tepat gerakan halus ini dapat ditingkatkan dalam hal kecepatan, keluwesan, dan kecermatan, sehingga secara bertahap seorang anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan-gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya. Motorik halus dapat dikembangkan melalui kolase kertas.3Motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan yang lebih spesifik dan relatif lebih halus, seperti
2Fadllillah,Bermain dan Permainan Anak Usia Dini(Jakarta:Kencana,2017),h. 6.
3Husnul Bahri, Konsep Tumbuh Kembang dan Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini(Bengkulu: Vanda, 2016), h. 14.
menulis, melipat, menggunting, mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu, menyusun buku dan lain-lain.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. Ini berarti bermain bukanlah kegiatan yang dilakukan demi menyenangkan yang lain, tetapi karena semata-mata karena keinginan diri sendiri. Oleh karena itu bermain itu menyenangkan dan dilakukan dengan cara-cara menyenangkan bagi pemainnya. Di dalam bermain anak tidak berpikir tentang hasil karena proses lebih penting daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel karena anak dapat membuat kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara baru atau berbeda dari sebelumnya. Bermain juga bersifat aktif karena anak benar-benar terlibat dan tidak pura-pura aktif. Bermain juga bersifat positif dan membawa efek positif karena membuat pemainya tersenyum dan tetawa karena menikmati apa yang mereka lakukan. Bermain bagi anak berkaitan dengan peristiwa, situasi, interaksi, dan aksi. Bermain mengacu pada aktivitas seperti berlaku pura-pura dengan benda sosiodrama, dan permainan yang beraturan. Bermain berkaitan dengantiga hal, yakni keikutsertaan dalam kegiatan, aspek afektif, dan orientasi tujuan. Lebih lanjut, anak-anak mengatakan bahwa bermain bersifat mana suka, sedangkan bekerja tidak demikian. Bermain dilakukan karena ingin dan bekerja dilakukan karena harus. Bermain berkaitan dengan kata “dapat” dan bekerja berkaitan dengan kata “harus”. Bagi anak-anak, bermain adalah aktivitas yang dilakukan karena ingin, bukan karena harus
memenuhi tujuan atau keinginan orang lain. Bermain tidak memerlukan konsentrasi penuh, tidak memerlukan pemikiran yang rumit. Sebaliknya, bekerja menuntut konsentrasi yang penuh, harus belajar, dan menggunakan pikiran secara tercurah. Anak juga memandang bermain sebagai kegiatan yang tidak memiliki target. Mereka dapat saja meninggalkan kegiatan bermain kapan pun mereka mau dan sebaliknya, bekerja memiliki target, harus diselesaikan, dan tidak dapat berbuat sekehendak hati. Bagi mereka, bermain dan kebutuhan, sedangkan bekerja adalah sebuah keharusan.4Bermain juga dapat di artikan sebagai kegiatan yang di lakukan demi kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.5
Anak-anak menyatakan bahwa bermain dan bekerja tergantung pada niat. Kegiatan dikelas seperti menulis, mengeja,membaca,atau bisa juga bermain kolaseacara rutin pagi hari adalah bekerja karena aktivitas itu
“harus” dilakukan karena anak-anak berniat untuk menyelesaikan tugas.
Sebaiknya, permainan dapat dilakukan sekehendak anak.
Kolase kertas merupakan komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan baik kain perca, kertas maupun kayu. Pada anak-anak kolase difokuskan pada kolase kertas, yakni komposisi arsitek dua dimensi dari kertas dan biji-bijian.
Pada saat penulis melakukan observasi pada tanggal 20 Mei 2018 di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaurpada anak usia 4-
4Tadkiroatun Musfiroh, dkk, Bermain dan Permainan Anak (TangerangSelatan: Universitas Terbuka, 2016), h. 15-16.
5Elizabeth B. Hurlokck, Perkembangan Anak ; Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 319.
6 tahun, penulismenemukan pembelajaran yang telah dilaksanakan anak usia dini lebih banyak melakukan permainan yang lebih tradisional seperti bermain kelereng, lempar batu,bermain lompat tali dan lain-lain.
Berangkat dari uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat judul Penerapan Permainan Kolase Kertas dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah diatas sebagai berikut:
1. Masih jarangnya penerapan kegiatan kolase kertas terhadap motorik halus.
2. Kurangnya keinginan anak untuk mencoba dan memecahkan masalah mengenai kolase kertas.
3. Lebih banyak melakukan permainan tradisonal seperti bermain batu,kelereng, dan bermain karet.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Anak usia dini yang penulis jadikan subjek penelitian adalah anak usia 4 sampai 6 tahun.
2. Penggunaan kolase kertas dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah penerapan permainan kolase kertas dapat meningkatkan keterampilan motorik halus di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan permainan kolase kertas dapat meningkatkan keterampilan motorik halus aPAUD Ar- Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi:
1. Anak Usia Dini
a. Menumbuhkan keterampilan anak melalui media kolase kertas.
b. Dapat mengembangkan kreatifitas anak melalui belajar dan bermain dengan media kolase kertas.
c. Anak dapat mengenal dan menyebut bentuk-bentuk gambar dengan mudah.
d. Motorik halus anak berjalan dengan baik.
2. Masyarakat
a. Agar masyarakat mengetahui keterampilan yang dimiliki anaknya.
b. Untuk mengetahui keterampilan anaknya melalui bermain.
3. Peneliti
a. Mengembangkan wawasan peneliti dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
b. Sebagai referensi penelitian-penelitian sejenis.
c. Memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Permainan Kolase Kertas a. Permainan Anak Usia Dini
Dunia anak adalah dunia bermain, oleh karena itu para ahli menawarkan konsep belajar sambil bermain dan bermain sambilbelajar.
Dengan memadukan antara keduanya, maka esensi belajar tetap ada dalam permainan anak, dan anak juga tidak diasingkan dari dunia bermainnya. Bermain mempunyai manfaat bagi perkembangan fisik atau motorik, perkembangan kognitif, perkembangan afektif, serta perkembangan sosial emosional anak.6Banyak manfaat bermain bagi perkembangan anak, seperti: anak menguasai berbagai konsep dasar di dalam pembelajaran, mengembangkan kreativitas anak, memberikan pengalaman kepada anak untuk bereksplorasi, memberi kepuasan kepada anak untuk menciptakan sesuatu.7Fungsi bermain, antara lain:
1) Dapat mengembangkan kekuatan dan penyesuaiannya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya;
6Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), h. 97.
7Rosma Hartiny, Model Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Teras, 2010), h.42
9
2) Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain;
3) Dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga dengan bermain anak melakukan percobaan terhadap yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; serta
4) Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, dan berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan serta kelebihannya.8
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan, juga alat permainan yang secara optimal mampu merangsang dan menarik minat anak sekaligus mampu mengembangkan berbagai potensi anak dan dimanfaatkan dalam berbagai aktivitas.9 Alat permainan edukatif yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Alat permainan disiapkan sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaan sarana tersebut.
2) Dapat memberi pengertian atau penkelasan suatu konsep tertentu.
8Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak (Jakarta: Indeks, 2010), h. 36-37.
9Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, h. 128.
3) Dapat mendorong kreatifitas anak serta memberi kesempatan pada anak untuk bereksperimen dan bereksploitasi.
4) Alat permainan harus memenuhi unsur kebenaran ukuran, ketelitian, dan kejelasan.
5) Alat permainan harus aman, tidak membahayakan bagi anak.
6) Dapat digunakan secara individual, kelompok, atau klasikal.
7) Alat permainan hendaknya menarik, menyenangkan dan tidak membosankan.
8) Alat permainan hendaknya memenuhi unsur keindahan dalam bentuk, warna, dan rapih dalam pembuatannya.
9) Alat permainan harus mudah digunakan oleh guru maupun anak.10 b. Kolase dan Awal Perkembangannya
Dalam kehidupan, manusia senantiasa membutuhkan dan mencari nilai keindahan. Aktivitas seni, termasuk menghias, adalah salah satu cara manusia memenuhi kebutuhan akan keindahan atau nilai estesis yang diharapkan tersebut. Aktivitas menghias suatu benda yang bertujuan menambahkan nilai estesisnya dengan cara menempelkan sesuatu atau berbagai bahan tertentu di permukaan benda tersebut, konon merupakan jenis kriya tertua yang diciptakan manusia. Menurut para ahli, kegiatan ini diperkirakan bermula di Venice, Italia, kira-kira pada abad 17 ketika kota Venice menjadi yang tedepan dalam hal
10Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, h. 129-130.
percetakan di Eropa. Sejak saat itu, seni kolase berkembang pesat di Prancis, Inggris, Jerman, dan kota-kota lain di Eropa.
Dalam perkembangannya, kolase secara kreatif dimanfaatkan sebagai unsur estesis yang personal dalam sebuah karya lukis, baik dipadukan dengan cat ataupun murni kolase. Kolase menjadi media yang digemari oleh kalangan seniman dunia. Pablo Picasso, Georges Braque, dan Max Ersnt terkenal dengan karya-karya lukis mereka yang memanfaatkan kolase kertas, kain, dan berbagai media lainnya.
Pablo Ruiz Y Picasso dilahirkan tahun 1881 di kota Malaga, Spanyol. Picasso merupakan seorang seniman yang teramat produktif.
Selama hidupnya, ia telah menciptakan sekitar 20.000 – 50.000 karya seni selama kurang lebih 75 tahun. Berbagai jenis karya seni rupa dikuasainya, dan seni kolase adalah salah satu jenis karya yang digemarinya. Kolase karya Picasso menggunakanj berbagai jenis bahan.
Bahan yang dipakai berupa karton bekas, kertas bekas, serta bahan- bahan lainnya yang terpadu menjadi satu kesatuan karya. Bahan-bahan tersebut digunting lalu disusun menjadi sebuah komposisi yang menarik.
Georges Braque adalah seniman besar Prancis yang terkenal sebagai pelukis dan pematung. Dia, bersama Pablo Picasso, mengembangkan sebuah gaya seni yang dikenal sebagai aliran Kubisme. Selain lukisan, Braque juga aktif menciptakan gaya seni tempel. Dia menggunakan berbagai media untuk menghasilkan sebuah
karya kolase, termasuk kertas yang dipotong-potong lalu dikomposisikan di atas permukaan bidang datar.
Max Ernst (2 April 1891 - 1 April 1976) adalah seorang seniman berkebangsaan jerman yang dikenal sebagai pelukis, pematung, desainer grafis,, dan penyair. Dia adalah seorang seniman yang produktif dan pelopor utama gerakan Dadaisme dan Surealisme.
Dari sekian banyak karya seni yang dibuatnya, Max Ersnt juga terkenal dengan karya lukisnya yang memakai teknik kolase.
Henri Mattise juga merupakan seorang seniman yang giat berkreasi dengan kolase. Dia mulai menggunakan teknik ini ketika jari- jari tangannya terserang arthritis hingga tidak mampu lagi melukis dengan teknik sebelumnya. Ketika Mattise beralih ke kolase, dia memotong-motong kertas warna menjadi berbagai bentuk dalam ukuran yang besar sehingga tercipta mural kertas yang indah.
Selain beberapa tokoh tersebut, seniman besar lain yang terkenal dengan kolasenya adalah Kurt Schwitters. Kurt Schwitters merupakan seorang pelukis kelahiran Hanover, Jerman, pada 20 Juni 1887. Selain sebagai seniman lukis, puisi, patung, desai grafis, tipografi, dan apa yang kemudian dikenal sebagai seni instalasi, Schwitters juga sangat terkenal dengan karya-karya kolasenya. Sebagian besar karya kolasenya koheren dengan dunia di sekitarnya. Dia menggunakan fragmen benda- benda yang ditemukannya dan membuat sindiran cerdas untuk suatu peristiwa aktual.
c. Pengertian Kolase
Kata kolase, yang dalam bahasa inggris disebut ‘collage’, berasal dari kata ‘coller’ dalam bahasa Perancis, yang berarti ‘merekat’.
Selanjutnya kolase dipahami sebagai sebuah teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, dan lain sebagainya, atau dikombinasikan dengan penggunaan cat atau teknik lainnya. Kolase adalah sebuah teknik menempel berbagai macam unsur kedalam suatu prem sehingga menghasilkan karya seni yang baru. Dengan demikian, kolase adalah karya seni rupa yang dibuat dengan cara menempelkan bahan apa saja kedalam suatu komposisi yang serasi sehingga menjadi satu kesatuan karya. Kata kunci yang menjadi esensi dari kolase adalah “menempel atau merekatkan” bahan apa saja yang serasi. Karya kolase bisa berwujud sebuah karya, misalnya lukisan yang menambahkan unsur tempelan sebagai elemen estesis.11
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kolase adalah Komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar. Kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam- macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan mewakili ungkapan perasaan stetis orang yang membuatnya. Sehingga
11Syakir Muharrar, dkk,Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana(Jakarta:
Erlangga,2013), h. 8-13.
dapat dikatakan bahwa bahan apapun yang dapat dirangkum (dikolaborasikan) sehingga menjadi karyaseni rupa dua dimensi, dapat digolongkan/dijadikan bahan kolase.12
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa kolase adalah sebuah kegiatan seni rupa yang dibuat dengan cara menempelkan bahan apa saja sehingga menjadi suatu karya.
d. Bahan, Peralatan dan Langkah-langkah Pembuatan Kolase
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kolase di PAUD tentu akan berbeda dengan bahan pembuatan kolase pada umumnya. Tetapi dalam prinsip pembuatannya dan prinsip kerjanya, baik untuk kolase pada PAUD maupun pada umumnya sama.
Pembuatan kolase di PAUD dapat menggunakan bahan,seperti kertas, kain, gabus, lem, daun kering, sedotan, gelas bekas aqua, potongan kayu dadu, benang, biji-bijian, sendok plastik, karet dan manik-manik.13
Pada umumnya, alat-alat yang digunakan untuk membuat kolase berbahan sederhana, yaitu:
1) Alat potong: gunting, 2) Lem kertas,
3) Kertas gambar, dan
4) Pensil dan penggaris (jika diperlukan).14
12Hajar Pamadhi, dkk, Seni Keterampilan Anak (Yogyakarta: Universitas Terbuka, 2010), h.5.4.
13Hajar Pamadhi, dkk, Seni Keterampilan Anak, h.5.4.
14Silvana Solichah, dkk, Keterampilan Kolase(Yogyakarta: Indopublika, 2017), h. 12-13.
Gambar 2.1
Alat dan Bahan membuat Kolase
Adapun langkah-langkah untuk membuat kolase pada saat pembelajaran PAUD:
1) Buat gambar yang ingin dijadikan kolase;
2) Gambar pola sesuai dengan pola yang diinginkan;
3) Potong pola yang telah digambar menggunakan gunting;
4) Rencanakan penempelan pada gambar yang telah dibuat;
5) Oleskan pada gambar yang akan ditempeli kertas.
6) Tempelkan guntingan-guntingan kertas pada kertas.15
Langkah-langkah untuk membuat kolase dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Siapkan gambar yang akan ditempeli kertas origami.
15Silvana Solichah, dkk, Keterampilan Kolase, h. 14.
Gambar 2.2
Gambar Kupu-kupu yang Diprint
2) Gunting kertas origami dan tempelkan lem kertas di bawahnya.
Gambar 2.3
Kertas Origami Digunting dan Ditempel Lem Kertas 3) Tempeli potongan kertas origami ke gambar yang telah disiapkan.
Gambar 2.4
Gambar Ditempeli dengan Potongan Kertas Origami
4) Gambar yang telah ditempel menjadi kolase.
Gambar 2.5 Hasil dari Kolase e. Manfaat Kolase
Adapun manfaat dari kolase untuk anak usia dini, ialah sebagai berikut:
1) Menstimulus kemampuan motorik halus anak;
2) Dapat meningkatkan kreativitas anak;
3) Dapat melatih konsentrasi anak;
4) Dapat mengenal warna dan kosa kata;
5) Anak dapat mengenal bentuk geometrid dan yang bukan geometris;
6) Melatih anak untuk menyelesaikan masalah lewat permainan kolase 7) Mengasah kecerdasan spasial anak;
8) Melatih ketekunan pada anak;
9) Meningkatkan kepercayaan diri pada anak.16
16Silvana Solichah, dkk, Keterampilan Kolase, h. 14.
f. Hubungan Motorik Halus dengan Kolase
Hubungan keduanya sangat terkait, melalui kolase dapat menggerakan jari-jemari dalam kegiatan menempel potongan kolase pada pola gambar, selain itu mengkoordinasikan mata dan tangan.
Dalam kesehariannya, gerakan motorik halus dapat ditemui saat buah hati melakukan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangannya misalnya menyusun puzzel, memegang gunting, memegang sendok saat makan, atau memegang pensil. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus buah hati suadah berkembang bahkan hampir sempurna. Oleh karena itu mereka sudah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, atau tubuh secara bersamaan hal ini dapat dilihat ketika buah hati menulis atau menggambar.17
g. Pembelajaran dengan TeknikKolase
Pembelajaranadalahprosesintraksipesertadidikdenganpendidi k dansumberbelajarpadasuatulingkunganbelajar.Sedangkan pengertian metode pembelajaran PAUD menurut kamus bahasa Indonesia adalah cara yang diatur dan terpikirbaik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkanpelaksaaansuatukegiatangunamencapaitujuanyangditen tukan. Secara sederhana dapat juga diartikan sebagai cara yang
17Lerin Chritine, Permainan untuk Meningkatkan Kecerdasan dan Kreativitas Buah Hati (Jakarta: Trasn Media, 2009), h. 2.
sistematis dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran menggunakan teknik
kolasedengan mediaberbahan kertas
dilakukandenganberbagaimetodeantaralain:
1) MetodePemberianTugasdalamPembelajaranKolase
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak,semata- mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian dan membangun motivasi anak, bukan untuk melatih hasilnya. Oleh
karena itusebaiknya dihindari
pemberiantugasyangbersifatmemaksa,mendikte,membatasikreativ itas
anakterusmenerusdalammembentukpekerjaanrumahatautugas- tugas lain yang membuat anak merasa tertekan, terpaksa bahkan membuat anak bosan sampai tngkat frustasi. Sebainya berikan
tugas-tugas yang
dapatmeingkatkankreativitasanak,meningkatkanimajinasianak,me latih
motorikhalusanak,membuatanaklebihbergairah,bersemangat,mera sa
senang,nyaman,menumbuhkanrasapercayadiri,meningkatkanmoti vasi belajar dan tugas-tugas yang membuat anak merasa nyaman
dan aman ketika belajar di PAUD. Dengan demikian tugas yang diberikan dapatmendorong anak untuk lebih tertarik dan betah berada dilembaga PAUD. Bentuk kegiatang yang digunakan dalam metode pemberian tugas yaitu: mengganbar bebas, mewarnai, meronce, menggunting dan sebagainya.
2) MetodeDiskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bias berupa penyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Metodeinidapatmeransangkreativitasanakdidikdalambentukid e, gagasan dan tebosan baru dalam memecahkan masala, mengembangkansikapmenghargaioranglain,memperluaspengetah uan, membina anak untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan masalah.
2. Motorik Halus
a. Perkembangan anak Usia Dini
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, para ahli menyebut masa usia 0-6 tahundengangolden age (masa keemasan) yaitu masa dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat cepat dan masa ini juga anak-anak selalu diwarnai keberhasilan untuk mempelajari banyak hal. Apabila anak pada usia ini terus diberikan
stimulasi, maka perkembangan jaringan otaknya akan terus tersambung.
Setiap rangsangan dan stimulasi yang diterima oleh anak akan menyambungkan dan memperkuat jaringan sel-sel otak yang telah ada.18
Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial.
Perkembangan yang terjadi dalam usia anak (infancytoddlerhood di usia 0-3 tahun, early childhood usia 3-6 tahun dan middle childhood usia 6-11 tahun).19Pada masa golden age anak membutuhkan banyak stimulasi yaitu dari orang tua atau dari para pendidik di sekolahnya.
Ada berbagai macam keterampilan dasar yang harus dikembangkan, meliputi bahasa, sosial emosional, kognitif, moral, fisik atau motorik, seni dan kreativitas. Keterampilan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus.20
Dalam keterampilan dasar fisik motorik pada anak usia dini terbagi menjadi dua, yaitu keterampilan fisik motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar yaitu mencakup gerakan tubuh secara terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan mengikuti aturan.Sedangkan motorik halus mencakup keterampilan dan
18Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),h.30- 31.
19Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter(Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h. 6.
20Yuliani dan Bambang, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak (Jakarta: Indeks, 2010), h. 26.
kelenturan menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk.21
Untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Apalagi dunia pendidikan anak usia dini merupakan sebuah dunia yang tidak terlepas dari bermain dan juga berbagai alat permainan anak-anak. Permainan merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan berbagai keterampilan anak, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik sesuai dengan tahap usianya. Permainan yang menarik dapat dijadikan media bagi anak untuk belajar banyak hal.Dalam tahap perkembangan usia kelompok A (4-5 Tahun) dengan pemberian stimulasi yang optimal, maka seharusnya ada banyak keterampilan motorik halus yang sudah bisa anak lakukan seperti memasukkan mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan mata dalam melakukan gerakan yang lebih rumit dengan baik, memasang dan melepas kancing baju, mengekspresikan diri melalui kegiatan seni.22
b. Pengertian Motorik Halus
Motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik unsur-unsur yang menentukan ialah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”
artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan saling menunjang, saling
21Permendikbud RI Nomor 137 Tahun 2014, Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, h. 11.
22Setiadi, Pedoman Penyelenggaraan PAUD (Jakarta : Bee Media Pustaka, 2016), h. 8
melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris tang lebih sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampul menggerak-gerakan tubuhnya.23Keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan, koordinasi mata dan tangan, keterampilan yang mencakup bermanfaat dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil untuk pengontrolan terhadap mesin misalnya, menjahit dan mengetik.Keterampilan motorik halus meliputi menggambar, menulis, dan mengikat tali sepatu dan aktifitas yang melibatkan penggunaan gerakan tubuh kecil.24
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa motorik halus adalah keterampilan yang berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa), melatih koordinasi antara mata dan tangan yang dianjurkan dalam waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai dan juga kemampuan daya lihat.
c. Tujuan dan Fungsi Motorik Halus
Tujuan dan fungsi pengembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun adalah:
23Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 31.
24Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 47.
1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
2) Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari seperti persiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda.
3) Mampu mengkoordinasi indra mata dan tangan.
4) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
d. Pendekatan Pengembangan Motorik Halus
Pendidik yang bekerja dengan anak-anak usia dini perlu menekankan pentingnya kegiatan bermain atau pengembangan motorik dan pengembangan lainya. Terdapat dua hal yang seyogyanya tidak di lupakan yaitu:
1) Pemahaman akan pentingnya hubungan kegiatan tersebut dengan pengembangan daya pikir dan daya cipta anak.
2) Bila anak tanpa bergerak bebas, tanpa kesempatan bermain dan tanpa kesempatan menjelajahi lingkungan anak akan kurang tumbuh secara optimal.
Fokus pendidikan di Taman Kanak-kanak pada umumnya adalah sebagai berikut:
1) Belajar melalui Bermain. Kegiatan belajar melalui bermain merupakan hal yang amat sesuai dengan kesenangan anak.
2) Belajar melalui Observasi. Anak menyukai hal yang baru, merasuk hati, karena itu pula ia gemar mengamati segala sesuatu yang
terdapat di sekitarnya atau hal yang dilihatnya dari buku dan rekaman bunyi, serta rekaman gambar.
3) Belajar melalui Eksplorasi. Anak tidak dapat berdiam diri, mereka ingin mencoba-coba, mengutak atik yang ada di sekitarnya.
4) Belajar melalui Imitasi. Anak gemar meniru prilaku orang di sekitarnya atau dari tontonan, bahkan menirukan berbagai bunyi, dan suara yang didengarnya.
5) Belajar melalui Seni dan gerak Anak.25
Adapun karakteristik pembelajaran di PAUD dalam bermain dan permainan anak sebagai berikut:
1) Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta dengan manusia.
2) Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak.
3) Anak belajar paling baik belajar dari teman sebayanya.
4) Anak belajar dengan menggunakan seluruh alat inderanya.
5) Kebutuhan anak dalam pembelajaran.
6) Kematangan anak.
7) Anak-anak belajar dengan kecepatan yang tidak sama walaupun usianya sama.
8) Anak belajar mengikuti gaya belajarnya masing-masing.26
25Widya Pekerti, dkk, Metode Pengembangan Seni (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), h.1.44-1.45.
26Idad Suhada, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini atau Raudhatul Athfal (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2016), h. 4.
e. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, sekitar usia tiga tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik dan sekitar usia empat tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Gambaran tingkat pencapaian perkembangan motorik anak usia dini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu:27
Tabel 2.1
Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Usia Motorik Kasar Motorik Halus
4-5 tahun 1. Menari mengikuti gerakan- gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, dan sebagainya.
2. Melakukan gerakan menggantung (bergelayut).
1. Mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan mata dalam melakukan gerakan yang lebih rumit dengan baik.
2. Memasang dan melepas kancing baju.
3. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni (menggambar, melukis, menari, dan lainnya).
4. Membuat suatu bentuk dengan lilin atau tanah liat.
5-6 tahun 1. Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam meniru tarian atau senam.
2. Meniti balok titian.
3. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.
1. Menggambar dan menulis.
2. Menggunting.
3. Menempel gambar dengan tepat.
4. Menyimpulkan tali sepatu.
5. Menyikat gigi tanpa bantuan.
27Novan Ardy Wiyani, Konsep Dasar PAUD(Yogyakarta: Gava Media, 2016), h. 111.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus merupakan salah satu perkembangan yang sangat penting bagi kehidupan anak. Perkembangan motorik merupakan suatu perkembangan gerak yang menggunakan otot dengan mengkoordinasikan geak mata dan tangan. Melalui latihan-latihan yang tepat, gerak motorik kasar dan halus dapat ditingkatkan dalam hal kecepatan, keluwesan, dan kecermatan. Sehingga secara bertahap anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan-gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya.
f. Cara-cara Mengembangkan Motorik Halus
Cara untuk mengembangkan kemampuan motorik halus yaitu: 1) meronce, 2) melipat, 3) menggunting, 4) mengikat, 5) membentuk, 6) menempel, 7) menyusun, 8) menulis awal. Dari beberapa cara di atas melipat, menggunting dan membentuk adalah cara yang tepat di gunakan dalam penelitian ini untuk mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak.28
g. Perkembangan Keterampilan-keterampilan Motorik Halus
1) Keterampilan-keterampilan motorik halus melibatkan otot kecil yang memungkinkan fungsi-fungsi seperti menggenggam dan memanipulasi objek-objek kecil.
28Kassim Achmad, Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (Jakarta: Dewa Kesenian Jakarta, 1981), h. 10.
2) Fungsi-fungsi seperti menulis, menggambar, dan mengenakan pakain bergantung pada keterampilan-keterampilan motorik halus kita.
3) Kemampuan bayi untuk meraih dan memanipulasi objek berkembang pesat pada tahun pertama usianya.
4) Meraih dan menggenggam secara sengaja pada usia tiga bulan, sebelum ini bayi menyambar objek dalam bidang pengelihatannya secara tak terkoordinasi, kerap tidak berhasil dan jarang dapat meraih objek yang dilihatnya tersebut.
5) Munculnya tindakan meraih dan menggenggam menandai pencapaian signifikan dalam kemampuan bayi untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
6) Meski kaku dan mirip cengkraman, namun genggaman ini meningkat kemampuan untuk melakukan eksplorasi objek melalui perabaan.
7) Secara bertahap diperoleh keahlian yang lebih tinggi dalam memanipulasi objek, sehingga pada akhir tahun pertama usianya bayi mampu melakukan genggaman menjepit.
8) Ini merupakan perkembangan penting dalam hal kecekatan, karena genggaman jari dan ibu jari ini menjadi dasar keterampilan- keterampilan manual kita yang lebih canggih seperti menulis,
menggunakan gunting dan alat potong, membalik halaman buku,dan sebagainya.29
h. Cara Penilaian Motorik Halus
Penilaian aspek perkembangan motorik halus meliputi:
1) Dapat mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan, seperti:
makan,berpakaian,mandi, menyisir rambut, mencuci dan mengelap tangan, dan mengikat tali sepatu.
2) Dapat membuat berbagai bentuk dengan mengguakan misalnya tanah liat, plastisin, dan Play Dough.
3) Meniru membuat garis tegak, miring, lengkung, dan lingkara.
4) Meniru melipat kertas sederhana (1-12 lipatan).
5) Menggambar orang dengan bagian-bagiannya.
6) Belajar menggunting bebas dengan berbagai media.
7) Belajar menggunting bebas dengan berbagai media sesuai dengan pola (glombang, zig-zag, lingkaran, segi empat, segitiga).
8) Dapat membuat lingkaran dan bujur sangkar.
9) Menyusun menara kubus.
10) Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu, benang wol, rafia, dan sebagainya.
11) Menyusun menara kubus minimal delapan kubus.30
29Penny Uton, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 63-64.
30Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 49.
B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Sejauh pengetahuan penulis, dari berbagai literatur yang penulis baca terdapat beberapa buku yang membahas tentang penggunaan media kolase kertas terhadap keterampilan motorik halus anak usia dini, untuk mendukung penelitian ini maka penulis kemukakan literatur sebagai kajian pustaka diantaranya:
1. Desi, 2014.Pengaruh Permainan Kolase terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B di TK Pertiwi II Jambeyan, Karang Anom Kelaten. Dengan analisis T hitung = 4,986 dan T tabel = 1,697.
Karena T hitung <- T tabel = -4,986 < - 1,697 maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa permainan kolese memiliki pengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak.
2. Utami Ragil, 2013.Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui kegiatan Menempel (Kolase) Pada Anak Kelompok B di TK ABA Nikitan Yogyakarta. Dapat disimpulkan kondisi awal kemampuan motorik halus anak sebesar 26,09% dan setelah dilakukan tindakan selama dua siklus terjadi dua peningkatan 78,26%.
3. Maulida Dwi Ningtyas, 2012.Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kolase berbahan Alam Pada Anak Kelompok B di TK Muslimat NU Kadiyah. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan terjadi pada perkembangan kemampuan motorik halus anak dimana pada siklus I hanya 10 anak (43,5%) yang dikategorikan cukup dan meningkat menjadi 19 anak (82,6%) yang dikategorikan baik pada
siklus II. Berdasakan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolase berbahan alam yang berlangsung dengan baik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
C. Kerangka Pikir/Rationale
Perkembangan motorik halus merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini. Perkembangan kemampuan motorik halus pada anak usia dini memungkinkanya untuk melakukan lebih banyak kegiatan yang memerlukan keterampilan jari jemari tangannya. Keterampilan motorik halus anak memerlukan peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari.
Salah satu kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan motorik halus anak adalah kegiatan kolase yang berpengaruh dalam keterampilan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan kolase dengan media keras merupakan salah satu teknik melatih kemampuan koordinasi motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, serta mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan.
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa metode kolase kertas adalah metode belajar yang digunakan untuk untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Gambar2.6 Bagan Kerangka Pikir Penerapan
kolase kertas
Meningkatkan keterampilan motorik
halus anak usia dini.
Permainan kolase kertas:
1. Menggunting 2. Menempel
Motorik halus anak usia dini:
1. Menggambar sesuai gagasan 2. Menirukan bentuk 3. Menempel
4. Menggunting sesuai pola
5. Menempel gambar dengan tepat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu jenis penelitian yang mengacu kepada tindakan apa saja yang dilakukan guru secara langsung untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: praktik-paraktik kependidikan, pemahaman tentang praktik-praktik yang dilaksanakan, situasi di mana praktik-paraktik tersebut dilaksanakan.31PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.32
Jenis PTK yang digunakan oleh peneliti adalah PTK eksperimental.
Yang dikategorikan sebagai PTK eksperimen ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efesien di dalam suatu kegitan belajar mengajar. Di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, dimungkinkan terdapat lebih
31Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h. 46.
32Igak Wardhani, dkk., Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),h.1.4.
34
dari satu strategi atau teknik yang diterapkan untuk mencapai tujuan instruksional.33
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan, pemberdayaan, atau perbaikan keadaan. Dalam penelitian ini yang diperdayakan adalah motorik halus anak dalam melakukan aktivitas permainan kolase kertas.
B. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaurkhususnya Anak-anak, lokasi tersebut dipilih karena dekat dengan tempat tinggal sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulanmulai tanggal 28 November 2018 sampai dengan 23 Januari 2019.
C. Subjek Penelitian 1. Subjek Primer
Subjek primer penelitian ini adalah anak usia dini4 sampai 6 tahun yang berjumlah 14anak di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.
2. Subjek Sekunder
Subjek sekunder penelitian ini adalah guru PAUD Ar-Rahim, hasil penilaian lembar observasi tiap pertemuan.
33Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru (Bandung: Yrama Widya, 2011), h.12.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti dibantu oleh guru di PAUD Ar-Rahim sebagai observer. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik catatan lapangan atau lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data penelitian dimana peneliti dan pengamat melihat situasi dan penelitian.34 Catatan lapangan dibuat dalam catatan yang lengkap setelah peneliti sampai kerumah.
Proses ini dilakukan setiap mengadakan pengamatan dan wawancara.
Untuk penilaian peningkatan keterampilan motorik halus anak, peneliti juga melakukan pengamatan dengan menggunakan daftar ceklis, penilai (guru dan peneliti) memberikan tanda pada pilihan yang tersedia untuk masing-masing indikator aspek yang diamati. Adapun klasifikasi tingkat pencapaian perkembangan anak, yaitu:
a. Belum berkembang (BB), yaitu jika anak sama sekali belum mampu menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang sesuai dengan target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan.
b. Mulai berkembang (MB), yaitu jika anak menunjukan inisiatif untuk menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang sesuai dengan target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan, sekalipun belum sesuai dengan standar yang tetap.
34Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas(Jakarta:
Indeks, 2010), h. 66.
c. Berkembang Sesuai Harapan (BSH), yaitu jika anak mampu menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang sesuai dengan target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan.
d. Berkembang Sangat Baik (BSB), yaitu jika anak mampu menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang melebihi target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan.
Tabel 3.1
Format Penilaian Peningkatan Keterampilan Motorik Anak
No Aspek yang Dinilai
Klasifikasi Tingkat Perkembangan BB MB BSH BSB
1 2 3 4
1. Anak dapat memungut benda-benda kecil seperti pensil dan krayon (menggunakan ibu jari dan telunjuk / tidak mengempal)
2. Anak dapat memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain
3. Anak dapat menggambar sesuai dengan gagasan 4. Anak mampu mengkoordinasikan jari-jari
tangan dengan mata dalam melakukan gerakan yang lebih rumit
5. Anak dapat mengontrol tangan yang menggunakan otot halus seperti menggunting 6. Anak dapat menirukan bentuk gambar sesuai
pola
7. Anak teliti dalam menggunting kertas sehingga membentuk sesuai pola
8. Anak dapat menempelkan gambar sesuai pola 9. Anak menunjukkan sikap percaya diri terhadap
hasil karyanya
10. Anak memiliki sikap gigih (tidak menyerah)
11. Anak memiliki perilaku sabar dalam melakukan kegiatan
12. Anak dapat menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan menggunakan berbagai media 13. Anak dapat mengurutkan warna berdasarkan
petunjuk
14. Anak antusias dalam melakukan kegiatan kolase 15. Anak terampil dalam kegiatan kolase
Total Skor Total Skor Keseluruhan
2. Wawancara. Wawancara dilakukan dengan guru PAUD Ar-Rahim sebagai observer, orang tua anak dan anak usia dini untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang penggunaan kolase untuk mengembangkan motoric halus anak.
3. Dokumentasi, berupa hasil pengamatan lembar observasi saat Pra Siklus, Siklus I,Siklus II, dan Siklus III,juga foto-foto pada saat penelitian diperlukan untuk merekam kegiatan anak dan peneliti dalam proses pembelajaran.
E. Prosedur Tindakan
Prosedur PTK biasanya meliputi beberapa siklus sesuai dengan tingkat permasalahan yang akan dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan.
Setiap siklus pada penelitian tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu:
Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Action), Observasi (Observation), Refleksi (Reflection).
Gambar 3.1
Spiral Tindakan Kelas Model Hopkins35 1. Perencanaan
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus berorientasi kedepan. Disamping itu perencana harus menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan mempunyai resiko. Oleh karena itu perencanaan yang
35Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 54.
SIKLUS I
Aksi Perencanaan
SIKLUS II Perencanaan Refleksi
SIKLUS III Perencanaan Observasi
Aksi Observasi
Refleksi
Aksi Observasi
Refleksi