• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PELATIHAN TEKNIK PERMAINAN TRADISIONAL KEPADA GURU SEKOLAH DASAR DI RANTING V KECAMATAN PASEH KABUPATEN BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of PELATIHAN TEKNIK PERMAINAN TRADISIONAL KEPADA GURU SEKOLAH DASAR DI RANTING V KECAMATAN PASEH KABUPATEN BANDUNG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Agama Islam – Universitas Islam 45 PELATIHAN TEKNIK PERMAINAN

TRADISIONAL KEPADA GURU SEKOLAH DASAR DI RANTING V KECAMATAN PASEH KABUPATEN BANDUNG

Prayogi Nurfauzan

Universitas Islam 45 Bekasi prayoginf.unisma45@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT:

Riwayat Artikel:

Diterima : 30 April 2023 Direvisi : 05 Mei 2023 Disetujui : 19 Mei 2023

This community service is motivated by the presence of elementary school teachers who are confused and lack understanding about various traditional game techniques, as well as implementing them in education and learning at the elementary school level. Therefore, the purpose of this community service is to provide understanding and skills to elementary school teachers in developing various traditional game techniques in elementary schools. The methods employed in this training include training sessions, question and answer sessions, discussions, practical exercises, and mentoring for elementary school teachers to develop traditional game techniques that can be implemented in teaching and education at the elementary school level. This community service results in an improvement in the understanding and skills of elementary school teachers in developing various traditional game techniques that can be implemented in teaching and education at the elementary school level. Thus, this community service concludes that training activities, question and answer sessions, discussions, practical exercises, and mentoring can enhance the understanding and skills of elementary school teachers in developing various traditional game techniques to improve the quality of education in elementary schools.

Keywords:

Teacher, Elementary School, Education, Traditional Game

(2)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

82 PENDAHULUAN

Usia sekolah dasar merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang pertumbuhan serta perkembangan pada kehidupan. Masa anak-anak akan ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamental untuk membangun karakter pada kehidupan anak sampai pada periode akhir perkembangan anak tersebut. Adapun ciri – ciri tumbuh kembang anak usia sekolah dasar diantaranya perkembangan intelektual, fisik motorik, emosi, bahasa, sosial, dan kesadaran beragama (Latifa, 2017). Bermain merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan dunia anak-anak, aktivitas bermain dapat memberikan keceriaan dan kebebasan dalam berekspresi. Ketika bermain, mereka mencoba bereksperimen dengan hal baru, belajar mengambil risiko dan melakukan interaksi dengan teman sebayanya. Bermain dapat menambah wawasan pengetahuan, meningkatkan konsentrasi, dan daya ingat serta menimbulkan perasaan senang (Suryani & Purwanti, 2019).

Bermain adalah salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya. Bermain adalah medium, di mana si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai kecepatannya sendiri, maka ia melatih kemampuannya. Bermain mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari seorang anak.

Hakikat permainan bahasa merupakan kelompok media pengajaran bahasa yang hanya sesuai untuk dilaksanakan pada kelas kecil. Permainan adalah setiap kontes antara pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan- aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula (Khalilullah, 2012).

Menurut Solehuddin (Hamdani, 2011: 11) bermain adalah dunia sekaligus sarana belajar anak. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain berarti memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar dengan cara-cara yang dapat dikategorikan sebagai bermain. Ini berarti pengalaman belajar itu dirasakan dan dipersepsikan secara alami oleh anak sehingga menjadi bermakna baginya (Suyuti, 2017). Joan Freeman dan Utami munandar (Ismail, 2009: 27) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional (Hariyanto, 2010).

Menurut beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi permainan yaitu suatu aktivitas yang dilakukan dengan suasana yang menyenangkan yang mana kondisi ini menjadi sarana bagi anak dalam mencapai perkembangannya dan akan membuat anak membangun dunianya tersendiri.

(3)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

83

Anak – anak dapat belajar melalui permainan untuk menambah pengalaman dengan bahan, benda dan teman sebaya.

Permainan tradisional merupakan permainan yang mengandung unsur budaya dan kini mulai ditinggalkan oleh generasinya (Yansaputra and Pangestika, 2020). Permainan tradisioal interaktif menyebabkan terjadinya peningkatan sikap sosial siswa, aktivitas sosial yang terbentuk diantaranya yaitu saling toleransi antar teman, kreatif, komunikatif, peka dengan lingungan dan solidaritas (Yansaputra & Pangestika, 2020). Akan tetapi, guru-guru masih belum membudayakan permainan tradisional dalam pendidikan dan pembelajaran di sekolah dasar, padahal permainan tradisional tersebut sangatlah penting untuk diadopsi nilai-nilai pendidikan yang bermanfaat untuk siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, sebagai alternatif solusi dari permasalahan adalah guru perlu mengenalkan kembali pada anak-anak sekolah dasar terhadap permaianan tradisional dengan harapan mampu mengembangkan sikap sosial.

Permainan tradisional tersebut memunyai beberapa fungsi bagi anak dan mampu membentuk karakter para pemainnya. Permainan tradisional banyak sekali jenisnya, misalnya permainan gobak sodor, conglak, bentengan, petak umpet, lompat tali, dogongan, egrang, balok titian, tarik tambang dan masih banyak yang lainnya. Mengembangkan permainan tradisional dapat dilakukan dengan salah satunya adalah dengan pelatihan permainan tradisional kepada guru-guru kususnya guru ranting 5 Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung.

Akan tetapi, guru-guru SD nampak guru SD masih kebingungan dalam memahami berbagai macam teknik permainan tradisional di sekolah dasar, kemampuan guru SD dalam merancang aktivitas pengembangan pemainan tradisional siswa SD masih belum terampil, serta sebagian besar guru sekolah dasar masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan permainan tradisional di sekolah dasar. Dalam permainan tradisional terdapat karakter seperti yang digariskan dalam kurikulum 2013 yakni karakter religious, integritas, nasionalis, tanggung jawab, dan mandiri dapat diwujudkan melalui permainan tradisional (Kasnadi dan Sutejo, 2017).

Permainan tradisional pada dasarnya di pengaruhi oleh kebudayaan setempat, sehingga permainan tradisional dapat mengalami perubahan baik berupa pergantian, penambahan maupun pengurangan sesuai dengan kondisi daerah setempat. Maka dari itu sangatlah diperlukan adanya pelatihan yang dapat meningkatkan pemahaman guru SD mengenai peraturan permaianan tradisional, serta dapat meningkatkan keterampilan guru SD dalam permaian tradisional.

(4)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

84 METODE PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan dengan metode pelatihan dan pendampingan secara ekspositorik atau ceramah, diskusi, dan praktek pengembangan teknik permaian tradisional di sekolah dasar.

a. Pelatihan, digunakan untuk memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan dalam memahami berbagai teknik permainan tradisional kepada guru-guru sekolah dasar.

b. Curah pendapat dengan metode tanya jawab dan diskusi, dimaksudkan untuk memberikan kesempatan untuk mendiskusikan hal-hal yang mungkin belum dapat dipahami dengan baik mengenai teknik permainan tradisional di sekolah dasar.

c. Praktik, dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pengalaman kepada peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik pengembangan permainan tradisional di sekolah dasar.

d. Pendampingan, digunakan untuk memberikan bimbingan kepada peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik pengembangan teknik permainan tradisional di sekolah dasar.

HASIL PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Pelaksanaan program kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan selama satu bulan yaitu dengan metode kegiatan pelatihan, curah pendapat, praktik dan pendampingan. Tema yang digunakan dalam pelatihan dan pendampingan ini yakni pelatihan dan pendampingan pengembangan teknik permainan tradisional di sekolah dasar, dimana materi awal yang disampaikan pada pelatihan ini yaitu mengenai berbagai macam teknik permainan tradisional. Materi permulaan ini bertujuan untuk menambah wawasan guru-guru sekolah dasar mengenai berbagai macam teknik permainan tradisional di sekolah dasar serta pengembangannya. Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan ini yaitu sebanyak 28 peserta yang merupakan perwakilan guru Se-Ranting 5 Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung.

Pada awal kegiatan pelatihan, penyelenggara melakukan persiapan dengan presensi kehadiran, serta berdoa supaya kegiatan pelatihan dan pendampingan dapat berjalan dengan lancar. Selanjutnya kegiatan program pengabdian masyarakat mulai dibuka dengan kesepakatan antara penyelnggara dengan peserta mengenai tata tertib dan petunjuk-petunjuk kegiatan yang akan dilakukan dalam program pengabdian kepada masyarakat ini, tentunya semua petunjuk mengarah kepada peningkatan pemahaman dan keterampilan guru SD sebagai peserta pelatihan dalam pengembangan teknik permainan tradisional di sekolah dasar.

(5)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

85

Pada pemaparan materi, terdapat enam materi yang disampaikan pada penjelasan materi mengenai 5 permainan tradisional, strategi pengembangan peraturan permainan tradisional di SD dan praktek permainan tradisional.

Pelatihan disajikan dengan video visual supaya peserta tidak jenuh mendengarkan ceramah penjelasan saja, serta supaya peserta dapat bersemangat memahami materi pelatihan. Pada pelasksanaan pelatihan ini, telah terjalin interaksi multi arah antara peserta dengan narasumber, peserta dengan peserta, serta peserta dengan media pelatihan. Adapun hasil dokumentasi yang dapat menunjukkan terdapatnya interaksi yang multi arah dan kegiatan pelatihan yang menyenangkan serta bermakna pada saat pelatihan dapat terlihat pada gambar-gambar berikut ini.

Gambar 1. Kegiatan Peserta Mengamati video dan Melakukan Proses Tanya Jawab

Gambar 1. menunjukkan bahwa metode ekspositorik berbantuan media video dan teknik tanya jawab telah dilaksanakan pada pelatihan ini untuk mengekplorasi materi teknik pengembangan permainan tradisional yang sedang dibahas.

Kegiatan pelatihan juga dilaksanakan dengan metode praktik yang dapat dilihat pada Gambar 2 Berikut :

Gambar 2. Kegiatan Metode Praktek pada Saat Pelatihan Permainan Hadangan

Keseriusan peserta dalam melaksanakan praktek pelatihan dengan menggunakan seperti talirapia, sangat tampak pada Gambar 2. diatas, bahkan

(6)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

86

peserta juga mensimulasikan permainan egrang yang berkaitan dengan salah satu permainan tradisional kemampuan di depan seluruh peserta sepeti pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Perwakilan Peserta Mensimulasikan Teknik Permainan Egrang Bambu dan Egrang Batok

Pelaksanaan simulasi tentunya harus diimbangi dengan proses pembimbingan dari narasumber seperti yang tergambar pada Gambar 4. berikut ini.

Gambar 4. Narasumber Melakukan Pembimbingan pada Saat Kegiatan Permainan Dogongan

Selain game yang dilaksanakan melalui peserta juga melaksanakan game langsung untuk membakar semangat mereka Adapun pelaksanaan game dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5. Kegiatan Pelatihan Melalui Metode Bermain Bakiak

(7)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

87

Berdasarkan Gambar 5 tersebut, peserta terlihat semangat dalam melaksanakan permainan yang melatih keterampilan kognitif, afektif, psikomotorik dan kerjasama pada saat permainan berlangsung.

Seluruh dokumentasi yang ditemukan menunjukkan betapa antusiasnya peserta dalam mengikuti pelatihan dikarenakan penggunaan mrtode praktek, sumber pelatihan yang begitu menyenangkan untuk para peserta.

Berdasarkan hasil yang dipaparkan diatas, maka dapat diketahui bahwa pelatihan teknik permainan tradisional ini diikuti oleh guru-guru dengan antusias dam penuh semangat, hal ini tentunya sejalan dengan pendapat Santrock (Parji, dkk., 2016) yang mengungkapkan permainan adalah aktivitas menyenangkan yang dilakukan untuk bersenang-senang dan permainan sosial adalah salah satu jenisnya.

Permainan sosial tersebut sering kita jumpai dalam permainan tradisional, sehingga permainan tradisional tersebut dapat meningkatkan keterampilan sosial guru maupun siswa, hal tersebut senada dengan fungsi permainan tradisional yang mencakup, sebagai wadah pengembangan jiwa sosial anak, (sebagai wadah pengembangan potensi anak, dan sebagai media pengembangan emosi anak (Kasnadi dan Sutejo, 2017). Menurut Fathul Mujib dkk, permainan adalah situasi atau kondisi tertentu saat seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui suatu aktivitas atau kegiatan bermain. Sementara menurut Semiawan berbagai permainan dapat dibuat secara sengaja (intentionally) dengan maksud agar anak meningkatkan beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman belajar(Khalilullah, 2012).

Pelaksanaan pelatihan pengembangan teknik permainan tradisional ini dilakukan secara multi metode yang bervariasi. Mujib dan Nailur (2011: 34) menyampaikan bahwa permainan yang dimanfaatkan dengan bijaksana dapat menambah variasi, semangat, dan minat pada sebagian program belajar. Lebih lanjut Hurlock juga mengungkapkan bahwa pola permainan yang dapat mendukung perkembangan sosial anak adalah pola permainan yang bernuansa sosial, yaitu pola permainan yang melibatkan interaksi dengan teman-teman sebaya (Susanti, 2010). Suasana tersebut dapat ditemui dalam permainan tradisional. Salah satu ciri yang menonjol dari permainan tradisional adalah dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bertatap muka, keadaan ini memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan teman bermainnya. Saat memainkan permainan tradisional, anak-anak diajak untuk berkumpul dan mengenal teman sepermainannya.

Pelaksanaan pelatihan yang diikuti oleh guru-guru SD begitu menyenangkan, karena mereka dapat praktik langsung mengikuti permainan

(8)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

88

tradisional. Hal tersebut karena ada beberapa nilai yang terkandung dalam permainan tradisional yang dapat ditanamkan dalam diri anak antara lain rasa senang, adanya rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh dan rasa saling membantu yang kesemuanya merupakan nilai- nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat (Susanti, 2010).

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa alat yang menghasilkan pengertian, atau memberikan informasi, kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak. Dengan bermain anak mampu mengembangkan banyak kemampuan yang diantaranya kemampuan afektif.

Hartati menjelaskan bahwa bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain berfungi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap perkembangan dan lewat bermain pula didapat pengalaman yang penting dalam dunia(Andriani, 2012 : 126).

Permainan tradisional merupakan salah satu aset budaya yang mempunyai ciri khas kebudayaan suatu bangsa. Permainan tradisional merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah raga yang sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan serta ketangkasan (Andriani, 2012).

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan tradisional merupakan permainan yang diwariskan turun temurun yang merupakan warisan dari nenek moyang yang dilakukan oleh manusia khususnya oleh anak-anak dengan tujuan mendapatkan kegembiraan.

Bentuk permainan tradisional anak sangat bervariasi, baik antar daerah, antar etnis.dan antar bangsa. Permainan tradisional selain merupakan permainan yang diwariskan, permainan ini juga mempunyai nilai-nilai karakter yang cocok diterapkan di sekolah.

Dalam hal ini guru bisa menggunakan permainan tradisioanl untuk meningkatkan pembelajaran di kelas. Dengan menggunakan permainan tradisional pembelajaran yang berlangsung akan memberikan kesan tersendiri seperti anak lebih aktif dalam pembelajaran. Belajar sambil bermain dapat membuat siswa mengekplorasi segalanya yang ada dalam bermain, sosial- emosional, mengembangkan imajinasinya, kreativitas dan kognitif.

Aspek-aspek permainan tradisional diantaranya, aspek jasmani yang terdiri dari kekuatan dan daya tahan tubuh serta kelenturan, aspek psikis yang meliputi unsur berfikir, unsur berhitung, kecerdasan, kemampuan membuat siasat,

(9)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

89

kemampuan mengatasi hambatan, daya ingat, dan kreativitas, dan aspek sosial meliputi unsur kerjasama, suka akan keteraturan, hormat menghormati, balas budi dan sifat malu (Andriani, 2017).

Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional menurut Andang Ismail antara lain: melatih sikap mandiri, berani mengambil keputusan, penuh tanggung jawab, jujur, sikap dikontrol oleh lawan, kerjasama, saling membantu dan saling menjaga, membela kepentingan kelompok, berjiwa demokrasi, patuh terhadap peraturan, penuh perhitungan, ketepatan berpikir dan bertindak, tidak cengeng; berani, bertindak sopan, dan bertindak luwes (Perdani, 2014 : 133).

Selain itu menurut Perdani (2014 : 133) “Permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan moral, seperti: nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, lapang dada (kalau kalah), dorongan berprestasi, menghargai orang lain, keakraban, toleransi, aktif, kreatif, kemandirian, kepedulian terhadap lingkungan sekitar, solidaritas, sportivitas, dan taat pada aturan, jika pemain dapat menghayati, menikmati, dan mampu menikmati permainan.

Karakteristik permainan tradisional adalah permainan tradisional menggunakan alam sekitar sebagai sumber bermain dan sebagai sumber alat permainan yang didukung kemampuan dan kreativitas dalam menggunakan bahan yang ada di lingkungan sekitar menjadi alat permainan. Permainan tradisioal dimainkan secara bersamaan atau kelompok. Kekuatan dari bermain permainan tradisional, yaitu mengutamakan interaksi sosial yang mengutamakan kerjasama, kekompakan, saling asah asih asuh, dan melatih emosi serta moral anak, karena dalam proses bermaian anak dituntut untuk bermain jujur, adil dan penuh tanggung jawab (Perdani 2014 : 133-134).

Kegiatan pengabdian masyarakat ini sejalan dengan penemuan Andriani (2012) terkait adanya pengaruh dan manfaat permainan tradisional terhadap perkembangan jiwa anak adalah:

a. Anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisonal biasanya dibuat lansung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang atau benda- benda bahkan tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal ini mendorong mereka lebih kreatif menciptakan alat permainan.

b. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saaat bermain anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi tersebut.

c. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak d. Mengembangkan kecerdasan natural anak.

(10)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

90 e. Mengembangkan kecerdasan spasial anak.

f. Mengembangkan kecerdasan musikal anak.

g. Mengembangkan kecerdasan spritual anak.

SIMPULAN

Program pengabdian kepada masyarakat ini menyimpulkan bahwa kegiatan- kegiatan pelatihan, curah pendapat, serta praktik dan pendampingan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru sekolah dasar dalam mengembangkan berbagai macam teknik permainan tradisional guna peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar. Sehingga diperlukan kegiatan-kegiatan serupa supaya guru-guru SD dapat lebih terampil dalam mengembangkan teknik permainan tradisional di sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, T. (2012). Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Sosial Budaya Vol. 9.(1).121-136.

Ayu, dkk. (2015). Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Tradisional Gobak Sodor Dan Engklek Dalam Menghadapi Modernisasi Yang Dinamis.

1-19

Hariyanto. (2010). Tersedia Online : http://belajarpsikologi.com/metode- permainan-dalam-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 12 November 2018.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Ismail, A. (2006). Education Games (menjadi cerdas dan ceria dengan Permainan edukatif). Yogyakarta: Pilar Media.

Kasnadi, & Sutejo. (2017). Permainan Tradisional Sebagai Media. Prosiding Seminar Nasional PPKn III.

Khalilullah. (2012). Permainan Teka-Teki Silang Sebagai Media Dalam Pembelajaran Bahasa Arab (mufradat). Jurnal Pemikiran Islam. Vol: (37) hal:1.

Khamdani, A. (2010). Olahraga Tradisional Indonesia. Singkawang: PT. Maraga Borneo Tarigas.

Latifa, U. (2017). Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar : Masalah dan Perkembangannya. Journal Multidisciplinary Study. 1:185–196.

Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. (2011). Metode Permainan- pemainan Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab. Yogyakarta: Diva Press.

(11)

Pelatihan Teknik Permainan Tradisional Kepada Guru Sekolah Dasar Di Ranting V Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

91

Parji, R. E. dan Andriani. (2016). Upaya Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa Melalui Permainan Tradisional Congklak.Vol. Jurnal Studi Sosial Vol 1 Nomor 1 Juli 2016 hal 14-23.

Perdani, P. A. (2014). Peningkatan Keterampilan Sosial Anak. Jurnal pendidikan usia dini.129-136.

Suryani E, & Purwanti, K. Y. (2019). Pengenalan Game Edukasi Android Sebagai Penunjang

Perkembangan Kognitif Anak Di Indonesia banyak orang. Aksiologiya Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 3:148–156.

Susanti, F., dkk., 2010, Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Kompetensi Interpersonal dengan Teman Sebaya pada Siswa SD (Studi 139 Eksperimental pada Siswa Kelas 3 SDN Srondol Wetan 04-09 dan SD Srondol Wetan 05-08), Jurnal Psikologi Undip, 8 (2): 147-148.

Suyuti, Darman. (2017). Tersedia Online

http://darmansuyuti.blogspot.com/2015/05/teori-belajar-dienes.html.

Diakses pada 12 November 2018

Utama, B. A.M. (2012). Bermain Sebagai Sarana Pengembangan Aspek Sosial Pada Anak Usia Dini. Prosiding, Seminar Nasional. Yogyakarta: FIK UNY.

Yansaputra G, & Pangestika, R. R. (2020). Peningkatan Sikap Sosial Positif melalui Outing Class Permainan Tradisional Interaktif. Aksiologiya Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 4:174–180.

Referensi

Dokumen terkait

mengetahui gambaran praktik pembelajaran penjaskes dalam materi pembelajaran bola basket melalui modifikasi permainan kooperatif teknik TGT untuk meningkatkan

Saran yang dapat disampaikan yaitu penggunaan permainan gosibol dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran penjasorkes khususnya permainan tradisional

Pengaruh Permainan Rounders yang Dimodifikasi Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Manar Desa Klambir Kecamatan Hamparan Perak

Penerapan Teknik Kata Kunci Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sukajaya Kabupaten Bandung Barat.. Universitas Pendidikan Indonesia

Lari 40 Meter Melalui Pembelajaran Permainan Kasti yang Dimodifikasi di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sukamantri Kecamatan Cileunyi ”.. adalah benar-benar hasil karya

Hasil pengolahan data diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan penerapan permainan tradisional keterampilan sosial siswa dalam mengkikuti pembelajaran

Dari hasil pelaksanaan penelitian dapat disimpulkan bahwa: permainan tradisional dapat meningkatkan nilai-nilai kerjasama dan sportivitas siswa kelas V SDN Cisitu

Pelatihan membaca bagi guru-guru sekolah menengah pertama di Kecamatan Regol Kota Bandung ini bertujuan agar para guru memperoleh bekal pengetahuan, pengalaman, dan