Penggunaan Biji Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus) dalam pembuatan tepung untuk Cookies
KARYA TULIS ILMIAH
Jonathan Kedley PROGRAM IPA SMA
DIAN HARAPAN
BEKASI
2019-2020
ABSTRAK
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menunjukkan pemanfaatan Biji Nangka sebagai alternatif dari tepung terigu yang sering dipakai oleh masyarakat Indonesia. Latar belakang dari penulisan ini dikarenakan Biji Nangka sering dianggap tidak ada gunanya dan kebanyakan dibuang, alhasil Biji Nangka menjadi sebuah limbah organik yang sangat disayangkan, karena Biji Nangka dapat dipergunakan. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang cara-cara mengelola Biji Nangka.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan analisis datanya dilakukan dengan melihat angka rata-rata dari penilai-penilai yang telah disiapkan dalam bidang rasa, tekstur, kenampakan, dan bau.
Pada akhirnya, penelitian ini membuktikan bahwa tepung dari Biji Nangka dapat dijadikan alternatif dari tepung terigu dan diterima oleh masyarakat, karena tidak ada perbedaan signifikan dalam bidang rasa, tekstur, kenampakan, dan bau antara tepung Biji Nangka dan tepung terigu. Kandungan gizi dari Biji Nangka pun kaya akan gizi penting yang dibutuhkan tubuh, seperti protein.
Kata kunci ; Biji Nangka, limbah organik, alternatif.
ABSTRACT
The writing of this scientific report aims to show the use of Jackfruit Seeds as an alternative to wheat flour that is often used by the people of Indonesia. The motivation of this research is because Jackfruit Seeds are often considered useless and mostly discarded, as a result, Jackfruit Seeds become an organic waste which is shame because it can be used. This happens because of the lack of knowledge about ways to process Jackfruit Seeds.
This is a quantitative research type with data presentation carried out in tabular form and the data analysis is carried out by looking at the average number of evaluators prepared in the fields of taste, texture, appearance, and odor.
In the end, this research proves that flour from Jackfruit Seeds can be used as an alternative to flour and it’s acceptable by the public, because there is no significant difference in the fields of taste, texture, appearance, and odor between Jackfruit Seed flour and Wheat flour. The nutritional content of the Jackfruit Seeds is also rich in important nutrients that the body needs, such as protein.
Keywords : Jackfruit Seeds, Organic waste, Alternative.
BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber pangan lokal yang melimpah dan beranekaragam jenis yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Berbagai upaya menunjang program ketahanan pangan nasional dilakukan untuk memaksimalkan produksi dan konsumsi bahan pangan lokal sebagai sumber karbohidrat non beras dan non terigu yang menjadi prioritas pemerintah terutama dalam bidang diversifikasi pangan. Diversifikasi ini dilakukan dengan memperhatikan komoditi pangan lokal sebagai bahan baku bernilai gizi tinggi melalui peningkatan teknologi pengolahan untuk mendapatkan produk pangan baru yang bernilai ekonomis lebih tinggi dan memiliki nilai gizi yang terpenuhi dengan baik (Nurul Hadi, 2017). Namun sayangnya masih banyak masyarakat yang belum sadar akan kegunaan buah-buahan, apalagi buah nangka.
Masyarakat masih belum memanfaatkan buah nangka secara maksimal/optimal, padahal biji nangka mengandung karbohidrat yang tergolong tinggi. Biji nangka sebenarnya adalah sebuah limbah organik yang memiliki banyak manfaat, dan salah satunya adalah potensial untuk diolah menjadi produk pangan (Rukmana dalam Faiqotul Wadlihah, 2002).
Salah satu kelebihan dari biji nangka adalah fleksibel. Biji nangka dapat digunakan sebagai bahan baku industri makanan atau sebagai Bahan Makanan Campuran (BMC) pengganti tepung terigu. Tepung adalah salah satu bahan penting dalam makanan, karena tepung banyak digunakan dalam pembuatan berbagai jenis makanan. Tepung memiliki keunggulan yaitu tahan disimpan, mudah dicampur, ditambah zat
gizi, dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai dengan kehidupan modern yang serba praktis (Winarno, 2000).
Tepung biji nangka dapat bersaing dengan tepung terigu dalam hal gizi, jadi tepung biji nangka berpotensi untuk dijadikan salah satu produk pangan, misalnya dalam pembuatan Cookies atau kue kering. Kue kering adalah sebuah makanan ringan yang terbuat dari tepung.
Lebih detailnya, kue kering adalah makanan ringan bertekstur keras tapi renyah yang memiliki kadar air yang sangat rendah karena dibuat dengan cara di oven. Kue kering memiliki daya tahan yang cukup lama, bahan yang umum digunakan utuk pembuatan kue kering diantaranya tepung terigu, tepung beras, tepung ketan ataupun sagu. Kue kering juga diminati oleh semua lapisan usia (terutama anak-anak dan remaja), membuat kue kering memiliki prospek pemasaran yang cukup baik.
Dengan membuat tepung dari biji nangka, banyak variasi-variasi makanan dapat diproduksi, mulai dari makanan ringan seperti cookies atau biskuit, sampai ke makanan berat seperti mie atau bakso. Dengan dipakainya tepung biji nangka sebagai alternatif, maka tepung akan lebih sulit untuk habis, karena keanekaragaman pangan untuk tepung terigu bertambah, kita juga tidak akan terlalu bergantung pada tepung terigu lagi, yang akan membuat impor tepung menjadi berkurang karenanya. Selain sebagai alternatif tepung terigu, pemanfaatan biji nangka juga akan mengurangi limbah organik yaitu biji nangka itu sendiri, karena biji nangka sering dibuang tanpa dimanfaatkan lebih lagi. Dengan berkurangnya sampah di lingkungan kita, maka
1
tempat yang kita tinggali akan menjadi lebih bersih dan nyaman untuk ditinggali.
1.2 Indentifikasi masalah
Kurangnya pemanfaatan biji nangka dan Kurangnya keanekaragaman pangan untuk tepung, kalahnya produksi tepung dengan transaksi tepung, sehingga memerlukan adanya impor tepung.
1.3 Rumusan masalah
Apakah tepung biji nangka layak dijadikan alternatif untuk tepung? Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kualitas tepung nangka? Apakah masyarakat dapat menerimanya dengan baik?
Peneliti menggunakan cara Quesioner untuk mengumpulkan opini-opini dari orang banyak dan menarik kesimpulan dari semua suara yang terkumpul, dengan begitu semua pertanyaan yang ada akan terjawab.
1.4 Hipotesis
Menurut penulis, tepung biji nangka akan diterima masyarakat, karena bukan hanya karena tepung biji Nangka adalah alternatif yang tepat untuk tepung, tetapi karena kadar nutrisinya juga baik dan juga mudah untuk diproduksi..
1.5 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenalkan orang-orang di sekitar tentang kegunaan dan manfaat biji nangka sebagai tepung
1.6 Manfaat
3.1.1. Untuk pembaca/masyarakat sekitar sekolah
Tepung akan mendapat keanekaragaman pangan baru.
Mengurangi Impor terhadap tepung terigu, yang akan mengurangi pengeluaran negara
Mengurangi jumlah limbah-limbah organik disekitar lingkungan.
3.1.2. Untuk peneliti
Peneliti dapat lebih mengerti tentang pemanfaatan biji Nangka menjadi tepung dalam pembuatan Cookies.
BAB
LANDASAN TEORI 1.1 Cemilan
Cemilan (kudapan) termasuk dalam makanan selingan. Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun dijual didepan rumah maupun di sekolah. Makanan selingan menurut bentuknya terdiri dari:
4.1.1. Makanan selingan berbentuk kering
Makanan selingan berbentuk kering pada umumnya ketipik pisang, keripik singkong, kacang telur dan sebagainya.
4.1.2. Makanan selingan berbentuk basah Makanan selingan berbentuk basah pada umumnya lemper, semar mendem, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya.
4.1.3. Makanan selingan berbentuk kuah Makanan berbentuk kuah pada umumnya bakso, mie ayam, empek-empek, dan sebagainya.
Makanan selingan lain yang dijual disekitar ada siomay, batagor, tempura, dan lain lain (Luthfiana, 2006 : 17).
1.2 Biji nangka
Nangka diperbanyak dengan bijinya. Biji nangka merupakan bahan yang sering terbuang setelah dikonsumsi walaupun ada sebagian kecil masyarakat yang mengolahnya untuk dijadikan makanan misalnya diolah menjadi kolak. Biji 17 nangka berbentuk bulat sampai lonjong, berukuran kecil lebih kurang dari 3,5 cm (3g-9g), berkeping dua dan rata-rata tiap buah nangka berisi biji yang beratnya sepertiga dari berat buah, sisanya adalah kulit dan daging buah.
Jumlah biji per buah 150-350 biji dan panjang biji nangka sekitar 3,5 cm - 4,5 cm. Hingga saat
ini biji nangka masih merupakan bahan non-ekonomis dan sebagai limbah buangan konsumen nangka. Biji nangka terdiri dari tiga lapis kulit, yakni kulit luar berwarna kuning agak lunak, kulit liat berwarna putih dan kulit ari berwarna cokelat yang membungkus daging buah (Rahmat Rukmaha, 1997: 19).
1.3 Pengolahan tepung biji nangka Dikutip dari https://www.pertanianku.com/, cara pembuatan tepung biji nangka melewati lima tahap, pertama cuci biji-biji nangka, lalu rebuslah biji-biji nangka tersebut. Tiriskan biji nangka lalu dinginkan. Setelah itu jemurlah biji nangka dan blender hingga menjadi tepung.
Ayaklah menggunakan penyaring jika masih ada bagian yang belum terblender, lalu blender ulang.
1.4 Perbandingan Gizi tepung biji nangka dengan tepung terigu
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, tepung biji nangka mengandung nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan nilai gizi tepung terigu. Nilai gizi tersebut adalah dalam setiap 100 gram tepung biji nangka mengandung 2,89% abu; 9,67% protein; dan 7,46% serat, sedangkan pada tepung terigu mengandung 0,06% abu; 8,9% protein dan 0,009%. Tepung biji nangka juga mempunyai nilai karbohidrat, lemak, dan air yang lebih rendah dibandingkan dengan tepung terigu yaitu 100 gram tepung biji nangka mengandung 75,64% karbohidrat, 1,19%
lemak dan 10,58% air yang rendah dan pada 100 gram biji nangka mengandung 77,3%
karbohidrat, 1,3% lemak, dan 0,06% air (Direktorat Gizi, 1994).
BAB
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dipakai di penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.(Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif).
Jenis penelitian kuantitatif dipilih karena penulis ingin melihat apakah rasa, tekstur, bau, dan kenampakan dari produk dari tepung Biji Nangka mirip dengan tepung terigu, atau bahkan melebihinya menurut orang-orang sekitar.
3.2 Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah organoleptik. Organoleptik atau evaluasi sensorik adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma dan flavor produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produk diawali dengan penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur (EBOOKPANGAN.COM, 2006). Oleh karena pada akhirnya yang dituju adalah penerimaan konsumen, maka uji organoleptik yang menggunakan pencicip yang dianggap mampu untuk menilai makanan yang disediakan.
Pendekatan dengan penilaian organoleptik dianggap paling praktis lebih murah biayanya.
3.2.1 Variabel penelitian
Variabel bebas (independen) di penelitian ini adalah kualitas tepung Biji Nangka. Variabel terikat (dependen) di penelitian ini adalah penggunaan tepung terigu. Variabel kontrol di
penelitian ini adalah konsistensi pembuatan tepung Biji Nangka.
3.3 Prosedur kerja
Tepung biji nangka dapat dibuat dalam lima tahap. Yaitu yang pertama, Cuci biji nangka pada air yang mengalir sampai bersih dan tidak ada yang licin lagi. Kedua, Rebus biji nangka pada air mendidih selama 10—15 menit untuk menghilangkan getahnya. Tambahkan arang dari batok kelapa untuk menghilangkan bau nangkanya. Karbon dari arang akan menyerap zat bau dari nangka. Ketiga, Tiriskan dan dinginkan biji nangka yang telah matang, kemudian irislah tipis-tipis dengan ketebalan 2—3 mm agar mudah dikeringkan.
Keempat. Jemur biji nangka di bawah sinar matahari selama 3—4 hari atau sampai dirasa cukup kering. Haluskan irisan biji nangka yang telah kering menggunakan blender sampai menjadi bubuk atau tepung. Dan yang terakhir, Ayak menggunakan penyaring untuk memisahkan bagian tepung yang halus dan yang kasar. Kumpulkan yang kasar kemudian diblender lagi untuk memperoleh tepung yang halus.
3.4 Alur penelitian
Proses pembuatan tepung Biji Nangka
Pengambilan tepung terigu
1
nilai rasa tekstur bau kenam pakan 1
1 2 3 Pembuatan Cookies oleh 4
kedua tepung 5
6 Pengumpulan
tester 7 8 Pengambilan 9
hasil Kesimpulan
3.5 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik Angket.
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011).
Teknik ini dipakai karena peneliti ingin membandingkan kualitas tepung biji nangka dan tepung terigu.
3.6 Instrumen penelitian
Pada penelitian ini, instrumen atau alat yang dipakai adalah lembar kuesioner. Lembar kuesioner yang dibuat berisi Rasa, Konsistensi / tekstur, Kenampakan, dan Bau.
Berikut adalah tabel indikator yang dibuat penulis sebagai pedoman hasil penelitian.
Dengan :
1 = Sangat amat suka 2 = Sangat suka 3 = Suka 4 = Agak suka 5 = Netral
6 = Agak tidak suka 7 = Tidak suka 8 = Sangat tidak suka 9 = Sangat amat tidak suka 3.7 Jadwal Penelitian.
Penelitian tentang penggunaan Biji Nangka sebagai tepung pembuatan Cookies akan dilakukan pada November 2019-April 2020.
3.8 Analisis Data
Untuk mengolah dan menganalisis data digunakan teknik analisis Deskriptif.. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2005).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil cookies tepung biji Nangka
Sayangnya, cookies tepung biji Nangka terlalu lama di panggang, alhasil membuat cookies nya agak garing, dan warnanya menjadi agak gelap dari yang seharusnya.
Berikut adalah hasil pengamatan dari praktikum pembuatan Cookies dengan menggunakan Tepung Biji Nangka melalui Rasa, Konsistensi / tekstur, Kenampakan, dan Bau.
Informasi akan ditampilkan dalam tabel berikut : 4.1.1. Rasa
penilai nilai
1 1
2 4
3 2
1 4
2 5
3 4
Jumlah 13
Rata-rata 4,33 4.1.4. Bau Penilai Nilai 1 2
2 3
3 1
Jumlah 6
Rata-rata 2
Jumlah 7
Rata-rata 2,33 4.1.2. Tekstur Penilai Nilai 1 4
2 6
3 5
Jumlah 15
Rata-rata 5
4.1.3. Kenampakan Penilai Nilai 4.2. Hasil Cookies biasa Secara garis besar, tidak ada kesalahan besar yang dapat memberi dampak signifikan terhadap hasil akhirnya. Berikut adalah hasil pengamatan dari praktikum pembuatan Cookies dengan menggunakan Tepung terigu melalui Rasa, Konsistensi / tekstur, Kenampakan, dan Bau. Informasi akan ditampilkan dalam tabel berikut : 4.2.1. Rasa Penilai Nilai 1 1
2 3
6
3 2
Jumlah 6
Rata-rata 2
4.2.2. Tekstur Penilai Nilai 1 3
2 5
3 2
Jumlah 10
Rata-rata 3,33 4.2.3. Kenampakan Penilai Nilai 1 3
2 3
3 2
Jumlah 8
Rata-rata 2,66 4.2.4. Bau Penilai Nilai 1 1
2 2
3 1
Jumlah 4 Rata-rata 1,33
4.3. Analisa Data
Praktikum pembuatan Cookies ini menggunakan 2 jenis tepung yang berbeda, namun dengan cara yang sama. Untuk Tepung biji Nangka, peneliti menggunakan tepung dari
Biji Nangka yang telah dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari sehingga tidak ada lagi cairan didalam potongan – potongan dari biji Nangka tersebut, karena jika masih terdapat cairan didalamnya, potongan biji Nangka tersebut tidak akan menjadi sebuah tepung saat dihaluskan, melainkan akan menjadi lengket dan menjadi seperti gumpalan. Kemudian tepung biji Nangka sebanyak 100 gr dicampur dan diaduk dengan campuran adonan dari mentega tawar 60 gr, gula halus 60 gr, coklat bubuk 10 gr, telur 1 butir, dan coklat meses ceres (Chocolate springkles) sebanyak 75 gr yang sebelumnya telah diaduk terlebih dahulu didalam mixer.
Sesudah itu, taburkan topping yang ingin digunakan untuk Cookies tersebut. Dalam hal ini, peneliti menggunakan sereal jagung atau Corn flakes sebagai taburan. Lalu, panaskan oven sambil mengolesi Loyang dengan margarin, hal ini ditujukan untuk menghindari Cookies yang sedang dimasak untuk menempel ke Loyang.
Sambil menunggu oven untuk memanas, ambil dan bentuklah adonan menjadi bentuk cookies, l akukan sampai adonan habis. Setelah itu, masukkan adonan kedalam oven 170oC selama 30 menit. Jika diinginkan, taburkan lagi topping diatas adonan. Hasil dari cookies sudah dapat dinikmati.
Pada praktikum pembuatan Cookies ini, yang dinilai adalah Rasa, Konsistensi / tekstur, Kenampakan, dan Bau. Untuk rasa, penulis dan para penilai lain menilai dari rasa cookies tersebut, misalnya, apakah ada rasa yang aneh/
tidak biasa terhadap cookies tersebut. Untuk tekstur, penulis dan yang lain menilai dari kelembutan dan kelembapan dari Cookies tersebut. Untuk kenampakan, Penulis dan yang lain menilai dari kemiripannya bentuk hasil praktikum dengan Cookies secara umumnya.
Dan untuk bau, Penulis dan yang lain menilai
7
dari adanya bau yang tidak sedap atau bau yang tidak dimiliki Cookies secara umum.
Untuk rasa, Cookies tepung biji Nangka mendapat nilai total 7 dan rata-rata 2,33, artinya rasa dari Cookies tepung biji Nangka sesuai dengan rasa Cookies pada umumnya, tanpa perbedaan rasa yang signifikan. Untuk penilaian tekstur, Cookies tepung biji Nangka mendapat nilai total 15 dan rata-rata 5, yang berarti Cookies yang dibuat tidak terlalu sesuai dengan Cookies pada umumnya. Hal ini dikarenakan peneliti terlalu lama memasak Cookies tersebut, sehingga menjadi gosong dan kurang lembap.
Untuk kenampakan, Cookies tepung biji Nangka mendapat poin total 13 dan rata-rata 4,33;
artinya Cookies yang dibuat memiliki perbedaan dengan Cookies pada umumnya. Hal ini juga dikarenakan peneliti terlalu lama memasak, alhasil produk yang dibuat menjadi agak gosong.
Dan untuk bau, Cookies tepung biji Nangka mendapat total poin 6 dan rata-rata 2, artinya produk hasil percobaan tidak memiliki perbedaan dengan Cookies pada umumnya. Jika digambarkan lewat grafik, perbandingan antara Cookies tepung biji Nangka dan Cookies tepung terigu adalah sebagai berikut :
nilai yang didapat masih bisa diperbaiki jika lebih berhati-hati lagi saat dimasak.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan uji organoleptic atau uji sensori, maka dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat dari data-data yang telah dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1. Untuk uji rasa, produk mendapat nilai rata-rata 2,33 (mendekati 1) yang artinya rasa yang diinginkan penilai didalam sebuah Cookies juga dimiliki produk.
2. Untuk uji tekstur, produk mendapat nilai rata-rata 5, yang artinya produk memiliki perbedaan dengan sebuah Cookies pada umumnya.
Menurut peneliti, produk yang dibuat terlalu kering dan tidak memiliki kelembapan didalamnya.
3. Untuk uji kenampakan, produk mendapat nilai rata-rata 4,33 yang artinya produk yagn dihasilkan memiliki perbedaan dengan Cookiespada umumnya.
6
4
2
0
biji nangka tepung terigu
Penilaian Cookies
rasa tekstur kenampakan bau
4. Dan untuk uji Bau, produk mendapat nilai rata-rata 2, yang berarti produk yang dihasilkan mendekati dengan Cookies yang diminati.
Kesimpulannya, Cookies tepung biji Nangka tidak memiliki kendala yang Gambar 4.1 Grafik perbandingan antara
Cookies tepung terigu dan tepung biji nangka seperti yang dapat dilihat, Cookies tepung biji Nangka mendekati Cookies tepung terigu dalam keempat hal walaupun agak gosong, jadi
besar jika menggantikan tepung terigu dalam pembuatan produk pangan.
Rasa, warna, dan tekstur pada cookies yang dihasilkan dari tepung biji nangka tidak terlalu berbeda dengan cookies dari tepung terigu. Biji Nangka juga
8
dapat mengurangi adanya limbah di ekosistem jika digunakan, karena biji Nangka juga merupakan sebuah limbah organik yang jarang diketahui manfaatnya.
5.2. Saran
5.2.1. Saran bagi peneliti
Berdasarkan hasil penelitian, pembuatan cookies tepung biji nangka
sebaiknya menggunakan tepung biji nangka segar, karena
selain lebih mudah melakukan proses pengolahannya, kandungan zat gizi didalamnya juga lebih tinggi.
5.2.2. Saran bagi pembaca
Pada saat melakukan praktikum ini, perlu diingat bahwa biji Nangka memerlukan waktu lama untuk mengering, dan jika biji Nangka diblender/dihaluskan saat belum kering, maka tepung tidak akan terbentuk, melainkan akan menjadi sebuah gumpalan yang lembap.
9
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. https://idtesis.com/metode-deskriptif/. 4 Januari 2012. 5 November 2019 Hidayat, anwar. https://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-kuantitatif.html/amp. 14 Oktober
2012. 7 November 2019
Unimus. http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Pengujian-Organoleptik-dalam-Indust ri-Pangan.pdf. 2006. 20 Oktober 2019
Pertanianku. https://www.pertanianku.com/cara-mengolah-biji-nangka-jadi-tepung-yang-bermanfaat/.
7 Februari 2019. 20 Oktober 2019.
Raharjo, Sahid. https://www.konsistensi.com/2013/04/angket-sebagai-teknik-pengumpulan-data.html.
April 2013. 31 Oktober 2019
Alfside. https://alfside.wordpress.com/2008/10/28/pengertian-kuisoner/. 38 Oktober 2008. 17 November 2019
Hendryadi. https://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/. 2017. 20 November 2019
Informatikalogi. https://informatikalogi.com/pengertian-flowchart-dan-jenis-jenisnya/. April 10 2017.
29 November 2019
Hafizh. https://fizh-id.blogspot.com/2017/12/pengertian-variabel-bebas-terikat-dan.html. Desember 2017. 20 Januari 2020.
Tekpan. http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Pengujian-Organoleptik-dalam- Industri-Pangan.pdf. Juli 2017. 30 Januari 2020
Trisha. https://duniakumu.com/metode-pengujian-organoleptik/. 10 Oktober 2018. 2 Februari 2020 Wadlihah, Faiqotul. http://eprints.ums.ac.id/10292/1/J310060007.pdf. 2010. 14 Februari 2020
Anonymous. http://eprints.ums.ac.id/42830/1/BAB I.pdf. unknown. 10 Maret 2020 Hadi, Nurul. https://media.neliti.com/media/publications/198540-pemanfaatan-tepung-biji-nangka-
dan-tepun.pdf. 2017. 17 Maret 2020.
10
LAMPIRAN
lampiran 1 Biji nangka yang telah dipotong kecil-kecil dijemur agar kering
Lampiran 2 hasil pembuatan tepung Biji Nangka dari potongan Biji-biji Nangka
Lampiran 3 Adonan Cookies yang siap untuk dipanggang
Lampiran 4 adonan dipanggang dan diberi taburan Corn flakes.
11
1 Lampiran 5 hasil dari Karya Ilmiah peneliti,
yaitu Cookies tepung biji nangka.