• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Terima Dan Nilai Gizi Cookies Yang DimodifikasiDengan Tepung Biji Nangka Dan Penambahan Kubis Merah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Daya Terima Dan Nilai Gizi Cookies Yang DimodifikasiDengan Tepung Biji Nangka Dan Penambahan Kubis Merah"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biji Nangka

Biji nangka merupakan isi dari buah nangka. Dalam pembibitannya, biji

nangka dapat dipergunakan untuk memperbanyak pohon nangka. Biji nangka

berbentuk bulat sampai lonjong. Jumlah biji per buah 150 - 350 biji dan panjang

biji nangka sekitar 3,5 cm - 4,5 cm. Hingga saat ini biji nangka masih merupakan

bahan non-ekonomis dan sebagai limbah buangan konsumen nangka. Biji nangka

terdiri dari tiga lapis kulit, yakni kulit luar berwarna kuning agak lunak, kulit luar

berwarna putih dan kulit ari berwarna cokelat yang membungkus daging buah

(Rukmana, 1997).

Kandungan gizi yang terdapat di dalam biji nangka dapat dikatakan cukup

lengkap, untuk itulah mengapa biji nangka termasuk salah satu bagian dari

tanaman pohon nangka yang masih layak untuk dikonsumsi oleh manusia.

Kandungan gizi biji nangka dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Nilai Gizi Biji Nangka Tiap 100 gram

Kandungan Gizi Jumlah

Air (g) 58,00

Energi (kal) 165,00

Protein (g) 4,20

Lemak (g) 0,10

Karbohidrat (g) 36,70

Kalsium (mg) 33,00

Fosfor (mg) 200,00

Vitamin B1 (mg) 0,02

Vitamin C (mg) 10,00

(2)

2.1.1 Manfaat Biji Nangka

Nangka merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan. Banyak

manfaat yang dapat diambil dari tanaman ini. Hampir semua bagian tanaman ini

dapat dimanfaatkan. Selain buah yang merupakan produk utamanya, bagian akar,

batang, daun, bakal buah, bahkan kulitnya pun dapat dimanfaatkan. Buah nangka

yang muda dapat disayur (gudeg), sedang buah yang matang enak dimakan segar

(Sunaryono,2005)

Bijinya enak dimakan setelah direbus, dan daunnya untuk pakan ternak,

dan dapat digunakan sebagai obat batuk dan tonik. Biji nangka dapat diolah

menjadi tepung yang digunakan sebagai bahan baku industri makanan (bahan

makan campuran). Mineral mikro dan tembaga dalam nangka juga efektif untuk

metabolisme tiroid. Hal ini sangat baik untuk memproduksi hormon dan

penyerapan. Kandungan zat besi dalam buah yang berserat ini membantu

mencegah anemia dan meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh. Dengan

phyto-nutrisi dan vitamin C, nangka memiliki sifat anti kanker dan anti-penuaan. Nutrisi

ini bisa menjauhkan diri dari bahaya kanker dan memperlambat degenerasi sel

untuk mencegah tubuh dari penyakit degeneratif. Buah nangka yang telah matang

dapat dibuat dodol dan keripik nangka yang tahan lama disimpan

(Sunaryono,2005)

2.1.2 Tepung Biji Nangka

Pengolahan produk setengah jadi merupakan salah satu cara pengawetan

hasil panen, terutama untuk komoditas pangan yang berkadar air tinggi, seperti

(3)

setengah jadi, sebagai bahan baku yang fleksibel untuk industri pengolahan

lanjutan, aman dalam distribusi, serta hemat ruang dan biaya penyimpanan.

Teknologi pembuatan tepung merupakan salah satu proses alternatif produk

setengah jadi yang dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur

(dibuat komposit), dibentuk, diperkaya zat gizi, dan lebih cepat dimasak sesuai

tuntutan kehidupan modern yang serba praktis.

Tepung biji nangka adalah tepung yang diperoleh dari hasil gilinganbiji

nangka yang halus.Proses pembuatan tepung biji nangka mengalami beberapa

tahap pengolahan agar dihasilkan tepung yang berkualitas dan tidak bau. Proses

pertama dalam pembuatan tepung biji nangka adalah dengan pencucian biji

nangka. Setelah dicuci, biji nangka direbus untuk menghilangkan bau, dengan

suhu 1000C selama kurang lebih 30 menit. Setelah direbus, biji nangka dipisahkan

dari sisa pulp yang masih menempel. Kemudian biji nangka diiris-iris (dipotong

menjadi bagian-bagian kecil) agar memudahkan pada proses pengeringan

(Fadillah, 2008).

Proses pengeringan hingga menjadi tepung biji nangka, dilakukan dengan

beberapa cara antara lain dengan cara membiarkan bahan pangan di bawah sinar

matahari, yang dikenal dengan istilah pengeringan secara alamiah atau dengan

menggunakan panas buatan dalam bentuk udara yang panas dari oven atau

konstruksi pada alat pengering yang khusus untuk pengering pada suatu bahan

pangan. Pengeringan di terik matahari memang bisa efektif, oleh karena suhu

(4)

pengering Cabinet Dryer dengan suhu 600C selama 2 jam. Proses pengeringan ini

bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam biji nangka tersebut (Ishak dan

Sarinah, 1995). Tahap selanjutnya adalah menggiling potongan biji nangka yang

telah dikeringkan sampai menjadi butiran-butiran halus, menggunakan blender

kering ataupun alat penggiling lain seperti mesin penepung beras. Butiran-butiran

halus tersebut kemudian diayak sehingga menghasilkan tepung yang diinginkan.

Kandungan kimia tepung biji per 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel

2.2 berikut :

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Tepung Biji Nangka Tiap 100 gram

Komposisi Kimia Nilai Gizi Tepung Biji Nangka

Air 12,40

Protein (g) 12,19

Lemak (g) 1,12

Serat Kasar (g) 2,74

Abu (g) 3,24

Bahan Ekstra Tanpa Nitrogen 68,80

Pati 56,21

Capitata L.f.rubraL.Thell) merupakan salah satutanaman genus Brassica yang banyak terdapat diIndonesia, banyak genus Brassica mengandung senyawa

glukosinolat yang diubah oleh enzim mirosinase menjadisenyawa yang berasa

pahit (Vincent,1998).

Awalnya, kubis di Indonesia hanya ditanam di daerah berhawa dingin.

(5)

dan bahkan di dataran rendah dengan curah hujan 850-900 mm (Harmanto, 2005).

Secara umum, semua jenis kubis mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai

jenis tanah. Namun demikian, kubis akan tumbuh optimum bila ditanam pada

tanah yang kaya bahan organikdan cukup air (Pracaya, 2001). Kubis merah sering

ditanam di tempat-tempat yang berdaerah atau bersuhu dingin contohnya seperti

di puncak, karena puncak sangat cocok sekali untuk berkebun dan suhunya pun

sangat cocok, ketinggian yang cocok berkisar 1000-3000 m dpl.

Daun berbentuk bulat, oval sampai lonjong, membentuk roset akar yang

besar dan tebal. Warna daun bermacam-macam, antara lain putih(forma alba) ,

hijau, dan merah keunguan (forma rubra). Kubis merah memiliki daun yang

berwarna merah keunguan, kol jenis ini disebut kol merah (B.o.var. capitata

L.f.rubra (L.) Thell) (Rukmana, 1994)

Kubis merah merupakan sejenis tanaman sayuran yang biasa digunakan

untuk pelengkap salad. Kubis merah mengandung air, protein, lemak, karbohidrat,

serat, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, beberapa vitamin,

sianohidroksibutena dan antosianin (Padmaningrum, 2007). Adanya antosianin

inilah yang menyebabkan kubis ungu ini dapat menghasilkan warna ungu pada

(6)

Tabel 2.3 Komposisi Zat Gizi Kubis Merah Tiap 100 gram

Komposisi Kimia Satuan Nilai Gizi Kubis Merah

Energi Kal 29

Sumber : Agricultural Research Service, USDA

Antosianin merupakan pigmen yang memberikan warna merah keunguan

pada sayuran, buah-buahan, dan tanaman bunga.Antosianin merupakan senyawa

flavonoid yang dapat melindungi sel dari sinar ultra violet. Kata antosianin berasal

dari bahasa yunani, yaitu “anthos” yang berarti bunga dan”ky-neos”yang berarti

ungu kemerah-merahan (Astawan, 2008). Kadar antosianin pada berbagai bahan

pangan dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut :

Tabel 2.4 Kadar Antosianin pada Berbagai Bahan Pangan

Bahan pangan Kadar antosianin (mg per 100 g)

(7)

Kubis merah mengandung antosianin yang termasuk ke dalam golongan

flavonoid yang merupakan salah satu jenis antioksidan sedangkan serat yang tinggi di

dalam kubis merah bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit. Ditinjau dari

aspek fungsionalnya ternyata antosianin dalam kubis merah mempunyai khasiat

yang sangat unggul sebagai sumber antioksidan alami. Fungsi antosianin sebagai

antioksidan di dalam tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya aterosklerosis,

penyakit penyumbatan pembuluh darah. Antosianin bekerja menghambat proses

aterogenesis dengan mengoksidasi lemak jahat dalam tubuh, yaitu lipoprotein

densitas rendah. Kemudian antosinin juga melindungi integritas sel endotel yang

melapisi dinding pembuluh darah sehingga tidak terjadi kerusakan (Ginting,2011).

Kerusakan sel endotel merupakan awal mula pembentukan aterosklerosis

sehingga harus dihindari. Selain itu, antosianin juga merelaksasi pembuluh darah

untuk mencegah aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler lainnya.

Berbagai manfaat positif dari antosianin untuk kesehatan manusia adalah

untuk melindungi lambung dari kerusakan, menghambat sel tumor, meningkatkan

kemampuan penglihatan mata, serta berfungsi sebagai senyawa anti-inflamasi

yang melindungi otak dari kerusakan.Selain itu, beberapa studi juga menyebutkan

bahwa senyawa tersebut mampu mencegah obesitas dan diabetes, meningkatkan

kemampuan memori otak dan mencegah penyakit neurologis, serta menangkal

(8)

2.3 Cookies

Cookies adalah jenis kue-kue kering yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif renyah, dan bila dipatahkan penampangnya

berongga-rongga. Syarat mutu cookies dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut :

Tabel 2.5 Syarat Mutu Cookies

Energi (kal/100g) Minimum 400

Bau dan rasa Normal dan tidak tengik

Warna Normal

Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 1992

Ciri khas dari cookies adalah kering dan renyah. Cookies atau kue kering

merupakan salah satu makanan ringan atau snack yang proses pematangannya

dengan cara dipanggang. Aroma dari satu cookies tidak hanya ditentukan oleh

satu komponen, tetapi juga oleh beberapa komponen tertentu yang menimbulkan

bau khas, misalnya dengan penambahan margarin dan telur dapat memberikan

aroma cookies yang dihasilkan. Ciri khas lain dari cookies ini adalah kandungan

lemaknya yang sangat tinggi (Hastuti, 2012).

Kerenyahan cookies diukur dengan cara mudah atau tidaknya cookies

hancur ketika digigit. Cookies yang baik memiliki tekstur dan struktur yang

kompak serta memiliki butiran yang halus. Kerenyahan cookies dipengaruhi oleh

tepung yang digunakan dan juga dipengaruhi oleh telur, gula, mentega/margarin,

(9)

berkolerasi dengan kadar air adonan. Kadar air yang cukup akan menghasilkan

kerenyahan yang diinginkan (Hastuti, 2012).

Cookies juga dapat bersifat fungsional bila di dalam proses pembuatannya ditambahkan bahan yang mempunyai aktivitas fisiologis dengan memberikan efek

positif bagi kesehatan tubuh, misalnya cookies yang diperkaya dengan serat,

kalsium atau provitamin A. Penyebab terjadinya peningkatan rasa enak dari suatu

produk pangan (cookies dan kue kering lain) ditentukan oleh besarnya protein dan

lemak dalam produk tersebut. Kandungan protein dari suatu bahan makanan

berkolerasi cukup tinggi terhadap penilaian konsumen terutama dalam hal rasa

(Fatmawati, 2012).

2.3.1 Bahan – Bahan dalam Pembuatan Cookies 1. Tepung terigu

Tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan cookies adalah tepung

terigu yang berprotein rendah, yang mana mempunyai kandungan protein 9-11 %,

(Subagjo, 2007). Komposisi zat gizi tepung terigu dapat di lihat pada tabel 2.6

sebagai berikut.

Tabel 2.6 Komposisi Zat Gizi Tepung Terigu per 100 gram Bahan

Kandungan Gizi Tepung Terigu

(10)

2. Mentega

Mentega merupakan lemak berbentuk padatan. Lemak yang biasa

digunakan dalam pembuatan biskuit adalah yang berasal dari lemak susu (butter)

atau dari lemak nabati (margarine). Lemak merupakan salah satu komponen

penting dalam pembuatan biskuit.Di dalam adonan, lemak memberikan fungsi

shortening dan fungsi tesktur sehingga biskuit menjadi lebih lembut.Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pemberi flavor.

Mentega merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan

cookies.Lemak adalah pengemulsi pada adonan cookies.Margarin juga membuat cookies menjadi lembut, renyah, dan kaya rasa.Komposisi margarin untuk membuat adonan cookies adalah 65-75% dari terigu. Terlalu banyak

menggunakan mentegaakan membuat adonan meluber saat dipanggang dan

cookies menjadi terlalu rapuh (Hastuti, 2012).

3. Gula

Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting karena

hampir setiap produk mempergunakan sugar/gula.Gula yang dipakai dalam

pembuatan cookies biasanya adalah gula pasir dan gula palem. Untuk pemakaian

gula bubuk, digiling gula pasir hingga menjadi gula bubuk, agar lebih mudah

menyatu dan larut ketika dikocok atau diaduk dengan bahan lain. Gula bubuk

membuat tekstur pada cookies lebih halus dengan hasil cookies renyah di luar dan

empuk di dalam (Habsari, 2010).

Jenis gula yang paling baik untuk membuat cookies adalah gula tepung

(11)

walaupun tanpa menggunakan cairan. Selain itu, gula tepung akan menghasilkan

tekstur cookies yang berpori kecil dan halus. Gula tepung adalah gula yang

dihaluskan hingga sangat halus menyerupai tepung.Agar tidak menggumpal, gula

jenis ini sering kali dicampur dengan pati jagung, maka gula tepung tidak cocok

untuk membuat minuman (Hastuti, 2012).

4. Telur

Putih dan kuning telur bisa digunakan dalam pembuatan cookies, namun

kebanyakan produk cookies yang dipasarkan hanya menggunakan kuning telur

dalam pengolahannya.Bagian kuning telur disebut sebagai pelembut, sedangkan

bagian putihnya sebagai pengeras atau pengikat. Maka penambahan putih telur

pada adonan cookies yang menggunakan kuning telur akan membuat cookies

tersebut lebih kompak dan kuat (Hastuti, 2012). Kuning telur mengandung lesitin

(emulsifier). Bentuknya padat, tetapi kadar airnya sekitar 50% sedangkan putih

telur kadar airnya 86%. Putih telur memiliki creaming yang lebih baik

dibandingkan kuning telur (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Komposisi zat gizi

telur dapat di lihat pada tabel 2.7 berikut :

Tabel 2.7 Komposisi Zat Gizi Telur Ayam per 100 gram

Jenis Zat Gizi Kandungan Gizi

(12)

5. Bahan Pengembang dan Bahan Tambahan

Kelompok leavening agents (pengembang adonan) merupakan kelompok

senyawa kimia yang akan terurai menghasilkan gas di dalam adonan. Salah satu

leavening agentsyang sering digunakan dalam pengolahan biskuit adalah baking powder. Baking powder memiliki sifat cepat larut pada suhu kamar dan tahan selama pengolahan.Fungsi bahan pengembang adalah untuk meng“aerasi” adonan,

sehingga menjadi ringan dan berpori, menghasilkan biskuit yang renyah dan halus

teksturnya (Faridah, 2008).Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan

cookies seperti kacang-kacangan, rempah-rempah, coklat (pasta atau bubuk), buah-buahan, essence dan pewarna makanan.

2.3.2 Resep Cookies

Cookies dibuat dari campurantepung , telur, gula, lemak, buah-buah kering, kacang-kacanganatau coklat ditambah berbagai macam rasa. Pada saat ini,

banyak kreasi cookies telah dibuat.Contoh cookies, yaitu choco chip cookies,

almond cookies, coconut cookies, cat’s toungedan lain-lain. Salah satu resep dalam membuat cookies (cat’s tounge) yaitu :

- 125 gram tepung terigu

- 125 gram mentega

- 100 gram gula pasir

- 2 putih telur

- ½ sdt vanila bubuk

Cara membuat cookies meliputi beberapa proses, yaitu :

(13)

- Kocok mentega dan gula hingga lembut.

- Masukkan vanili dan tepung terigu, aduk rata.

- Campur adonan dengan putih telur yang telah dikocok kaku, aduk rata.

- Masukkan adonan ke dalam plastik segitiga, potong ujungnya sedikit dan

semprotkan adonan ke dalam loyang lidah kucing yang telah diolesi dengan

sedikit mentega. Lakukan hal yang sama hingga adonan habis.

- Panggang selama 8-10 menit hingga kecoklatan dan matang. Angkat dan

diamkan di atas rak pendingin sampai dingin.

- Dapat disimpan di dalam stoples kedap udara sampai 14 hari.

(Sukowati, 2015)

Cookies merupakan panganan yang mengenyangkan karena cookies mengandung karbohidrat dari tepung dan sumber energi dari manisnya gula.

Bahan baku untuk membuat cookies yaitu tepung terigu, gula, telur, dan mentega.

Dari bahan baku tersebut, cookies mengandung karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, dan mineral. Untuk menghitung nilai gizi yang ada pada cookies

dilakukan perhitungan menggunakan nutrisurvey. Bahan-bahan yang digunkan

dalam membuat cookies dimasukkan ke dalam nutrisurvey, sehingga akan

didapatkan hasil perhitungan nilai gizi cookies. Resep di atas menghasilkan 80

keping cookies. Sehingga bisa dihitung kandungan gizi untuk satu keping cookies.

2.3.3 Proses Pembuatan Cookies

Proses pembuatan cookies terdiri atas tahap pembuatan adonan

(14)

Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan

glutein, serta menahan gas pada glutein. Mixing harus berlangsung hingga tercapai

perkembangan optimal dari glutein dan penyerapan airnya. Mixing yang

berlebihan akan merusak susunan glutein, adonan akan semakin panas, dan

peragiannya semakin lambat (Mudjajanto dan Yulianto, 2004).

Modifikasi dalam pencampuran bahan-bahan cookies dapat memberikan

perbedaan dalam struktur dan volume kue walaupun dengan formulasi yang sama.

Kualitas adonan cookies tergantung pada formulasi, sifat alamiah bahan, dan

derajat mixing. Mixing berfungsi untuk mencampur semua bahan, mendapatkan

hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan

gluten, serta menahan gas pada gluten (Isnaharani, 2009).

2. Pemanggangan

Sebelum adonan dimasukkan ke dalam oven, terlebih dahulu adonan di

cetak. Adonan dapat dibentuk dengan ataupun tanpa cetakan. Proses pencetakan

bertujuan untuk memberi bentuk cookies. Adonan yang telah dicetak selanjutya

dipanggang dalam oven.

Pemanggangan merupakan hal yang penting dari seluruh urutan proses yang

mengarah pada produk yang berkualitas. Suhu oven untuk proses pemanggangan

tergantung pada jenis, bentuk dan ukuran dari produk yang dibuat dan dijaga

sifat-sifat dari bahan-bahan penyusunnya.

Pada proses pengovenan yang harus diperhatikan adalah suhu dan

(15)

160oC dan lama pengovenan 20 menit. Bila temperatur lebih dari 160oC maka

dalam waktu kurang dari 20 menit biskuit cepat matang bagian luarnya tetapi

bagian dalamnya belum matang. Sedangkan bila temperatur yang digunakan

kurang dari 160oC maka akan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk

mematangkan. Kadar air yang terlalu tinggi dari adonan cookies akan

menghasilkan tekstur cookies menjadi tidak renyah atau lembab di dalam

walaupun cookies telah mengalami proses pemanggangan pada suhu kurang dari

160oC (Tahudi, 2011).

Perubahan atau adanya pengembangan pada produk kue kering (cookies dan

biskuit) selama proses pemanggangan disebabkan oleh hilangnya cairan,

berkurangnya lemak, pembentukan atau pemecahan emulsi, hidrolisa atau

polimerisasi karbohidrat dan hidrolisa atau koagulasi protein. Sesuai dengan

pernyataan tersebut, kenaikan kadar air dan lemak serta penurunan kadar pati pada

cookies cenderung menaikkan pengembangan cookies (Mudjajanto dan Yulianto, 2004).

Ketika makanan diletakkan dalam oven panas, kelembaban udara yang

rendah dalam oven menimbulkan gradien tekanan uap sehingga terjadi

perpindahan air dari dalam makanan ke permukaan. Banyaknya kehilangan air

ditentukan oleh sifat alamiah makanan, pergerakan udara dalam oven, dan tingkat

transfer panas. Saat tingkat kehilangan air di permukaan melebihi

tingkatpergerakan dari dalam, zona penguapan berpindah ke dalam makanan,

(16)

dalam makanan.Kehilangan air bagian dalam dibutuhkan untuk menghasilkan

tekstur yang renyah dari produk kue kering (Isnaharani, 2009).

2.4 Daya Terima Makanan

Daya terima makanan adalah kesanggupan seseorang dalam menghabiskan

makanan yang disajikan (Rudatin, 1997). Daya terima makanan dapat

didefinisikan sebagai tingkat kesukaan atau ketidaksukaan individu terhadap suatu

jenis makanan.Tingkat kesukaan ini berbeda setiap individu.Sehingga

berpengaruh terhadap konsumsi pangan (Suhardjo, 1989).

Munurut Wirakusumah (1990) yang dikutip dalam Nababan (2012),

kesukaan terhadap makanan didasari oleh sensorik, sosial, psikologi, agama,

emosi, budaya, kesehatan, ekonomi, cara persiapan dan pemasakan makanan,

serta faktor-faktor terkait lainnya. Penilaian seseorang terhadap kualitas makanan

berbeda-beda tergantung selera dan kesenangannya. Perbedaan suku, pengalaman,

umur, dan tingkat ekonomi seseorang membuat penilaian tertentu terhadap jenis

makanan, sehingga standar kualitas makanan sulit ditetapkan. Walaupun demikian

ada beberapa aspek yang dapat dinilai yaitu penampilan dan cita rasa, nilai gizi,

dan higiene atau kebersihan makanan tersebut.

1. Penampilan dan Cita Rasa Makanan

Cita rasa makanan mencakup 2 aspek utama yaitu penampilan makanan

sewaktu dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan. Kedua aspek tersebut

sama pentingnya agar mendapat makanan yang memuaskan. Daya terima terhadap

suatu makanan ditentukan oleh rangsangan yang ditimbulkan oleh makanan

(17)

utama yang akhirnya mempengaruhi daya terima makanan yaitu rangsangan cita

rasa yang ditimbulkan oleh makanan tersebut. Oleh sebab itu, penting dilakukan

penilaian cita rasa untuk mengetahui daya terima konsumen. Menurut Winarno

(2004), rasa suatu makanan merupakan faktor yang menentukan daya terima

konsumen. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu,

konsentrasi dan interaksi komponen rasa.

Warna pada makanan berperan dalam menentukan penampilan makanan

karena warna merupakan rangsangan pertama yang ditanggap oleh indera

penglihatan. Warna pada makanan harus menarik dan tampak alamiah agar

meningkatkan cita rasa. Oleh karenanya, dalam penyelenggaraan makanan harus

mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk mempertahankan warna makanan yang

alami, baik dalam bentuk teknik memasak maupun dalam penanganan makanan.

2. Konsistensi atau Tekstur Makanan

Konsistensi makanan merupakan faktor yang ikut menentukan cita rasa

makanan karena sensitifitas indera dipengaruhi oleh konsistensi makanan.

Penyajian makanan merupakan faktor tertentu dalam penampilan hidangan yang

disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik, maka seluruh

upaya yang telah dilakukan untuk menampilkan cita rasa tinggi pada makanan

tidak akan tercapai. Penampilan makanan dapat merangsang indera terata

(18)

3. Rasa dan Aroma Makanan

Rasa pada makanan merupakan faktor selanjutnya yang menentukan cita

rasa makanan. Apabila penampilan makanan yang disajikan merangsang saraf

melalui indera penglihatan, maka akan merangsang indera penciuman dan perasa

menentukan rasa makanan tersebut.

Aroma yang disebabkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat

kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.

Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah

menguap yang didapat karena adanya reaksi enzim maupun tanpa reaksi enzim.

2.5 Uji Organoleptik

Penilaian organoleptik disebut juga dengan penilaian indera atau penilaian

sensorik yang merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif atau sudah

lama dikenal. Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai

mutu dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Kadang-kadang

penilaian ini dapat memberikan hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa

hal penilaian dengan indera bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif

(Susiwi, 2009).

Menurut Rahayu (1998) sistem penilaian organoleptik telah dibakukan dan

dijadikan alat penilaian di dalam Laboratorium. Penilaian organoleptik juga telah

digunakan sebagai metode dalam penelitian dan pengembangan produk. Dalam

hal ini prosedur penilaian memerlukan pembakuan yang baik dalam cara

(19)

Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera penglihatan,

penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Panel diperlukan untuk

melaksanakan penilaian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat

sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagi instrumen atau alat. Panel ini

terdiri atas orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu komoditi.

Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.

Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan.

Dalam uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan, di samping itu mereka juga

mengemukakan tingkat kesukaan/ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan ini

disebut orang skala hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak

suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka dan amat sangat tidak

suka. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan sesuai yang diinginkan

peneliti (Rahayu, 1998).

2.6 Panelis

Menurut Rahayu (1998), dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh

macam panel, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak

terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan

ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian

organoleptik.

1. Panel Perseorangan

(20)

sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara

pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa

organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah

kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian efisien.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3 – 5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi,

sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik

faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan

pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15 – 25 orang yang mempunyai kepekaan cukup

baik.Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan

latihan-latihan.Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15 – 25 orang yang sebelumnya dilatih

untuk mengetahui sifat tertentu.Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih

berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan. Panel tidak

terlatih ini hanya diperbolehkan menilai sifat organoleptik yang sederhana

sepertisifat kesukaan. Panel tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa

(21)

6. Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada

target pemasaran. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat

ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3 – 10

tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis untuk menilai

produk-produk pangan yang disukai anak-anak,seperti permen, es krim, dan sebagainya.

Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan

atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya

terhadap produk yang akan dinilai dengan alat bantu gambar.

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan di atas menunjukkan bagaimana cookies yang dimodifikasi dengan

tepung biji nangka dan penambahan kubis merah akan memengaruhi daya terima

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Gizi Biji Nangka Tiap 100 gram Kandungan Gizi
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Tepung Biji Nangka Tiap 100 gram Komposisi Kimia Nilai Gizi Tepung Biji Nangka
Tabel 2.4 Kadar Antosianin pada Berbagai Bahan Pangan Bahan pangan  Kadar antosianin (mg per 100 g)
Tabel 2.5 Syarat Mutu Cookies Kriteria
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut menunjukkan ada peningkatan mutu pada cookies yang disubstitusi tepung biji nangka, hal ini ditunjukkan pada cookies kontrol yang selalu berada diurutan daya

1) Tepung biji nangka adalah tepung yang dibuat dari biji nangka yaitu dengan cara direbus, dikuliti, diiris kecil, dikeringkan, digiling/dihaluskan dan diayak. 2) Tepung bayam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang kandung- an gizi kalsium, fosfor, dan kadar pada tepung dan cookies lidah kucing tepung biji nangka

Berdasarkan hasil analisis kandungan gizi protein, zat besi dan kalsium donat biji nangka dan bayam yang memiliki kadar protein tertinggi adalah donat A2 sebanyak 10.1% per 100 gram

Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis terhadap Aroma Biskuit yang Dimodifikasi Tepung Biji Nangka, Tepung Kacang Merah, dan Tepung Pisang.

Nilai gizi energi, protein dan zat besi dari biskuit modifikasi tepung biji nangka, tepung kacang merah, dan.

Penelitian tentang pengaruh substitusi biji nangka pada pembuatan cookies ditinjau dari kekerasan memiliki nilai tertinggi adalah 8,81 N terdapat pada substitusi tepung

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul“UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI DONAT YANG DIMODIFIKASI DENGAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG BAYAM” ini beserta seluruh