PEMBAHASAN JINAS DALAM ILMU BADI’
Aisa Nur Sasmita
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Gajayana, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur
[email protected] PENDAHULUAN
Ilmu Badi’ merupakan salah satu bagian dari Ilmu Balaghah. Dalam Ilmu Balaghah itu sendiri terdapat Ilmu Ma’ani, Ilmu Bayan, dan Ilmu Badi’. Abu Jakfar Al Andalusi memaparkan bahwa ilmu badi’ bagaikan garam di dalam sebuah masakan yang akan memberikan rasa lezat, namun bila penempatannya tidak sesuai kapasitas, maka menjadikan masakan tersebut tidak sedap (Abdurrahman, 2011). Ilmu Badi’pertama kali dicetuskan oleh Abdullah bin Mu’taz Al Abbasi yang wafat pada tahun 274 Hijriyah. Kemudian dilanjutkan oleh Qudamah bin Jakfar Al Katib.
Pada akhirnya, banyak tokoh yang ikut terlibat dalam pengembangan Ilmu Badi’, seperti Abu Hilal Al Askari, Sofiyuddin Al Hilli, Ibnu Hijjah Al Hamawi, dan sebagainya (al-Hasyimi, 1960).
Al Jahidl melihat Badi secara umum memiliki dua makna, yaitu memperindah lafadz dan makna.
Pada pemaparannya tersebut, Al Jahidl belum menjelaskan secara detail mengenai Badi', seperti pengertian, kaidah-kaidah, atau mustholah tentang Ilmu Badi maupun pembagiannya. Pada saat itu perhatian Al Jahidl masih seputar contoh dan penerapannya (Al-Atiq, TT). Ilmu Badi’ membahas kaidah-kaidah dalam memperindah suatu kalam ini. Pertama, Ilmu Badi’ membahas muhassinat la fdziyah yaitu mengenai cara memperindah lafadz-lafadz di dalam kalam dan muhassinat maknawiyah yaitu mengenai cara memperindah makna di dalam kalam. Salah satu dari pembagian-pembagian Ilmu Badi’, terdapat Jinas yang termasuk pada Badi’ muhassinati lafdzi.
PEMBAHASAN
Secara etimologi lafadz “jinas” dan “tajnis” adalah masdar dari fi'il “janasa” bermakna menyelaraskan. Secara terminologi adalah adanya dua kata sama/ mendekati sama dalam bentuk lafadznya tapi berbeda dalam makna (Al-Maraghi, TT). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Hasan Habanakah (1996). Secara umum jinas terbagi menjadi dua macam, yaitu jinas tam dan jinas ghair tam. Kedua jinas tersebut dibagi lagi menjadi enam.
1. Tam
Jinas tam merupakan jinas yang lafadznya sama dari beberapa perkara, yaitu:
a) Jenis huruf b) Bentuk huruf c) Jumlah huruf d) Susunan huruf
2. Jinas Muharraf
Dinamakan jinah muharraf apabila ada perbedaan pada struktur huruf, tetapi sama pada jenis huruf, jumlah, dan susunannya di antara dua kata.
3. Jinas Naqis
Dinamakan jinas naqis yang berarti kurang, yaitu jinas yang pada suatu lafazhnya kurang satu atau beberapa huruf di antara lafadz yang lain. Jinas ini terdiri dari tiga bagian.
a) Almuktanaf, merupakan jinas muharraf yang salah satu huruf tengahnya dari dua kata tersebut tidak ada.
b) Almarduf, merupakan jinas muharraf yang salah satu huruf awalnya dari dua kata tersebut tidak ada.
c) Almutharraf, merupakan jinas muharraf yang salah satu huruf akhirnya dari dua kata tersebut tidak ada.
4. Jinas Mudhari’ dan Jinas Lahiq
Jinas yang dua katanya memiliki keselarasan pada bentuk, jenis, jumlah huruf, dan tertibnya akan tetapi berbeda pada satu huruf.
5. Jinas Mukarrar dan Muraddad
Jinas yang salah satu dari dua kata yang sejenis disebutkan setelah kata lainnya.
6. Jinas Qalb
Merupakan jinas yang berbeda pada susunan huruf pada dua lafadz, akan tetapi ada penyesuaian pada jenis, jumlah huruf, maupun bentuk.
PENUTUP
Di dalam Ilmu Badi' terdapat beberapa bagian, termasuk jinas. Jinas terjadi apabila adanya dua kata sama/ mendekati sama dalam bentuk lafadznya tapi berbeda dalam makna. Jinas juga dibagi menjadi enam bagian. Pembagian tersebut yaitu, jinas tam, Jinas muharraf, jinas naqis yang terdiri dari almuktanaf, almardhuf, dan almutharraf, selanjutnya adalah jinas mudharri’ dan lahiq, lalu jinas mukarrar dan muraddaf, serta jinas qalb.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hasyimi. 1994. Jauharul Balaghah. Beirut: Darul Fikr.
Al-Maraghi. TT. ‘Ulûmul Balâghah “al-bayan, al-ma’ani, al-badi’”. Mesir: Universitas al-Azhar:
Tidak diterbitkan.
Al-Qolasy, Ahmad. TT. Taisirul Balaghah. Tidak diketahui.
Hasan, Ibnu Habanakah. 1996. Al-Balaghah al-‘Arabiyah. Damaskus: Darul Qolam.