• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Ikan Pascapanen

N/A
N/A
Cecilia Riska

Academic year: 2024

Membagikan "Penanganan Ikan Pascapanen"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ikan merupakan produk yang high perishable (mudah rusak). Ikan secara alami mengandung komponen gizi seperti lemak, protein, karbohidrat serta air yang sangat disukai oleh mikroba perusak sehingga ikan sangat mudah mengalami kerusakan. Kemunduran mutu ikan cepat terjadi sehingga memerlukan penanganan khusus. Tingkat kemunduran ikan ditentukan sejak penangkapan, pengolahan sampai penyajian. Proses kemunduran mutu ikan berlangsung cepat pada daerah yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi serta penangkapan yang tidak baik dapat menyebabkan ikan mengalami kemunduran mutu. Penanganan yang baik dilakukan dengan tujuan untuk mengusahakan kesegaran ikan agar dapat dipertahankan atau kebusukan ikan dapat ditunda. Menurut Zailanie (2015) penanganan pascapanen ikan akan ditentukan a) Jenis ikan (ikan laut, pelagik atau domersal, ikan darat, udang, kerang, kodok atau lainnya). b) Ukuran (besar atau kecil) dan bentuk ikan. c) Bentuk penyaluran disposisi, sesuai rencana usaha, apakah akan dipasarkan hidup, dipasarkan basah, dibekukan, diolah tradisional (diasinkan, dikeringkan, diasap, atau lainnya), dikalengkan, tepung atau diolah lainnya. d) Permintaan pembeli atau pasar, ditangani untuk dipasarkan utuh, disiangi, di fillet atau lainnya. Pada prinsipnya penanganan ikan bertujuan untuk mempertahankan kesegaran sepanjang mungkin dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu mempertahankan ikan tetap hidup dan menurunkan suhu ikan. Pada kondisi suhu rendah pertumbuhan bakteri pembusuk dan proses-proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan menjadi lebih lambat. Penggunaan suhu rendah yang paling sering dan mudah dilakukan adalah pengesan (Gelman et al., 2001 dalam Metusalach, dkk. 2014). Menurut Agus (2018), Penanganan awal pada ikan dilakukan di atas kapal selama proses penangkapan. Tahap-tahap penanganan ikan di atas kapal yaitu: persiapan alat, meliputi ganco, pisau stainless, busa, sikat

Nama : Cecilia Riska Nauli

NPM : 240210220014

Kelompok : 3A

Nama asisten lab : Taqiya Nazhmi

(2)

khusus, dan plastik. Kemudian dilakukan pembongkaran hasil tangkapan di pelabuhan perikanan dan dilakukan proses lelang di tempat pelelangan ikan.

Seluruh tahapan ini merupakan titik kritis yang penting untuk diperhatikan sehingga dapat menjamin bahwa produk perikanan yang akan didistribusikan tetap mempertahankan kualitas yang baik. Dalam penanganan ikan segar di upayakan suhu tetap rendah mendekati 0°C. Penanganan ikan harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kemunduran mutu ikan sehingga dibutuhkan bahan dan media pendinginan yang sangat cepat dalam menurunkan suhu ikan pada pusat thermal ikan. Tingkat kesegaran ikan akan semakin cepat menurun atau ikan akan mudah menjadi busuk pada suhu tinggi dan sebaliknya pembusukan dapat dihambat suhu rendah (Suparno et al., 1993 Dalam Deni 2015).

Pada praktikum “Penanganan Pascapanen Ikan” mula-mula ikan ditimbang lalu dibersihkan sisiknya lalu dikeluarkan bagian jeroannya. Jeroan ikan harus dibersihkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan memastikan keamanan konsumsi. Dengan membersihkan jeroan ikan dapat menghilangkan parasit, bakteri, dan residu yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Pembersihan jeroan juga dilakukan agar mengurangi bau amis yang dapat mempengaruhi kualitas dan rasa daging ikan. Jeroan ikan memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi proses hidrolisis sehingga perlu dilakukan proses pembuangan komponen. Pembuangan komponen lemak dimaksudkan agar proses hidrolisis berlangsung secara optimal dan menjaga kestabilan produk selama penyimpanan (Bhaskar et al., 2008). Setelah dikeluarkan, kemudian ikan dibersihkan menggunakan air mengalir. Ikan dibersihkan menggunakan air mengalir untuk memastikan bahwa kotoran dan sisa ikan terbuang dengan baik. Air mengalir dapat membantu membersihkan ikan dengan maksimal karena kotoran yang terbuang sepanjang aliran air. Setelah ikan bersih, lalu ikan ditimbang dan diletakkan diatas piring plastik lalu dibungkus menggunakan cling wrap. Kemudian ikan disimpan dalam 3 perlakuan yaitu suhu ruang, suhu dingin, dan freezer. Ikan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu ikan nila dan ikan kembung. Ikan nila merupakan ikan air tawar sedangkan ikan kembung merupakan ikan air asin atau air laut. Ikan yang berasal dari air tawar umumnya memiliki sisik sedangkan ikan pada air laut rata-rata tidak memiliki sisik karena perbedaan adaptasi terhadap

(3)

lingkungan tempat hidupnya. Menurut Moyle dan Cech (2004), sisik pada ikan berfungsi sebagai pelindung terhadap patogen dan abrasi fisik. Sisik pada ikan mampu meningkatkan resistensi tubuh terhadap aliran air sehingga menghambat pergerakan ikan. Maka dari itu, ikan tawar yang hidup di perairan tenang lebih membutuhkan sisik sebagai bentuk perlindungan tubuhnya. Hal ini diperkuat oleh Helfman et al (2009), dimana ikan laut hidup di habitat beraliran deras sehingga tubuh tanpa sisik lebih aerodinamis untuk berenang cepat mengikuti arus.

Umumnya ikan berlendir. Lendir pada ikan diproduksi dari kelenjar lendir pada kulit. Ikan memiliki lapisan lendir karena memiliki berbagai fungsi seperti perlindungan terhadap infeksi dan iritasi, membantu dalam pergerakan serta perlindungan terhadap parasit. Beberapa ikan berlendir hanya di bagian kepala dikarenakan bagian kepala sangat rentan terkena benturan, cedera, dan infeksi sehingga membutuhkan perlindungan yang lebih. Bagian kepala juga memiliki organ sensorik dan otak yang penting bagi ikan sehingga lapisan lendir tersebut dapat membantu melindungi dan memelihara fungsi organ (Hardi, 2015). Berikut merupakan tabel hasil pengamatan pada masing-masing ikan

Tabel 1. Ikan pada Penyimpanan Suhu Ruang

Hari Ke-0 Sampel Berat

sebelum dibersihkan

Berat Sesudah dibersihkan

Kenampakan Ba u

Tekst ur Mat

a

Insa ng

Lendir Permukaa

n Badan Ikan

Nila

165 126 9 9 9 7 7

Ikan Kembun g

132 108 6 8 9 8 9

Hari Ke-1 Sampel Berat

sebelum

Berat Sesudah

Kenampakan Ba u

Tekst ur Mat Lendir Permukaan

(4)

dibersihkan dibersihkan

a Badan

Ikan Nila

- 125 5 1 1 1

Ikan Kembun g

- 107 1 5 5 3

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023)

Menurut SNI 01-2729.1-2006 tentang Spesifikasi Ikan Segar ini dijelaskan bagian tubuh yang mendapat perhatian untuk menilai tingkat kesegaran ikan meliputi 1) kenampakan mata, 2) insang, 3) lendir permukaan tubuh, 4) daging (warna dan kenampakan), 5) bau, dan 6) tekstur daging. Penilaian berdasarkan SNI ini dinamakan dengan penilaian organoleptik.

Setiap indikator penilaian ini masih memiliki spesifikasi lagi yang masing-masing diberi bobot nilai yang berbeda tergantung kondisi yang diamati. Nilai yang didapat beragam mulai dari 1-9.

Berdasarkan hasil data pengamatan dalam penyimpanan suhu ruang, diketahui bahwa kenampakan pada sampel ikan nila memiliki bobot nilai yang baik yaitu 9. Pada hari ke-0, ikan nila memiliki bola mata yang cembung, kornea dan pupil jernih, mengkilap, warna insang merah tua, cemerlang dengan sedikit sekali lendir transparan, bau yang dihasilkan segar, tekstur agak lunak dan agak elastis. Sedangkan pada ikan kembung memiliki bola mata agak cekung, kornea agak keruh, pupil agak keabu- abuan, agak mengkilap, warna insang merah tua atau coklat kemerahan, kurang cemerlang dengan sedikit lendir transparan, lapisan lendir jernih, transparan, mengkilap cerah, memiliki aroma segar, padat, kompak, dan sangat elastis. Berat ikan nila sebelum dibersihkan adalah 165 gram sedangkan berat ikan kembung sebelum dibersihkan adalah 132 gram. Berat ikan nila sesudah dibersihkan dan dikeluarkan jeroannya adalah 126 gram

(5)

sedangkan berat ikan kembung adalah 108 gram. Menurut Fuad et al (2021), mata ikan kembung memiliki bentuk yang cembung namun pada data yang didapat mata ikan cembung berbentuk cekung. Menurut Pandit (2017), Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi mata ikan dalam hal kecembungan, kecekungan, dan tingkat kecerahan mata seperti faktor genetika yang melekat pada spesies tertentu, lingkungan seperti kualitas air, suhu, intensitas cahaya dapat berdampak pada kondisi mata ikan dan kesehatan ikan yang mencakup aspek nutrisi dan tingkat stress. Pada pengamatan hari ke-1 sampel ikan nila dan ikan kembung mengalami perubahan yang drastis. Ikan nila memiliki bola mata agak cekung, kornea keruh, pupil keabu-abuan, tidak mengkilap, lendir tebal menggumpal, berubah warna, bau busuk kuat, tekstur sangat lunak dan bekas jari tidak hilang. Hal ini menandakan bahwa ikan nila sudah mengalami kebusukan.

Sedangkan pada ikan kembung memiliki bola mata sangat cekung, kornea sangat keruh, pupil abu-abu, tidak mengkilap, lendir agak tebal, mulai berubah warna, sedikit bau asam, tekstur lunak, bekas jari terlihat dan sangat lambat hilang. Pada pengamatan hari pertama, masing-masing ikan juga mengalami sedikit penurunan bobot. Pada Ikan nila dan ikan kembung, mengalami penurunan bobot sebesar 1 gram. Penurunan bobot pada ikan selama penyimpanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti aktivitas mikroorganisme dan degradasi protein.

Tingginya sumber nutrisi ikan menyebabkan ikan mudah mengalami kerusakan dan penurunan kualitas yang lebih cepat dibandingkan komoditas pangan segar lainnya. Hal ini disebabkan terjadinya degradasi protein, oksidasi lipid, dan aktivitas mikroorganisme pada ikan selama penyimpanan berlangsung (Vieira dkk, 2019).  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shabrina et al (2014) Ikan pada penyimpanan

(6)

suhu ruang hanya mampu bertahan selama 6 jam. Maka dari itu, penyimpanan ikan dalam suhu ruang tidak dianjurkan.

Tabel 2. Ikan Pada Penyimpanan Suhu Dingin

Hari Ke-0 Sampel Berat

sebelum dibersihkan

Berat Sesudah dibersihkan

Kenampakan Ba u

Tekst ur Mat

a

Insa ng

Lendir Permukaa

n Badan Ikan

Nila

147 129 9 9 9 9 9

Ikan Kembun g

99 84 3 8 9 7 7

Hari Ke-1 Sampel Berat

sebelum dibersihkan

Berat Sesudah dibersihkan

Kenampakan Ba u

Tekst ur Mat

a

Lendir Permukaan Badan Ikan

Nila

- 122 5 6 5 8

Ikan Kembun g

- 80 3 9 6 8

Hari Ke-4 Sampel Berat

sebelum dibersihkan

Berat Sesudah dibersihkan

Kenampakan Ba u

Tekst ur Mat

a

Lendir Permukaan Badan Ikan

Nila

- 113 3 3 1 5

(7)

Ikan Kembun g

- 74 3 7 6 5

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023)

Berdasarkan hasil pengamatan pada suhu dingin, pada hari ke-0 ikan nila memiliki bola mata cembung, kornea dan pupil jernih, mengkilap cerah, warna insang merah tua, cemerlang dengan sedikit sekali lendir transparan, lapisan lendir jernih, transparan, aroma sangat segar, padat, kompak, dan sangat elastis. Ikan nila memiliki berat 147 gram sebelum dibersihkan dan 129 gram setelah dibersihkan.

Lalu ikan nila mengalami penurunan pada pengamatan hari pertama sebesar 7 gram.

Perubahan yang terjadi pada hari ke-1 adalah bola mata yang agak cekung, kornea agak keruh, pupil agak keabu-abuan, agak mengkilap, warna insang merah muda dengan sedikit lendir agak keruh, sedikit bau asam, tekstur padat, kompak, dan elastis. Lalu pada hari ke-4 terjadi penurunan bobot sebesar 9 gram dengan bola mata cekung, kornea keruh, pupil keabu-abuan, tidak mengkilap, lendir tebal sedikit menggumpal, berubah warna, bau busuk kuat, tekstur agak lunak dan sedikit kurang elastis. Bau busuk atau bau asam pada ikan setelah penyimpanan dapat disebabkan karena pembusukan daging ikan. Bakteri yang tumbuh secara alami pada ikan mulai mengkonsumsi senyawa organik yang menyebabkan bau asam. Enzim yang terurai pada saat ikan ditangkap juga dapat menyebabkan bau asam. Menurut pernyataan dari Junianto (2003), ikan dapat dengan cepat mengalami kebusukan dan menimbulkan bau busuk karena ikan memiliki kadar glikogen yang rendah, sehingga proses rigor mortis terjadi lebih cepat. Bakteri pembusuk sangat aktif dalam mendekomposisi lemak dan protein sehingga menghasilkan senyawa seperti amoniak, indol,H2S yang nantinya akan menyebabkan bau yang tidak sedap serta rasa yang kurang enak pada ikan. Sedangkan pada pengamatan Ikan kembung hari ke-0, memiliki bola mata cekung, kornea keruh, pupil keabu-abuan, tidak mengkilap, warna insang merah tua, kurang cemerlang dengan sedikit lendir transparan, lapisan lendir jernih, cukup cerah, aroma segar, memiliki tekstur agak lunak dan agak elastis. Ikan kembung yang matanya berbentuk cekung pada pengamatan hari ke-0 menandakan bahwa ikan tersebut sudah tidak sehat. Pada pengamatan hari ke-1 terjadi penurunan bobot sebesar 4 gram, bola mata cekung,

(8)

kornea keruh, pupil keabu-abuan, tidak mengkilap, aroma netral dan terjadi peningkatan mutu tekstur yaitu memiliki tekstur yang padat, kompak, dan elastis.

Hal ini mungkin dikarenakan kondisi ikan yang masih dingin sehingga tekstur yang didapat adalah padat. Menurut sebuah jurnal mengenai perikanan, faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan dan keelastisan tekstur ikan antara lain adalah jenis ikan, umur ikan, jenis makanan dan suhu lingkungan. Menurut Gustini et al (2014), perubahan tekstur daging ikan dapat menjadi lembut dan lunak karena proses autolisis yang dapat mengakibatkan transformasi pada struktur daging sehingga membuat daging lebih lembut dan mudah terlepas dari tulang. Hal ini diperkuat oleh Nurjanah et al (2004), dimana ciri-ciri ikan berada pada fase post rigor adalah tekstur daging yang mulai lunak. Pada pengamatan hari ke-4 terjadi penurunan bobot sebesar 14 gram, memiliki bola mata cekung, lapisan lendir mulai agak keruh, agak lunak dan kurang elastis. Ikan yang mengalami autolisis ditandai dengan tekstur tubuh ikan yang tidak elastis sehingga menyebabkan ikan memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali ke keadaan semula pada saat ditekan jari.

Seiring berlanjutnya proses autolisis, daging yang ditekan tidak akan pernah kembali ke posisi semula (Sumardi, 2010). Kesegaran dan mutu daging ikan dapat menurun karena adanya enzim katepsin yang berperan dalam mengakibatkan penurunan mutu (Ladrat et al., 2003). Menurut Ismaya et al (2020) dan Chaparro et al (2015), umumnya penyimpanan ikan segar pada suhu rendah dapat menghambat aktivitas mikroba dan enzim serta dapat mempertahankan sifat asli ikan segar.

Namun metode ini tidak sepenuhnya dapat menghambat penurunan kualitas ikan dan tetap mengalami proses kebusukan dalam waktu dekat. Penyimpanan ikan pada suhu dingin lebih disarankan jika pembelian ikan dan pengolahan ikan dilakukan pada hari yang sama.

Tabel 3. Ikan Pada Penyimpanan Suhu Beku

Hari Ke-0 Sampel Berat

sebelum dibersihkan

Berat Sesudah dibersihkan

Kenampakan Ba u

Tekst ur Mat

a

Insa ng

Lendir Permukaa

n Badan

(9)

Ikan Nila

138 120 9 8 9 7 6

Ikan Kembun g

100 83 6 9 9 8 8

107 88 8 9 8 9 8

Hari Ke-1 Sampel Berat

sebelum dibersihkan

Berat Sesudah dibersihkan

Kenampakan Ba u

Tekst ur Mat

a

Lendir Permukaan Badan Ikan

Nila

- 113 7 9 7 8

Ikan Kembun g

- 79 6 9 8 8

- 86 6 8 8 6

Hari Ke-4 Sampel Berat

sebelum dibersihkan

Berat Sesudah dibersihkan

Kenampakan Ba u

Tekst ur Mat

a

Lendir Permukaan Badan Ikan

Nila

- 109 3 6 6 3

Ikan Kembun g

- 79 3 7 8 7

- 84 7 8 8 5

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023)

Berdasarkan data diatas pada pengamatan hari ke-0, ikan nila memiliki bola mata cembung, kornea dan pupil jernih, mengkilap, warna insang merah tua atau coklat kemerahan, kurang cemerlang, lapisan lendir jernih, transparan, mengkilap cerah, aroma segar, tekstur agak lunak dan sedikit kurang elastis.

(10)

Berat awal pada ikan nila sebelum dibersihkan adalah 138 gram dan 120 gram setelah dibersihkan. Warna dan kelendiran insang pada ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Hastuti dan Subandiyono (2011), perubahan warna insang disebabkan oleh perubahan suhu, kadar oksigen terlarut, kadar amonia dalam air, dan pH. Jenis ikan juga berpengaruh terhadap warna insang dan kelendiran. Menurut Yulintine (2013), setiap jenis ikan memiliki perbedaan struktur insang yang menyebabkan perbedaan warna dan lendir yang dihasilkan. Faktor seperti kandungan nutrisi pada pakan ikan juga berpengaruh terhadap warna insang. Serangan penyakit seperti parasit dan bakteri yang ada pada insang juga mampu mempengaruhi warna insang menjadi tidak wajar serta meningkatkan produksi lendir (Noga, 2010). Pada pengamatan hari ke-1, ikan nila mengalami penurunan bobot sebesar 7 gram, memiliki bola mata rata, kornea agak keruh, pupil agak keabu-abuan, agak mengkilap, memiliki tekstur yang padat karena disimpan pada freezer sehingga pada saat pengamatan, daging masih keras. Pada pengamatan hari ke-4, ikan nila mengalami penurunan sebanyak 4 gram, memiliki bola mata cekung, kornea keruh, pupil keabu- abuan, tidak mengkilap, lapisan lendir mulai keruh, bau netral, dan memiliki tekstur lunak. Lalu pada ikan kembung pada hari ke- 0 memiliki berat masing-masing yaitu 100 dan 107 gram pada saat sebelum dibersihkan. Setelah dibersihkan beratnya menjadi 83 dan 88 gram. Pada pengamatan hari ke-0 ikan kembung I, memiliki bola mata agak cekung, warna insang merah tua, cemerlang, lapisan lendir jernih, transparan, mengkilap cerah, aroma segar, padat, kompak dan elastis. Ikan kembung I lalu mengalami penurunan bobot pada pengamatan hari ke-1 yaitu sebesar 4 gram dan mengalami penurunan mutu pada pengamatan hari ke-4 yaitu bola mata yang cekung, kornea keruh, pupil keabu-abuan, tidak mengkilap, lapisan lendir mulai

(11)

agak keruh, tekstur yang agak lunak. Pada pengamatan hari ke-0 ikan kembung II memiliki bola mata rata, kornea dan pupil jernih, agak mengkilap, warna insang merah tua atau coklat kemerahan, kurang cemerlang dengan sedikit sekali lendir transparan, cukup cerah, aroma sangat segar, padat, kompak dan elastis. Pada pengamatan hari ke-1 mengalami penurunan bobot sebesar 2 gram, memiliki bola mata agak cekung, kornea agak keruh, pupil agak keabu-abuan, agak mengkilap, agak lunak, dan sedikit kurang elastis. Lalu pada pengamatan hari ke-4, ikan kembung II mengalami penurunan bobot sebesar 2 gram, memiliki tekstur lunak, kurang elastis,memiliki bola mata rata. Pada hal ini terjadi peningkatan mutu pada mata ikan kembung II, hal ini mungkin dikarenakan kesalahan pengamatan. Ikan yang disimpan dalam freezer memiliki ketahanan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang disimpan pada suhu ruang maupun suhu dingin. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merekomendasikan menyimpan ikan segar, udang, kerang, dan cumi-cumi hanya satu atau dua hari di dalam freezer. Namun untuk jenis ikan seperti bass, flounder, tuna, swordfish, trout, dan salmon dapat bertahan selama tiga hingga lima hari. Hal ini dapat dilihat pada pengamatan hari ke-4 dimana ikan mengalami penurunan mutu. Walaupun demikian, ikan dengan perlakuan freezer adalah penyimpanan yang paling baik dan paling dianjurkan. 

Selain kerusakan yang disebabkan oleh penyimpanan yang kurang tepat dapat mengurangi mutu pada ikan, kerusakan yang terjadi pada bagian tubuh ikan juga mempengaruhi mutu dan nilai jual. Kerusakan yang dialami ikan secara fisik dapat disebabkan oleh penanganan yang kurang baik sehingga menyebabkan luka ataupun memar pada badan ikan yang menyebabkan ikan menjadi lembek. Benturan fisik dapat terjadi mulai dari penangkapan, proses pengangkutan, distribusi sampai

(12)

pada tangan penjual di pasar. Benturan fisik menyebabkan luka dan memar pada tubuh ikan. Bahan pangan yang luka dan memar akan menyebabkan terjadinya peningkatan enzim proteolitik (Afrianto, 2003). Maka dari itu, penanganan yang baik dan tepat dapat meminimalisir tingkat kerusakan fisik yang dapat terjadi sehingga nilai jual tetap tinggi dan gizi yang terkandung pada ikan tidak berkurang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Praktikum mengenai “Pasca Panen Ikan Segar” telah selesai dilakukan. Dimana pada praktikum ini dilakukan 3 penyimpanan pada ikan yaitu penyimpanan suhu ruang, suhu dingin, dan suhu beku. Ikan pada penyimpanan suhu ruang hanya mampu bertahan sekitar 6 jam. Maka dari itu, penyimpanan ikan dalam suhu ruang tidak dianjurkan. Penyimpanan ikan segar pada suhu rendah dapat menghambat aktivitas mikroba dan enzim serta dapat mempertahankan sifat asli ikan segar. Namun metode ini tidak sepenuhnya dapat menghambat penurunan kualitas ikan dan tetap mengalami proses kebusukan dalam waktu dekat. Sedangkan penyimpanan ikan pada suhu beku dapat dilakukan selama 1-2 hari sebelum terjadinya perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan penyimpanan pada suhu beku mampu menghambat aktivitas mikroba secara maksimal.

Maka dari itu, disarankan untuk penyimpanan ikan segar pada suhu beku

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat pengamatan fisik ikan dilakukan oleh praktikan yang sama agar tidak terjadi rincu.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2003. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Kanisius. 

Agus, A. (2018). Pengelolaan dan penggunaan sumberdaya kelautan/perikanan studi kasus Kota Ternate, Maluku Utara. Journal of Fisheries and Marine Sciences, 1(2), 81-92.

Bhaskar N, Mahendrakar NS. (2008). Protein hydrolisate from visceral waste protein of catla (Catla catla): optimization of hydrolysis condition for a commercial neutral protease. Journal Bioresource Technology 99:4105- 4111.

Chaparro, HS., Ruiz, CS., Marquez, RE., Ocano, H., Valenzuela, C., Ornelas, J. &

Toro, S. 2015. Effect of chitosan-carvacol edible coatings on the quality and shelf life of tilapia (Oreochromis niloticus) fillets stored in ice. Food Science and Technology. 35(4): 734-741.

Deni 2015. Karakteristik Mutu Ikan Selama Penanganan Pada Kapal KM.

Cakalang. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate.

Fuad, M., Baskoro, M. S., Riyanto, M., & Mawardi, W. (2021). Respons Fisiologi Mata Ikan Selar (Selaroides leptolepis) dan Kembung (Rastreliger brachysoma) Terhadap Warna Cahaya Lampu.

Gelman A, Glatman L, Drabkin V, Harpaz S. 2001. Effect of storage temperature and preservative treatment on shelf life of the pondraised freshwater fish, silver perch (Bidyanus bidyanus). Journal Food Protection 64:1584-1591 Gustini, S., K., & Ari, H. Y. (2014). Kualitas Ikan Kembung (Rastrelliger

kanagurta) Setelah Perendaman Dalam Kitosan Ditinjau Dari Aspek Mikrobiologi dan Organoleptik. J. Protobiont, 3(2), 100-105.

Hardi, E. H. (2015). Parasit Biota Akuatik. Mulawarman University Press.

Samarinda

Hastuti, S. dan Subandiyono. 2011. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Helfman, G., Collette, B., Facey, D. and Bowen, B. 2009. The Diversity of Fishes:

Biology, Evolution, and Ecology 2nd Ed. Wiley-Blackwell.

(14)

Ismaya, FC., Nurul, HF. & Tri, YH. 2020. Pembuatan dan Karakterisasi Edible Film dari Nata de Coco dan Gliserol. Jurnal Teknologi UMJ. 13(1): 8188.

Junianto, (2003). Teknik Penanganan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(1), 1-10. doi:

10.29244/jitkt.v12i1.26631

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (1): 42-53 ISSN: 0853-6384 

Ladrat, C. D., Bagnis, V. V., Noel, J., & Fleurence, J. (2003). Proteolytic Potential in White Muscle of Sea Bass (Dicentrarchus labrax L.) During Post Mortem Storage on Ice: Time-Dependent Changes in The Activity of The Components of The Calpain System. Food Chemistry, 84, 441-446.

Metusalach. Kasmiati. Fahrul. I. Jaya. 2014. Pengaruh Cara Penangkapan, Fasilitas Penangan dan Cara Penanganan Ikan Terhadap Kualitas Ikan yang Dihasilkan. Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1): 40-52

Moyle, P.B. and Cech, J.J. 2004. Fishes: An Introduction to Ichthyology 5th Ed.

Pearson Benjamin Cummings.

N. A. Shabrina, P. H. Riyadi, and A. D. Anggo, "PENGARUH JARAK, SUHU, LAMA PENGASAPAN TERHADAP KEMUNDURAN MUTU IKAN BANDENG (Chanos chanos Forks) ASAP SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG," Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, vol. 3, no. 3, pp. 68-74, Aug. 2014.

Noga, E.J., 2010. Fish Disease: Diagnosis and Treatment. 2nd ed. Wiley-Blackwell.

Nurjanah, S., Sukarno, & Muldani, M. (2004). Teknik Penanganaan Ikan Basah di Kapal, PPI, dan Tempat Pengolahan. Buletin THP, VII(1).

Oyolese, A.O., (2006). Quality Assesment of Cold Smoked Hot Smoked and Oven Dried Tilapia nilotica Under Cold Storage Temperature Conditions. J. of Fish. Int., 2(4), 92-97.

Pandit, I. (2017). Penerapan teknik penanganan yang berbeda terhadap kualitas ikan segar sebagai bahan baku pembuatan Ikan Pindang. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 19(2), 89-96.

Sumardi, J. A. (2010). Ikan Segar Mutu dan Cara Pendinginan Teknologi Hasil Perikanan. Universitas Brawijaya.

(15)

Vieira, BB., Mafra, JF., Rocha, AS., Ferreire, MA., Silva, F., Ridrigues, AV. &

Evangelista, NS. 2019. Combination of chitosan coating and clove essential oil reduces lipid oxidation and microbial growth in frozen stores tambaqui ( Colossoma macropomum) fillets. LWT - Food Science and Technology.

116: 1-7.

Yulintine. 2013. Profil Insang sebagai Indikator Kualitas Air pada Berbagai Stadia Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.) di Tambak. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1): 57-66.

Zailanie, K. 2015. Fish Handling. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan cara penanganan ikan diatas kapal seperti yang telah diuraikan, maka akan dapat diharapkan mutu kesegaran ikan mampu bertahan sampai dengan dua minggu (14 hari)

Penyimpanan bahan baku pra-olahan (fillet, daging lumat, dan surimi) pada suhu beku dapat mempertahankan mutu daging ikan dan menghasilkan produk sosis dengan sifat fisik

Sampah rumah sakit merupakan sampah khusus karena sampah tersebut memerlukan penanganan khusus untuk menghindari bahaya yang akan ditimbulkannya karena merupakan sampah

 Membuat paper tentang teknik rantai dingin  Membuat paper tentang penanganan higienis Observasi Ceklist lembar pengamatan penanganan hasil panen ikan Portofolio 

Penanganan pasca panen merupakan segala kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan kualitas produk baik sayur maupun buah sebelum sampai pada konsumen. Penanganan pasca

Selain kegiatan pengadaan alat dan mesin pascapanen untuk kelompok tani, dalam kegiatan penanganan pascapanen tanaman perkebunan terdapat kegiatan peningkatan

Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak, sehingga diperlukan cara penanganan yang tepat untuk menjaga kesegaran ikan sejak ikan ditangkap tanpa menggunakan

Tujuan penulisan tugas akhir ini yaitu untuk mempelajari alur proses penanganan ikan teri dengan metode pembekuan (frozen) dari ikan Teri (Stolephorus sp) yang