LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Cimalaka”
Oleh
Nining Sariningsih, S.E NUPTK. 7240753655130093
(Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial)
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS PENDIDIKAN
SMPN 2 CIMALAKA
@2022
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Cimalaka”
Oleh
Nining Sariningsih, S.E NUPTK. 7240753655130093
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS PENDIDIKAN
SMPN 2 CIMALAKA
@2022
LEMBAR PUBLIKASI
DISERAHKAN UNTUK DIPUBLIKASIKAN DI PERPUSTAKAAN SMPN 2 CIMALAKA
NOMOR REGISTRASI : ……….
TANGGAL 06 FEBRUARI 2022
Sumedang, 06 Februari 2022 Kepala Perpustakaan
Ai Meliyanti, S.Pd NIP. 19750523200712010
PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang disusun oleh
Nining Sariningsih, S.E NUPTK. 7240753655130093,
Jabatan Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tahun Pelajaran 2022/2023
berjudul :
”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Cimalaka”
Disetujui Untuk Dipublikasi di Perpustakaan SMPN 2 Cimalaka dan Dipublikasikan di Website Umum Sebagai Bahan Literasi
Sumedang, 06 Februari 2022 Kepala SMPN 2 Cimalaka
Iis Suarningsih, M.Pd
NIP. 196705271989032003
PENGESAHAN PERPUSTAKAAN
No. : ………
Yang bertandatangan di bawah ini, Kepala Perpustakaan SMPN 2 Cimalaka Kab.
Sumedang, menerangkan bahwa :
N a m a : Nining Sariningsih, S.E N U P T K : 7240753655130093 Jabatan : Guru Mata Pelajaran
Unit Kerja : SMPN 2 Cimalaka Kab. sumedang
Benar yang bersangkutan telah mengadakan penelitian dan hasilnya telah didokumentasikan di Perpustakaan SMP Negeri 2 Cimalaka Kab. Sumedang dengan judul penelitian;
”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Cimalaka”
TAHUN PELAJARAN 2022/2023”
Sumedang, 06 Februari 2022 Mengetahui,
Kepala Sekolah,
Gani Suriswanto, S.Pd., M.MPd NIP. 1963122051989021001
Kepala Perpustakaan
Ai Meliyanti, S,Pd NIP. 19750523200712010
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
1. Karya Tulis Ilmiah berupa Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul
”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada ProsesPembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Cimalaka Tahun Pelajaran 2022/2023” adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
2. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam karya tulis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana peruntukkannya.
Sumedang, 06 Februari 2022 Mengetahui,
Kepala SMPN 2 Cimalaka
Gani Suriswanto, S.Pd., M.MPd NIP. 1963122051989021001
Yang Membuat Pernyataan
Nining Sariningsih, S.E
NUPTK. 7240753655130093
ABSTRAK
”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Cimalaka”
Oleh: Nining Sariningsih, S.E
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proses pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada pokok bahasan menerapkan prinsip penggunaan model dan metode pembelajaran di kelas VII SMPN 2 Cimalaka Kab. Sumedang yang masih belum tepat dan belum sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar peserta didik berdasarkan nilai asesmen pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagian besar masih berada di bawah KKM. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan untuk mengetahui nilai hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), untuk mengetahui nilai hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode konvensional, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik aatara kelas yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan metode konvensional, untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar peserta didik antara kelas yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan metode konvensional pada pokok bahasan menerapkan prinsip penggunaan model pembelajaran problem based learning (PBL) berbasis STEAM. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuntitatif dengan pendekatan quasi eksperimen desain Sampel penelitian yaitu peserta didik kelas VII.A sebagai kelas kontrol dan peserta didik kelas VII.B sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar secara kognitif, serta lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran dan aktivitas peserta didik untuk psikomotorik dan afektif peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian pada perolehan data rekapitulasi kehadiran peserta didik, penilaian sikap, pengetahuan dan penialain keterampilan untuk kelompok kontrol yang menerapkan metode konvensional memiliki nilai interpretasi peningkatan yang masih berada pada katagori rendah, sedangkan untuk model problem based learning memiliki nilai interpretasi peningkatan dari data rekapitulasi kehadiran peserta didik, penilaian sikap, keterampilan dan penilaian keterampilan mengalami peningkatan yang cukup signifikan berada pada katagori cukup baik., sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning lebih baik dibandingkan metode konvensional.
Kata kunci : Problem Based Learning, hasil belajar, metode konvensional
ABSTRAK
”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Cimalaka”
Oleh: Nining Sariningsih, S.E
This research is motivated by the learning approach process applied to the subject of applying the principles of using learning models and methods in class VII SMPN 2 Cimalaka Kab. Sumedang is still not appropriate and not in accordance with the material being taught, so that student learning outcomes based on assessment scores in Social Sciences (IPS) subjects are mostly still below the KKM. The aim of this research is to increase students' learning motivation and to determine the value of learning outcomes of students who use the Problem Based Learning (PBL) learning model, to determine the value of learning outcomes of students who use conventional methods, to find out whether there are differences in student learning outcomes.
Among classes that use problem-based learning models with conventional methods, to determine the differences in student learning activities between classes that use problem-based learning models and conventional methods on the subject of applying the principles of using STEAM-based problem-based learning (PBL) learning models.
The research method used is a quantitative method with a quasi-experimental design approach. The research sample is class VII.A students as the control class and class VII.B students as the experimental class. Data collection techniques were carried out using cognitive learning outcomes tests, as well as observation sheets on the implementation of learning models and student activities for students' psychomotor and affective skills. Based on the results of research on the acquisition of student attendance recapitulation data, the assessment of attitudes, knowledge and skills assessment for the control group that applied conventional methods had an increased interpretation value which was still in the low category, while for the problem based learning model the interpretation value increased from the attendance recapitulation data. students, attitudes, skills and skills assessments experienced a significant increase in the quite good category, so it can be concluded that the use of the problem based learning model is better than conventional methods.
Keywords: Problem Based Learning, learning outcomes, convention
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas segala Inayah dan Ridho Ilahi Robbi yang diberikan sehingga upaya melakukan penelitian tindakan kelas dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan profesionalisme penulis, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai tenaga pendidik di lingkungan SMPN 2 Cimalaka Kab. Sumedang. Upaya inipun sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diawali pendekatan dan pengelolaan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga dapat tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik baik di dalam kelas, maupun di luar kelas.
Dengan terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Gani Suriswanto, S.Pd., M.MPd selaku Kepala SMPN 2 Cimalaka Kab.
sumedang (tempat dilaksanakannya penelitian) yang telah memberikan bantuan dan dorongan moril, materil dan spritnya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik melalui penelitian Tindakan kelas di SMPN 2 Cimalaka Kab. Sumedang.
2. Rekan-rekan Guru dan Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) di SMPN 2 Cimalaka Kab. sumedang yang telah banyak membantu dalam ananlisis hasil penelitian dan saran tindak lanjt untuk penyelesaian penelitian ini.
3. Para peserta didik SMPN 2 Cimalaka Kab. sumedang Tahun Pelajaran 2022/2023yang telah banyak membantu berfartisifasi dalam pelaksanaan PPL dan mendukung penuh penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik;
4. Semua pihak yang sudah ikut berkontribusi dalam yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu;
Atas bantuan semua pihak yang telah diberikan semoga mendapat imbalan setimpal dari Allah SWT dan menjadi amal jariah dan semoga pula hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi kemajuan pendidikan, umumnya di provinsi Jawa Barat, dan khususnya di SMPN 2 Cimalaka Kab. sumedang
Sumedang, 06 Februari 2022
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Sampul ………..………...
Halaman Judul .……….……….……..
Lembar Publikasi ...
Persetujuan Kepala SMP Negeri 2 Cimalaka Kab. Sumedang ………..………….…….
Pengesahan Perpustakaan ...
Abstrak ...………...……...
Kata Pengantar ………..………..
Daftar Isi ………..………...
BAB I. PENDAHULUAN ………….…...……….………….……….
1. Latar Belakang Masalah ………..…………
2. Identifikasi Masalah ………...………..
3. Rumusan Masalah ………
4. Tujuan Penelitian ……….
5. Manfaat Penelitian ………
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...
1. Penelitian Tindakan Kelas ……...
2. Tahap-Tahap Dalam Penelitian Tindakan Kelas ………...………...
3. Penggunaan Model Pembelajan Problem Based Learning (PBL) …………
4. Kualitas Pembelajaran ………..
5. Hasil Belajar Peserta Didik ………..
6. Indikator Hasil Belajar Peserta Didik ………...
7. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik ………
8. Penilaian Hasil Belajar ……….
i ii iii iv v vi vii viii 1 1-4
4 5 5 5-7
8 8-11 11-13 14-21 22-25 25-28 28-30 30-31 32-35
BAB III. METODE PENELITIAN ………..……..………...
1. Subyek Penelitian ………
2. Tempat Penelitian ………
3. Waktu Penelitian ………..
4. Data dan Sumber ………..
5. Instrumen Penilaian ………..
36 33 33 33 33 37-42
6. Teknik Pengumpulan Data ………...
7. Analisis Data ………
8. Evaluasi dan Refleksi ………...
9. Deskripsi Persiklus ………..
10. Indikator Keberhasilan ……….
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
1. Penelitian Data Siklus 1 ………...
2. Penelitian Data Siklus 2 ………...
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...
A. Kesimpulan ...
B. Saran ………...
DAFTAR PUSTAKA ...
43-44 44 44-45 45-50 50-55
56 56-65 66-71
72 72-73 73-74
75-76
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat serta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa pendidikan atau guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota utama masyarakat. Pendidkan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat sehingga menjadi penting pendidikan untuk mencetak manusia yang memiliki berkualitas dan berdaya saing. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta didik tentunya adanya beberapa hal yang mempengaruhi seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan peserta didik menjadi faktor penting guru dalam proses pembelajaran. Dimana dalam proses belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Sehingga guru mendai penting dalam proses pembelajaran peserta didik dalam berupaya mewujudkan perubahan sikap dan tingkah laku. Seperti diketahui, motivasi belajar pada peserta didik tidak sama kuatnya, ada peserta didik yang motivasinya bersifat intrinsik dimana kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan peserta didik yang motivasi belajarnya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada anakanak dan remaja dalam proses belajar. Proses pembelajaran akan berhasil manakala peserta didik
mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif\ membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Sebelum masuk kepada bagimana upaya seorang guru dalam memotivasi belajar peserta didik penulis terlebih dahulu akan membahas tentang apa itu motivasi, yang akan dilanjutkan dengan hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam memotivasi belajar peserta didik, ciri-ciri peserta didik termotivasi dan fugsi motivasi bagi peserta didik.
1) Motivasi Belajar
Sudarwan (2002: hlm. 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Hakim (2007: hlm. 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Huitt,W.
(2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang- kadang diartikan sebagai keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktifbertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Ditambahkan Gray (Winardi, 2002) mengemukakan bahwa motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu. Menurut Handoko (1992:
hal. 59), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar peserta didik, dapat dilihat dari beberapa indicator sebagai berikut:
a) Kuatnya kemauan untuk berbuat
b) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar
c) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain d) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Sedangkan menurut Sardiman (2001:hal. 81) motivasi belajar memiliki indikator sebagai berikut:
a) Tekun menghadapi tugas.
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa.
d) Lebih senag bekerja mandiri e) Cepat bosan pada tugas rutin
f) Dapat mempertahankan pendapatnya ,beberapa pendapat di atas, motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat kemauan dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Kemauan baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
(Sukadi, 2006) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu sebagai berikut:
a. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan
Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri seseorang.
b. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan
Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.
c. Peniruan tingkah laku (Modelling)
Melalui modelling, anak mengambil atau meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model tersebut memiliki motivasi tersebut dalam derajat tertentu.
d. Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung
Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi peserta didik dalam belajar, cenderung akan
mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan.
e. Harapan orangtua terhadap anaknya
Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian prestasi.
Berdasarkan pertimbangan pemikiran di atas maka peneliti mengambil judul
”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Cimalaka”
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas terdapat beberapa masalah yaitu antara lain adalah sebagai berikut:
1) Motivasi belajar berperan penting dalam penentuan hasil belajar peserta didik, jika peserta didik tidak memiliki motivasi belajar maka hasil belajarpun tidak maksimal.
2) Peserta didik kurang termotivasi dalam mengkuti pelajaran ditandai dengan beberapa peserta didik yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum.
3) Tugas yang diberikan guru tidak bervariasi serta tidak menarik sehingga cenderung membuat peserta didik kurang motivasi dalam mengerjakan tugas dari guru sehingga hasil belajar kurang maksimal.
4) Model dan Metode pembelajaran yang digunakan guru pada proses pembelajaran di kelas masih kurang tepat dan sesuai dengan materi yang dipelajari sehingga menimbulkan rasa bosan dan jenuh serta malas untuk belajar, 5) Penggunaan media pembelajaran berupa tayangan video berbasis youtube, bahan ajar, PPT dan LKPD manual dan Digital sangat jarang digunakan oleh guru saat melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka perlu ada pembatasan masalah. Batasan masalah ini tentang motivasi belajar, hasil belajar, model pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk ”Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII di SMPN 2 Cimalaka” pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kompetensi Dasar Menganalisis ketergantungan antara ruang dilihat dari konsep ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, harga, pasar) dan pengaruhnya terhadap migrasi penduduk, transportasi, lembaga sosial dan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat melalui pembelajaran luring/tatap muka dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 2 Cimalaka Kab. Sumedang” pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kompetensi Dasar Menganalisis ketergantungan antara ruang dilihat dari konsep ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, harga, pasar) dan pengaruhnya terhadap migrasi penduduk, transportasi, lembaga sosial dan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat melalui pembelajaran luring/tatap muka dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
5. Manfaat Penelitian a. Bagi Peserta Didik
1) Peserta didik benar-benar sangat termotivasi dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dan disesuaikan dengan materi pelajaran yang disajikan, terutama model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang saya
ampu, mereka sangat antusias dan bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran.
2) Peserta didik dapat menjalin komunikasi dan berkolaborasi dengan guru dengan lebih efektif dan efesien dengan digunakan metode pembelajaran dalam bentuk ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan, presentasi dan demontrasi;
3) Peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran secara langsung dan real karena dibimbing dan dipandu langsung oleh guru untuk mengikuti pembelajaran yang berkolaborasi dengan dunia usaha, dunia industri, para pengusaha, para pengrajin dan para pedagang sehingga pembelajaran di kelas yang terkesan menjenuhkan dapat terhindar dengan memperbanyak kegiatan pembelajaran di lapangan;
4) Peserta didik merasa dipermudah dalam mengikuti proses pembelajaran dengan disediakannya bahan ajar berupa buku, modul dan Lembar Peserta Didik (LKPD) Digital, media pembelajaran berupa tayangan PPT dan tayangan-tayangan video berbasis Youtube.
b. Bagi Guru
a) Memperluas wawasan dan pengalaman bagi guru dalam mengolah teknik, strategi dan langkah-langkah yang tepat dalam penggunaan model, metode dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk digunakan dalam menyajikan setiap materi pelajaran pada proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b) Meningkatkan profesionalitas dalam menjlankan tugas dan pekerjaan sebagai guru/
pendidik.
c) Meningkatkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di kelas.
d) Memberikan motivasi bagi guru-guru lainnya untuk lebih kreatif dalam melaksaakan tugasnya memberikan pengajaran dan pendidikan di sekolah.
e) Memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
c. Bagi Sekolah
a) Menerapkan model dan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi, situasi dan kondisi serta karakteristik peserta didik yang dilaksanakan terhadap pelajaran yang lainnya di sekolah.
b) Memanfaatkan media, alat pembelajaran dan sarana prasana sekolah dengan semaksimal mungkin
c) Mengembangkan bakat untuk tercapainya visi dan misi sekolah
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian Tindakan Kelas A. Menurut Para Ahli
1) Menurut Suyanto (1997), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat ref- lektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik- praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.
2) Menurut Hopkins (1993), Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha sesorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
3) Menurut Joni dan Tisno (1998), PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan- tindakan yang dilakukannya, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
4) Rochiati (2009), mendefinisikan PTK adalah bagaimana usaha sekelompok guru dalam mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
5) Menurut Suparno (2008), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pelaksanaan pembelajaran di kelasnya.
6) Kasihani (1999), yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan- kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan- tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian
jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Pada pelaksanaannya, setiap masalah yang diungkap dan dicarikan jalan keluar haruslah masalah yang benar-benar ada dan nyata dialami oleh guru.
7) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pelaksanaan pembelajaran di kelasnya (Suparno, 2008).
B. Ruang Lingkup Penelitian Tindakan Kelas
Adapun wilayah kajian PTK adalah masalah atau problem pembelajaran yang dirasakan oleh guru atau peserta didik pada umumnya, bukan masalah pembelajaran yang dihadapi peserta didik secara pribadi.
C. Beberapa contoh masalah yang dapat dikaji melalui PTK
Sebagaimana tertuang dalam pedoman penyusunan usulan penelitian Tindakan kelas tahun anggaran 2005 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2004 adalah : » Masalah belajar peserta didik di sekolah » Desain dan strategi pembelajaran di kelas » Alat bantu, media dan sumber belajar
» Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran » Pengembangan kompetensi pribadi peserta didik » Masalah kurikulum.
D. Karakteristik PTK
Adapun karakteristik dari PTK menurut Suryadi (2012) adalah: 1. Adanya permasalahan yang dirasakan guru mendesak untuk segera diselesaikan. 2.
Refleksi diri, merupakan ciri khas dari PTK yang paling esensial, ha lini sekaligus membedakan antara penelitian pada umumnya yang menggunakan responden atau populasi secara objektif dalam mengumpulkan data, sedangkan dalam PTK pengumpulan data disertai dengan refleksi diri. 3. Dilakukan di dalam kelas, kelas yang dimaksud bukan ruang yang dibatasi empat dinding tetapi merupakan proses pembelajaran antara guru dan peserta didik melalui interaksi. 4. Bertujuan memperbaiki pembelajaran tiada henti. Siklus demi siklus mencerminkan perbaikan demi perbaikan yang dicapai.
E. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Dalam (Rahdiyanta, hlm. 2014) menyebutkan tujuan PTK adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
4) Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
F. Pentingnya PTK Bagi Guru
1) Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi peserta didiknya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
2) Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif
3) Melakukan PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran 4) Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu
merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri
dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan dan mengembangkan alternatif masalah/kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran.
Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat (Daryanto 2006: hlm. 18).
2. Tahap-Tahap Dalam Penelitian Tindakan kelas
Tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat pada siklus PTK di bawah ini:
Siklus penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. PTK merupakan suatu proses yang terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1) Tahap Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah tahap pertama dari siklus PTK. Di tahap ini, guru melakukan perencanaan terhadap kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Perencanaan ini biasanya meliputi penyusunan Modul Ajar, penyusunan instrumen asesmen penilaian, Lembar Kerja Peserta didik, dan penyusunan materi pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan adalah tahap kedua dari siklus PTK. Di tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Selain itu, guru juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti manajemen kelas, media pembelajaran, dan interaksi dengan peserta didik.
3) Tahap Pengamatan (Observing)
Observasi adalah tahap ketiga dari siklus PTK. Di tahap ini, guru melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu, observasi juga berguna untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul selama kegiatan pembelajaran.
4) Tahap Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah tahap terakhir dari siklus PTK. Di tahap ini, guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan pembelajaran dan mencari solusi atas masalah-masalah yang muncul selama kegiatan pembelajaran.
Setelah itu, guru kembali ke tahap perencanaan untuk menyusun rencana pembelajaran yang lebih baik di kemudian hari.
Siklus PTK merupakan salah satu metode penelitian yang cocok digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, siklus PTK juga dapat digunakan oleh guru untuk mengembangkan kompetensi profesionalnya.
PTK dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Guru dapat bekerja sama dengan rekan sejawatnya untuk melakukan PTK bersama-sama. Hal ini akan membantu guru dalam mengembangkan kompetensi profesionalnya dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Siklus PTK juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam teknik observasi, seperti observasi langsung, observasi terstruktur, dan observasi partisipatif. Teknik observasi yang digunakan harus sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam PTK tersebut.
Untuk melakukan siklus PTK dengan baik, guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a) Memiliki tujuan yang jelas dan sasaran yang ingin dicapai. Tujuan dan sasaran PTK harus jelas dan sesuai dengan kebutuhan kelas. Tujuan PTK harus merujuk pada permasalahan yang ada di kelas dan sasaran PTK harus merujuk pada solusi yang ingin dicapai.
b) Memiliki rencana yang jelas dan terstruktur. Rencana PTK harus terdiri dari langkah-langkah yang jelas dan terstruktur. Rencana PTK harus memperhatikan tujuan dan sasaran PTK, serta harus mempertimbangkan kebutuhan kelas dan kondisi yang ada.
c) Melakukan observasi yang tepat dan akurat. Observasi PTK harus dilakukan secara tepat dan akurat. Guru harus memperhatikan aspek-aspek yang diperlukan dalam observasi, seperti kegiatan pembelajaran, interaksi guru- peserta didik, dan hasil belajar peserta didik.
d) Melakukan refleksi yang kritis dan membuat kesimpulan yang tepat. Refleksi PTK harus dilakukan secara kritis dan membuat kesimpulan yang tepat. Guru harus mempertimbangkan segala aspek yang terkait dengan PTK, seperti kegiatan pembelajaran, interaksi guru-peserta didik, dan hasil belajar peserta didik.
e) Menyusun rencana pembelajaran yang lebih baik di kemudian hari. Setelah melakukan PTK, guru harus menyusun rencana pembelajaran yang lebih baik di kemudian hari. Rencana pembelajaran yang lebih baik ini harus memperhatikan tujuan dan sasaran PTK, serta harus mempertimbangkan kebutuhan kelas dan kondisi yang ada.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, guru dapat melakukan siklus PTK dengan baik dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Selain itu, guru juga dapat mengembangkan kompetensi profesionalnya dengan melakukan PTK secara terus menerus.
3. Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 1) Model Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM merupakan singkatan dari Pemebalajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Model pembelajaran ini menggambarkan keseluruhan proses belajar mengajar yang berlangsung menyenangkan dengan melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tersebut, tentu saja diperlukan ide-ide kreatif dan inovatif guru dalam memilih metode dan merancang strategi pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan aktif dan menyenangkan diharapkan lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tidak efektif apabila tujuan belajar tidak tercapai dengan baik.
Konsep PAIKEM telah mengilhami penciptaan model-model pembelajaran yang lain. Banyak peneliti yang mengembangkan model- model pembelajaran baru dengan menggunakan singkatan yang mudah diingat orang seperti S-T-M, RANI, MATOA, dan lain-lain. Singkatan S- T-M merupakan kepanjangan dari Sains-Teknologi-Masyarakat; RANI kepanjangan dari Ramah, Terbuka dan Komunikatif; MATOA diambil dari buah Matoa yang merupakan kepanjangan dari Menyenangkan Atraktif Terukur Objektif dan Aktif.
Model pembelajaran PAIKEM bukan model pembelajaran baru. Sebelum PAIKEM muncul, model pembelajaran CBSA (cara belajar peserta didik aktif) telah lama populer di kalangan guru-guru. Inovasi pembelajaran terus menerus dilakukan dengan menambah sederetan model pembelajaran bernuansa baru seperti CTL (Contextual Teaching Learning), PBL (Problem based Learning), Cooperatif Learning dan sebagainya. Semua model pembelajaran tersebut mengarah pada pembelajaran yang tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat belajar (teacher centered learning) karena ada asumsi bahwa pembelajaran yang terlalu didominasi oleh guru dapat menyebabkan peserta didik kurang aktif dan kreatif selama proses pembelajaran
Inti dari PAIKEM terletak pada kemampuan guru untuk memilih strategi
dan metode pembelajaran yang inovatif. Strategi pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif adalah strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student centered learning). Dalam penerapan strategi pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi peserta didik untuk belajar. Pengetahuan diperoleh peserta didik berdasarkan pengalamannya sendiri, bukan ditransfer pengetahuan dari guru. Pembelajaran yang menyenangkan dapat terjadi apabila hubungan interpersonal antara guru dan peserta didik berlangsung baik. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan.
Dalam konsep PAIKEM, pembelajaran yang menyenangkan dapat dicapai karena peserta didik aktif selama proses pembelajaran. Selain itu, motivasi belajar juga memiliki andil yang tinggi terhadap suasana senang belajar. Supaya motivasi belajar tetap tinggi, guru perlu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar yang telah dicapai atau tugas yang telah diselesaikan oleh peserta didik.
Model PAIKEM banyak menggunakan strategi pembelajaran CTL.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami. Tugas guru lebih banyak menyusun strategi dan mengelola kelas supaya peserta didik dapat menemukan pengetahuannya sendiri bukan berdasarkan informasi dari guru.
CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Karakteristik Model Pembelajaran CTL adalah: (1) materi dipilih berdasarkan kebutuhan peserta didik; (2) peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran; (3) materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/simulasinya; (4) materi dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik; (5) cenderung mengintegrasikan beberapa bidang ilmu sesuai dengan tematiknya; (6) proses belajar berisi kegiatan untuk menemukan, menggali informasi, berdiskusi, berpikir kritis, mengerjakan projek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok); (6) pembelajaran terjadi di berbagai tempat, sesuai dengan konteksnya; (7) hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Model PAIKEM menuntut guru untuk kreatif menggunakan berbagai metode, alat, media pembelajaran dan sumber belajar. Supaya guru memiliki wawasan luas tentang metode pembelajaran yang mendukung peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, berikut ini diberikan contoh-contoh metode pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.
1) Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Metode ini tepat digunakan pada kelas yang kreatif, peserta didik yang berpotensi akademik tinggi namun kurang cocok diterapkan pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial. Metode ini sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan peserta didik.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau masalah untuk dipecahkan.
2) Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
3) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
4) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, bereksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, dan merumuskan hipotesis.
5) Guru membantu peserta didik dalam menyiapkan laporan hasil pemecahan masalah yang menjadi tugasnya.
6) Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau mengevaluasi proses-proses penyelidikan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Contoh tugas-tugas yang dapat diselesaikan melalui pembelajaran berbasis masalah.
1) Mempelajari fenomena alam terjadinya pemanasan global, pencemaran air, dan polusi udara
2) Mempelajari fenomena terjadinya gerhana bulan dan matahari
3) Mempelajari fenomena terjadinya kenakalan (patologi sosial) pada remaja
Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Alur kerja peserta didik bergantung pada seberapa kompleks permasalahan yang diberikan. Sama halnya seperti project based learning, tingkat keberhasilan metode ini bergantung pada keaktifan peserta didiknya.
Semakin aktif peserta didik memanfaatkan keterampilan berpikirnya, semakin besar peluang masalah untuk diselesaikan.
a. Pengertian Menurut Para Ahli
Beberapa pengertian problem based learning menurut para ahli adalah sebagai berikut.
1. Menurut Duch, yaitu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
2. Menurut Arends, yaitu suatu pendekatan pembelajaran di mana peserta didik dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
3. Menurut Gd. Gunantara, yaitu suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pembelajar dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata.
4. Menurut Shoimin, yaitu menciptakan suasana belajar yang mengarah terhadap permasalahan sehari-hari.
5. Menurut Glazer, yaitu suatu strategi pengajaran di mana peserta didik secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
b. Tujuan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan utama yang akan dicapai, begitu juga dengan problem based learning. Untuk tujuan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
2. Melatih peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis.
3. Membantu peserta didik dalam memahami peran orang dewasa di kehidupan nyata.
4. Mendorong peserta didik untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.
c. Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning
Sintak merupakan tahapan yang harus dilalui pada suatu model pembelajaran.
Adapun sintak model pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a) Menjelaskan orientasi permasalahan pada peserta didik
Pada tahap ini guru akan memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran serta proses agar peserta didik termotivasi untuk belajar.
b) Mengorganisasi peserta didik dalam belajar
Pada tahap ini, guru mengorganisir tugas yang akan diberikan pada peserta didik, misalnya penentuan topik, prosedur tugas, dan sebagainya.
c) Memberikan bimbingan pada individu maupun kelompok
Guru membimbing peserta didik agar mereka bisa mendapatkan sumber atau referensi yang sesuai untuk permasalahan yang ditugaskan.
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya peserta didik
Pada tahap ini, peserta didik akan dibantu oleh guru dalam mempersiapkan hasil yang akan dilaporkan, misalnya laporan, dokumentasi, rekaman, serta teori pendukung lainnya.
e) Melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Guru meminta peserta didik untuk merefleksi dan mengevaluasi hasil yang diperoleh, baik dari sisi proses maupun metode.
Adapun contoh problem based learning dalam pembelajaran bisa dilihat melalui sintak berikut.
a) Menjelaskan orientasi permasalahan pada peserta didik
Guru menunjukkan gambar pencemaran air di daerah padat penduduk.
Lalu, peserta didik mengamati gambar tersebut dan diminta menyampaikan tanggapannya. Terakhir, peserta didik diminta membuat pertanyaan terkait gambar pencemaran, misalnya
“Bagaimana pengaruh kepadatan penduduk terhadap pencemaran air?”
b) Mengorganisasi peserta didik dalam belajar
Pada tahap ini, peserta didik harus mencari sumber/referensi terkait pengaruh kepadatan penduduk terhadap kualitas air bersih atau pencemaran.
c) Memberikan bimbingan pada individu maupun kelompok
Peserta didik diberi lembar kerja terkait data pencemaran air dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya peserta didik Peserta didik membuat catatan hasil penyelidikannya terhadap pertanyaan yang diajukan. Lalu, catatan tersebut diolah hingga berbentuk laporan.
e) Melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah Guru membimbing peserta didik dalam menganalisis hasil kerjanya tentang pengaruh kepadatan terhadap pencemaran air. Lalu, hasil tersebut dipresentasikan dan dievaluasi.
d. Kelebihan dan Kekurangan
Berikut ini kelebihan problem based learning.
1. Peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis dan terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
2. Bisa memicu peningkatan aktivitas peserta didik di kelas.
3. Peserta didik terbiasa untuk belajar dari sumber yang relevan.
4. Kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan efektif karena peserta didiknya dituntut untuk aktif.
Berikut ini kekurangan problem based learning.
1. Tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan model ini.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi pembelajaran lebih lama.
3. Bagi peserta didik yang belum terbiasa menganalisis suatu permasalahan, biasanya enggan untuk mengerjakannya.
4. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terlalu banyak, guru akan kesulitan untuk mengondisikan penugasan.
e. Perbedaan Problem Based Learning dan Project Based Learning
Pada dasarnya, kedua model pembelajaran tersebut hampir sama. Hal itu karena keduanya sama-sama melibatkan keaktifan peserta didik.
Perbedaannya adalah pada problem based learning peserta didik dilatih untuk berpikir kritis dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan.
Sedangkan pada project based learning, peserta didik dituntut untuk terampil dalam mengelola permasalahan hingga dihasilkan suatu produk nyata. Dengan demikian, problem based learning bisa mengasah keterampilan berpikir dan project based learning bisa meningkatkan hasil akademik peserta didik.
22
Nining Sariningsih_PTK_2021/2022
4. Kualitas Pembelajaran
A. Pengertian Kualitas Pembelajaran
Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu unsur dari paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Paradigma tersebut mengandung atribut pokok yaiturelevan dengan kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, suasana akademik yang kondusif dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen kelembagaan dari para pimpinandan staf terhadap pengelolaan organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan programstudi, serta efisiensi program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan. Dimensi-dimensi tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat strategis untuk merancangdan mengem bangkan usaha penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi kualitas padamasa yang akan datang.
Mutu sama dengan arti kualitas dapat diartikan sebagai kadar atau tingkatan dari sesuatu, oleh karena itu kualitas mengandung pengertian:
1) Tingkat baik dan buruknya suatu kadar
2) Derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya) mutu.
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikandan hasil pendidikan. Dalam 'proses pendidikan' yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar kognitif, afektif, atau psikomotorik, metodologi Obervariasi sesuai kemampuan guru, sarana, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber dayalainnya serta penciptaan suasana yang kondusif
Menurut Pius Partanto dan M. Dahlan Al Barry bahwa kualitas adalah kualitas dan mutu baik buruknya barang. Dari pengertian tersebut maka kualitas atau mutu dari sebuah pendidikan harus ditingkatkan baik itu sumber daya manusia, sumber daya material, mutu pembelajaran, kualitas lulusan dan sebagainya. Dari berbagai pengertian yang ada, pengertian kualitas pendidikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan untuk menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal. Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar peserta didik. Bahwa setiap guru atau tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadaptingkat
23
Nining Sariningsih_PTK_2021/2022
keberhasilan peserta didik belajar dan keberhasilan guru mengajar. belajar hanya dapat terjadiapabila murid sendiri telah termotivasi untuk belajar guru harus secara bertahap dan berencana memperkenalkan manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji, sehingga murid belajar karena didasari oleh nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan murid sendiri. Walaupun proses ini tidak sederhana, guru harus tetap berusaha menanamkan sikap positif dalam belajar, karena ini merupakan bagian yang sangat penting didalam proses belajar untuk mampu belajar. Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka stimulus dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi dengan penganekaragaman, penerapan beberapa cara, perbedaan Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang,menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan;
Dari sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif media belajar digunakan oleh guru untuk meningkatkan intensitas belajar peserta didik.
Dari sudut fasilitas belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa kontributif memberi sumbangan fasilitas fisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari aspek materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuainnya dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasi peserta didik.
Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, maha peserta didik, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler.
B. Indikator Kualitas Pembelajaran
Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi indikator yang berfungsisebagai indikasi atau penunjuk dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas.Hal ini diperlukan karena beberapa alasan berikut
24
Nining Sariningsih_PTK_2021/2022
1) Prestasi Peserta didik Meningkat
Prestasi peserta didik yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung mengedepankan aspek kognitif pengetahuan, aspek afektif dan psikomotorik tingkah laku.
2) Peserta didik Mampu Bekerjasama
Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerjasama antar peserta didik ataupun peserta didik dengan guru. Dengan adanya kekompakan akan timbul suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap: 1) adanya saling pengertian untuk tidak saling mendominasi, 2) adanya saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut kemauannya sendiri, 3) adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai, 4) adanya saling menghargai dan 5) saling kasih sayang untuk tidak saling membenci dan iri hati.
3) Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk membantu peserta didik dalam menyerap dan memahami pelajaran yang diserap oleh guru, karena apabila peserta didik tidak menyenangi pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas yang menarik.
4) Mampu berinteraksi dengan Mata Pelajaran lain
Problematika kehidupan dunia tidak hanya ada pada masalah keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.
5) Mampu Mengkontekstualkan hasil Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk membiasakan dan melatih peserta didik dalam bersosial, bekerjasama dan memecahkan masalah.
Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya
25
Nining Sariningsih_PTK_2021/2022
6) Pembelajaran yang efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi Peserta didik. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi peserta didik.
7) Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum
Pencapaian tujuan dan target kurikulum merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh gurudan peserta didik dalam setiap pembelajarannya.
Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan minimal maupun maksimal yang harus dicapai tergantung kepada kemampuan pihak sekolah yang terdiri dari guru dan unsur-unsur lain yang melaksanakannya.Maka indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar peserta didik, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran/
5. Hasil Belajar Peserta Didik 1) Pengertian Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang guna untuk merubah suatu perilaku yang ada pada dirinya. Menurut Gagne dalam Dahar (2006: hlm. 2) “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Menurut Suhendri (2013: hlm. 107) “belajar merupakan suatu aktivitas dilakukan secara sengaja dalam upaya memperoleh perubahan dan perbaikan”.
Sejalan dengan pendapat menurut Suyono dan Hariyanto dalam Suhendri (2013: hlm. 107) bahwa “belajar adalah suatu aktivitas atas suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang berupa aktivitas guna bertujuan untuk mendapatkan suatu perubahan pada diri seseorang.
Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan pada aspek
26
Nining Sariningsih_PTK_2021/2022
kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti kegiatan proses belajar. Hasil belajar tersebut dapat digunakan untuk tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran. Menurut Sudjana dalam Tahar, Irzan (2016: hlm. 94) “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia mengalami pengalaman belajarnya”. Sejalan dengan Soedijarto dalam Tahar, Irzan (2016:
hlm. 94) “hasil belajar merupakan tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan”. Sedangkan menurut Gagne dalam Nasution (2018: hlm. 113) menyimpulkan ada lima macam hasil belajar yaitu:
a) Informasi Verbal. Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta.
Informasi verbal diperoleh secara lisan, membaca buku dan sebagainya.
b) Keterampilan Intelektual. Kapabilitas keterampilan intelektual untuk dapat memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah.
Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar.
c) Strategi Kognitif. Kapabilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis.
d) Sikap. Kecenderungan merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian berdasarkan stimulus tersebut.
e) Keterampilan Motorik, merupakan keterampilan seseorang bisa dilihat dari kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta badan yang diperhatikan oleh orang tersebut dalam belajar. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan kemampuan seseorang setelah mengalami proses belajar, sehingga mampu merubah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini hanya mencakup aspek kognitif saja, karena pada aspek kognitif berkaitan langsung dengan kemampuan peserta didik dalam menguasai materi.
2) Klasifikasi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku peserta didik berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh saat proses belajar mengajar, yang
27
Nining Sariningsih_PTK_2021/2022
berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sejalan dengan Milsan & Wewe (2019: hlm. 67) bahwa “pada sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan Pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris”. Menurut Benyamin Bloom revisi Anderson dan Kratwohl dalam Dwi Oktaviana (2018: hlm. 82) kemampuan berpikir kognitif dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori :
a) Mengingat (remember) adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Kategori mengingat terdiri dari proses kognitif mengenali dan mengingat kembali. Untuk menilai mengingat, peserta didik diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif mengenali dan mengingat kembali.
b) Memahami (understand) adalah proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di sekolah-sekolah dan perguruan perguruan tinggi. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
c) Mengaplikasikan (apply) melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi (ketika tugasnya hanya soal latihan) dan mengimplementasikan (ketika tugasnya merupakan masalah).
d) Menganalisis (analyze) melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian- bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhanya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
e) Mengevaluasi (evaluate) didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses- proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil
28
Nining Sariningsih_PTK_2021/2022
berdasarkan kriteria eksternal).
f) Mencipta (create) melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Mencipta berisikan tiga proses kognitif: merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Berdasarkan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh pada proses pembelajaran berupa kemampuan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Klasifikasi hasil belajar ini bertujuan untuk menunjukan tujuan pembelajaran agar mampu mencapai tujuan level berikutnya. Pada taksonomi Benyamin Bloom revisi Aderson dan Krathwohl kemampuan berpikir kognisi merupakan satu kerangka dasar klasifikasi target pembelajaran serta persiapan ujian. Maka dari itu klasifikasi hasil belajar pada kemampuan berpikir kognitif taksonomi Benyamin Bloom revisi Aderson dan Krathwohl terbagi menjadi enam yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
6. Indikator Hasil Belajar Peserta Didik
Indikator Hasil Belajar Untuk mengetahui perubahan nilai pada suatu variabel maka diperlukan indikator sebagai alat ukur perubahan tersebut. Menurut Sudiyanto & Puspitasari (2010: hlm. 10) “penggunaan indikator sebagai alat ukur dari suatu variabel sangat diperlukan, hal ini terkait dengan memberikan sarana kemudahan dalam memahami maknanya”.
Menurut Benjamin S.Bloom dalam Ricardo & Meilani (2017: hlm. 194) Ranah kognitif adalah suatu perubahan perilaku yang terjadi pada kognisi. Proses belajar terdiri atas kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan otak. Menurut Bloom bahwa tingkatan hasil belajar kognitif dimulai dari terendah dan sederhana yakni hafalan hingga paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.
Berdasarkan hierarki Taksonomi Bloom revisi dalam Effendi (2017:
hlm. 74-76), indikator hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek yaitu:
1) Mengingat/ C-1 Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kategori mengingat yaitu: a. Mengenali b. Mengingat
29
Nining Sariningsih_PTK_2021/2022
kembali
2) Memahami/ C-2 Memahami yaitu mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta didik. Kategori memahami yaitu:
a) Menafsirkan b) Mencontohkan c) Mengklasifikasikan d) Merangkum
e) Menyimpulkan f) Membandingkan g) Menjelaskan
3) Mengaplikasikan/ C-3 Mengaplikasikan atau menerapkan ataupun menggunakan prosedur untuk melakukan latihan atau memecahkan masalah yang berhubungan erat dengan pengetahuan prosedural. Kategori mengaplikasikan yaitu:
a) Mengeksekusi
b) Mengimplementasikan
4) Menganalisis/ C-4 Menganalisis yaitu menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsurunsur penyusunannya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kategori menganalisis yaitu:
a) Membedakan b) Pengorganisasian c) Attributing
5) Mengevaluasi/ C-5 Mengevaluasi didefinisikan membuat suatu pertimbangan atau penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Kategori mengevaluasi yaitu:
a) Memeriksa b) Mengkritisi
6) Mengkreasi/ C-6 Mengkreasi atau mencipta yaitu adalah menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang utuh atau fungsional.
Kategori mengkreasi yaitu: