• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Adversity Quotient terhadap Work Family Conflict pada Karyawati Hotel yang Sudah Menikah

N/A
N/A
21-0083 Sintia Itria Arti

Academic year: 2025

Membagikan "Pengaruh Adversity Quotient terhadap Work Family Conflict pada Karyawati Hotel yang Sudah Menikah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH ADVERSITY QUOTIENT TERHADAP WORK FAMILY CONFLICT PADA KARYAWATI HOTEL YANG SUDAH MENIKAH

1Stevy Valenia Sutantio, 11520015

2Dr. Anita Zulkaida, M.Si., Psikolog

3Dr. Mu’minatus Fitriati Firdaus, S.Fil.I, M. Phil.

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok, 16424, Jawa Barat, Indonesia [email protected]

Abstrak

Semakin berkembangnya zaman, banyak wanita yang sudah menikah memilih untuk bekerja di sektor produktif seperti perhotelan dan disebut sebagai karyawati hotel.

Karyawati seringkali mengalami kesulitan untuk membagi perannya sebagai istri dan pekerja. Karyawati membutuhkan kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan dalam menjalani kedua peran tersebut, dalam hal ini adversity quotient diduga memiliki peran dalam mengatasi work family conflict. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh adversity quotient terhadap work family conflict pada karyawati hotel yang sudah menikah. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah accidental sampling dan snowball sampling. Penelitian ini dilakukan terhadap 71 Responden dengan menggunakan skala Adversity Response Profile (ARP) dan Work Family Conflict Scale (WFCS). Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan diperoleh nilai F sebesar 4,173 dan nilai signifikansi sebesar 0,045 (p>0,005) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh adversity quotient terhadap work family conflict pada karyawati hotel yang sudah menikah. Sedangkan untuk nilai Rsquare sebesar 0,054 artinya adversity quotient mempengaruhi work family conflict sebesar 5,4% sedangkan 94,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Pada penelitian ini hasil mean empirik dari variabel adversity quotient dan work family conflict berada dalam kategori sedang.

Kata kunci : Adversity Quotient, Work Family Conflict, Karyawati Hotel Abstract

Increasingly, many married women choose to work in the productive sector such as hospitality and are referred to as hotel employees. Employees often experience difficulties in dividing their roles as wives and workers. Employees need the ability to overcome any difficulties in living both roles, in this case adversity quotient is thought to have a role in overcoming work family conflict. This study aims to examine the effect of adversity quotient on work family conflict in married hotel employees. The techniques used in sampling are accidental sampling and snowball sampling. This research was conducted on 71 respondents using the Adversity Response Profile (ARP) scale and the Work Family Conflict Scale (WFCS). Based on the hypothesis testing that has been done, the F value is 4.173 and the significance value is 0.045 (p <0.005) which shows that there is an influence of adversity quotient on work family conflict in married hotel employees. As for the Rsquare value of 0.054, it means that adversity quotient affects work family conflict by 5,4% while 94,6% is influenced by other factors outside the study. In this study, the empirical mean results of the adversity quotient and work family conflict variables are in the moderate category.

Keyword : Adversity Quotient, Work Family Conflict, Hotel Employees

(2)

2 PENDAHULUAN

Era globalisasi banyak memberikan peluang bagi para wanita untuk berkarir di dunia kerja layaknya seorang pria (Handayani, 2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2021 persentase perempuan yang menjadi tenaga kerja profesional telah mencapai 49,99%. Nilai tersebut naik 2,52% dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 48,76%. Tren saat ini juga menunjukkan bahwa persentase perempuan yang menjadi tenaga kerja profesional terus meningkat dalam 10 tahun terakhir (Mahdi, 2022).

Jika pada zaman dahulu wanita yang sudah menikah diidentikkan sebagai penanggung jawab dalam mengurus anak, dapur, dan keperluan rumah tangga lainnya, lain halnya dengan sekarang ini dimana hasil perjuangan emansipasi wanita mulai terlihat (Priherdityo, 2016). Beberapa individu berasumsi bahwa setelah menikah dan membina rumah tangga, wanita dihadapkan pada dua pilihan yaitu memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dan fokus untuk mengurus suami dan anak-anaknya, atau memilih untuk bekerja menjadi wanita karir sambil mengurus keluarganya (Rohmitriasih, 2022).

Menurut Kristiyana dan Rapini (2013) wanita yang memilih untuk bekerja dan menjadi wanita karir memiliki peran sebagai pencari nafkah untuk membantu perekonomian keluarga dan juga peran dalam mengurus rumah tangga, dimana peran mengurus rumah tangga menjadi berkurang akibat lamanya waktu yang digunakan wanita untuk bekerja. Wanita yang bekerja di sektor produktif dan memiliki jam kerja yang lama akan memiliki tugas dan tuntutan pekerjaan untuk menghasilkan kinerja yang baik dan maksimal.

Akibatnya, wanita harus mampu melaksanakan kedua tanggung jawabnya secara seimbang yaitu bertanggung jawab sebagai pekerja dan juga bertanggung jawab sebagai istri dan juga orang tua di rumah.

Menurut Merdeka (2023) terdapat beberapa sektor pekerjaan yang digeluti oleh para wanita salah satunya adalah sektor pariwisata yaitu perhotelan.

Bidang pariwisata seperti perhotelan merupakan salah satu sektor pekerjaan yang mewajibkan shift kerja bagi para karyawannya seperti tercantum dalam pasal 3 keputusan Menteri No Kep.233/MEN/ 2003 (Junaedi, 2021).

Menurut KBBI (kamus besar Bahasa Indonesia) shift kerja atau dikenal dengan sif merupakan masuk atau bekerja secara bergiliran di dalam pabrik dan sebagainya, baik masuk pagi, siang, maupun sore (Kuncoro, 2021).

Sistem shift digunakan untuk mengoptimalkan produksi dan layanan yang disediakan oleh sebuah perusahaan (Vania, 2022). Wanita yang bekerja dengan pola shifting memiliki tanggung jawab yang lebih berat terutama saat harus bekerja pada malam hari, karena pada umumnya dapat mengganggu pola tidur yang bisa mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan seperti serangan jantung, tekanan darah tinggi, kolestrol, dan diabetes (Idris, 2020).

Menurut Netemayer, Maxham, &

Pullig (2005) Industri perhotelan memiliki dinamika kerja yang sangat intens dan kompleks. Jadwal kerja di perhotelan cukup berbeda dengan jadwal kerja pada umumnya. Jam kerja yang padat di hotel seringkali terjadi di hari libur atau akhir pekan, hal ini sering kali menjadi tantangan bagi para pekerja wanita dalam mengatur waktu untuk

(3)

2 memenuhi berbagai peran di dalam kehidupannya.

Wanita yang memilih untuk bekerja dan memiliki dua peran yaitu sebagai seorang istri di rumah dan sebagai seorang pekerja terkadang tidak bisa membagi perannya dengan baik, karena tuntutan pekerjaan karyawati tidak bisa fokus dengan keluarganya begitupun sebaliknya, semakin tinggi jabatannya maka akan semakin tinggi tanggung jawabnya dan terkadang karena terlalu sibuk dengan tanggung jawab pekerjaannya sampai melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang istri sehingga terkadang membuat karyawati berkonflik dengan suaminya karena dianggap kurang memiliki waktu dengan keluarga dan tidak bisa mengurus anak terlebih jika anak sakit dan membutuhkan perannya sebagai seorang ibu (Widiningtyas, 2022).

Berdasarkan hasil wawancara singkat yang peneliti lakukan dengan salah satu karyawati hotel yang bekerja di salah satu hotel yang berada di Bogor, Subjek berusia 25 tahun sudah menikah, memiliki 1 orang putri berusia 1 tahun dan Subjek telah bekerja di hotel tersebut selama 7 tahun. Subjek bekerja sebagai staff keuangan yang bertugas untuk menghandle semua tagihan pembayaran hotel.

Subjek menjelaskan bahwa masalah yang sering ia hadapi selama bekerja menjadi karyawati hotel tepatnya sebagai seorang staff keuangan adalah pada saat closing report Subjek harus selalu ontime membuat laporan keuangan setiap tanggal 1 walaupun posisinya di hari libur. Subjek juga menjelaskan sebagai karyawati yang bekerja di hotel, dimana hotel merupakan salah satu bisnis dibidang pariwisata setiap karyawati harus siap standby bahkan bekerja di hari-hari libur

nasional sekalipun karena ini merupakan konsekuensi bekerja dibidang pariwisata khususnya perhotelan. Hal itu juga yang membuat Subjek terkadang merasa tertekan terlebih saat anaknya sakit atau sedang dalam keadaan yang genting, Subjek harus terus profesional dalam pekerjaannya yang mengharuskan Subjek tetap harus bekerja dan harus selalu standby dalam pekerjaannya sebagai seorang karyawati hotel.

Menurut penjelasan Subjek, karena tekanan profesional dalam bekerja sebagai karyawati hotel itulah yang membuat Subjek terkadang memiliki konflik dengan keluarganya khususnya dengan suaminya karna merasa bahwa pekerjaanya sangat sibuk dan terkadang harus meninggalkan anak atau suami yang sakit di rumah untuk tetap menjalankan pekerjaannya, misalnya pun harus bekerja dari rumah, Subjek juga tetap harus standby dengan handphone dan tidak fokus mengurus keluarganya. Selain itu suami Subjek juga merasa bahwa waktu yang berkualitas untuk keluarga sangat kurang, seringkali disaat suami Subjek libur di tanggal merah dan ingin menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya Subjek tetap harus menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang staff hotel dan terpaksa mengajak anak serta suaminya ke tempat kerja subjek dan membiarkan sang anak bermain dengan suaminya di ruang bermain yang disediakan oleh hotel sementara Subjek tetap melaksanakan pekerjaannya. Hal-hal itulah yang terkadang membuat pertengkaran-pertengkaran kecil dalam rumah tangga Subjek.

Peneliti juga melakukan wawancara pada Subjek lainnya yaitu karyawati yang bekerja sebagai housekeeping di salah satu hotel bintang 5 di Jakarta, Subjek memiliki dua orang

(4)

3 anak yang berusia lima tahun dan dua tahun. Subjek menjelaskan bahwa jam kerja di hotel, beroperasi setiap hari dan dipengaruhi oleh tingkat okupansi tamu dan season tertentu akibatnya subjek tetap harus bekerja walaupun di hari libur sehingga tidak dapat menghabiskan waktu yang berkualitas bersama keluarga kecilnya. Ironisnya, Subjek tetap harus menjalankan kewajibannya sebagai pekerja, bahkan Subjek sering melihat pasangan yang membawa anak- anaknya untuk bersenang-senang dan menikmati waktu liburan bersama di hotel. Realitas tersebut membuat subjek merasa semakin terasing dari momen- momen berharga bersama keluarganya.

Keadaan ini menambah rasa frustrasi dan kesedihan yang dialaminya, karena tuntutan ekonomi dan pekerjaan subjek terpaksa melewatkan kesempatan untuk menciptakan kenangan bersama orang- orang terkasih.

Di samping itu, Subjek sering

membayangkan betapa

menyenangkannya saat di rumah dapat bermain dan tertawa dengan anak, menemani anak belajar, atau hanya duduk santai sambil berbagi cerita.

Setiap subjek membayangkan hal tersebut dan dihadapkan pada lingkungan kerja yang sibuk, semua impian tersebut terasa semakin menjauh.

Meskipun Subjek mengerti betapa pentingnya pekerjaannya, rasa kehilangan saat melihat kebahagiaan orang lain sering kali mengganggu pikirannya, membuatnya merindukan momen-momen yang tidak bisa terulang.

Keadaan ini menimbulkan dilema batin, dimana ia harus berhadapan dengan tanggung jawab profesional dan keinginan untuk mempererat hubungan dengan keluarganya.

Studi Hartika dan Widiawati (2018) terhadap 5 karyawati hotel di Bali,

menunjukkan bahwa para karyawati hotel tersebut merasa bahagia dengan tanggung jawab yang dimilikinya namun seringkali merasa kelelahan baik fisik maupun mental karena pekerjaan yang berat, hal tersebut membuat karyawati enggan untuk melanjutkan pekerjaannya walaupun nantinya akan mendapatkan promosi dan kedudukan yang lebih tinggi karena semakin tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula beban dan tanggung jawab pekerjaan yang harus ditanggungnya.

Realitas tersebut membuat masalah dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu dan juga sebagai pekerja khususnya peran dalam keluarganya, akibat terlalu lelah dalam bekerja di luar rumah wanita akan memiliki tingkat kesabaran yang lebih rendah, sehingga bisa membuatnya menjadi wanita yang mudah marah dan bisa mengurangi rasa peduli terhadap anak dan suaminya, wanita yang terlalu sibuk dalam berkarir dan cenderung menomor duakan keluarga seringkali membuat urusan rumah tangga terbengkalai sehingga pertengkaran bahkan perceraian dalam rumah tangga tidak bisa dihindari (Rahman, 2017)

Pertengkaran-pertengkaran di dalam keluarga terjadi akibat adanya konflik peran yang terjadi pada individu antara peran keluarga dengan peran pekerjaan, ketidakmampuan dalam menjalani dua peran sebagai seorang ibu dan istri dirumah serta peran sebagai pekerja inilah yang akan mengakibatkan work family conflict (Julianty & Prasetya, 2016). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak individu yang bekerja di sektor jasa seperti perhotelan rentan mengalami konflik peran dan waktu atau yang lebih sering dikenal dengan istilah Work Family Conflict (Frunham, 2002)

(5)

4 Menurut Greenhaus dan Beutell (1985) work family conflict merupakan bentuk konflik antar peran yang terjadi karena adanya tekanan pada salah satu peran sehingga mengganggu peran lainnya. Selain itu Frone, Russel, dan Cooper (1992) mengemukakan bahwa work family conflict merupakan konflik peran yang dialami oleh individu terlebih wanita, karena disatu sisi wanita harus melakukan pekerjaan rumah mengurus anak di sisi lain ia juga harus melakukan pekerjaan kantor, hal ini akan mengakibatkan pekerjaan kantor menghambat pekerjaan rumah begitupun sebaliknya pekerjaan rumah menghambat pekerjaan kantor.

Yang, Chen, Choi, dan Zou (2000) mendefinisikan work family conflict sebagai suatu konflik akibat adanya ketidaksesuaian antara peran pekerjaan dan peran keluarga. Carlson, Kacmar, dan William (2000) juga mendefinisikan work family conflict sebagai suatu kondisi yang dialami individu karena terganggunya salah satu peran yang diakibatkan oleh peran yang lainnya sehingga menjadi sumber stress yang dialami oleh individu.

Work family conflict bisa terselesaikan ketika individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan dan setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya, Individu harus mampu mengatur waktu dan prioritas di dalam hidupnya. Kedua, pekerjaan tidak akan ada habisnya maka dari itu individu harus bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktunya dan jangan sampai membawa pekerjaan kantor ke rumah karena bisa mengganggu waktu bersama keluarga dan juga waktu untuk beristirahat. Ketiga, individu harus mampu menyediakan waktu khusus

untuk berkumpul bersama keluarga agar keharmonisan bisa terus terjaga dan terhindar dari pertengkaran- pertengkaran di dalam rumah tangga.

Hal ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk terhindar dari konflik keluarga dan pekerjaan (Retnoningrum, 2023).

Kemampuan yang harus dimiliki individu untuk bertahan dan mengatasi berbagai kesulitan mulai dari yang kecil sampai kesulitan yang besar inilah yang disebut dengan adversity quotient (Stoltz, 2000). Menurut Green (2006) adversity quotient merupakan cara individu untuk bangkit dan bertahan dalam melewati berbagai masalah yang ada. Phoolka dan Kaur (2012) juga menjelaskan bahwa adversity quotient merupakan seberapa baik kemampuan seseorang dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi, adversity quotient sendiri dapat memprediksi ketahanan dan ketekunan seseorang serta dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas tim, hubungan, keluarga, komunitas, budaya, masyarakat dan organisasi.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Hastuti dan Fikry (2023) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara adversity quotient dengan work family conflict dimana semakin tinggi adversity quotient maka akan semakin rendah work family conflict, begitupun sebaliknya semakin rendah adversity quotient maka akan semakin tinggi work family conflict yang akan terjadi. Studi Asmi (2021) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara adversity quotient dengan work family conflict dimana semakin tinggi adversity quotient maka akan semakin rendah work family conflict begitupun sebaliknya, jika semakin rendah

(6)

5 adversity quotient maka akan semakin tinggi work family conflict yang dialami.

Studi lainnya yang dilakukan Yuliana, Imawati, dan Munaroh (2022) menunjukan bahwa terdapat pengaruh adversity quotient terhadap work family conflict. Studi Zulaikha, Nasir, dan Zuanny (2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara adversity quotient dengan work family conflict dimana semakin tinggi adversity quotient maka akan semakin rendah work family conflict ataupun sebaliknya semakin rendah adversity quotient maka akan semakin tinggi work family conflict yang terjadi.

Penelitian di atas juga didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wardini dan Periantalo (2019) yang menemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara adversity quotient dan self-determination dengan work family conflict, semakin tinggi adversity quotient maka akan semakin rendah work family conflict, begitupun sebaliknya semakin rendah adversity quotient maka akan semakin tinggi work family conflict yang terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian- penelitian sebelumnya yang sudah diuraikan di atas, diketahui bahwa penelitian sebelumnya telah diteliti pada subjek ibu bekerja, perawat, karyawati di rumah sakit, dan polisi wanita. Subjek yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah karyawati hotel yang sudah menikah, dikarenakan belum ada penelitian sebelumnya yang membahas penelitian pada subjek tersebut mengenai adversity quotient dan work family conflict sehingga penelitian ini masih menjadi hal yang baru dan membuat peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena seorang ibu yang bekerja menjadi karyawati memiliki jam kerja yang panjang, harus menjalankan dua peran setiap harinya, dan memiliki tanggung jawab yang besar dan lebih berat dibandingkan wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Menjalankan semua peran itu dan membantu menyelesaikan work family conflict pada karyawati hotel, dibutuhkan kemampuan penyelesaian masalah yang baik salah satunya adalah adversity quotient yaitu kemampuan untuk merespon dan menghadapi suatu kesulitan serta mengubah kesulitan itu menjadi sebuah peluang untuk maju menjadi yang lebih baik. Semua hal itu membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut apakah terdapat pengaruh adversity quotient terhadap work family conflict pada karyawati hotel yang sudah menikah?

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawati hotel yang sudah menikah. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah karyawati hotel yang sudah menikah, berusia antara 21 sampai 45 tahun, bekerja di hotel yang berlokasi dekat dengan tempat wisata dan minimal memiliki penilaian di google sebesar 4.8/5, aktif bekerja di hotel minimal selama 6 bulan.

Pada penelitian ini menggunakan Teknik non probability sampling. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik accidental sampling dan snowball sampling.

Pada penelitian ini, pengukuran variabel work family conflict menggunakan WFCS (Work Family Conflict Scale) yang disusun berdasarkan aspek-aspek work family

(7)

6 conflict yang dikemukakan oleh Carlson, Kacmar, dan Williams (2000) yaitu:

work to family conflict dan family to work conflict. Alat ukur skala work family conflict terdiri dari 18 aitem pernyataan yang bersifat favorable.

Penelitian ini menggunakan skala work family conflict dalam bentuk skala Likert dengan 18 aitem bersifat favorable dengan terdapat lima pilihan jawaban yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), netral (N), setuju (S), dan sangat setuju (SS).

Selanjutnya untuk variabel adversity quotient menggunakan ARP (Adversity Response Profile) yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Stoltz (2000) yaitu:

control, ownership, reach, dan endurance. Alat ukur skala adversity quotient terdiri dari 20 aitem pernyataan yang bersifat favorable. Penelitian ini menggunakan empat pilihan jawaban yaitu pertama, dari sama sekali tidak dapat mempengaruhi sampai sangat dapat mempengaruhi. Kedua, tidak bertanggungjawab sama sekali sampai sangat bertanggungjawab. Ketiga, mempengaruhi semua aspek kehidupan saya sampai terbatas pada situasi ini saja, dan keempat, bertahan selamanya sampai mudah untuk dilewati.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi sederhana, dimana persamaan regresi yang digunakan untuk mengukur pengaruh adversity quotient terhadap work family conflict pada karyawati hotel yang sudah menikah dengan bantuan dari program Statistical Package for the Social Science (SPSS).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh

adversity quotient terhadap work family conflict pada karyawati hotel yang sudah menikah.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi melalui expert judgment yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Menurut Azwar (2012) validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melaui expert judgement.

Berdasarkan pengujian daya diskriminasi aitem untuk skala work family conflict pada 71 responden yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan bantuan SPSS, dapat diketahui bahwa semua aitem yang digunakan dalam skala work family conflict berdaya diskriminasi baik.

Rentang daya diskriminasi aitem untuk skala work family conflict antara 0,449 sampai 0,730.

Peneliti melakukan uji reliabilitas pada skala work family conflict dengan menggunakan Teknik cronbach alpha.

Hasil pengujian reliabilitas pada skala work family conflict diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,916. Hasil koefisien reliabilitas skala work family conflict menunjukkan bahwa aitem penelitian bersifat reliabel karena memiliki nilai ≥ 0,70.

Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang dilakukan terhadap skala adversity quotient pada 71 responden yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan bantuan SPSS, dapat diketahui bahwa terdapat 19 aitem yang memiliki daya diskriminasi yang baik, dan 1 aitem yang gugur karena memiliki nilai daya diskriminasi <0,3.

Rentang daya diskriminasi aitem untuk skala work family conflict antara 0,306 sampai 0,448. Peneliti melakukan uji

(8)

7 reliabilitas pada skala adversity quotient dengan menggunakan Teknik cronbach alpha.

Hasil pengujian reliabilitas pada skala adversity quotient diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,808. Hasil koefisien reliabilitas skala adversity quotient menunjukan bahwa aitem penelitian bersifat reliabel karena memiliki nilai ≥ 0,70.

Pada penelitian ini, uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak, sedangkan uji linearitas dilakukan untuk melihat seberapa besar tingkat hubungan yang terjadi antara dua variabel penelitian.

Uji normalitas yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data penelitian terdistribusi normal atau tidak, jika nilai yang diperoleh adalah (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada skala work family conflict diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05), hal ini menunjukkan bahwa sebaran skala work family conflict pada responden penelitian ini terdistribusi normal.

Hasil uji normalitas pada skala adversity quotient diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05), hal ini menunjukkan bahwa sebaran skala adversity quotient pada responden penelitian ini terdistribusi normal. Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan kedua variabel yang diajukan bersifat linear atau tidak. Suatu data regresi dapat dikatakan linear atau berhubungan apabila memiliki nilai signifikansi pada linearity < 0,05 dan

nilai signifikansi pada deviation from linearity ≥ 0,05.

Berdasarkan pengujian linearitas pada skala work family conflict dan adversity quotient, diperoleh hasil signifikansi linearity sebesar 0,046 (p<0,05) dan nilai signifikansi pada deviation from linearity sebesar 0,449 (p≥0,05). Berdasarkan hasil pengujian linearitas dapat disimpulkan bahwa skala work family conflict dan adversity quotient bersifat linear.

Berdasarkan hasil uji analisis regresi sederhana diperoleh hasil bahwa adversity quotient memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work family conflict dengan nilai F sebesar 4,173 dan nilai signifikansi sebesar 0,045 (p<0,05).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh adversity quotient terhadap work family conflict pada karyawati hotel yang sudah menikah diterima. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai R Square sebesar 0,057 yang berarti pengaruh work family conflict terhadap adversity quotient sebesar 5,7%, sedangkan sisanya sebesar 94,3% adalah faktor lain di luar penelitian.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana, Imawati, dan Munaroh (2022) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh adversity quotient terhadap work family conflict sebesar 16,8 % pada karyawati rumah sakit ibu dan anak Aisyiyah Samarinda. Studi Hastuti dan Fikry (2023) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara adversity quotient dengan work family conflict dimana semakin tinggi adversity quotient maka akan semakin rendah work family conflict, begitupun sebaliknya semakin rendah adversity quotient maka akan

(9)

8 semakin tinggi work family conflict yang akan terjadi. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Asmi (2021) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara adversity quotient dengan work family conflict pada wanita yang bekerja sebagai perawat.

Studi lainnya yang dilakukan Zulaikha, Nasir, dan Zuanny (2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara adversity quotient dengan work family conflict pada polisi wanita yang bekerja di Markas Kepolisian Negara Republik Indonesia daerah Aceh. Studi Wardini dan Periantalo (2019) juga menemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara adversity quotient dan self- determination dengan work family conflict pada ibu bekerja di kota Jambi.

Hal ini menunjukan bahwa jika individu memiliki kemampuan dalam dirinya untuk menghadapi suatu permasalahan maka individu akan memiliki konflik peran yang rendah karena dengan adanya kemampuan mengatasi permasalahan tersebut individu akan mampu melewati setiap konflik yang terjadi di dalam kehidupannya baik konflik yang berkaitan dengan peran di rumah maupun peran di tempat individu bekerja.

Berdasarkan perhitungan kategori work family conflict responden dalam penelitian ini, yaitu karyawati hotel yang sudah menikah memiliki tingkat work family conflict yang sedang.

Walaupun responden mengalami konflik peran namun konflik tersebut masih dapat diatasi sehingga hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwasannya terdapat kontribusi adversity quotient terhadap work family conflict ke arah yang positif namun persentasenya sangat kecil.

Work family conflict dapat berdampak pada kesehatan fisik. Stres

yang berkepanjangan akibat work family conflict dapat menyebabkan berbagai masalah Kesehatan pada diri individu (Frone, 2003). Konflik antara pekerjaan dan keluarga juga dapat mempengaruhi kualitas hubungan di rumah. Work family conflict dapat menyebabkan ketegangan antara anggota keluarga, mengurangi waktu yang dihabiskan bersama, dan mengurangi kepuasan dalam hubungan (Netemeyer, Boles, & McMurrian, 1996).

Berdasarkan perhitungan kategori adversity quotient responden dalam penelitian ini, yaitu karyawati hotel yang sudah menikah memiliki tingkat adversity quotient yang sedang.

Hal ini dapat diartikan bahwa individu belum cukup mampu menghadapi dan mengatasi tantangan serta hambatan dalam menjalankan kedua perannya dengan baik sehingga individu mengalami sedikit konflik peran.

Berdasarkan hasil yang ada adversity quotient memiliki kontribusi terhadap work family conflict tetapi sangat sedikit artinya individu memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan sehingga bisa menyelesaikan konflik yang dialaminya.

Individu dengan adversity quotient yang tinggi cenderung memiliki ketahanan emosional dan mental yang lebih baik. Mereka mampu menghadapi stres dan kesulitan dengan lebih baik, mengatasi tantangan dengan sikap positif, dan menjaga kesehatan mental mereka meskipun dalam situasi yang penuh tekanan (Paul & Spector, 2006).

Adversity quotient juga berdampak positif terhadap kinerja individu dalam hal beradaptasi dengan perubahan, dan terus berusaha mencapai tujuan meskipun menghadapi suatu hambatan (Snyder, Hoza, Pelham, Rapoff, Ware, &

Danovsky, 2000).

KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

9 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini di terima. Artinya, adversity question memberikan kontribusi positif terhadap work family conflict pada karyawati hotel yang sudah menikah.

Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti ingin mengemukakan beberapa saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat.

Adapun saran tersebut ditujukan kepada :

1. Bagi Karyawati Hotel yang Sudah Menikah

Karyawati hotel yang sudah menikah dalam penelitian ini memiliki tingkat adversity quotient yang sedang, sehingga diharapkan para karyawati dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuan adversity quotient di dalam dirinya dengan cara mengikuti pelatihan yang disediakan oleh tempat kerja seperti pelatihan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam bekerja serta meningkatkan kemampuan untuk mengelola emosi dan stress yang ada dalam diri individu.

2. Bagi keluarga

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dukungan yang diberikan oleh keluarga terhadap istri, ibu, atau saudara yang bekerja sekaligus mengurus rumah tangga, dukungan sangat berperan penting dalam membantu individu untuk

memiliki motivasi untuk terus berjuang dalam menghadapi suatu masalah.

3. Bagi Pihak Hotel

Penelitian ini diharapkan dapat membuat pihak hotel memfasilitasi para karyawatinya untuk mendapatkan pelatihan agar para karyawati mandapatkan kemampuan baru untuk menunjang pekerjaanya.

Pihak hotel juga diharapkan untuk meningkatkan keadilan bagi para karyawannya dengan memberikan jobdesk sesuai dengan pekerjaannya, ampu menyesuaikan jabatan dengan gaji yang diterima, dan memberikan penghargaan bagi karyawan yang mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sehingga mampu meningkatkan semangat karyawan untuk terus berkembang ke depannya. Selain itu pihak hotel juga diharapkan mampu memberikan fasilitas seperti day care atau sejenis tempat penitipan anak, sehingga para karyawati yang memiliki anak kecil tetap mampu menjalankan perannya sebagai pekerja sekaligus sebagai seorang ibu karena bisa melihat anak bermain bersama anaknya saat jam istirahat berlangsung.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang work family conflict dan adversity quotient. Peneliti menyarankan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian mengenai work family conflict dengan memilih subjek penelitian lainnya agar penelitian lebih bervariasi sehingga dapat mewakili berbagai populasi serta

(11)

10 mempertimbangkan faktor-faktor lain yang berkontribusi dan mempengaruhi work family conflict selain adversity quotient.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Z. A. (2021). Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Couple Resilience Pada Pasangan Dalam Mempertahankan Ikatan Perkawinan Di Ambang Garis Kemiskinan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Agung (2023). Rekonstruksi, Pembunuh Karyawati Hotel Diteriaki Warga.

Diakses pada tanggal 13 Agustus

2023, dari

https://wartakota.tribunnews.com/

2012/10/10/rekonstruksi- pembunuh-karyawati-hotel- diteriaki-warga.

Ahadiah, K. (2021). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Work Family Conflict Pada Guru Perempuan Yang Memiliki Anak Usia Di Bawah 12 Tahun Serta Tinjauannya Dalam Islam. Skripsi.

Universitas Yasri

Annisa, P. (2018). Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru.

Skripsi. Universitas Islam Riau.

Ardi (2023). Ini 19 Jenis Pekerjaan di Hotel! Yuk Kepoin. Diakses pada tanggal 22 Juni 2023, dari https://myrobin.id/untuk-

pekerja/ini-19-jenis-pekerjaan-di- hotel-yuk-kepoin/.

Asmi, T. W. G. (2021). Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Work-Family Conflict pada Wanita yang Bekerja Sebagai Perawat (Doctoral dissertation, Universitas

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Avey, J. B. (2014). The Left Side of Pschological Capital: New Evidence on the Antecendents of PsyCap. Journal of Leadership and Organizational Studies, 21(2), 141-149

Azwar, S. (2017). Metode Penelitian Psikologi edisi 2. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2021). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 3. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2017). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Balqis, N. A. (2022). Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan Kematangan Karir Pada Peserta Yang Mengikuti Kursus Make Up Artist. Skripsi. Universitas Gunadarma

Cao, S., Zhu, Y., Li, P., Zhang, W., Ding, C., & Yang, D. (2022). Age Difference in Roles of Perceived Social Support and Psychological Capital on Mental Health During Covid-19. Frontiers in Psychology, 13.

Carlson, D. S., Kacmar, K. M., &

Williams, L. J. (2000).

Construction and initial validation of a multidimensional measure of work–family conflict. Journal of Vocational behavior, 56(2), 249- 276.

Dini (2022). 5 Problem yang Dihadapi Perempuan Bekerja. Diakses pada tanggal 7 Juni 2023, dari https://lifestyle.kompas.com/read/

2012/01/30/10425247/~Beranda~I su%20Wanita

(12)

11 Evans, G. W., & English, K. (2002).

"The Environment of Poverty:

Multiple Stressor Exposure, Psychosocial Stress, and Coping."

In C. R. Snyder & J. L. Sullivan (Eds.), Cooperation: The Political Psychology of Effective Human Interaction. Blackwell Publishing.

Fiona (2022). Perbedaan Nikah dan Kawin, Jangan Sampai Keliru Lagi!. Diakses pada tanggal 18 Juli

2023, dari

https://www.orami.co.id/magazine /perbedaan-nikah-dan-kawin Friedman, S. D., dan Greenhaus, J. H.

(2000). Work and Family— Allies or Enemies?: What Happens When Business Professionals Confront Life Choices. New York: Oxford University Press, Inc.

Frone, M. R. (2003). "Work-Family Balance." In J. C. Quick & L. E.

Tetrick (Eds.), Handbook of Occupational Health Psychology.

American Psychological Association.

Frone, M. R., Russell, M., & Cooper, M.

L. (1992). Antecedents and outcomes of work-family conflict:

testing a model of the work-family interface. Journal of applied psychology, 77(1), 65.

Frone, M. R., Russell, M., & Cooper, M.

L. (1997). Relation of work–

family conflict to health outcomes:

A four‐year longitudinal study of employed parents. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 70(4), 325-335.

Frunham, A. (2002). Happy Staff is Not The Full Answer: Management Style Can Be Reflected In Customer Service – but The Relationship Is Complex. Financial Times.

Fuad, H. 2003. Dasar-dasar

Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Gardner, H. (1993). Frames of Mind:

The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.

Gordon-Larsen, P., Nelson, M. C., &

Popkin, B. M. (2006).

"Longitudinal Physical Activity and Sedentary Behavior Trends:

Relation to Urbanization and Environmental Changes."

American Journal of Preventive Medicine, 31(4), 280-290.

Green, A. (2006). Effective Personal Communication Skill for Public Relation. London: Kogan Page.

Greenhaus, J. H., & Beutell, N. J. (1985).

Sources of conflict between work and family roles. Academy of management review, 10(1), 76-88.

Hamzah, N. (2018). Konflik Sosial Dalam Peningkatan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara.

Skripsi. Institute Agama Islam Negeri Lain Palopo.

Handayani (2020). Ibu Bekerja Lebih Rentan Terkena Stress di Kantor.

Diakses pada tanggal 7 Juni 2023, dari

https://www.halodoc.com/artikel/i bu-bekerja-lebih-rentan-terkena- stres-di-kantor.

Handayani, R. (2020). Multi peran wanita karir pada masa pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Gender dan Anak, 4(1), 1.

Hartika, L. D., & Widiawati, D. (2018).

Studi Korelasi pada Industri Perhotelan di Bali: Tingkat Work- Family Conflict dan Work Engagement Pekerja Wanita dengan Status Menikah. Jurnal Psikologi Mandala, 2(1).

(13)

12 Hastuti, W., & Fikry, Z. (2023).

Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Work Family Conflict pada Ibu Bekerja sebagai Perawat yang Memiliki Anak. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(2), 16409-16417.

Hertzman, C., & Power, C. (2003).

Health and Human Development:

Understandings from Life-Course Research. Developmental Health and the Life Course: A New Agenda, 3-25.

Huda, T. N., & Mulyana, A. (2017).

Pengaruh adversity quotient terhadap prestasi akademik mahasiswa angkatan 2013 fakultas psikologi UIN SGD Bandung.

Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1), 115-132.

Hurlock, E. B. (1990). Developmental Psychology: A Life-Span Approach.

McGraw-Hill

Idris (2020). Ini Hak-hak Pekerja Perempuan Jika Harus Bekerja Shift Malam. Diakses pada tanggal

22 Juni 2023, dari

https://money.kompas.com/read/2 020/01/28/083600226/ini-hak- hak-pekerja-perempuan-jika- harus-bekerja-shift-

malam?page=all

Julianty, E., & Prasetya, B. E. A. (2016).

Hubungan antara dukungan sosial suami dengan konflik peran ganda pada guru wanita di kabupaten halmahera barat. Jurnal Psikologi Perseptual, 1(1).

Junaedi (2021). Shift Kerja: Pengertian dan 4 Jenis Shift Kerja Karyawan.

Diakses pada tanggal 22 Juni 2023, dari

https://www.ekrut.com/media/pera turan-jam-kerja-shift.

Kiecolt-Glaser, J. K., & Newton, T. L.

(2001). "Marriage and Health: His

and Hers." Psychological Bulletin, 127(4), 472-503.

Kinan (2020). 7 Tantangan Wanita Karier yang Umum Terjadi, Bunda Pernah Mengalaminya?. Diakses pada tanggal 7 Juni 2023, dari https://www.haibunda.com/moms- life/20200930075157-76-

164545/7-tantangan-wanita- karier-yang-umum-terjadi-bunda- pernah-mengalaminya.

Kinanti (2020). Masalah Umum yang Dihadapi Ibu Bekerja. Diakses pada tanggal 7 Juni 2023, dari https://lifestyle.bisnis.com/read/20 200904/236/1287369/masalah- umum-yang-dihadapi-ibu-bekerja.

Kuswara (2021). Kasus Pelecehan Seksual di Industri Pariwisata Indonesia. Diakses pada tanggal 5 September 2023, dari https://kumparan.com/silvia- septyani/kasus-pelecehan-seksual- di-industri-pariwisata-indonesia- 1vgHQ1Ad4gI/full.

Kuncoro (2021). Aturan Shift Kerja Terkait Jam Kerja yang Perlu Kamu Ketahui. Diakses pada tanggal 22 Juni 2023, https://www.jojonomic.com/blog/s hift-kerja/.

Kurniawan, R., dan Yuniarto, B. (2016).

Analisis Regresi : Dasar dan Penerapannya dengan R. Jakarta:

Kencana.

Lintang (2023). 7 Tujuan Menikah dalam Islam, kamu Udah Siap?.

Diakses pada tanggal 18 Juli 2023, dari

https://www.detik.com/hikmah/kh azanah/d-6541520/7-tujuan- menikah-dalam-islam-kamu- udah-

siap#:~:text=Melansir%20pada%2 0halaman%20Kemenag%2C%20s

(14)

13 ecara,dengan%20ketentuan%2Dk etentuan%20agama%20Islam.

Mackey, W. C., & Black, R. J. (2013).

Family Size and Parenting Stress:

A Meta-Analysis. Journal of Family Psychology, 27(2), 155- 167.

Mahdi (2022). Makin Banyak Perempuan Indonesia Jadi Pekerja Profesional. Diakses pada tanggal

7 Juni 2023, dari

https://dataindonesia.id/sektor- riil/detail/makin-banyak- perempuan-indonesia-jadi- pekerja-profesional.

Mukromi (2021). Halalkan Pasanganmu dengan Menikah. Diakses pada tanggal 18 Juli 2023, dari https://bdkjakarta.kemenag.go.id/

berita/halalkan-pasanganmu- dengan-menikah.

Netemeyer, R. G., Boles, J. S., &

McMurrian, R. (1996).

"Development and Validation of Work-Family Conflict and Family-Work Conflict Scales."

Journal of Applied Psychology, 81(4), 400-410.

Netemayer, R.G., Maxham, J.G.,III, &

Pullig, C. (2005). Conflict in The Work-Family Interface: Link To Job Stress, Customer Service Employee Performance, and Customer Purchase Intention.

Journal of Marketing, 69(2), 130- 143.

Paul, K. I., & Spector, P. E. (2006).

"Theoretical and Empirical Developments in Adversity Quotient Research: A Review of the Literature." Journal of Organizational Behavior, 27(3), 443-468.

Phoolka, E. S., & Kaur, N. (2012).

Adversity Quotient: A new paradigm to explore.

Contemporary Business Studies, 3(4), 67-78.

Priherdityo (2016). Wanita Karier Indonesia Terbanyak Keenam di Dunia. Diakses pada tanggal 7 Juni

2023, dari

https://www.cnnindonesia.com/ga ya-hidup/20160308121332-277- 116053/wanita-karier-indonesia- terbanyak-keenam-di-dunia.

Putri (2019). Pengertian hotel dan Karakteristiknya. Diakses pada tanggal 14 Juli 2023, dari https://www.kompas.com/skola/re ad/2019/12/27/150000569/pengert ian-hotel-dan-

karakteristiknya?page=all.

Putri (2020). Pengertian Emansipasi Wanita. Diakses pada tanggal 18

Juli 2023, dari

https://www.kompas.com/skola/re ad/2020/04/21/170000969/pengert ian-emansipasi-wanita?page=all.

Rahman, A. S. (2018). Peranan Wanita Karier Dalam Keluarga, Pola Asuh Dan Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Wanita Karier Pada Jl.

Anggrek Rt 002/018 Pondok.

Jurnal Ilmiah, Manajemen Sumber Daya Manusia, 1(1), 25-44.

Rahmawati (2022). Apakah Perempuan Harus Berpendidikan Tinggi?.

Diakses pada tanggal 18 Juli 2023, dari

https://padek.jawapos.com/laman- guru/07/07/2022/apakah-

perempuan-harus-berpendidikan- tinggi/.

Rapini, T., & Kristiyana, N. (2013).

Dampak Peran Ganda Wanita Terhadap Pola Asuh Anak (Studi Pada Wanita Pegawai Lembaga Keuangan Perbankan Di Ponorogo). Jurnal Ekuilibrium, 11(2), 62-69.

(15)

14 Retnoningrum (2023). Wanita Karir

Hebat Seperti Anda Tidak Boleh Menomorduakan Keluarga.

Diakses pada tanggal 5 September

2023, dari

https://id.theasianparent.com/wanita- karir-wajib-utamakan-kepentingan- keluarga?utm_source=article- top&utm_medium=copy&utm_camp aign=article-share.

Riyaati, D. Y. (2006). Perbedaan Kematangan Emosi Pada Wanita Usia 25-35 Tahun Di Tinjau Dari Tingkat Pendidikan Dan Usia Memasuki Perkawinan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Rohmitriasih (2022). 7 Hal Menarik dan Membanggakan yang Dimiliki Perempuan Karir. Diakses pada tanggal 7 Juni 2023, dari https://www.fimela.com/lifestyle/r ead/5066143/7-hal-menarik-dan- membanggakan-yang-dimiliki- perempuan-karir.

Rudystina (2022). Risiko Kesehatan bagi Wanita yang Kerja Malam.

Diakses pada tanggal 22 Juni 2023, dari https://hellosehat.com/pola- tidur/gangguan-tidur/risiko- kesehatan-bagi-wanita-yang- kerja-malam/.

Sandjaja, M., & Handoyo, S. (2012).

Pengaruh leader member exchange dan work family conflict terhadap organizational citizenship behavior.

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 1(2), 55-62.

Snyder, C. R., Hoza, B., Pelham, W. E., Rapoff, M. A., Ware, L., &

Danovsky, M. (2000). "The Role of Adversity Quotient in

Academic Achievement and Academic Motivation." Journal of Applied Psychology, 85(3), 491- 503.

Solis, D. B., Lopez. E. R. (2015) Stress Level and Adversity Quotient

among Single Working Mothers.

Asia Pacific Journal of

Multidisciplinary Research, 3(5).

72-79

Stoltz, P. G. (2000). Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: Grasindo.

Stoltz, P. G. (2000). Adversity Quotient : Turning Obstacles into Opportunities. Jakarta: PT.

Gramedia.

Stoltz, P. G. (2000). Adversity Quotient work : Finding Your Hidden Capacity for Getting Things Done.

United States: HarperCollins, Inc.

Stoner, C. R., Hartman, R. I., & Arora, R.

(1991). Work/family conflict: A study of women in management.

Journal of Applied Business Research (JABR), 7(1), 67-74.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Surya, F. (2017). Akomodasi Perhotelan.

Yogyakarta: Indoeduka.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja Vania (2022). Pengertian, Jenis-jenis,

dan Regulasi Shift Kerja. Diakses pada tanggal 22 Juni 2023, dari https://employers.glints.com/id- id/blog/jenis-dan-regulasi-shift- kerja/#:~:text=Shift%20kerja%20 adalah%20suatu%20penetapan,shi ft%20malam%2C%20atau%20shi ft%20bergilir.

Voydanoff, P. (2005). Work and Family:

Research Implications for the Future. Journal of Marriage and Family, 67(2), 203-219.

Wardini, M., & Periantalo, J. (2019).

Hubungan determinasi Diri dan

(16)

15 Kecerdasan Adversitas Terhadap Konflik Peran Ganda Ibu Bekerja di Kota Jambi: The Relationship Between Self Determination and Adversity Quotient to Work Family Conflict on Working Moms at Jambi City. Jurnal Psikologi Jambi, 4(1), 16-24.

Widiningtyas, K. (2022) Dinamika Konflik Peran Ganda Ibu Bekerja Yang Menjalani Dual Earner Family. Jurnal Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung, 4(2), 202-218.

Yang, N., Chen, C. C., Choi, J., & Zou, Y. (2000). Sources of work‐family conflict: A Sino‐US comparison of the effects of work and family

demands. Academy of

Management journal, 43(1), 113- 123.

Yanti, W. R. (2018). Pengaruh kecerdasan emosi dan work-family conflict terhadap psychological

well-being pada polisi wanita (Bachelor's thesis, Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Yuliana, Y., Imawati, D., dan Umaroh, S.

K. (2022). Pengaruh Adversity Quotient Terhadap Work Family Conflict pada Karyawati di RS Ibu dan Anak Aisyiyah Samarinda.

MOTIVASI, 9(1).

Yulianti, N. D. (2020). Hubungan Adversity Quotient Dengan Resiliensi Ibu Yang Memiliki Anak Autis Di Banda Aceh (Doctoral dissertation, UIN AR-RANIRY).

Zulaikha, S., Nasir, M., & Zuanny, I. P.

(2013). The Relationship between Adversity Quotient and Work Family Conflict on Police Women in Mapolda based in Aceh.

dimensions, 112-118.

Referensi

Dokumen terkait

1) Sebagian besar (54,3%) karyawati yang sudah berkeluarga di PT. Bank “X” Kota Bandung mengalami work-family conflict yang tergolong rendah. 2) Arah work-family conflict

PENGARUH KEPUASAN HIDUP TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN WORK- FAMILY CONFLICT SEBAGAI VARIABEL MODERATOR.. (Studi Pada Beberapa Hotel Bintang 4

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA (WORK FAMILY CONFLICT &amp; FAMILY WORK CONFLICT) DAN STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA (Studi Pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor pekerjaan, keluarga, dan individu terhadap timbulnya work-family conflict (WFC) dan family-work conflict (FWC) di

Penelitian ini berjudul “pengaruh konflik pekerjaan-keluarga (work- family conflict) terhadap kinerja karyawati di TELKOM R&amp;D Center Bandung”, yang bertujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh work-family conflict terhadap organizational citizenship behavior, signifikansi pengaruh work-family

Bentuk work-family conflict yaitu behavior-based conflict tidak memiliki pengaruh terhadap tipe problem-focused coping maupun tipe emotion-focused coping pada tenaga perawat RSIA

Pengaruh antara Work-Family Conflict danTurnover Intention menunjukkan t hitung sebesar 2,093> t tabel 1,699 hal ini menunjukkan bahwa Work- Family Conflict berpengaruh positif terhadap