• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Diskusi dalam Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di MTs Negeri Ma’rang Kabupaten Pangkep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Metode Diskusi dalam Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di MTs Negeri Ma’rang Kabupaten Pangkep"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

DI MTS NEGERI MA’RANG KABUPATEN PANGKEP

Proposal Skripsi

Proposal skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam Pada

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NUR FAIKAH NIM: 20100116022

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Faikah

NIM : 20100116022

Tempat, Tanggal Lahir : Laikang, 11 November 1998

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Samata, Gowa

Judul : Pengaruh Metode Diskusi dalam Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten Pangkep Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, atau oleh oranglain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, 02 Desember 2022 Penyusun,

Nur Faikah

NIM.20100116022

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR الله الرحمن الرحيم مسب

Puji syukur tidak henti-hentinya kita ucapkan atas kehadiran Allah swt.

Yang senantiasa memberikan kita rahmat dan hidayah-Nya berupa kesempatan, kesehatan, keimanan dan keislaman sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw., para sahabatnya, serta kepada orang-orang yang selama ini memperjuangkan islam.

Dalam proses penyelesaian skripsi, penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakannya. Skripsi ini disusun guna untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana. Dengan demikian penyusun menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orangtua, ayahanda Ismail dan ibunda Muliati atas segala doa yang tidak pernah putus kepada ananya serta motivasi yang selalu diberikan sehingga sampai pada tahapan ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyelesaian studi hingga mencapai tingkat tertinggi pendidikan formal, khususnya dalam penyelesaian skripsi penelitian ini, telah melibatkan banyak pihak, maka dari itu penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II, Prof.

Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., Wakil Rektor III, Prof. Dr. H. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., dan Wakil Rektor IV, Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag., yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar menjadi tempat bagi peniliti untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

(5)

v

2. Dr. H. Marjuni, M.Pd.I., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. M. Shabir U.,M.Ag., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Ilyas Ismail, M.Pd., M.Si., yang telah , membina penyusun selama proses penyelesaian studi.

3. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. dan Dr.

Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. selaku Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam menyelesaikan studi.

4. Bapak Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. Selaku pembimbing I penulis, berkat beliau penyusunan Skripsi ini tidak begitu sulit diselesaikan dan motivasi yang luar biasa diwejangkan.

5. Ibu Dr. Besse Ruhaya, M.Pd.I. Selaku pembimbing II penulis tiada henti memberikan semangat dan masukan serta wejangan kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Bapak Drs. Muhammad Yusuf Hidayat, M.Pd. Selaku penguji I, dan Bapak Dr. Abudzar Al Qifari, M.Pd.I. Selaku penguji II, berkat beliau dengan berbagai masukan dan wejangan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Seluruh Keluarga Besar yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi.

8. Seluruh pegawai tata usaha Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan pelayanan dengan baik sehingga penulis tidak menemukan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2016 yang sedikit banyaknya memberikan ide sehingga skripsi ini dapat berkembang sehingga dalam penulisan skripsi ini terselesaikan dengan cepat dan baik.

(6)

vi

10. Kepala Sekolah, guru-guru, beserta adik-adik peserta didik kelas VIII MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten Pangkep.

11. Kepada Sodara tercinta Ahmad Taqwa, Asrul Ahmad dan Hasmirati yang selalu setia mendampingi penulis dari awal hingga saat ini, serta selalu memberikan wejangan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan cepat dan baik.

12. Seluruh sahabat tercinta (Hastuti,Andi Rezki ayu, Astina, Andi Nurul Inayah, Fitriana,Nurul Hikmah,Irdan Syam dan Al-Fandi).Yang senantiasa memberikan arahan,semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Dalam menyusunan skiripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap akan menerima saran dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu.

Semoga skripsi penulis dapat bermanfaat untuk semua orang. Aamiin.

Billahitaufiqwa al-hidayah WassalamuAlaikumWr.Wb.

Gowa, 11 Oktober 2022 Penyusun,

Nur Faikah

NIM: 20100116022

(7)

vii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1-13 A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Hipotesis ... 8

D. Defenisi Operasional Variabel ... 9

E. Kajian Pustaka ... 10

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 15-30 A. Tinjauan Metode Diskusi ... 15

B. Motivasi Belajar ... 21

C. Akidah Akhlak ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39-49 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 39

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 40

C. Pendekatan Penelitian ... 41

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

E. Metode Pengumpulan Data ... 44

(8)

viii

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 45

G. Validitas dan Realibilitas Instrumen Pengumpulan Data... 47

H. Teknik Pengolahan dan Analisis data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56-70 A. Hasil Penelitian ... 56

B. Pembahasan ... 70

BAB V PENUTUP ... 74-75 A. Kesimpulan ... 74

B. Implikasi ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 80

DOKUMENTASI ... 100

RIWAYAT HIDUP ... 108

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi di MTs Negeri Ma‟rang Pangkep ... 42

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Peserta Didik Kelas VIII di MTs Negeri Pangkep ... 43

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian ... 45

Tabel 4.1 Data Responden Metode Diskusi di MTs Negeri Pangkep... 56

Tabel 4.2 Descriptive Statistics (Metode Diskusi) ... 58

Tabel 4.3 Kategorisasi Pengaruh Metode Diskusi ... 59

Tabel 4.4 Data Responden Motivasi Belajar di MTs Negeri Pangkep ... 60

Tabel 4.5 Descriptive Statistics (Motivasi Belajar) ... 62

Tabel 4.6 Kategorisasi Motivasi Belajar ... 63

Tabel 4.7 One Sampel Kolmogorow Smirnov Test ... 65

Tabel 4.8 Anova Table ... 66

Tabel 4.9 Uji Persamaan Regresi Linear... 66

Tabel 4.10 Coefficients ... 68

Tabel 4.11 Uji Signifikansi Regresi ... 69

Tabel 4.12 Model Summary ... 70

(10)

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya kedalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif Tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت ta T Te

خ ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح ḩa ḥ he (dengan titik di bawah)

ر Kha Kh ka dan ha

د Dal D D

ذ ẑal ẑ zet (dengan titik di atas)

ز Ra R Er

ش Zal Z zet (dengan titik di atas)

ض Sin S Es

غ Syin Sy es dan ye

ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di

bawah)

ع „ain „ apostrof terbalik

ؽ Gain G Ge

(11)

xii

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

ه Lam L El

ً Mim M Em

ُ Nun N En

و Wau W We

ﻫ Ha H Ha

ء hamzah ‟ Apostrof

ي Ya Y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka di tulis dengan tanda (‟)

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ ا Fathah a A

َ ا Kasrah i I

َ ا Dammah u U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ێ Fatha dan ya‟ Ai a dan i

(12)

xiii

َ و Fathah dan wau Au a dan u

Contoh:

َ فْي م

: kaifa

هَ ْو ﻫ

: haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat atau huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan

Tanda

Nama

ي… َ ٰ„… fathah dan alif atau ya‟ a a dan garis di atas

ي kasrah dan ya‟ i i dan garis di atas

َ و Dammah dan wau u u dan garis di

atas

َ تَ ْى َ ي

: yamutu

4. Ta’marbutah

Transliterasi untuk ta‟ marbutah ada dua, yaitu: ta‟ marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah [t].

sedangkan ta‟ marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Contoh:

َ ذْىا

َ َْن

َ ۃ

: al-hikmah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

(13)

xiv

dengan sebuah tanda tasydid (َ ٰ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syiddah.

Contoh:

َ تَ ز

َ اْ

: rabbana

َ ؼ ّ

َ ٌ

: nu‟‟ima

Jika huruf ي ber-tasydid diakhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ََ يظ , maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i.

Contoh:

َ ي ػ

َ ي

: Ali (bukan „Aliyy atau „Aly) 6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

ها

( alif lam ma‟rifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung mengikutinya.

Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar ( - ).

Contoh:

َ شى ا

َ طَْ

: al-syamsu (bukan asy- syamsu)

َ ثْىا

َ دَ لا

: al-biladu

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‟) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

َ جَْٲ

َ َُ ْوَ س ٍ َ

: ta‟muruuna

َْي ش

َ ءَ

َ

: syai‟un

(14)

xv

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata Al-Qur‟an (dari al-Qur‟an), Alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fi Zilal al-Qur‟an

Al-Sunnah qabl-al-tadwin 9. Lafazh al-Jalalah (الله)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

َ د

َ اللَ ِْي َ

َ

dinullah

َ َ للَا َ ت

billah

Adapun ta‟ marbutah di akhir kata yang di sandarkan kepada lafazh al- jalalah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

َ فٌَْ ﻫ

َ َْدَ زَْي

َ ۃ

َ الل َ

: hum fii rahmatillaah

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidk mengenal huruf capital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dekenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri

(15)

xvi

didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ia ketika ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,DP, dan DR). Contoh:

Wa ma Muhammadun illa rasul Al-Gazali

Al-Munqiz min al-Dalal

Jika nama resmi seorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dab Abu (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya. Maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

B. Daftar Singkatan

Beberpa singkatan yang dibakukan adalah:

swt = subhanahu wa ta‟ala saw = sallallahu „alaihi wa sallam a.s = „alaihi al-salam

H = Hijrah

M = Masehi

Abu al-Wafid Muhammad ibn Rusyd, di tulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu al- Walid Muhammad (bukan: Rusyd, Abu al-Walid Muhammad Ibnu) Nasr Hamid Abu Zaid, di tulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hamid (bukan: Zaid,

Nasr Hamid Abu)

(16)

xvii

QS…/…: 4 = QS al-Baqarh/2:4 atau QS Ali „Imran/3:4

HR = Hadis Riwayat

BTA = Baca Tulis Al-Qur‟an

MITQ = Madrasah Ibtidaiyah Tahfizh Qur‟an IPS = Ilmu Pendidikan Sosial

IPA = Ilmu Pendidikan Alam SMP = Sekolah Menengah Pertama TPA = Taman Pendidikan Al-Qur‟an PAI = Pendidikan Agama Islam RI = Republik Indonesia

KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal SKI = sejarah Kebudayaan Islam SMK = Sekolah Menengah kejuruan

TK = Taman Kanak-kanak

CBSA = Cara Belajar Siswa Aktif

BKPRMI = Badan Komunikasi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia MTs = Madrasah Tsanawiya

(17)

x

ABSTRAK Nama : Nur Faikah

NIM : 20100116022

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : Pengaruh Metode Diskusi dalam Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di MTs Negeri Ma’rang Kabupaten Pangkep.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten Pangkep.

2) Mendeskripsikan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten Pangkep. 3) menganalisis pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran akidah akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik di MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten Pangkep.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitaif dengan metode expost facto. Responden pada penelitian ini berjumlah 39 orang sampel, untuk mengumpulkan data menggunakan instrument angket dan format dokumentasi yang dianalisis menggunakan statistic deksriptif dan infrensial dengan melakukan uji F.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa:1) Pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran akidah akhlak berada pada kategori tinggi dengan persentase 41,05%. 2) Motivasi belajar peserta didik di MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten pangkep juga berada pada kategori tinggi dengan persentase 53,15%. 3) Pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran akidah akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik di MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten Pangkep.Pada uji signifikansi koefisien korelasi (rxy) = 0,252 dan F hitung (F change) = 2,511.

Dengan demikian,korelasi X dan Y adalah signifikan. Sedangkan koefisien determinasi juga dapat diketahui, yaitu adjusted R Square = 0,638 yang mengandung makna bahwa 63,8% (didapat dari 0,638 × 100%) motivasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh metode diskusi dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten Pangkep dan sisanya sebesar 36,2%.

Implikasi penelitian bagi peserta didik kelas VIII di MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten Pangkep. Bagi MTs Negeri Pangkep agar melakukan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran akidah akhlak di sekolah. bagi peserta didik di MTs Neger Pangkep agar bisa memahami tentang pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran akidah akhlak dan senantiasa mengembangkan potensi yang dimiliki agar dapat berkembang dengan cepat terutama di bidang motivasi belajar. Bagi pendidik sebagai subjek dalam pendidikan khususnya dalam pembelajaran hendaknya mampu memahami, menguasai, dan memberikan pemahaman maupun stimulus guna merangsang motivasi belajar peserta didik agar mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

(18)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan menjadi suatu hal yang tidak pernah berhenti dibahas.

Perkembangan pendidikan bahkan mengiringi kehidupan manusia. Sejak manusia ada, sejak itu pula pendidikan dibutuhkan. Dengan pendidikan, seseorang akan mendapatkan arahan apa yang seharusnya dia lakukan dalam kehidupannya.

Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Seiring perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang (pendidik) kepada orang lain (peserta didik) untuk mencapai pengetahuan yang lebih baik. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lainagar mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang berkualitas dan berintelektual.1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 memberikan isyarat bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

1Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Rajawali Press, 2012), h. 1.

2Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 5.

(19)

Tujuan pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang tersebut harus dipahami agar praktik pendidikan yang dilaksanakan mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi manusia, maka pelaksanaannya harus berdasarkan landasan yang telah ditetapkan dan tidak secara sembarangan.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan di sekolah tidak hanya terkait upaya penguasaan di bidang akademik oleh peserta didik, melainkan juga harus diimbangi dengan pembentukan akhlak mulia perlu diperhatikan oleh pendidik di sekolah dan orang tua di rumah. Jika keseimbangan tersebut dilakukan, pendidikan dapat menjadi dasar untuk mengubah anak menjadi lebih berkualitas dari aspek keimanan, ilmu pengetahuan, dan akhlak.3

Pendidikan agama Islam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1 butir yang menyataka “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”.4

Metode pengajaran ini banyak sekali jenisnya seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan lain-lain yang dengan lainnya saling melengkapi dan mendukung tercapainya tujuan belajar mengajar. Sedangkan, metode diskusi merupakan interaksi antara peserta didik dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalah tertentu.

3Ridwan Abdullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengembangkan Karakter Anak yang Islami (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 6.

4Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 8.

(20)

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan. Diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama sama. Dengan demikian metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para peserta didik (kelompok-kelompok) peserta didik untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.5

Penggunaan diskusi secara terampil memungkinkan pembentukan sikap dalam suasana kelompok. Maka dalam memilih diskusi sebagai suatu teknik mengajar dikelas dipertimbangkan tujuannya. Jika hendak mengubah prilaku kognitif pada taraf pengetahuan menurut taksonomi bloom, kiranya diskusi bukam metode yang efisien. Jika tujuannya pada taraf evaluasi atau pada prilaku afektif, maka penggunaan diskusi pada suatu fase program pengajaran agaknya tepat.

Diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang membutuhkan banyak waktu karena topiknya sangat penting untuk dibahas sehingga penggunaan waktu harus dapat dimaksimalkan.6

Dari uraian di atas menunjukkan peranan metode diskusi terhadap keaktifan peserta didik dalam proses belajar-mengajar, sangatlah menentukan pencapaian tujuan pendidikan sehingga akan menghasilkan peserta didik yang bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga dapat menjadi peserta didik yang

5Abdin Nata, Perspektif Islam Tentang Srategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), h.188.

6W. James Popham Eva L. Baker, Teknik Mengajar Sistematis (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 85.

(21)

tangguh, kritis, beriman dan bertakwa atau dapat menjadi peserta didik yang berkualitas.

Pada dasarnya motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perbuatan. Ketika seseorang memberikan motivasi kepada orang lain, bisa diartikan ia telah memberikan daya dorongan sehingga seseorang yang dimotivasi tersebut dapat bergerak. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi daya penggerak siswa tersebut untuk belajar. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mental yang ada dalam dirinya. Kekuatan mental tersebut bisa berupa keinginan, kemauan, perhatian dan cita-cita. Adapun yang dimaksud dengan motivasi ialah “motivation is a energy change within the

person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.

Artinya, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan”.7 Perubahan energi seseorang tersebut dapat berbentuk suatu aktivitas nayata berupa kegiatan fisik. Oleh karena seseorang mempunyai tujuan dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai tujuannya tersebut dengan segala upaya yang dapat ia lakukan. Belajar dapat diartikan sebagai “suatu proses yang dilakukan individu untuk untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya”. Pada saat proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa, motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi satu sama lain peserta didik akan giat belajar jika ia mempunyai motivasi untuk melakukan aktivitas belajar. Adapun yang dimaksud dengan motivasi adalah “suatu dorongan

7Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 259.

(22)

yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kabutuhannya”.8 Setiap individu memiliki kebutuhannya masing-masing. Kebutuhan itulah yang menjadi penyebab munculnya dorongan yang akan mengaktifkan tingkah laku yang baru pada individu tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa ,”motivasi belajar adalah perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik untuk berperilaku terhadap proses belajar yang dialaminya”.9

Dalam Islam, orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah swt. Sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Mujadilah/58: 11.

َ ا ي

َ وْي قَا ذ ا وٌَْ ن ىَاللَ خ عْف يَاى ذ عْفا فَ ط ي ج َْىاَي فَْاى ذ ع ف جٌَْ ن ىَ وْي قَا ذ اْاى ْ ٍا ءَ ِْي ر ىاَا هُّي

َ اللَ غ ف ْس يَا ْو ص شّْا فَا ْو ص شّْاَ

َ َْؼ جَا َ تَ الل وٍَث ج ز دَ ٌْي ؼىاا ْى ج ْو اَ ِْي ر ىا وٌَْ نْْ ٍَا ْى ْ ٍ أَ ِْي ر ىا

﴿سْي ث خَ ُ ْى ي ١١

﴾ Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang- orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.10

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa pentingnya menuntut ilmu dan mengajarkannya sesama manusia dalam proses pendidikan, orang yang berilmu akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan akan berbeda derajatnya orang yang beriman dan berilmu dengan mereka yang hanya beriman atau berilmu saja, keutamaan orang yang menuntut ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah swt. Selama masih dalam keadaan beriman. Metode diskusi dalam proses belajar mengajar terlebih lagi pada mata pelajaran yang mengutamakan

8Hamzah B. Uno, Teori motivasi dan Pengukurannya (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2007), h.

3.

9Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran (Bandung:

Alfabeta, 2015), h. 133

10Kementerian Agama, Al-Hikmah Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2013), h. 543.

(23)

kepada pemahaman penghayatan peserta didik terhadap materi yang diajarkan,peserta didik salah satunya adalah mata pelajaran Akidah Akhlak.

Pengertian akidah secara etimologis akidah berakar dari kata „aqida- ya‟qidu „aqdan-aqidatan. Kaitan antara arti kata “aqdan” dan “aqidah” adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian, jadi akidah adalah sesutau yang diyakini oleh seseorang.

Akidah menurut istilah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga m enjadi keyakinan kokoh yang tidak bercampur dengan keraguan.11 Sedangkan kata Akhlak berasal dari dari bahasa Arab “khuluq” jamaknya “Khuluqun” menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata akhlak lebih luas artinya dari pada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab ahklak meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batinnya. Secara terminologis dapat diartikan bahwa ahklak merupakan pranata perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan.12

Ada beberapa definisi tentang Akhlak menurut pendapat M. Yamin Abdullah dalam judul bukunya Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an, diantaranya:

a. Ibrahim Anis mengataklan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.

b. Hamzah Ya‟qub mengemukakan pengertian akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercelah,

11Nur Hidayat, Akidah Akhlak dan Pembelajarannya (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), h.24

12Beni Ahmad saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h.14

(24)

tentang perkataan dan perbuatan manusia lahir dan batin. Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka. Kedudukan akidah akhlak sangatlah penting dalam sendi kehidupan seorang muslim. Akidah akhlak merupakan poros atau inti dan tujuan hidup manusia. Apabila akidah akhlaknya bagus maka sejahtera dan damai lahir dan batin. Namun.

Sebaliknua jika akidah akhlaknya buruk tentu akan rusak lahir dan batinnya. Oleh karena itu akidah dan akhlak merupakan salah satu kunci jatuh bangunnya peradaban suatu bangsa.13

Berangkat dari peristiwa tersebut memberikan pemahaman bagi kita bahwa pada dasarnya manusia sangat membutuhkan pendidkan yang sebenar- benarnya pendidikan, karena pendidikan pada zaman sekarang tentu sangatlah berbeda dengan pendidikan pasda zaman dahulu. Hal ini me njadi tantangan bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan calon peneliti proses belajar di sekolah lebih ditandai melalui proses mengajar pendidik dengan menggunakan metode ceramah dan proses belajar peserta didik melalui menghafal khususnya pada pembelajaran Akidah Akhlak. Kebiasaan peserta didik selama ini menganut budaya konsumtif, di antaranya kebiasaan menerima informasi secara pasif, seperti mencatat, mendengar, meniru yang harusnya diubah menuju pola budaya produktif dimana peserta didik terbiasa untuk menghasilkan gagasan karya seperti merancang model, penelitian, memecahkan masalah, dan menemukan gagasan baru. Hal yang berbeda terjadi di MTs Negeri Ma‟rang karena pendidik

13M. Yamin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an (Jakarta: Amzah, 2007), h. 3.

(25)

menggunakan metode diskusi dalam proses mengajar, sehingga calon peneliti tertarik utnuk melakukan penelitian di sana.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka calon peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Diskusi dalam Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Mts Negeri Ma‟rang Kab. Pangkep”, akan dilakukan oleh peneliti untuk mencari informasi yang faktul tentang hal itu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan Metode Diskusi dalam Pembalajaran Akidah Akhlak di Mts Negeri Ma‟rang Kab. Pangkep?

2. Bagaimana Motivasi belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Mts Negeri Ma‟rang Kab. Pangkep?

3. Apakah Terdapat Penerapan Metode Diskusi dalam Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Motivasi Belajar Peserta didik di Mts Negeri Ma‟rang Kab.

Pangkep?

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan, dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta0fakta empiris yang diperoleh melalui kumpulan data.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa terdapat pengaruh

(26)

metode diskusi dalam pembelajaran Akidah Akhlak terhadap motivasi belajar pesera didik di MTs Negeri Kab. Pangkep.

D. Definisi Operasional Variabel

Menghindari penafsiran yang keliru dari pembaca dalam memahami maksud yang terkandung dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Diskusi dalam Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik MTs Negeri Ma‟rang Kabupaten Pangkep. Maka peneliti akan memberikan penjelasan batasan pengertian yang dimaksud sebagai berikut:

1. Metode Diskusi

Secara umum pengertian diskusi adalah suatu metode atau cara yang dapat diimplementasikan atau diterapkan oleh seorang pendidik di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan argumentasi atau pendapat serta kesepakatan dan persetujuan bersama dari peserta didik adapun langkah-langkah metode diskusi yaitu harus memiliki peserta didik yang berjumlah minimal 4 orang, memiliki topik pembahasan yang akan di diskusikan, adanya saling tukar pendapat, memiliki ruangan untuk melakukan diskusi dan melakukan diskusi harus ada moderator. Didalam metode diskusi pada penelitian ini adalah mengenal metode diskusi, proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran, kecocokan materi pembelajaran dengan metode diskusi dan kekurangan metode diskusi.

2. Motivasi belajar dalam pelajaran akidah akhlak

Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri peserta didik (intrinsik) dan dari luar diri pesera didik (ekstrinsik). Motivasi intrinsik meliputi hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan kebutuhan untuk belajar dan harapan akan cita-cita peserta didik. Sedangkan motivasi

(27)

ekstrinsik yang meliputi adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, kegiatan belajar yang menarik, dan adanya upaya pendidik untuk membelajarkan peserta didik. Adapun indikator motivasi belajar pada penelitian ini adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang kondusif. Pembelajaran materi akidah akhlak untuk seluruh kelas VIII adalah memahami dan mengamati tentang suatu perbuatan.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan hasil-hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan antara lai adalah sebagai berikut:

1. Muakkid Ahadi, dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode Disuksi pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas VII di MTs Al Khair Desa Masbagik Timur, Universitas Negeri Mataram Tahun 2018\2019. Hasil penelitiannya yang menjelaskan bahwa penerapan metode diskusi pada mata pelajaran akidah akhlak kelas VII diterapkan dengan 5 langkah yaitu: guru membentuk kelompok diskusi, memberikan tema diskusi pada masing-masing kelompok, melakukan diskusi kelompok, menyampaikan hasil diskusi kelompok dan menyimpulkan hasil diskusi.

langkah penerapan metode diskusi oleh guru akidah akhlak kelas VII MTs Al-Khair sebagaimana yang tertera pada teori, ditemukan bahwa langkah

(28)

penerapan metode diskusi oleh guru tidak sesuai dengan teori penerapan metode diskusi.14

Dari penjelasan di atas tentang ”Pengaruh Metode Diskusi dalam Pembelajaran Akidah Akhlak walaupun ada persamaan yang mendasar, namun adapun perbedaan pada variabel Y penelitian sebelumnya hanya tentang metode diskusi pada mata pelajaran Akidah Akhlak sedangkan pada penelitian ini variabel Y adalah motivasi belajar pada pembelajaran Akidah Akhlak.

2. Nur Afifah, dalam penelitiannya yang berjudul “ Efektivitas Penerapan Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI Pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Manongkoki Kab. Takalar, Universitas Negeri Alauddin Makassar Tahun 2017. Hasil penelitiannya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fiqih di madrasah Aliyah Manongkoki Kab. Takalar yang menggunakan metode ceramah rata-rata 66 dari 18 peserta didik, hasil belajar peserta didik pada mata pembelajaran fiqih di Madrasah Aliyah Manongkoki Kab. Takalar dengan menggunakan metode diskusi rata-rata 77,88% dari 17 peserta didik.15

Dari penjelasan di atas tentang penggunaan metode diskusi dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran fiqih persamaannya terdapat di variabel X yaitu sama-sama meneliti tentang metode diskusi namun terdapat perbedaan yang sangat mendasar yaitu jenis penelitiannya adalah jenis penelitian tindakan kelas sedangkan pada penelitian yang saya lakukan adalah jenis penelitian ex-post facto.

3. Yuni pertiwi, dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Kota Bengkulu, Institut Agama Islam Negeri

14Muakkid Ahadi,”Penerapan Metode Disuksi pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas VII di MTs Al Khair Desa Masbagik Timur” Skripsi (Universitas Negeri Mataram, 2019), h.

59.

15Nur Afifah, “Efektivitas Penerapan Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI Pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Manongkoki Kab.

Takalar” Skripsi (Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017), h. 58.

(29)

Bengkulu Tahun 2021. Hasil penelitiannya pengolahan data dan pembahasan asli penelitian, diperoleh bahwa ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Kota Bengkulu. Hal ini sesuai hitung SPSS dengan regresi linier sederhana terdapat signifikansi sebesar 0,00 dimana lebih kecil dari 0.05 mengandung arti bahwa terdapat pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik. Sedangkan besaran pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik diperoleh signifikansi sebesar 0,020 yang jika dipersenkan menjadi 2%. Jadi dapat disimpulkan besaran pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik sebesar 2%. 16

Dari penelitian Yuni pertiwi terdapat perbedaan lokasi, sampel, materi yang diajarkan dan penelitian sebelumnya, variabel X adalah motivasi belajar sedangkan penelitian yang saya lakukan variabel X adalah metode diskusi.

4. Setyowati, dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang, Universitas Negeri Semarang Tahun 2007. Hasil penelitiannya motivasi belajar pada kelas VII SMPN 13 Semarang yang terdiri dari cita-cita/aspirasi, kemampuan peserta didik, kondisi jasmani dan rohani peserta didik, kondisi lingkungan kelas, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya pendidik dalam membelajarkan peserta didik sedangkan hasil belajarpeserta didik meliputi informasi verbal, keterampilan intelek, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap.17

Dari penelitian Setyowati terdapat persamaan di motivasi belajar pada peserta didik khususnya pada kelas VII sedangkan adapun perbedaanya

16Yuni pertiwi,”Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Kota Bengkulu” Skripsi (Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2021), h. 75.

17Setyowati,“Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang” Skripsi (Universitas Negeri Semarang, 2007), h. 66.

(30)

pada penelitian ini terdapat di variabel x yaitu motivasi belajar sedangkan pada penelitian saya terdapat variabel X yaitu metode diskusi.

5. Sri Nengsih, dalam penelitiannya yang berjudul “ Efektifitas penggunaan Metode Diskusi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Peserta Didik Pesantren Al-Mustaqim Pare-Pare, Institut Agama Islam Negeri Pare-Pare Tahun 2020. Hasil penelitiannya penggunaaan metode diskusi di Pesantren Al- Mustaqim Pare-Pare memberikan motivasi baru bagi peserta didik. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya antusias peserta didik selama pembelajaran berlangsung.18

Dari penelitian Sri Nengsih terdapat persamaan pada mata pelajaran akidah akhlak dan juga menggunakan metode diskusi adapun perbedaannya terdapat pada lokasi, sampel serta pada variabel Y yang berbeda pada penelitian ini terdapat variabel Y hasil belajar sedangkan yang saya teliti terdapat variabel Y adalah motivasi belajar.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan penerapan metode diskusi dalam pembalajaran Akidah Akhlak di Mts Negeri Ma‟rang Kab. Pangkep.

b. Mendeskripsikan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Mts Negeri Ma‟rang Kab. Pangkep.

c. Menganalisis terdapat pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran Akidah Akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik di Mts Negeri Ma‟rang Kab. Pangkep.

18Sri Nengsih,”Efektifitas penggunaan Metode Diskusi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Peserta Didik Pesantren Al-Mustaqim Pare-Pare” Skripsi (Institut Agama Islam Negeri Pare-Pare, 2020), h. 78.

(31)

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah manfaat yang diperoleh dari hasil analisa data yang dikumpulkan berkaitan dnegan pengembangan ilmu pengetahuan secara umum, dalam hal ini meliputi:

1. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh seorang pendidik dalam memberikan pengajaran agar proses belajar mengajar dapat tercapai dengan baik.

b. Pengembangan dibidang ilmu pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran Akidah Akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik di Mts Negeri Ma‟rang Kab.

Pangkep.

c. Sebagai sumbangan pemikiran bagi upaya untuk mengetahui pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran Akidah Akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik di Mts Negeri Ma‟rang Kab. Pangkep.

2. Kegunaan Teoritis

a. Diharapkan menjadi bahan yang dapat memberikan informasi tentang pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran Akidah Akhlak terhadap motivasi belajar peserta didik di Mts Negeri Ma‟rang Kab. Pangkep.

b. Sebagai bahan referensi tertulis bagi para calon peneliti berikutnya yang berkeinginan meneliti masalah yang ada relefasinya dengan tulisan ini.

(32)

15 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Metode Diskusi

1. Pengertian Diskusi

Secara umum pengertian diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving).

Adapun pengertian diskusi menurut para ahli yaitu:

Menurut pendapat Maidar dan mukti pada dasarnya diskusi adalah metode pembelajaran dalam bentuk pikiran baik dalam suatu kelompok kecil, maupun dalam suatu kelompok besar dengan tujuan mendapat pengetahuan, kesempatan maupun meputusan dari suatu masalah yang ada.1

Menurut pendapat Wina Sanjaya menjelaskan bahwa metode diskusi bertuju an untuk memecahkan suatu kasus atau masalah, menambah maupun memahami pengetahuan, menjawab suatu peranyaan, serta bertujuan membuat keputusan.2

Menurut pendapat samani diskusi merupakan pertukaran gagasan dua orang juga bisa lebih. Bertujuan memperoleh kesamaan pandang atas suatu msalah yang dirasakan bersama.3

1Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka, 2011), h.86.

2Syaiful, Konsep dan Makna pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009), h.154.

3Samani, Proses belajar Mengajar di Sekolah (Bandung: Alfabeta, 2011), h.223.

(33)

Menurut hasibuan dan moedijono metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.4 Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian metode diskusi dinatas, dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah dan dilakukan oleh sekelompok orang. Sebab terjadinya dialog atau diskusi sudah tentu ada hal-hal yang ingin dicapai seperti yang dikemukakan dalam QS Ali „Imran/3: 159:

َ ةْي قْىاَ ظْي ي غَاًّظ فَ ثْْ مَ ْى ى وٌََْۚ ه ىَ ثْْ ىَ هاللَّٰ ِ ٍٍَة َْد زَا َ ث فٌَْ ه ىَ ْس فْغ حْظا وٌَْ هْْ ػَ فْػا فََۖ ل ى ْى دَ ِْ ٍَا ْىُّض فّْ لَ

َ ِْي ي م ى ح َْىاَ ُّة ذ يَ هاللَّٰ ُ اََۗ هاللًَّٰ ي ػَْو م ى ح فَ ثٍْ ص ػَا ذ ا فَ ۚ سٍْ ْلَاًَ فٌَْ ﻫ ْز وا ش و Terjemahnya:

“Maka berkat Rahmat Allah Engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya Engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila Engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”5

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ayat ini menjadi petunjuk bagi setiap kaum muslimin, agar bermusyawarah dengan bawahannya. Disamping itu menunjukkan adanya kegiatan untuk mencapai mufakat, kaitannya dengan pengembangan pelajaran di dalam kelas yang ditempuh dengan jalan diskusi.

Maka secara umum menggambarkan dinamika kelompok yang menjadi dasar musyawarah. Metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang pemikiran serta

4Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,2011), h.220.

5Kementerian Agama, Al-Hikmah Al-Qur‟an dan Terjemahannya,(Bandung:

ponegoro,2013), h.71.

(34)

berbagai jenis pandangan. Ada 3 langkah utama menurut pendapat Armai Arief dalam metode diskusi diantaranya:

a. Penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta pendapat, evaluasi dan pemecahan dari murid.

b. Bimbingan, yaitu pengarahan yang terus-menerus dan secara bertujuan yang diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.

c. Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi. Keberhasilan metode diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu: pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan rasa saling menghormati.6

2. Macam-Macam Diskusi

Seorang guru dapat melaksanakan diskusi di kelas, seorang Guru harus mengetahui terlebih dahulu tentang jenis-jenis diskusi, sehingga dalam pelaksanaannya dapat menyesuaikan jenis diskusi apa yang akan digunakan.

Ditinjau dari sudut formalitas dan jumlah peserta didik yang mengikutinya, diskusi digolongkan menjadi:

a. Diskusi Formal

Diskusi ini terdapat pada lembaga-lembaga pemerintahan atau semi pemerintahan, dimana dalam diskusi itu perlu adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur secara formal, contoh: sidang DPR. Sedangkan menurut M. Syah, aturan yang dipakai dalam diskusi ini ketat dan rapi. Jumlah peserta umumnya lebih banyak bahkan dapat melibatkan seluruh siswa kelas. Ekspresi spontan dari peserta biasanya dilarang sebab tiap peserta yang akan berbicara

6Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta:PT.

Intermasa, 2002), h.6.

(35)

harus dengan izin moderator untuk menjamin ketertiban diskusi.

b. Diskusi Informal

Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada diskusi-diskusi lainnya, karena sifatnya yang tidak resmi. Penerapannya bisa dalam diskusi keluarga, dan dalam belajar mengajar dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar dimana satu sama lain bersifat “Face to face relationship”.

c. Diskusi Panel

Diskusi ini ada dua kategori peserta, yaitu: peserta aktif dan non aktif.

Peserta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi, sedangkan peserta non aktif hanya menjadi pendengar. Adakalanya peserta non aktif ini terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki wakil-wakil yang ditugasi berbicara atas nama kelompoknya.

d. Diskusi dalam bentuk Symposium

Diskusi ini hampir sama dengan diskusi formal lainnya, hanya saja diskusi symposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih (umumnya lebih).

Pemrasaran secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya mengenai topik yang sama atau salah satu dari topik yang sama tersebut. Dan diskusi symposium ini biasanya tidak mencari kebenaran tertentu.

e. Lecture Discussion

Diskusi ini dilaksanakan dengan membeberkan suatu persoalan, kemudian didiskusikan. Disini biasanya hanya satu pandangan atau satu persoalan saja.

f. Whole Group

Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.

g. Buzz Group

Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari

(36)

4-5 orang. tempat diatur agar peserta didik dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

h. Sundicate Group

Suatu kelompok (kelas) dibagi mejadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada siswa, guru menggambarkan aspek- aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (sydicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber- sumber informasi lain.

i. Rain Storming Group

Diskusi ini setiap kelompok harus menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasi belajar yang diharapkan agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.

j. Fish Bowl

Diskusi ini dipimpin oleh satu orang yang mengetahui sebuah diskusi dan tujuan diskusi ini adalah untuk mengambil suatu kesimpulan. Dalam diskusi ini tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap ke peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkok (fish bowl).

3. Tujuan Penggunaan Metode Diskusi

Kehidupan sehari-hari manusia seringkali dihadapkan pada persoalan-

(37)

persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara pemecahan dan mencari jalan yang terbaik.

Tambahan pula banyak masalah di dunia dewasa ini yang memerlukan pembahasan oleh lebih satu orang saja, yakni masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. Dan apabila demikian maka musyawarah atau diskusilah yang memberikan kemungkinan pemecahan yang terbaik. Adapun tujuan penggunaan metode diskusi adalah berpikir secara demokratis dan pemecahan masalah secara demokratis.7

4. Manfaat Metode Diskusi

Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar peserta didik, antara lain:

a. Membantu peserta didik untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik dari pada memutuskan sendiri.

b. Peserta didik tidak terjebak kepada jalan pemikiran sendiri yang kadang- kadang salah, penuh prasangka dan sempit.

c. Diskusi kelompok/kelas memberi motifasi terhadap berfikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa yang sedang mereka pelajari.

d. Diskusi juga membantu mengerahkan atau mendekatkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota kelas.

e. Untuk mencari suatu keputusan suatu masalah.

f. Untuk menimbulkan kesanggupan pada pesera didik dalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga dapat diterima orang lain.

g. Untuk membiasakan peserta didik mendengarkan pendapat orang lain

7Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Medi, 2006), h. 52.

(38)

sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap toleran.8

B. Motivasi belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Pada dasarnya motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perbuatan. Ketika seseorang memberikan motivasi kepada orang lain, bisa diartikan ia telah memberikan daya dorongan sehingga seseorang yang dimotivasi tersebut dapat bergerak. Pada diri peserta didik terdapat kekuatan mental yang menjadi daya penggerak siswa tersebut untuk belajar.peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mental yang ada dalam dirinya. Kekuatan mental tersebut bisa berupa keinginan, kemauan, perhatian dan cita-cita.

Belajar mencapai tujuannya tersebut dengan segala upaya yang dapat ia lakukan. dapat diartikan sebagai “suatu proses yang dilakukan individu untuk untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya “. Pada saat proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa, motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi satu sama lain. Peserta didik akan akan giat belajar jika ia mempunyai motivasi untuk melakukan aktivitas belajar.9 Adapun yang dimaksud dengan motivasi adalah “suatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku

8Udin Winata putra,Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),h.67.

9Hamzah B. uno, Teori Motivasi dan pengukurannya (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h.3.

(39)

yang lebih baik dalam memenuhi kabutuhannya”. Setiap individu memiliki kebutuhannya masing-masing. Kebutuhan itulah yang menjadi penyebab munculnya dorongan yang akan mengaktifkan tingkah laku yang baru pada individu tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa ,”motivasi belajar adalah perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik untuk berperilaku terhadap proses belajar yang dialaminya”.10 Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa motivasi menjadi daya penggerak dalam diri peserta didik yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar, serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran yang dikehendaki oleh peserta didik tersebut dapat tercapai.

Menurut pendapat Winkel mengartikan motivasi belajar adalah segala usaha di dalam diri sendiri yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberi arah pada kegiatan-kegiatan belajara sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.11

Menurut pendapat purwa Atmaja motivasi belajar adalah “segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada peserta didik yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajar untuk memperoleh prestasi yang lebih baik”. Jadi, apabila peserta didik telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar, maka ia akan dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik tersebut dapat ditunjukkan dari perolehan hasil belajar peserta didik yang baik pula. 12

10Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran (Bandung:

Alfabeta, 2015), h. 133.

11Aina Mulyana, Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2018),h.80.

12Purwa Atmaja Prawira, Psikologi pendidikan dalam Perspektif Baru (Jogjakarta:Ar- Ruzz Media, 2013), h. 320.

(40)

Menurut wahab adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya sejenis yang menggerakkan perilaku seseorang. Dalam arti lebih luas, motivasi diartikan sebagai pengaruh dari energi dan arahan terhadap perilaku yang meliputi: kebutuhan, minat, sikap, keinginan, dan perangsang.13

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian motivasi belajar di atas, dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu dorongan yang menyebabkan seseorang untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya, sehingga perubahan tingkah laku pada dirinya diharapkan terjadi .

2. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi belajar pada dasarnya dapat membantu guru dalam memahami dan menjelaskan perilaku pesrta didik dalam kegiatan belajar. Motivasi tidak hanya memberikan arah kegiatan belajar secara benar, tetapi lebih dari itu motivasi dalam diri peserta didik akan mendapat pertimbangan-pertimbangan positif dalam kegiatannya termasuk kegiatan belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :

a. Motivasi memberikan semangat seorang pelajar dalam kegiatan-kegiatan belajarnya.

b. Motivasi-motivasi perbuatan sebagai pemilih dari tipe kegiatan dimana seseorang berkeinginan untuk melakukannya.

c. Motivasi memberikan petunjuk pada tingkah laku.14

Menurut pendapat Donni Juni priansa motivasi mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut :

a. Mendorong berbuat, motivasi mendorong peserta didik untuk berbuat.

13Wahab, Motivasi Dalam Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.127

14Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru Dan Siswa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h. 233.

(41)

Artinya motivasi merupakan penggerak atau motor yang melepaskan energi peserta didik.

b. Menentukan arah perbuatan artinya, motivasi berfungsi sebagai penentu arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai oleh peserta didik.

c. Menyeleksi perbuatan menentukan berbagai perbuatan yang harus dikerjakan oleh peserta didik guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan berbagai perbuatan yang tidak bermanfaat.

d. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Peserta didik melaksanakan segala sesuatu karena adanya motivasi. Motivasi tersebut merupakan pemicu bagi pencapaian prestasi.15

Arti penting motivasi dalam kegiatan belajar peserta didik semakin diperkuat dengan adanya pendapat yang menyatakan bahwa “motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang lebih banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar, yang pada akhirnya akan mampu memperoleh hasil belajar yang lebih baik pula”.

Namun, adakalanya “motivasi belajar peserta didik dapat menjadi lemah.

Lemahnya motivasi atau tidak adanya motivasi belajar, akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu hasil belajar akan menjadi rendah”. 16

Posisi motivasi dalam diri peserta didik sebagai suatu pendorong dan penggerak bagi peserta didik untuk belajar. Motivasi dalam hal ini dapat dikatakan sebagai syarat mutlak dalam belajar. Adanya motivasi dapat memicu peserta didik untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Apabila motivasi peserta

15Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta dan Model pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 135.

16Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.

239.

(42)

didik dapat dikembangkan secara tepat, maka peserta didik tersebut akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Begitupula sebaliknya, apabila motivasi peserta didik tidak dikembangkan secara tepat, maka pesera didik tersebut akan sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik.17

Berikut ini merupakan ayat-ayat tentang motivasi yang diisyaratkan dalam Firman Allah swt, QS. Al-Ankabut/ 29:69.

َ ِْي ْ عْذ َْىاَ غ َ ىَ هاللَّٰ ُ ا وَۗا ْ ي ث ظٌَْ ه ْ ي دْه ْ ىَا ْْي فَا ْو د ﻫا جَ ِْي ر ىا و Terjemahnya:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.18

Ayat di atas mengandung maksud bahwa, orang-orang yang berjihad atau bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu dengan niat untuk memperoleh ridho dari Allah swt, maka Allah swt akan menunjukkan jalan kepada mereka untuk mencapai tujuan. Kaitannya dengan motivasi belajar ialah orang-orang yang berjihad atau bersungguh- sungguh dalam hal menuntut ilmu (belajar), maka Allah akan menunjukkan jalan memperoleh ilmu kepada mereka. Maka barang siapa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam berusaha mencari sesuatu, pasti akan berhasil. Demikian pula peserta didik dalam kegiatan belajarnya, apabila peserta didik memiliki motivasi belajar yang baik, maka hasil belajarnya pun akan baik pula.

Selain itu terdapat pula dalam Firman Allah swt. yang lain, yaitu dalam QS. Ar-Ra‟du/ 13:11.

ٍَها وَ ِْ ٍَ ٖه ّ ْو دَ ِْ ٌٍَْ ه ىَا ٍ وَۚٗه ىَ د س ٍَ لا فَاًء ْْۤى ظَ ًٍ ْى ق تَ هاللَّٰ دا ز آَا ذ ا وَ ٌَْۗ ه ع فّْ ا تَا ٍَا ْو س ي غ يًَهح دَ ًٍ ْى ق تَا ٍَ س ي غ يَ لََ هاللَّٰ ُ ا

17Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 85.

18Kementerian Agama, yasmina Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penerjemahan Al-Qur‟an), h.638.

Gambar

Tabel 3.1  Jumlah Populasi
Tabel 3.2  Sampel penelitian
Tabel 4.8   ANOVA Table
Tabel 4.10  Coefficients a
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini bahwa: (1) Strategi Guru Akidah Akhlak dalam menanamkan karakter islami peserta didik MTs Guppi Samata Gowa, yaitu: memberikan nasehat dan

Adapun hasil penelitian pengembangan ini adalah 1 menghasilkan produk multimedia interaktif mata pelajaran Akidah Akhlak dengan menggunakan pendekatan saintifik untuk peserta

Peranan motivasi guru dan kemampuan pengelolaan kelas terhadap daya serap peserta didik terhadap mata pelajaran akidah akhlak khususnya di MIS Guppi Laikang Kecamatan

Judul : Pengaruh Kewibawaan Guru Akidah Akhlak terhadap Sikap Disiplin Peserta Didik di Mts Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone. Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh

Uji t-test digunakan untuk mengetahui pengaruh model Make a Match terhadap minat belajar Akidah Akhlak peserta didik dan pengaruh model Make a Match terhadap hasil

: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Make a Match terhadap motivasi dan hasil belajar Akidah Akhlak peserta didik kelas IV MIN 7 Blitar.

kecerdasan emosional peserta didik melalui pembelajaran Akidah Akhlak.. adalah metode resitasi, diskusi, ceramah plus (ceramah dan

Dari hasil penelitian ini disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara hasil nilai belajar akidah akhlak dengan prilaku peserta didik, dalam arti semakin tinggi