• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

AKHLAK DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA MAKASSAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

FAUZIAH PUTRI FIRMANSYAH NIM: 20100118057

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fauziah Putri Firmansyah

NIM : 20100118057

Tempat/Tgl. Lahir : Makassar, 31 Mei 2000

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : JL. Kancong Dg. Lalang No. 86 C

Judul : Pengaruh Metode Diskusi terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar merupakan hasil karya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 26 Januari 2023

Fauziah Putri Firmansyah NIM. 20100118057

Penyusun,

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur tidak henti-hentinya kita ucapkan atas ke hadiran Allah swt.

yang telah menjadikan rencana baik kita menjadi terlaksana serta senantiasa memberikan kita rahmat dan hidayah-Nya berupa kesempatan, kesehatan, keimanan dan keislaman sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Selawat serta salam tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw., para sahabatnya, serta kepada orang-orang yang selama ini memperjuangkan Islam.

Dalam proses penyelesaian skripsi, penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakannya. Skripsi ini disusun guna untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana. Dengan demikian penyusun menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orangtua, ayahanda Firmansyah dan ibunda Sulfitriana atas segala doa yang tidak pernah putus kepada anaknya serta motivasi yang selalu diberikan sehingga sampai pada tahapan ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyelesaian studi hingga mencapai tingkat tertinggi pendidikan formal, khususnya dalam penyelesaian skripsi penelitian ini, telah melibatkan banyak pihak, maka dari itu penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II, Prof. Dr.H. Wahyuddin Naro, M.Hum., Wakil Rektor III, Prof. Dr. H.

Darusalam Syamsuddin, M.Ag., dan Wakil Rektor IV, Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag., yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar menjadi tempat bagi peneliti untuk memperoleh ilmu baik dari

(6)

vi segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. M. Shabir U., M.Ag., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. M. Rusdi, M.Ag., dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Ilyas Ismail, M.Pd., M.Si., yang telah membina penyusun selama proses penyelesaian studi.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. dan Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis menempuh kuliah berupa ilmu, nasehat, sampai penulis dapat menyelesaiakan kuliah.

4. Dra. Hj. Ummu Kalsum, M.Pd.I. dan Dr. Muh. Rusydi Rasyid, M.Ag., M.Ed. pembimbing I dan II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penyusun dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Dr. Nuryamin, M.Ag. dan Dr. Idah Suaidah, M.H.I penguji I dan penguji II yang telah memberikan arahan, koreksi dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penyusun sampai tahap penyelesaian.

6. Para Dosen, Karyawan/Karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bantuan secara konkrit baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Kepala Madrasah MAN 1 Kota Makassar Luqman MD.S.Ag.,S.E.,M.M.

dan guru Akidah Akhlak bapak Nursidin, S.Pd.I., serta guru-guru lainnya terima kasih telah memberikan penulis kesempatan untuk dapat melakukan

(7)

vii

penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh keluarga terkhusus untuk adik saya Faizah Annisa Firmansyah yang telah menemani dan membantu saya selama melakukan penelitian di MAN 1 Kota Makassar.

9. Para sahabat-sahabat PAI angkatan 2018, terkhusus kepada Resky Fatimah, Reski Arnanda, Luthfiah Nurul Mahmudah, Siti Nirwana, dan Nurul Resky Pratami yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi dengan memberikan motivasi, saran, dan kritik.

10. Kepada sahabat seperjuangan KKN Posko 6 Desa Benteng Paremba Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang Muh. Alfian P, Suci Utami Sultan, Shintika Rindiyani Guntur, Nurmadina, Nur Apiah B, Rizaldy Ramadhan Nodjeng, Putri Mutmainna Ibrahim, Terimahkasih telah memberikan saya semangat serta dukungan selama penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan namanya satu persatu yang telah banyak memberikan uluran bantuan baik bersifat moril dan materi kepada penulis selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penyusun berharap akan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

Gowa, 26 Januari 2023

Fauziah Putri Firmansyah NIM. 20100118057

Penyusun,

(8)

viii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakangan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Hipotesis ... 5

D. Definisi Operasinal Variabel ... 5

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 11

A. Metode Diskusi ... 11

B. Hasil Belajar ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 42

B. Pendekatan Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel ... 43

D. Metode Pengumpulan Data ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 45

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

(9)

ix

A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan ... 62

BAB V PENUTUP ... 66

C. Kesimpulan... 66

D. Implikasi Penelitian ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 70

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 91

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Peserta Didik Kelas XI IPS MAN 1 Kota Makassar . 43

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Peserta Didik Kelas XI IPS MAN 1 Kota Makassar ... 44

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Angket Penerapan Metode Diskusi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar ... 52

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Penerapan Metode Diskusi Kelas XI IPS di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar ... 54

Tabel 4.3 Kategorisasi Penerapan Metode Diskusi Kelas XI IPS di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar ... 55

Tabel 4.4 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota MakassarTabel 4.4 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPS di MAN 1 Kota Makassar ... 56

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI IPS di Madrasahh Aliyah Negeri 1 Kota Makassar ... 58

Tabel 4.6 Kategorisasi Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI IPS di Madrasahh Aliyah Negeri 1 Kota Makassar ... 59

Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Sederhana ... 60

Tabel 4.8 Uji Signifikansi Persamaan Regresi ... 61

Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi... 61

(11)

xi

ABSTRAK

Nama : Fauziah Putri Firmansyah

NIM : 20100118057

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan penerapan metode diskusi pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar, 2) mendeskripsikan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar, 3) menganalisis pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode ex post facto. Responden pada penelitian ini adalah peserta didik di kelas XI IPS Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen angket yang yang dianalisis menggunakan statistik deskriktif dan inferensial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Penerapan metode diskusi pada mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas XI IPS Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar berada pada kategori sedang dengan presentase 67,6%, karena terpengaruh oleh lingkungan atau teman kelas, dan juga memiliki kebiasaan mengeluarkan pendapat yang cukup baik tetapi tidak terlalu memperhatikan tahapan dari metode diskusi tersebut, yang artinya memiliki keseimbangan antara kebiasaan mengeluarkan pendapat dan juga terpengaruh faktor lingkungan saat belajar sehingga mengakibatkan kurang konsentrasi saat pembelajaran, 2) Hasil belajar peserta didik kelas XI IPS pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar berada pada kategori sedang dengan presentase 58,8%,karena terpengaruh oleh teman kelas yang hanya diandalkan selama proses diskusi berlangsung, 3) Hasil perhitungan diperoleh (thitung= 2,776 sementara ttabel= 1,693 untuk taraf singnifikansi 5%. Karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar.

Implikasi dari penelitian ini yaitu: 1) Bagi peserta didik untuk lebih selalu aktif pada saat menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran, 2) Bagi guru, untuk bisa memaksimalkan penggunaan metode diskusi pada saat proses pembelajaran, 3) Bagi sekolah, untuk menjadi bahan evaluasi terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar, 4) Bagi peneliti yang akan datang, bisa dijadikan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian terhadap meode diskusi dan hasil belajar.

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih guna mencapai tujuan pembelajaran.1 Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik saat proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik adalah metode diskusi. Metode diskusi merupakan interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yang lain atau peserta didik dengan pendidik untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau membahas topik atau permasalahan tertentu. Dengan menggunakan metode diskusi peserta didik mempelajari sesuatu melalui cara musyawarah diantara sesama mereka dibawah pimpinan atau bimbingan pendidik. Hal ini perlu bagi kehidupan peserta didik kelak, bukan hanya karena manusia senantiasa dihadapkan pada berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan seorang diri, melainkan juga karena melalui kerjasama atau musyawarah mungkin diperoleh suatu pemecahan yang lebih baik.2

Ayat yang menjelaskan tentang metode diskusi yaitu di dalam QS Ali- Imran/3: 159, Allah swt berfirman:































































1Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 158.

2Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Pesada Press, 2003), h.5.

(13)

Terjemahnya:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkal lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.3

Berdasarkan ayat di atas kata wa syawir-hum menunjukkan Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk melakukan musyawarah dengan mereka.

Hal ini mengingatkan bahwa di dalam musyawarah tentu adanya interaksi percakapan antara individu dengan individu dan juga dengan kelompok. Maka silang pendapat selalu terbuka, apalagi jika orang-orang yang terlibat lebih banyak jumlahnya. Dalam bermusyawarah Rasulullah memperhatikan setiap pendapat dari orang-orang yang mengikuti musyawarah tersebut. Kemudian mentarjihkan suatu pendapat dengan pendapat lain yang lebih banyak maslahat dan faedahnya.4 Jika metode tersebut dihubungkan dengan metode pendidikan, maka ini mengacu kepada metode diskusi.

Allah memerintahkan dalam hal ini, agar mengajak ke jalan yang benar dengan baik dan membantah mereka dengan berdiskusi dengan cara yang paling baik. Diskusi itu harus didasarkan kepada cara-cara yang baik. Cara yang baik perlu dirumuskan lebih lanjut, sehingga timbul etika berdiskusi misalnya tidak monopoli pembicaraan, saling menghargai pendapat orang lain, kedewasaan pikiran dan emosi, berpandangan luas, dan seterusnya.5

Sementara Zakiah Drajat mengatakan bahwa metode diskusi bukan hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang

3Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Thoha Putra, 1989), h. 103.

4 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi ( Semarang: CV Toha Putra, 1974), h.

194-195.

5 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 159.

(14)

3

memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. Maka peran guru dalam pelaksanaan metode diskusi ini adalah sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi, memantau,mengarahkan murid-muridnya dalam melaksanakan metode\ diskusi ini. Zakiah Drajat juga menerangkan peran guru menggunakan metode diskusi ini, di antaranya pertama, guru atau pemimpin diskusi harus berusaha dengan semaksimal mungkin agar semua murid turut aktif dan berperan dalam diskusi tersebut. Kedua, guru atau pemimpin diskusi sebagai pengatur lalu lintas pembicaraan, harus bijaksana dalam mengarahkan diskusi, sehingga diskusi tersebut berjalan dengan lancar dan aman, ketiga membimbing diskusi agar sampai kepada suatu kesimpulan.6

Dalam pendidikan khususnya belajar mengajar berupa mata pelajaran Akidah Akhlak bahwa penggunaan metode yang sesuai dengan bahan ajar tidak boleh diabaikan begitu saja, karena salah satu komponen penting dalam pembelajaran adalah penerapan metode pembelajaran yang sesuai, karena metode merupakan salah satu faktor menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pendidikan.

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut perlu serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat atau bisa disebut dengan menggunakan tes.7 Diharapkan dengan diterapkannya metode diskusi dikelas dapat menambah atau meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat terarah dan terlaksana secara maksimal.

6 Zakiah Drajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,2008), h. 292-293.

7 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 46.

(15)

Dari observasi awal yang penyusun lakukan pada hari Senin tanggal 2 Agustus 2021, penulis mengamati peserta didik tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran karena pendidik kurang mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik yang interaktif. Proses pembelajaran sekarang ini menuntut pendidik tidak lagi hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa sendiri harus membangun pengetahuannya. Pengelolaan proses pembelajaran dalam kelas oleh pendidik, hendaknya menciptakan suasana yang menyenangkan, menciptakan situasi yang nyata sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga peserta didik merasakan bahwa yang dipelajarinya akan dihadapinya suatu saat kelak.

Selain itu, kurangnya keaktifan siswa dalam belajar sering menyebabkan kegagalan dalam belajar dan hasil belajar yang tidak optimal. Diperlukan forum diskusi yang dapat diikuti oleh semua peserta didik di dalam kelas dengan dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil, yang perlu mendapat perhatian ialah hendaknya peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif di dalam forum diskusi. Semakin banyak peserta didik yang terlibat dan mengembangkan fikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Dalam diskusi perlu pula peranan pendidik, apabila terlalu banyak campur tangan dari pendidik niscaya peserta didik tidak akan dapat belajar banyak untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing.

Berdasarkan beberapa uraian permasalahan diatas, maka penyusun tertarik untuk meneliti “Pengaruh Metode Diskusi terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar”.

(16)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode diskusi pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar?

2. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar?

3. Adakah pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar?

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap jawaban atas sub masalah yang membutuhkannya. Tujuannya ialah untuk memberikan arah yang jelas terhadap peniliti yang tengah melakukan verifikasi terhadap kesahihan dan kesalahan suatu teori.8 Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh terhadap metode diskusi dalam pembelajaran Akidah Akhlak dengan terbukti pada hasil belajar peserta didik.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperoleh gambaran, memudahkan pemahaman, dan menyatukan persepsi antara penyusun dan pembaca terhadap judul penelitian serta memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian yang relevan dengan variable dalam judul skripsi ini, sehingga tidak menimbulkan miskonsepsi dalam pembahasan selanjutnya.

Berdasarkan judul penelitian yang ada, maka variable dalam penelitian ini adalah :

8Muljono Damopolii, dkk, Pedoman Penulisan Karya Tulis UIN Alauddin Makassar (Cet.

I; Makassar; Alauddin Press, 2013), h. 12.

(17)

No. Variabel Indikator 1. Metode Diskusi (X)

Metode diskusi adalah cara belajar yang terstruktur untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan mengolah pembelajaran menggunakan interaksi antara dua atau lebih peserta didik yang saling terlibat untuk berpikir kritis, menyampaikan pendapat, menganalisis, atau memecahkan masalah. Adapun indikator metode diskusi dalam penelitian ini adalah :9

1. Persiapan atau perencanaan metode diskusi

2. Pelaksanaan diskusi 3. Tindak lanjut diskusi

2. Hasil Belajar (Y)

Hasil belajar adalah penilaian secara keseluruhan yang dimiliki oleh peserta didik yang dicapai pada suatu periode tertentu, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan oleh pengalaman dan bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Hasil belajar yang

9 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung:Sinar Baru, 2004), h. 76.

(18)

7

dimaksud adalah nilai pembelajaran yang tertuang di dalam buku laporan hasil belajar peserta didik.

E. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu:

1. Skripsi yang disusun oleh Aprilia Iza Ferdina program studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Malang 2022 dengan judul, “Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII di MTs Hasy’im Asy’ari Batu”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa adanya pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII pada mata pelajaran aqidah akhlak. Dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata posttest kelas kontrol 43,33 dan rata-rata kelas eksperimen 81,00.

Kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis yang menggunakan uji-T pada signifikan 5% diperoleh t hitung > t tabel (8,584 > 0,3610). 10

Perbedaan penelitian di atas dengan peneliti adalah penelitian yang disusun oleh Aprilia Iza Ferdina di atas mengguakan teknik pengambilan sampel dengan cara teknik cluster random sampling sedangkan peneliti menggunakan simple random sampling.

2. Skripsi oleh Rosita Dewi, yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi terhadap Minat Siswa dalam Mempelajari Mata Pelajaran Sejarah

10Aprilia Iza Ferdina, “Pengaruh Metode Diskusi Terhadap hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Peserta Didik Kelas VIII Di MTs Hasyim Asy’ari Batu”, Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, (Universitas Islam Malang, 2022), h. 52.

(19)

Kebudayaan Islam Kelas VIII di MTs Ma’arif 04 Pekalongan Tahun Pelajaran 2016”. Menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode diskusi terhadap minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII di MTs Ma’arif 04 Pekalongan.11

Persamaan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan metode diskusi yang membedakan dengan penelitian diatas adalah Rosita Dewi meganalisis data menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas sedangkan peneliti menganalisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial .

3. Skripsi yang disusun oleh Sa’adah Nihayatus, memfokuskan penelitiannya pada “Pengaruh Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Siswa MTs Sultan Agung Jabalsari Sumbergempol Tulungagung”. Menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode diskusi dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap minat dan hasil belajar siswa MTs Sultan Agung Jabalsari Sumbergempol Tulungagung, di peroleh dari hasil analisis dari prosedur Roy’s Largest Root menunjukan angka signifikansi menunjukan 0.04 < 0.05.12

Perbedaan penelitian di atas dengan peneliti adalah penelitian yang disusun oleh Sa’adah Nihayatus di atas memiliki 3 variabel yaitu metode diskusi, minat belajar, dan hasil belajar sedangkan peneliti memiliki 2 variabel yaitu metode diskusi dan hasil belajar dan perbedaan selanjutnya Sa’adah Nihayatus menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, angket, dokumentasi,

11Rosita Dewi, “Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi terhadap Minat Siswa dalam Mempelajari Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII di MTs Ma’arif 04 Pekalongan Tahun Pelajaran 2016”, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro, 2016), h. 64.

12Sa’adah Nihayatus, “Pengaruh Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Siswa MTs Sultan Agung Jabalsari Sumbergempol Tulungagung”, IAIN Tulungagung, 2019, h, 73.

(20)

9

dan observasi sedangkan peneliti menggunkan angket sebagai teknik pengumpulan data.

4. Skripsi yang disusun oleh Khumaidah dengan judul “Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi dengan Media Ajar Jenis Leaflet dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia Pada Siswa Kelas XI SMA Sultan Fatah Wedung Demak Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi dengan media ajar jenis leaflet efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA Sultan Fatah Wedung Demak .13

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian yang disusun oleh Khumaidah menggunakan metode pengumpulan data eksperimen sedangkan peneliti menggunakan angket skala likert sebagai metode pengumpulan data .

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditulis sebelumnya dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tersebut memiliki hubungan dengan penelitian ini, akan tetapi dari segi waktu, tempat, dan masalah dalam penelitian sebelumnya sangat berbeda. Maka dari itu penulis tertarik meneliti tentang “Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar”.

13Khumaidah, “Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi dengan Media Ajar Jenis Leaflet dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia Pada Siswa Kelas XI SMA Sultan Fatah Wedung Demak Tahun Pelajaran 2010/2011”, Skripsi Jurusan Ilmu Pendidikan Biologi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2011.

(21)

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan penerapan metode diskusi pada mata pelajaran Akidah Akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar.

b. Untuk mendeskripsikan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar.

c. Untuk menganalisis pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kegunaan ilmiah

1) Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan kajian khususnya bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut, guna mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam.

2) Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh metode diskusi terhadap pembelajaran akidah akhlak.

b. Kegunaan praktis

1) Sebagai informasi dan masukan dalam pemilihan metode pembelajaran yang lebih baik bagi peserta didik.

2) Untuk memberikan wawasan dan pengalaman terhadap penerapan metode pembelajaran diskusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran.

(22)

11 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Metode Diskusi

1. Pengertian Metode Diskusi

Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa Yunani “Metodos”.

Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “Metha” yang berarti melalui atau melewati dan “Hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut

“Thariqat”, dalam kamus besar bahasa Indonesia metode adalah “cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai maksud” sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.1

Metode merupakan sebuah cara yang tepat untuk mengimplementasikan sebuah rencana yang disusun dalam sebuah kegiatan nyata, sehingga tujuan dapat tercapai secara maksimal. Metode dapat digunakan untuk menerapkan sebuah strategi yang telah dipilih.2 Sedangkan diskusi adalah suatu cara yang memberikan sebuah jawaban terkait penyelesaian suatu permasalahan. Diskusi bukan sebuah percakapan biasa, namun ada karena adanya suatu masalah yang memerlukan sebuah jawaban maupun sebuah pendapat yang beragam dari siswa. Metode ini dinilai sangat penting dalam menghidupkan suasana pembelajaran. Dalam hal ini, metode diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran peserta didik untuk melatih keterampilan berpikirnya.3

1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.40.

2 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung:

Alfabeta, 2013), h. 172.

3 Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ( Kajian Teori dan Aplikasi Pembelajaran PAI) (Cet. I; Banda Aceh, Yayasan Pena, 2017), h. 174–75.

(23)

Diskusi adalah dialog ilmiah berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu kelompok guna mencari kebenaran bersama. Metode diskusi merupakan cara yang dapat digunakan pendidik dalam menyajikan materi dengan menghadapkan peserta didik terhadap suatu masalah berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat dilematis untuk dibahas bersama. Tujuannya ialah untuk memperoleh pemahaman bersama yang lebih jelas dan terarah mengenai sesuatu. Oleh karena itu, diskusi sangat berbeda dengan debat kusir, di mana orang beradu argumentasi, paham, dan kemampuan persuasi namun tidak disertai alasan logis. Diskusi juga berbeda dari ceramah. Diskusi tidak hanya melibatkan pengarahan pendidik. Oleh karenanya, diskusi megandung nilai demokratis dengan memberikan kepada semua peserta didik hak secara merata untuk mengemukakan dan mengembangkan pendapat-pendapat mereka.4

Diskusi adalah suatu proses pertemuan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.5

Metode diskusi adalah cara penyampaian pembelajaran di mana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Teknik diskusi adalah suatu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik di sekolah. Di dalam kelas ini proses interaksi antara dua atau lebih peserta didik

4Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia, 2015), h.131.

5Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran di Abad Global (Malang: UIN-Maliki Pers, 2011), h. 90.

(24)

13

yang terlibat, saling tukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga terjadi semuanya aktif dan ada yang sebagai pendengar saja.6

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa metode diskusi adalah sebuah cara dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas dengan menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan untuk dipecahkan dan saling bertukar pendapat secara rasional dan objektif dengan tujuan meningkatkan keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung.

2. Tujuan Metode Diskusi

Tujuan metode diskusi adalah memotivasi atau memberi stimulus kepada peserta didik agar berpikir kritis, mengemukakan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikirannya dan mengambil suatu jawaban aktual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan atas pertimbangan yang seksama.7

Metode ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok atau kerja kelompok yang melibatkan beberapa orang peserta didik bertujuan untuk menyelesaikan pekerjaan, tugas, atau permasalahan. Metode mengajar diskusi merupakan cara pengajaran yang dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problem atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan bersama.8

Metode diskusi juga bertujuan untuk merangsang peserta didik dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan obyektif dalam pemecahan suatu masalah sehingga dengan metode ini diharapkan proses pembelajaran akan lebih mengarah pada

6Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 87.

7Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia, 2015), h. 133.

8Sri Anitah W, dkk., Strategi Pembelajaran di SD, Universitas Terbuka (Tangerang Selatan: Rineka Cipta, 2012), h. 5.

(25)

pembentukan kemandirian peserta didik dalam berpikir dan bertindak. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering kali dihadapkan pada persoalan- persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara pemecahan dan mencari jalan yang terbaik. Diskusi juga mengandung unsur- unsur demokratis, berbeda dengan ceramah, diskusi tidak diarahkan oleh pendidik, para peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Ada berbagai bentuk kegiatan yang dapat disebut diskusi, dari tanya jawab yang kaku sampai pertemuan kelompok yang tampaknya lebih bersifat terapis daripada instruksional.9

Tujuan utama metode diskusi adalah untuk memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta didik, serta untuk membuat suatu keputusan. Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat argumentasi, diskusi lebih bersifat bertukar pendapat untuk menemukan keputusan tertentu secara bersama-sama.10

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan metode diskusi adalah memotivasi atau memberi stimulus kepada peserta didk agar berpikir kritis, mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran- pikirannya dan mengambil suatu jawaban aktual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan atas pertimbangan yang saksama.

3. Langkah-langkah Metode Diskusi

Adapun langkah-langkah dalam metode diskusi dapat dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain:

9 Amirul Hadi, Teknik Mengajar Secara Sistematis (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 84.

10Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 200.

(26)

15

a. Persiapan diskusi, pendidik menyiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik yang dibuat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan diskusi.

b. Awal diskusi, pendidik diharapkan mampu memberikan penjelasan tentang kegiatan yang dilakukan seperti halnya menjelaskan tujuan diskusi, langkah dan garis besar isi diskusi.

a. Tahap pengembangan, pendidik mengembangkan diskusi dengan menempuh berbagai variasi dalam mengajukan berbagai pertanyaan yang saling berkaitan yang ditujukan pada beberapa peserta didik sebelum berpindah kejenis pertanyaan lainnya yang diajukan kepada peserta didik lainnya. Mengajukan pertanyaan untuk mendorong peserta didik menarik kesimpulan dan mengajukan berbagai pertanyaan yang bertolak belakang dari suatu kesimpulan, sehingga peserta didik mampu merumuskan sebuah kesimpulan.

b. Tahap akhir, pendidik bersama peserta didik membuat ringkasan atas isi pelajaran yang dilakukan dan dibahas selama diskusi kelompok berlangsung.

Metode diskusi membutuhkan kondisi yang optimal dari pendidik dan peserta didik untuk mendukung sebuah metode diskusi agar lebih efektif. Seorang pendidik adalah orang yang berperan langsung dalam proses pembelajaran dengan posisi yang mampu memilih strategi yang tepat dalam menunjukkan kemampuan secara optimal. Seorang pendidik profesional harus memiliki kompetensi yang baik yang menyangkut pada pengetahuan, keterampilan, maupun perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh pendidik dalam melaksanakan tugasnya.11

11 Kharisul Wathoni Laila Nuzulul Fitria Noor, “Peran Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) dalam Meningkatkan Kompetensi Guru PAI DI SMP Swasta Wilayah Kecamatan Sidoarjo” Jurnal Pendidikan Islam (2020), h. 2.

(27)

Agar dalam pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi berjalan dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

a. Langkah Persiapan

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan bersifat umum maupun tujuan spesifik.

2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama.

3) Menetapkan permasalahan yang akan dibahas bersama.

4) Mempersiapkan teknis pelaksanaan diskusi yaitu ruang kelas dengan segala fasilitasnya, fungsionaris diskusi seperti moderator, notula dan tim perumus manakala diperlukan.

b. Pelaksanaan Diskusi

1) Mengamati kembali segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.

2) Memberikan pengarahan pra-diskusi, misalnya menyampaikan tujuan ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi yang mesti dipatuhi bersama sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan bersama.

Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan dan mengontrol suasana belajar, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.

4) Memberikan kesempatan yang sama rata kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini amat penting untuk diperhatikan bersama, sebab tanpa

(28)

17

pengendalian akan menyebabkan arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

c. Menutup Diskusi

Sebelum menutup pembelajaran menggunakan metode diskusi, hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan yang relevan dengan hasil diskusi.

2) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta diskusi sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.12

Menurut Made Pidarta dalam bukunya yang berjudul: “Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju”, lagkah-langkah metode diskusi adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan masalah dengan jelas

b. Dengan pimpinan pendidik para peserta didik membentuk kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain mengatur dan mengarahkan diskusi dan mengatur lalu lintas pembicaraan.

c. Melaksankan diskusi

Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan di diskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.

12Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), h. 135.

(29)

d. Melaporkan hasil diskusi

Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa terutama dari kelompok lain, pendidik memberikan alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.

e. Siswa mencatat hasil diskusi

Akhirnya peserta didik mencatat hasil diskusi dan pendidik mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok.

f. Pendidik menjelaskan materi yang sulit mendapatkan persamaan pendapat dikalangan para peserta didik. Pendidik menjelaskan bagaimana sesungguhnya memperhatikan untuk meyakini dan menilai buah pikiran tadi.13

Sedangkan menurut Suryosubroto dalam bukunya yang berjudul Proses Belajar Mengajar di Sekolah, langkah-langkah penggunaan metode diskusi adalah:

a. Pendidik mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan di diskusikan itu ditentukan harus dirumuskan sejelas- jelasnya agar dapat dipahami baik oleh peserta didik.

b. Dengan pimpinan pendidik para peserta didik membentuk kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pencatat), pelapor (kalau perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sasaran, dan sebagainya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada ditengah peserta didik yang lebih memahami atau masalah yang akan didiskusikan, berwibawa dan disenangi oleh para temannya, berbahasa yang baik dan lancar saat berbicara dan dapat bertindak tegas, adil dan demokrasi.

c. Para peserta didik berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing sedangkan pendidik berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain (kalau ada lebih dari

13Made Pidarta, Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 63.

(30)

19

satu kelompok), menjaga ketertiban serta dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi berjalan lancar.

Setiap anggota kelompok harus tau persis apa yang akan di diskusikan dan bagaimana cara berdiskusi.

d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, hasil-hasil yang dilaporkan itu di tanggapi oleh semua peserta didik (termasuk dari kelompok lain). Pendidik memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.

e. Akhirnya para peserta didik mencatat hasil diskusi dan pendidik melaporkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok sesudah para peserta didik mencatatnya untuk file kelas.14

Berdasarkan penjelasan diatas langkah-langkah metode diskusi adalah menerapkan rancangan diskusi, menentukan masalah atau topik yang akan di diskusikan, salah satu peserta diskusi di tunjuk sebagai ketua atau moderator, dalam aktivitas diskusi terdapat arus tukar informasi dan pendapat, menarik kesimpulan dari hasil diskusi, pendidik menjelaskan materi diskusi yang tidak dipahami oleh peserta didik, hasil dan aktivitas diskusi digunakan sebagai bahan evaluasi agar diskusi selanjutnya bisa lebih baik.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi a) Kelebihan Metode Diskusi

Adapun kelebihan dari metode diskusi yaitu memungkinkan adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik, mempertinggi peran serta perseorangan, melatih diri untuk saling menghargai pendapat orang lain, setiap peserta didik dapat menguji kemampuan berpikir kritis dan pengetahuannya selama proses pembelajaran berlangsung, serta mampu menumbuhkan rasa

14B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 182.

(31)

percaya diri serta dapat mendorong sikap sosial dan sikap demokratis para peserta didik. Dalam proses pembelajaran, pendidik dapat menggunakan dua macam diskusi yaitu diskusi kelompok dan diskusi kelompok kecil yang dilakukan di dalam kelas. Pendidik bertugas untuk membangkitkan semangat peserta didik agar turut aktif dan berperan selama pelaksanaan diskusi serta selalu berlaku bijaksana dalam mengatur dan mengarahkan jalannya diskusi agar berjalan dengan lancar dan terakhir memberikan kesimpulan terhadap hasil diskusi yang sudah dilakukan.15

Berikut ini beberapa kelebihan dalam menggunakan metode diskusi diantaranya adalah:

a. Memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa masalah dapat dipecahkan melalui berbagai jalan dan bukan hanya satu jalan (satu jawaban saja).

b. Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi mereka dapat saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

c. Memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain, sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.

d. Membiasakan peserta didik untuk berpikir kritis dan mau mengungkapkan ide- ide kritisnya.16

Selanjutnya menurut Sofyan S. Willis kelebihan penggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut :

a. Melatih keberanian menyatakan pendapat.

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 173.

16Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia, 2015), h. 134.

(32)

21

b. Mengembangkan daya kreatif dan daya pikir.

c. Membantu kearah pembinaan pribadi yang percaya diri.

d. Melatih daya kritis-kreatif, logis dan sistematis.

e. Melatih diri toleran dan menghargai pendapat orang lain.

f. Memperdalam pengetahuan terhadap suatu masalah.

g. Membentuk sikap sosial dan rela merubah penampilan jika salah.17

Jamil Suprihatiningrum juga menyebutkan metode diskusi memiliki kelebihan diantaranya :

a. Menghidupkan suasana kelas, karena setiap peserta didik diberikan kesempatan untuk berpendapat.

b. Melatih peserta didik untuk menghargai pendapat orang lain dan mematuhi aturan kelompok.

c. Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik karena berbicara didepan teman- temannya dalam satu kelompok bagi sebagian peserta didik lebih mudah daripada berbicara di depan kelas.

d. Memberi kesempatan peserta didik untuk mengekspresikan pendapatnya secara bebas dan mandiri.

e. Mendorong peserta didik menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah secara bersama.

f. Meningkatkan prestasi peserta didik.

g. Mempermudah pemahaman materi karena penyimpulan materi dilakukan oleh kelompok.

h. Merangsang peserta didik untuk berprikir kritis dan memutuskan pemecahan masalah berdasarkan pilihan kelompok.18

17Sofyan S. Willis, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 109.

18Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2016), h. 288.

(33)

Berdasarkan penjelasan diatas maka diketahui bahwa metode diskusi memiliki kelebihan yaitu melatih kemampuan berkomunikasi peseta didik, menghargai pendapat orang lain, memupuk rasa percaya diri serta peningkatan sikap sosial yang mengarah pada peningkatan kecerdasan interpersonal peserta didik.

b) Kekurangan Metode Diskusi

Di samping kelebihan yang telah disebutkan di atas, dalam metode diskusi juga terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

c. Apabila peserta didik tidak memahami konsep dasar permasalahan, maka diskusi tidak berjalan secara efektif.

d. Hanya dapat dikuasai oleh peserta didik dengan keterampilan berbicara yang mumpuni.

e. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

f. Waktu kurang efisien karena memakan banyak waktu.19

Menurut Tukiran Taniredja kekurangan metode diskusi adalah sebagai berikut :

a. Peserta didik, karena di dalam kelas tersebut terdapat siswa dengan latar belakang yang bermacam-macam, maka dibutuhkan penyajian materi yang lebih menarik, sebab terkadang kelompok penyaji materi kurang menarik dan terkadang membosankan sehingga diskusi tidak berjalan dengan lancar atau bahkan banyak yang tidak dapat mengemukakan pendapat dan tidak siap dalam menyampaikan materi pembelajaran.

19Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia, 2015), h. 135.

(34)

23

b. Materi, siswa banyak yang belum siap dalam menyampaikan hasil diskusi, karena kurangnya waktu untuk melakukan diskusi bersama kelompok sebelum menyampaikannya didepan kelas. Untuk itu, perlu adanya kemantapan dan penguasaan materi maupun tema yang akan disajikan yang menjadi tanggungjawab masing-masing kelompok.

c. Media dan sarana prasarana, yang mana dibutuhkan ruangan yang nyaman dan tempat duduk yang tertata rapi agar pelaksanaan diskusi lebih komunikatif.20

Menurut Muhibin Syah kekurangan dari metode diskusi adalah sebagai berikut:

a. Jalannya diskusi lebih sering di dominasi oleh peserta didik partisipan yang pandai, sehingga mengurangi peluang siswa lain untuk memberi kontribusi.

b. Jalannya diskusi sering terpengaruh oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pertukaran pikiran menjadi asal-asalan.

c. Diskusi biasanya menyita waktu, sehingga pertukaran pikiran menjadi asal- asalan.21

Sedagkan menurut Usman Basyirudin kekurangan dari metode diskusi adalah sebagai berikut:

a. Adaya sebagian peserta didik yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam berdiskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh.

b. Para peserta didik mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis.22

20 Tukiran Taniredja, Dkk, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 24–30.

21Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan pendekatan baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 208.

22Usman Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta Ciputat Pers, 2002), h. 38.

(35)

Berdasarkan penjelasan di atas maka diketahui bahwa metode diskusi memiliki kekuragan yaitu sering terjadi pembicaraan dalam diskusi yang dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara, terkadang pembahasan dalam diskusi meluas sehingga kesimpulan menjadi kabur, memerlukan waktu yang cukup banyak yang kadang-kandang tidak sesuai dengan yang direncanakan, dan dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol yang berakibatkan ada pihak yang merasa tersinggung sehingga dapat mengganggu suasana pembelajaran.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar dan dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan.23

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang meguasai bahan yang diajarkan. Hasil belajar berasal dari dua kata,hasil (product) merupakan satu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.24 Sebelum ditarik kesimpulan dari pengertian hasil belajar, terlebih dahulu dipaparkan beberapa pengertian hasil belajar dari beberapa para ahli, diantaranya:

23 Muh. Rapi, Pengantar Strategi Belajar (Pendekatan Standar Proses) (Makassar:Alauddin University Press, 2012), h. 2.

24Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 44.

(36)

25

a. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata hasil belajar merupakan realisasi potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.25

b. Menurut Gane dan Briggs hasil belajar adalah sebagai kemampuan yang diperoleh oleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.26

c. Menurut Asep Jihad hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.27

d. Abdulrahman menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol, biasanya disebut dengan kegiatan instruksional, tujuan belajar ditetapkan lebih dahulu oleh pendidik. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.28

Dari uraian definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai setelah mengalami proses belajar atau setelah mengalami interaksi dengan lingkungannya guna untuk memperoleh ilmu

25Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2005), h. 102.

26Rosma Hartiny Sam‟s, Model PTK Teknik Bermain Konstruktif untuk Peningkatan Hasil Belajar Matematika, (Yogyakarta: Teras, 2010), h. 33.

27Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009), h. 14.

28 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak BerkesulitanBelajar, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta,2003), cet. 2, h. 3.

(37)

pengetahuan yang akan menimbulkan tingkah laku seseorang secara sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

2. Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar

a. Valid, sebuah tes dikatakan telah memiliki validitas, apabila tes tersebutdengan secara tepat, dan benar telah dapat mengungkapkan atau mengukur yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes tersebut.

b. Reliabel, ciri kedua dari tes hasil belajar yang baik adalah bahwa hasil belajar tersebut telah memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel. Dinyatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali pada subjek yang sama.

c. Objektif, ciri ketiga dari tes hasil belajar yang baik adalah tes hasil belajar tersebut bersifat objektif. Bahan pelajaran yang telah diberikan atau diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta didik itulah yang dijadikan acuan dalam pembuatan atau penyusunan tes hasil belajar.

d. Praktis, bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah karena tes itu:

1) Bersifat sederhana (tidak banyak menggunakan peralatan)

2) Lengkap, dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk mengenai cara mengerjakannya, kuis jawabannya dan pedoman skoring serta penentuan nilainya. Bersifat ekonomis mengandung bahwa tes hasil belajar tersebut tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga dan biaya yang banyak.29

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemilihan tes yang baik untuk keperluan pengukuran dan evaluasi sejauh mana peserta didik paham terhadap

29 Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 22-23.

(38)

27

materi yang telah diberikan apabila memenuhi 4 kriteria yaitu, valid, reliabel, objektif dan praktis.

3. Ruang Lingkup Hasil Belajar

Ruang lingkup hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu diklasifikasi dalam tiga domain yaitu:

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai ataukompleks nilai.

c. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif danpsikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.30

Sedangkan menurut beberapa ahli yang lain ruang lingkup hasil belajar terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Ranah kognitif

Hasil belajar kognitif ialah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi yangmeliputi pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika matematika. Kemampuan ini menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif yang meliputi

30Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: Press, 2009), h. 315.

(39)

beberapa tingkatan atau jenjang. Menurut Bloom, tingkat atau jenjang ranah kognitif dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu: C1: Pengetahuan (knowledge), C2: Pemahaman (comprehension), C3: Aplikasi (application), C4: Analisis (analysis), C5: Sintesis (shynthesis), dan C6:

Evaluasi (evaluation).31

b. Ranah Kemampuan Sikap (Affective)

Hasil belajar afektif meliputi sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi dengan kata lain kecerdasan emosional. Krathoowl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat, yaitu: menerima atau memperhatikan (receiving), partisipasi atau merespon (responding), penilaian atau penentuan sikap (valuing), organisasi (organization), dan internalisasi atau karakterisasi (characterization by a value complex).32

c. Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik meliputi keterampilan atau yang mencangkup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual- spasial, dan kecerdasan musikal. Menurut Simpson hasil belajar psikomotorik diklasifikasikan menjadi enam, yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.33 Berdasarkan uraian-uraian diatas ruang lingkup hasil belajar terbagi menjadi tiga yaitu ranah kogitif (kemampuan berpikir), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (keterampilan). Peserta didik dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika pada diri mereka telah terjadi perubahan dari minimal salah satu aspek

31Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 102.

32Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009), h. 17- 18.

33Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 52.

(40)

29

diatas, contohnya perubahan dalam aspek kemampuan berpikir misalnya dapat terjadi jika terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, atau perubahan dari tidak paham menjadi paham dan seterusnya.

3. Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) peserta didik dan faktor pendekatan belajar:

a. Faktor Internal

Faktor internal peserta didik yakni keadaan jasmani dan rohani. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni:

1. Aspek fisiologis (bersifat jasmani)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkatan kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitasi peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan di kelas.

2. Aspek Psikologis (bersifat rohani)

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran peserta didik. Faktor-faktor yang termasuk dalam aspek psikologis diantaranya yaitu tingkat inteligensi peserta didik, sikap, bakat, minat, dan emosi.

(41)

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah kondisi atau keadaan lingkungan di luar peserta didik. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah:

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi hasil belajar termasuk diantaranya adalah pendidik, staf, teman-teman sekolah serta masyarakat sekitar, namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik ialah orang tua dan keluarga peserta didik itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, ketegangan keluarga dan lain sebagainya, semua dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai peserta didik.

2) Lingkungan Non Sosial

Faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan keberhasilan belajar peserta didik.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas peserta didik dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, sehingga semakin mendalam cara belajar peserta didik maka semakin baik hasilnya.34

34Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 132.

Referensi

Dokumen terkait

8) Siswa menentukan letak astronomois dan geografis wilayah Indonesia bersama kelompoknya 9) Guru menerangkan menggunkan LCD letak wilayah Indonesia. 10) Guru memberikan soal lisan

Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan,

[r]

The Use of Simulation Technique in Improving Students ’ Speaking Performance (A Classroom Action Research at SMP Muhammadiyah Program Khusus Pracimantoro, Wonogiri,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran simulasi pada mata pelajaran menangani

1. Reading I’am Nujood Age 10, and Divorced novel by Delphino Minoui. Identifying elements the novel by using Dean Howells theory. Making cards and then write down the symbol

Spesifikasi kualitas Air Asam Tambang (AAT) No Parameter Nilai 1. Pelarut dipisahkan dari zat terlarut yang akan tertahan pada membran dan disebut dengan konsentrat,

[r]