keberhasilan dalam segala aspek kegiatan yang ada di dalam perusahan.
Dengan begitu sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga yang dimiliki oleh perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Keberadaan sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik agar dapat memberikan kontribusi positif dalam mengembangkan perusahaan.
Untuk mencapai tujuannya, perusahaan membutuhkan pegawai yang berkualitas yaitu pegawai yang jujur, bertanggung jawab, inovatif dan profesional dalam bekerja. Disaat pegawai memenuhi seluruh kewajibannya dalam bekerja maka perusahaan wajib memenuhi hak para pegawai,
diantaranya gaji, tunjangan, atau fasilitas lainnya yang dapat mendukung produktivitas kerja para pegawai, serta menciptakan suasana kerja yang nyaman. Jika pegawai merasa perusahaan tidak dapat memenuhi hak mereka, maka kemungkinan pegawai untuk meninggalkan perusahaan semakin besar.
Fenomena tersebut disebut sebagai turnover intention, dimana perilaku pegawai mengarah pada keputusan untuk meninggalkan perusahaan. Perilaku pegawai yang menyangkut pada turnover intention meliputi absensi yang mulai meningkat, mulai malas bekerja, naiknya keberanian untuk melanggar tata tertib, mempunyai keberanian untuk menentang atasan atau protes dan keseriusan untuk melakukan tanggung jawab berbeda dari biasanya. Turnover intention merupakan suatu keadaan dimana pegawai berpikir atau memiliki niat untuk keluar dari perusahaan guna mencari alternatif pekerjaan yang lebih baik. Tingginya tingkat turnover intention dalam perusahaan akan menjadi masalah serius bagi perusahaan. Disisi lain turnover intention akan berdampak negatif terhadap suatu perubahan yaitu menyebabkan terjadinya
1
ketidakstabilan aktivitas operasional kerja, menurunnya produktivitas karyawan dan suasana kerja yang tidak kondusif dimana hal tersebut dapat merugikan suatu perusahaan atau organisasi, bahkan anggaran untuk
rekrutmen pegawai dapat meningkat. Dalam suatu perusahaan atau organisasi turnover intention bukan suatu hal yang kebetulan, banyak faktor yang dapat menimbulkan keinginan pegawai untuk beralih pekerjaan seperti job
insecurity dan stres kerja.
Job insecurity ialah evaluasi pegawai terhadap suatu kondisi dimana pegawai merasa terancam serta merasa tidak berdaya untuk mempertahankan pekerjaan tersebut. Timbulnya perasaan tidak aman dan terancam pada pegawai akan menyebabkan rendahnya kepuasan kerja dan komitmen organisasi pada tempat ia bekerja. Rendahnya kepuasan kerja dan komitmen pada suatu organisasi akan menyebabkan seseorang memiliki keinginan untuk berpindah secara sukarela. Secara umum, job insecurity dikaitkan dengan hasil yang berhubungan dengan pekerjaan yang negatif. Job insecurity akan berdampak pada menurunnya semangat kerja pegawai, perasaan murung dan bersalah, khawatir dan bahkan kemarahan yang ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian terhadap suatu pekerjaan yang dirasakan oleh pegawai itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi job insecurity yaitu usia, gander,
kepribadian, status sosial ekonomi, tipe perjanjian kerja dan dukungan sosial.
Misalnya, masih banyak jenis pekerjaan dengan durasi waktu yang sementra atau tidak permanen menyebabkan semakin banyak pegawai yang mengalami job insecurity.
Salah satu gangguan yang sering dialami pegawai yaitu kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung, dikarenakan adanya
ketidakpastian dan kekhawatiran tentang keberlanjutan pekerjaan di dalam perusahaan, bahkan tidak jarang hal seperti itu diikuti dengan kondisi pegawai yang tidak memiliki kecocokan dan keterkaitan dengan perusahaan mereka bekerja. Di Suatu pihak pegawai ingin terus berada di dalam
perusahaan tersebut, sedangkan di sisi lain pegawai merasa bahwa pekerjaan dan keberadaanya dalam perusahaan tersebut merasa terancam. Sehingga
tidak bisa dihindari adanya job insecurity dapat menyebabkan gangguan psikologi pegawai apabila ini terus terjadi.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia tidak luput dari fenomena ini. Adapun masalah-masalah terkait job insecurity pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik
Indonesia diantaranya pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan
bidangnya, kurangnya mendapatkan perhatian dari atasan, tekanan kerja yang begitu tinggi dan adanya pegawai yang berstatus tidak tetap atau kontrak.
Tentu masalah ini menjadi suatu tantangan bagi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia untuk menciptakan kenyamanan bagi pegawai dari masalah yang telah dialami. Dengan
memperhatikan semua pegawai baik pegawai tetap maupun tidak tetap dapat menjadi naluri pegawai merasa nyaman dan tidak terbebani dalam
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.
Tentu setiap pegawai menginginkan kenyamanan dan keamanan dalam bekerja, keamanan dalam kondisi ini bukan hanya aman dari kecelakaan kerja, tetapi rasa aman dari berbagai ancaman kehilangan pekerjaan. Job insecurity diduga dapat mengakibatkan stres dalam bekerja karena dapat mempengaruhi kondisi psikologi seseorang. Stres kerja merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pegawai ketika beban kerja yang
ditanggung cukup berat. Beban kerja yang terlalu berat dan juga lingkungan kerja dapat menjadi sumber umum dari munculnya stres. Stres kerja yang sering dialami pegawai dalam sebuah pekerjaan biasanya dipicu oleh
banyaknya pekerjaan yang diberikan oleh atas, mendapatkan pekerjaan diluar jam kerja dan bahkan diluar kemampuan pegawai itu sendiri. Disinilah penyebab stres kerja itu muncul dan apabila karyawan tidak bisa
menanggungnya besar kemungkinan akan berakibat fatal terhadap mental pegawai itu sendiri.
Pegawai yang stres memiliki ketidakseimbangan antara beban kerja dengan ketidakmampuan pegawai untuk mengatasi stres yang dihadapinya.
Jika pegawai mengalami stres dalam pekerjaannya, maka dapat menimbulkan
keinginan pegawai untuk keluar dari perusahaan. Permasalahan stres kerja yang terjadi pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia karena munculnya tuntutan personalitas yang tinggi, kurangnya waktu istirahat yang cukup, kerja sama tim yang kurang kondusif yang dapat berakibat dihasil kerja yang tidak produktif, karena pegawai dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin dan secepat mungkin dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Dalam mengatasi permasalahan yang muncul, setiap pegawai yang bekerja dapat dibantu dengan adanya dukungan yang berasal dari rekan kerja,
keluarga dan bahkan atasannya, kemudian melalui metode konseling
manajemen personalia perusahaan harus mencari tahu masalah yang dihadapi oleh para pegawai sehingga pegawai dapat mengatur tingkat stres dengan baik, dan dengan demikian akan berdampak positif bagi pegawai dan
perusahaan. Apabila stres kerja dibiarkan begitu saja, maka akan berdampak buruk bagi perusahaan itu sendiri.
Dari uraian di atas, mengingat pentingnya job insecurity dan stres kerja dalam proses kerja suatu perusahaan maka penulis ingin menganalisis dan mengkaji apakah job insecurity dan stres kerja mempengaruhi turnover intention dan apakah job insecurity dan stres kerja tersebut berdampak positif atau negatif dalam perusahaan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh job insecurity dan stres kerja terhadap turnover intention pegawai pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kementrian Agama Republik Indonesia”.
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang diatas, maka penulis memberikan batasan masalah agar penelitian tidak menyimpang dan tidak melebar dari permasalahan yang teliti. Batasan masalah juga bertujuan agar penelitian ini menjadi lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Maka penulis menentukan batasan masalah pada penelitian ini, mengenai pengaruh job insecurity dan stres kerja terhadap turnover intention pegawai pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah pokok yang akan penulis rumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh job insecurity terhadap turnover intention pegawai pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh stres kerja terhadap turnover intention pegawai pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh job insecurity dan stres kerja terhadap turnover intention pegawai secara simultan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Republik Indonesia?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh job insecurity terhadap turnover intention pegawai pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh stres kerja terhadap turnover intention pegawai pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh job insecurity dan stres kerja terhadap turnover intention pegawai secara simultan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia.
1.5 Manfaat/Kegunaan Penelitiaan
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
a. Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan pada khususnya dalam hal turnover intention yang berkaitan dengan job insecurity dan stres kerja.
b. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengaruh job insecurity dan stres kerja terhadap turnover intention pegawai.
c. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan dan menyusun penelitian.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam mengambil keputusan- keputusan yang berkaitan dengan job insecurity dan stres kerja terhadap turnover intention, sehingga diharapkan dapat dilakukan pencegahan terjadinya turnover yang merugikan perusahaan