PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS V MI NURUL IMAN DUSUN UJAN RINTIS DESA MERTAK TOMBOK KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN
2020/2021
Oleh
ARIF GUNAWAN NIM 170106061
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAHIBTDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2021
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH
KELAS V MI NURUL IMAN DUSUN UJAN RINTIS DESA MERTAK TOMBOK KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2020/2021
Diajukan KepadaUniversitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan
Mencapai Gelar Serjana Pendidikan
Oleh
ARIF GUNAWAN NIM 170106061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM2021
Motto:
Artinya :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.’’ Q.S.
Fushsilat: 53).1
1 Syamil.Al-quran Tajwid dan Terjemahannya.( Bandung: PT Syaamil Cipta Media), hal. 482
PERSEMBAHAN
“Skripsi ini kupersembahkan untuk Kedua orang tuaku beserta keluarga tercinta dan orang-orang terkasih, berkat do’a yang tiada henti mengalirdari setiap pelepas sujudmu dan setiap tetes keringat yang kau curahkan ibu, bapak, paman, inak kakekku, papukku dan kakakkuterimakasih.”
KATA PENGANTAR
Alahamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, jika kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amiin.
Peneliti menyadari bahwa proses penyelesaian proposal skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu sebagai berikut:
1. Bapak Dr.Tamjidillah HM Amin, M.Pd. Selaku dosen pembimbing I dan Bapak Lalu Asriadi, M.Pd.I. Selaku dosen pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi dan koreksimen detail, terus-menerus, dan tanpa bosan sehingga menjadikan proposal skripsi ini cepatselsesai.
2. Dr. Muammar, M. Pd. Sebagai ketuajurusan;.
3. Dr. Jumarim M. HI selaku Dekan Fakultas Tarbiyah DanKeguruan;.
4. Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah member tempat bagi penulis untuk menuntutilmu.
5. Ibu, Bapak dan semua kelurga yang selalu memberikandukungan.
6. Kepada sahabat dan teman-teman kelas PGMI B-2017 yang selalu memberikan semangat dandukungannya.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, peneliti tidak menutup kritikan dan saran dari semua pihak dan menyampaikan terimakasih.Peneliti mengharapkan semoga penulisan proposal ini bermanfaat bagi kita semua.Amiin.
Mataram,………..
Peneliti,
Arif Gunawan
DAFTAR ISI
HALAMANSAMPUL ... i
HALAMANJUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
NOTADINAS PEMBIMBING ... iv
PERNYATAAN KEASLIANSKRIPSI ... v
PENGESAHAN ... vi
HALAMANMOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTARISI ... x
DAFTARTABEL ... xii
DAFTARLAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I Pendahuluan A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. RumusanDan BatasanMasalah... 8
C. TujuanDan Manfaat ... 9
D. Definisi Oprasional ... 10
BAB II Kajian Pustaka Dan Hipotesis Penelitian 1. KajianPustaka ... 12
2. KerangkaBerfikir ... 27
3. HipotesisPenelitian ... 29
BAB III Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 30
2. Populasidan Sampel ... 31
3. WaktudanTempat Penelitian ... 33
4. VariabelPenelitian ... 33
5. DesainPenelitian ... 35
6. Instrumen/Alat danBahan Penelitian ... 35
7. Teknik Pengumpulan Data/ Prosedur Penelitian ... 36
8. DataAnalisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIANDANPEMBAHASAN A. AnalisisPenelitian ... 43
B. Pembahasan... 51
1. Pengumpulan dan Penyajian Data ... 51
2. Analisis Data ... 55
3. Hasil AnalisisData ... 56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 69
DAFTARRIWAYATHIDUP ... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Pedoman Untuk Memberi Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi Tabel 3.1 Data Keadaan Guru danPegawai MI. Nurul Iman Ujan Rintis
Tabel 4.1 Keadaan Siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Iman Ujan Rintis Tabel 4.2 Keadaan gedung Madrasah Ibtidaiyah Nurul Iman Ujanrintis Tabel 5.1 Hasil Sebaran Angket tentang Pengaruh Model Pembelajaran
Kontekstual Teaching And Learning Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fiqih Kelas V Di MI Nurul Iman UjanRintis Tabel 6.1 Tabel Kerja Untuk Menghitung Koefisien Korelasi
Tabel 6.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen Dalam Model Pembelajaran CTL
Tabel 6.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen Dalam Prestasi Belajar
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Keadaan Guru danPegawai MI Nurul Iman Ujan Rintis
Lampiran 2 Keadaan Siswa MI Nurul Iman Ujan Rintis
Lampiran 3 Keadaan gedung Madrasah Ibtidaiyah Nurul ImanUjan rintis Lampiran 4 Hasil Sebaran Angket Siswa
Lampiran 5 Tabel Kerja Untuk Menghitung Koefisien Korelasi
Lampiran 6 Data Hasil Uji Coba Instrumen Dalam Model Pembelajaran CTL Lampiran 7 Data Hasil Uji Coba Instrumen Dalam Prestasi Belajar
Lembaran 8 Lembaran Angket Siswa Lampiran 9 Dokumentasi
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRSESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH
KELAS V MI NURUL IMAN DUSUN UJAN RINTIS DESA MERTAK TOMBOK KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2020/2021
oleh:
ARIF GUNAWAN NIM 170106061
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh setiap sekolah tentunya memiliki perbedaan baik dari segi fasilitas, kualitas tenaga pendidik, sarana prasarana sekolah dan latar belakang model pembelajaran kontekstual teaching and learing. Salah satu aspek yang terlihat menonjol adalah latar belakang model pembelajaran kontekstual teaching and learing, baik dari segi pendidikan maupun ekonomi akan berdampak sangat besar pada perkembangan anak khususnya prestasi belajar anak di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh model pembelajaran kontekstual teaching and learning terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran Fiqih kelas V di MI Nurul Iman Ujan Rintis2020/2021.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, adapun pendekatan yang digunakan adalah ex post facto.Populasi dalam penelitian ini seluruh kelas V di Mi Nurul Iman Ujan Rintis sebanyak 35 orang.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, angket (kuesioner) dan wawancara.Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat dilakukan dengan menggunakan uji normalitas dan uji linieritas, sedangkan uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan Microsoft excel2010.
Berdasar kanhasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat model pembelajaran kontekstual teaching and learning dengan prestasi belajar siswa kelas V di MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021. Hal ini tunjukkan dari hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan microsoft excel 2010 pada taraf signifikansi α=0,05, dimana nilai F hitung=3.769 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,066>0,05, yang menunjukkan bahwa data tidak berkorelasi sehingga Ha ditolak dan Ho diterima.
Kata Kunci: Model pembelajaran, CTL, hasil belajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai upayauntuk meningkatkan kualitas diri peserta didik setelah melalui prosespembelajaranuntuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan yang diharapkan dari adanya pendidikan yaitu agar peserta didik dapat mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang ada diri peserta didik.Dengan begitu mereka dapat hidup mandiri dan berguna bagi orang lain. Dengan adanya pendidikan seseorang juga dapat mengubah strata sosialnya untuk menjadi lebih baik. Sebagai mana firman Allah Subhannahuwataala dalam QS. An-nisa‟ ayat 63 :
مِهِسُفْنَا ْْٓيِف ْمُهَّل ْلُقَو ْمُهْظِعَو ْمُهْنَع ْضِرْعَاَف ْمِهِبْىُلُق ْيِف اَم ُ هّاللّ ُمَلْعَي َنْيِذَّلا َكِ ىٰۤهلوُا (٣٦: ءاسّنلا) ااغْيِلَب ۢ الًْىَق
Artinya :Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya1
Hal ini juga sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No.
20 tahun2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
1 Qs. An-Nisa‟ [4]:63.Departemen Agama RI, Al-Quran Perkata Tajwid Warna Robbani, (Jakarta:PT.Surya Prisma Sinergi,2011), hlm. 89
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kereatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Dalam dunia pendidikan juga terdapat pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan itu sendiri .“pembelajaranmerupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik”.4 Proses pembelajaran harus berjalan dengan sebaik-baiknya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Sehingga dalam pelaksaannya diperlukan faktor pendukung salah satunya adalah model pembelajaran, “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas”.5
2Sarbini & Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan,(Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm.312
3Suwarno ,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media 2006), hlm. 32.
4Rusmono, Model Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 6.
5Darmadi, Pengembangan Model& Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta: Budi Utama, 2017), 42.
Belajar menurut Hamalik adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman. Dua Hal tersebut berarti bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Proses belajar yang terjadi di sekolah secara umumnya selama ini pada kenyataannya menunjukkan bahwa siswa lebih berperan sebagai obyek dan guru berperan sebagai subyek. Pusat informasi atau pusat belajar adalah guru, sehingga sering terjadi siswa akan belajar jika guru mengajar, begitu juga dalam penilaian yang masih menekankan hasil dari pada proses pembelajaran.
Sedangkan Belajar menurut Hilgard & Bowneradalah sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi dengan karakteristik-karakteristik dari perubahan-perubahan aktifitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli,kematangan atau perubahan- perubahan sementara dari organisme.Hal tersebut juga menjelaskan bahwa, hasilpemaparan dikelas banyak kemajuan dalam suatu yang diinginkan dalam mencapai ketargetan belajar.
Dalam menentukan model pembelajaran dan perumusan tujuan, harus diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses belajar mengajar berlangsung.6 Dimana Model merupakan suatu cara yang wajib dilaksanakan oleh guru dalam menjelaskan materi pelajaran dalam lingkup sekolah yang meliputi sikap, keterampilan, ataupun suatu
6 Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Model Pembelajaran Kontektual (Inovatif), (Bandung: Yrama Widya, 2013), hlm. 71.
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman sendiri terhadap siswa agar mudah mengembangkan potensi belajarnya. Hal ini tentu saja melibatkan peran seorang guru dalam menciptakan serta mengembangkan bakatnya.Salah satu hal yang dianggap penting dalam menunjang keberhasilan mengajar yaitu bagaimana seorang guru menggunakan model dalam mengajar.Dengan adanya model dalam mengajar diharapkan peserta didik dapat memahami dan menyerap informasi yang disampaikanpendidik.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa guru harus berusaha untuk meningkatkan suatu pemahaman peserta didik disetiap materi yang diajarkan.Untuk itu guru harus memiliki model yang tepat untuk memberikan pemahaman yang terkait dengan materi-materi yang belum dipahami, sehingga hasil belajar yang diharapkan guru dapat meningkat dengan baik.
Berdasarkan uraian tersebut hemat peneliti perlu diadaakan pembaruan, inovasi ataupun gerakan perubahan Mind Set ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran seyogyanya para pendidik menggunakan model pembelajaran yang beragam untuk mengoptimalkan potensi siswa.Upaya pendidik dalam mengatur dan memberdayakan berbagai macam variable dalampembelajaran merupakan bagian yang penting untuk keberhasilan peserta didik mencapai tujuan yang telah ditentukan.Karena itu dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi bagi para guru.Modelpembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubunngan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.7
Berdasarkan hasil observasi di MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah, khususnya di kelas V MI tentang model pembelajaran yang di lakukan pada saat proses pembelajaranguru kelas menjelaskan,metode pembelajaran yang sering diterapkanoleh pendidik yaitu metode ceramah, dan metode pemberian tugas,sehingga peserta didik tidak terjun langsung mempraktekannya atau peserta didik masih bersifat pasif, sehingga peserta didik kurang mampu untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan realita kehidupan mereka.
Oleh karena itu guru tersebut menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL). CTL adalah sebuah konsep belajar yang dapat memudahkan guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata anak didik dan mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan dunia nyata sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat.
Dengan menerapkan konsep ini maka diharapkan pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik, memiliki semangat belajar yang lebih, dan peserta didik juga mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)inidapatmelatih peserta didik untuk memiliki kemandirian dan mengkontruksi
7Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, D irektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Dan Kementerian dan Kebudayaan, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2017), hlm.10.
pengetahuannya sendiri.Sedangkan peserta didikhanyaberperan sebagai fasilitator dan mengarahkan siswa. Sehingga kesan negatif yang ada pada peserta didikdapat diubah menjadi pesan positif.8
Pembelajaran yang dilakukan di atas adalah pembelajaran dengan menerapkan model kontekstual.Dalam model ini, kelas berfungsi sebagai tempat berdiskuasi hasil penemuan lapangan.Akhir-akhir ini pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang. Berbeda dengan model-model yang telah di bicarakan sebelumnya, Contextual Teaching and Learning (CTL)merupakanmodel yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa dengan topic yang akan dipelajari. Belajar dalamContextual Teaching and Learning (CTL) adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek dan juga psikomotorik. Belajar melaluiContextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan siswa dapat ditemukan sendiri materi yang di pelajarinya.9
Model Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada pesrta didik. Model pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk belajar lebih aktif dan bermakna yaitu dengan menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik untukmenghunbungkannya dengan pengetahuan yang dimilikinya dan
8 Observasi, Senin,18 januari 2021.
9 Wina Sanjaya, Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan( Jakarta ,Prenadamedia Group, 2016), hlm. 254
penerapannya dalam kehidupan siswa. Dengan menggunakan konsep ini, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik.Sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik, bukan dalam bentuk transfer pengetahuan dari pendidik ke peserta didik. Namun, pembelajaran lebih mengarah kepada student center learning.10
ModelContextual Teaching and Learning (CTL)dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.Diantaranya pada mata pelajaran fiqih. Mata pelajaran fiqih merupakansalah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diajarkan pada madrasah dengan tujuan agar dapat mengamalkan ajaran islam dengan baik dan benar,baik berupa ajaran ibadah maupun muamalah melalui kegiatan pembelajaran, bimbingan dan latihan.11Salah satunya yaitu pada materi tentang shalat yang harus dipelajari peserta didik, karena materi tersebut sangant berkaitan erat dengan kehiduan sehari-hari peserta didik. Penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) akan sangat cocok untuk digunakan pada materi tersebut sehingga peserta didik dapat lebih memahami pelajaran yang diajarkan.
Beberapa peserta didik kels V MI tersebut masih belum memahami pelajaran Fiqih dan belum mampu untuk menerapkan materi pelajaran tersebut dalam kehidupannya sehari hari. Adapun alternatif yang dapat diterapkan pendidik untuk memecahkan masalah prestasi belajar peserta
10 Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), hlm. 41
11 Ahmad Falah, Buku Daros Materi Dan Pembelajaran Fikih MTs-MA, (Kudus: STAIN Kudus, 2009), hlm. 2
didik pada mata pelajaran fiqih tersebut yaitu menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).Model Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu pendidik untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan keadaan alam sekitarnya atau lingkungannya.12Karakteristik model Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran dalam proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, tapi untuk diyakini dan diterapkan, mempraktikkan pengalaman dalam kehidupan nyata, dan melakukan refleksi terhadap modelpengembangan pengetahuan.13Dalam kelas yang menerapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL).Dengan demikian, adanya modelContextual Teaching and Learning (CTL) memberikan kepada peserta didik untuk lebih giat dan aktif dalam meningkatkan prestasi belajar, sehingga diharapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL)ini mampu mempengaruhi prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MI Nurul Iman Ujan Rintis.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian
“Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teachingand Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fiqih Kelas V
12 Untung Saung, Jurnal: Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Di SDN Tembok Dukuh IV/86 Surabaya, Vol. 02, No. 01, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2014), 2.
11 Ahmad S
13 Ahmad Susanto, Pengembangan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), hlm. 96.
Di MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah”
B. Rumusan Masalah dan batasan masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas V di MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok?
2. Batasan Masalah
a. Penerapan ModelPembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
b. Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fiqih Kelas V Di MI Nurul Iman Ujan Rintis
c. Siswa yang diteliti pada penelitian ini adalah kelas V MI Nurul Iman Ujan Rintis
d. Yang diteliti dari subjek pada penelitian ini yaitu Pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar siswa Pada Pembelajaran Fiqih Kelas V Di MI Nurul Iman Ujan Rintis
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
“Pengaruh Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Fiqih Kelas V Di MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah”
2. Manfaat
a. Manfaat Teoretis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan memperkaya bidang literasi untuk mendapatkan reprensi, khususnya kajian mengenai Model pembelajaranContextual TeachingandLearning(CTL)pada pembelajaran Fiqih.
b. Manfaat Praktis
1) Manfaat penelitian bagi pendidik, yaitu:
Untuk bahan pertimbangan bahwa model pembelajaranContextual TeachingandLearning(CTL)dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan membantu pendidik dalam melaksanakan pemebelajaran dengan efektif.
2) Manfaat penelitian bagi peserta didik, yaitu:
Dengan adanya penelitian ini dengan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).para siswa bisa termotivasi, tidak cepat jenuh dan bosen dalam belajar,memberikan pengalaman baru kepada siswa agar terdorong dan terlihat aktif dalam proses pembelajaran,selain itu memudahkan siswa dalam memahami konsep materi yang diajarkan dan menjadikan peserta didik menjadi lebih
bersemangat dan aktif sehingg perestasi belajar dapat meningkat menjadi lebih baik sesuai dengan yang ingin dicapai. serta bias tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yaitu mampu menguasai ranah dalam pendidikan kognitif, afektif dan psikomotorik.
3) Manfaat penelitian bagi peneliti, yaitu:
Dapat menambah pemahaman peneliti mengenai model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
D. Defenisi Oprasional
Untuk menghindari kesalapahaman bentuk judul penelitian tersebut, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terterdapat dalam judul di atas sebagai berikut:
1. Model pembelajaran
Dalam penelitian ini adalah pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial berpungsi sebagai bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akandigunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dengan kegiatan pembelajaran dan pengelolaaan kelas14. Dalam penelitan model pembelajaran yang digunakan, yaitu Contexstual Teaching and Learning (CTL).
2. Contexstual Teaching AndLearning (CTL)
Contexstual Teaching AndLearning (CTL)adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta
14Syarif Sumantri, Model Pembelajaran: Teori dan Pratik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm.82.
didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.15Adapun pembelajaran kontekstual yang dimaksud adalah dimana siswa dan guru saling bekerjasama siswa lebih aktif untuk memperoleh informasi tentang apa yang dipelajari, guru hanya sebagai pembimbing dan pendorong bagi siswa dalam pembelajaran
3. Perestasi belajar siswa
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang.Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.16 Yang dimaksud prestasi belajar oleh peneliti adalah kemampuan kognitif yang dicapai oleh para peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learnung (CTL). Dalam hal ini hasil belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan siswa untuk mengetahui aplikasi secara langsun mengenai mater fiqih dalam kehidupan sehari hari yang termasuk dalam ranah kognitif
15 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Kalam Mulia 2012), hlm. 255
16Eva Nauli Thaib, Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Kecercadasan Emosional, (Jurnal Ilmiah Didatika : 2013), hlm. 387.
BAB II
Kajian Pustaka dan Hipotesis Oprasional 1. Kajian Pustaka
a. Model Pembelajaran
1). Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono dalam Syarif Sumantri menyatakan:
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang di gunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran dan pengeloalaan kelas.Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas.17
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan mengepresikan ide. Model pembelajaran berpungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial berpungsi sebagai bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Dalam proses banyak model pembelajaran yang dipilih sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru. Macam-macam model pembelajaran antara lain: Model pembelajaran kontestual,
17Syarif Sumantri, Model Pembelajaran: Teori dan Peraktik Di Tingkat Pendidikan Dasar,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 116
Model pemelajaran koopratif, model pembelajaran Quantum, Model pembelajaran Berbasis masalah (PBL), Model pembelajaran langsung, dan lain sebagainya.
Adapun pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 dalam Rusman, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.18
Sedangkan menurut Syaiful Sagala dalam Ramayulis,
pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.19
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi komunikasi antara sumber belajar, guru dan siswa.
18 Rusman, Pembelajaran Tematik terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), hlm. 21.
19 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 338-339
Interaksi komunikasi tersebut dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2). Ciri –Ciri Model Pembelajaran
a) Sebagai perbaikan suatu pembelajaran yang kurang efektif b) Memiliki tujuan yang ingin di capai
c) Mempunyai dampak yang berlagsung media 3). Model Dasar Dalam Pembelajaran
a) Merancang bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran b) Memilih teknik dan taktik agar pembelajaran berlangsung
dengan baik sesuai tujuan
c) Mempersiapkan model untuk menyesuaikan antara metide yang di gunakan20
b. Contextual Teaching And Learning (CTL)
1). PengertianContextual Teaching and Learning (CTL)
Contekstual Teaching And learning (CTL) dalam bahasa indonesia adalah pembelajaran kontekstual. Konekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna.21
Ada berapa ahli pengertian pembelajaranContextual Teaching And Learning (CTL) yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:
20Ibid., hlm. 339
21Nurhadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK (Malang: UNM Prass 2004), hlm. 15
a) Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
b) PembelajaranContextual Teaching And Learning (CTL)adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, soalnya, dan budayanya.22
PembelajaranContextual Teaching And Learning(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari- hari.23
Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
22Ramayulis , Metodologi Pendidikan Agama Islam,( Jakarta:kalam mulia 2012), hlm. 255
23Ibid.,hlm.41
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.24
Jadi, dari devinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Contexstual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses kontruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2). Perinsip model Contextual Teaching And Learning (CTL)
Contextual Teaching And Learning (CTL) sebagai suatu model pembelajaran memiliki tujuh prinsip, yaitu:
a) Konstruktivisme
Menurut Syarif Sumantri:
Konstruktivisme yakni mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan atau ketrampilan barunya.25Konstruktivisme merupakan landasan filosofis untuk pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu bahwa
24Ibid.,hlm.18
25 Syarif Sumantri, Model pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar,
…, hlm. 102.
pengetahuan di bangun oleh manusia (siswa) sendiri secara bertahap yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong- konyong.26
b) Menemukan (Ingkuiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari Contextual Teaching and Learning (CTL), melalui upaya menemukan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan- kemampuan lain yang diperlukan bukan hasil menemukan sendiri.kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya untuk menemukan telah lama diperkenalkan dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan menemukan). 27 Bisa dikatakan inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.28
c) Bertanya (Questioning)
Bertanya (questioning) yakni mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Melalui proses bertanya,siswa akan mampu menjadi pemikir yang
26 Sutarja Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter: Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan pembelajaran Afektif, … , hlm.91-92.
27Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 194.
28Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran, Nilai-Nilai Karakter: Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Afektif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.93.
handal dan mandiri.29Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari ingintahuan setiap individu;
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.30
d) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar (learning community) yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok).Hasil belajar diproleh dari sharing antarteman, antarkelompok dan anta yang tahu ke yang belum tahu.31
e) Permodelan (modelling)
Menurut sutarjo Adisusila permodelan (modeling) yang dimaksud dengan asas modelling adalah:
Proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai cotoh yang dapat ditiru oleh siswa.Dalam pendidikan Contextual Teaching and Learning (CTL), pendidik (guru) bukan satu-satunya model.Model dapat dirancang, dengan melibatkan siswa. Seseorang siswa bias ditunjuk untuk memberi contoh temannya.Modelling merupakan asas yang cukup prnting dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sebab melalui modeling siswa dapat yang terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadi verbalisme.32
f) Refleksi (Reflection)
Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa
29Syarif Sumantri, Model Pembelajaran: Teori Dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 103.
30Ibid., hlm.94
31Ibid, hlm. 103
32Ibid, hlm.96-97
yang baru terjadi atau baru saja dipelajari.33
Sutarjo Adisusilo Menyatakan bahwa refleksi adalah:
Proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari, yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dengan adanya refleksinya, siswa merespons terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterimanya.34 g) Penialaian Sebernarnya (Authentic Assement)
Tahap akhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakuakan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL). Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.35
3). Langkah-langkah model Contextual Teaching and Learning (CTL) Penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam kelas secara garis besar langkah-langkahnya:
a). Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
b). Menyajikan informasi masalah tersebut dan mendiskusikannya dengan temannya. Pada langkah ini komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)yang muncul adalah menemukan masalah dan
33Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 197
34Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter: Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajawali PERS, 2012, hlm.97.
35Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, …, hlm.197.
bertanya.
c).Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar. Setelah siswa memahami masalah yang diberikan, siswa diminta menyelesaikan masalah, komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)yang dilakukan adalah kontruktivismemasyarakat dan belajar.
d). Membimbing kelompok bekerja dan belajar
e). Evaluasi adalah penilaian autentik ( saat ini siswa menampilkan hasil karyanya dan langkah-langkah hasil pengerjaannya di depan guru, siswa, menyimpulkan apa yang telah dipelajari dari masalah yang diangkat.
f). Refleksi di akhir pembelajaran siswa diminta member komentar tentang pembelajaran yang dilakukan.36
c. Perestasi Belajar
1) Pengertian Perestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “Prestasic” yang berarti hasil usaha.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia prestasi belajar didefinisikan sebagai hasil penilaian yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.Prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang pada saat melakukan kegiatan.37
Prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari pembelajaran setelah dinilai dan dievaluasi.38Prestasi juga dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara personalatau kelompok. Sehingga prestasi tidak akan pernah didapatkan oleh seseorang jika tidak melakukan kegiatan.39
Karna belajar merupakan suatu proses maka Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran. Belajar merupakan
36 Syarif Sumantri, Model Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: Rajawali Pers,2015), hlm. 104.
37Darmadi, Pengembangan Model& Metode Pembelajaran Dalam Dinamika BelajarSiswa, hlm.300.
38Helmawati, Pendidikan Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),hlm. 205
39Hamdani, Model Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 137
suatu kewajiban bagi peserta didik. Berhasil atau tidaknya seorang peserta didik dalam pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik tersebut.40
Jadi, hasil pengertian prestasi belajar anak di atas adalah suatu prestasi yang diinginkan oleh peserta didik dalam mencapai tujuan tersendiri dalam proses belajar berlangsung didalam kelas.
2). Faktor-Faktor Perestasi Belajar
a).Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan kedalam faktor intern yaitu kecerdasan atau intelegensi, minat, bakat, dan motivasi.
b).Faktor ekstern Adapun faktor-faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya diluar diri siswa yaitu: keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
3). Jenis – Jenis Prestasi Belajar
Pada hakikatnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar peserta didik, yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa.41
Menurut pendapat W.S Winkel dalam buku psikologi yang membahas tentang teori taksonomi menurut B. S Bloom,
40Hamdani Hamid, Pengembangan Sistem Pendidikan Di Indonesia,(Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm.139.
41 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, hlm 150.
dikemukakan mengenai teori B. S Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar peserta didik diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektik dan psikomotorik. Dalam proses belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tigkat keberhasilan peserta didik dalam menerima hasil pembelajaran atau kecapaian peserta didik dalam penerimaan pembelajaran.
Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian peserta didik dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka untuk lebih spesifiknya, penulis akanmenguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori B. S Bloom berikut:
a). Cognitif Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku- perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir. B. S Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian:
Bagian pertama adalah berupa pengetahuan (kategori 1) dan kedua berupa kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
(1). Pengetahuan (Knowledge) berisikan kemampuan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta- fakta, gagasan, pola, urutan, metodelogi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
(2). Pemahaman (Comprehension) Pemahaman didefiniskan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang sudah dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.
(3). Aplikasi (Application) Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya.
(4). Analisi (Analysis) Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sebagai struktur keseluruhan organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubunhanya, dan mampu mengenaserta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
(5). Sintesis ( Synthesis) Sintesis didefinikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru.42Sintesis satu tingkat diatas analisa. Seseorang ditingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang
42 W.S. Winkel , Psikologi Pengajaran , ( Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-4, hlm. 247.
sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasiyang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
(6). Evaluasi (Evaluation) Evaluasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi dikenaldari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodelogi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastika nilai efektifitas atau manfaatnya.
b). Affektive Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hal belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:
(1) Penerimaan (Receiving/Attending) Penerimaan mencangkup kepekaan akanadanya suatu perangsang dan kesedian untuk memperhatikan rangsangan itu. Seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
(2). Tanggapan (Responden) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada dilingkunganya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalm memberikan tanggapan.
(3) Penghargaan (Valuling) Penghargaan atau penilaian
mencangkup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batinya.
(4). Pengorganisasian (Organization) Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik diantaranya, dan membentuk suatu sistem yang konsisten. Diantaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.Pengorganisasian juga mencangkup untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, nama yang tidak begitu pentimg.44
(5). Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkahlakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya sendiri.43 c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilanmotorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf dalam buku psikologi pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut motorik karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat, dan persendian, sehingga keterampilan benarbenar berakar pada kejasmanian.Orang yang memiliki keterampilan
43Ibid, hlm.256.
motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu.Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan. Automatisme yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan mudah, lancar dan cepat tanpa harus diseetai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.
4). Fungsi Prestasi Belajar
Ada beberapa fungsi utama prestasi belajar yaitu:
(a).Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
(b). Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, termasuk kebutuhan peserta didik dalam suatu program pendidikan.
(c).Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inivasi pendidikan.
(d).Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
(e). Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik.Dapat disimpulkan bahwa fungsi prestasi bukan saja sebagai indikator suatu keberhasilan pengetahuan peserta didik saja, tetapi prestasi juga dapat berfungsi sebagai penunjang keberhasilan suatu institusi pendidikan. Sekolah dikatakan berkualitas jika
prestasipeserta didik tinggi dan baik.44 2. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dibahas di atas, maka adanya kaitan yang sangat erat antara model pembelajaran yang diterapkan dan hasil belajar yang diperoleh.model pembelajaran yang baik akan lebih meningkatkan minat siswa untuk tetap memperhatikan ataupun mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. Salah satu contoh model pembelajaran adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Model pembelajaranContextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang mengkaitkan kehidupan sehari-hari dengan materi yang sedang dibahas, sehingga siswa menjadi lebih memahami dan juga mudah mengingat terhadap materi yang sedang disampaikan. Dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), siswa juga dapat mengetahui manfaat dalam kehidupan sehari-hari dari materi pelajaran yang dipelajarinya.
Saat pelajaran berlangsung, guru harus pandai dalam menyampaikan materi agar menarik.Selain itu guru juga harus mencari kaitan antara materi yang sedang disampaikannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mengetahui manfaat yang diperoleh dari mempelajari materi tersebut. Penyampaian yang menarik, akan menumbuhkan rasa keingin tahuan siswa untuk terus mengeksplorasi materi yang ada, sehingga siswa dapat terus
44 Zainal,Arifinpenelitian pendidikan,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012).hlm . 12
mengembangkan materi yang disampaikan. Selain itu siswa juga menjadi terdorong semangatnya karena tertarik untuk mempelajari sesuatu yang ada relevansinya dengan kehidupannya sehari-hari.
Model pembelajaran yang diterapkan erat kaitannya dengan hasil belajar yang diperoleh kelak. Guru memiliki peranan yang penting dalam proses belajar mengajar, maka guru juga memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu guru harus dapat menunjukkan betapa pentingnya materi yang sedang dipelajari dan juga manfaatnya bagi kehidupan sehari- hari.Dengan demikian penyampaian guru juga menjadi lebih menarik, tidak monoton sehingga diharapkan dapat memberikan suasana kelas yang lebih hidup dan siswa yang aktif kreatif. Siswa yang aktif cenderung akan memiliki hasil belajar yang baik. Hasil pembelajaran yang baik adalah sesuatu yang diharapkan dari proses pembelajaran.
Oleh karena itu, seorang guru harus menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching ang Learning (CTL), terutama dalam mata pelajaran fiqih.
Dari uraian diatas dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut:
Model Pembelajaran (CTL)
Prestasi Belajar
Kerangka pikir penelitian judul “Pengaruh Model Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran fiqih Kelas V MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah.”
3. Hispotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata “hypo” berarti kurang atau lemah dan
“tesis” atau “theis” berarti teori yang disajikan sebagai bukti. Jadi hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataanya.45
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara mengenai rumusan masalah penelitian.Dikatakan sementara karena jawaban yang Diberikanmasihberdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.Jadi hipotesis juga dapat dikatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan, belum jawaban yang empiris.46 ModelContextual Teaching and Learning (CTL) (X) Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih (Y) Sebelum Perlakuan (Pretest) Setelah Perlakuan (Posttest).
Adapun hipotesis dari penelitian ini dinyatakan sebagai berikut : a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara model
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas V di
45Nurgiantoro.Burhan, Penelitian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta:BPFE, 1987), hlm. 23
46Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, 2014),hlm.
99
MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah
b. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas V di MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah.
BAB III
METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu dalam kondisi yang terkendali.Ciri khas penelitian eksperimen adalah menguji secara langsung suatu variabel terhadap variabel yang lain.47Penelitian eksperimen adalah penelitian untuk menguji sebab akibat antar variabel melalui langkah manipulasi, pengendalian, dan pengamatan.48
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian Berdasarkan judul dan jenis permasalahan yang dibahas, maka pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui49.Pada dasarnya penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif-induktif,
47 Nana Syaodih Sukmudinata, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 129
48Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta; Prestasi Pustaka Publishci, 2012), hal. 194
49Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta; PT Rincka Cipta, 2004), hal. 105
artinya pendekatan yang berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan beserta pemecahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan50.
Metode penelitian kuantitatif dapat di artikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan.51
2. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik sebuah kesimpulan52.Dengan demikian populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada subjek atau objek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki.Orang-orang lembaga, organisasi, benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi.Anggota populasi yang terdiri atas
50Ahmad Tahfidz, Metodologi Penelitian Praktis.,., hal. 63
51 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 119.
52Ibid., hlm. 80
manusia biasa disebut subjek penelitian, sedangkan populasi yang selain manusia disebut objek penelitian.
Populasi dapat berupa: guru, peserta didik, kurikulum, fasilitas, lembaga sekolah, hubungan sekolah dan masyarakat, karyawan perusahaan, dan sebagainya.Dalam penelitian ini, populasi yang diambil oleh peneliti adalah keseluruhan siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah Tahun ajaran 2020/2021 berjumlah 165 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data dari sebagian populasi yang digunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.Sedangkan menurut Bairley dalam bukunya Bambang Prasetyo dan Lina MIftahul Jannah bahwa “sampel merupakan bagian populasi yang ingin diteliti.
Oleh karena itu sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri 53 .Teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan apabila jumlah populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
53 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 119.
Mengingat jumlah siswa kelas V di MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah 35 orang, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, akan tetapi mengsmbil secara keseluruhnya, sehingga peneliti ini disebut penelitian ini disebut penelitian sampel populasi. Hal ini sesuai dengan Pendapat Suharsimi Akurinto yang menyatakan bahwa untuk sekedar pendapat unsur-unsur maka apabila subyeknya 100, maka lebih baik diambilsemuanya sehingga penelitiannya merupakan penilitian sampel populasi.penelitian.Selajutnya jika jumlah subyeknya besar, maka dapat diambil antara 10;15% atau 20 ;25% atau lebih54
Tabel. 2.1 Banyak Siswa Kelas V Laki-Laki Perempuan
16 19
3. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah pada dilakukan selama 4 Bulan dimulai dari Bulan Februari, maret, April dan Mei Tahun 2021
54 Suarsimi Arkunto,Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA ,2013),hlm.28
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di MI Nurul Iman Dusun Ujan Rintis Desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah
4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Independent (variabel bebas) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent (bebas) adalah Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
b. Variabel Dependent (variabel terikat) Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Yang menjadi variabel dependent dalam penelitian ini adalah perestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul ImanUjan rintis dalam mata pelajaran fikih.
5. Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian, maka terlebih dahulu menentukan suatu metode. Yang dimaksud adalah suatu cara yang digunakan dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah
penelitian kuantitatif yang bersifat statistic deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah pengumpulan data yang terbentuk data dengan bilangan atau angka.55
6. Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah suatu alat yang digunakan untuk memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama. Menyusun instrumen penelitian dapat dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya.Pemahaman terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir instrumennya.
a) Observasi ( pengamatan)
Supardi mengungkapkan bahwa “pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala- gejala yang diselidiki.56
Ada beberapalangkah dalam pengamatan yang baik agar memperoleh data yang refresentatif yaitu:
1) Memiliki pengetahuan dan menentukan akan diobservasi
2) Menyelidiki tujuan penelitian, kejelasan tujuan penelitian akan mempermudah apa yang harus diobservasi
55 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta 2016), hlm. 7
56 Supriadi, Metodologi Penelitian (Mataram: Yayasan Cerdas Pres, 2006), hlm. 88