• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG

SISI DATAR KELAS VIII DI SMPN 2 PANTI TAHUN PELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi Tadris Matematika

Oleh:

Dinda Alvina Roikhatul Jannah T20187030

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG

SISI DATAR KELAS VIII DI SMPN 2 PANTI TAHUN PELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi Tadris Matematika

Oleh:

Dinda Alvina Roikhatul Jannah T20187030

Disetujui Pembimbing

Fikri Apriyono, S.Pd. M.Pd NUP: 2001048802

(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG

SISI DATAR KELAS VIII DI SMPN 2 PANTI TAHUN PELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Matematika

Hari: Kamis Tanggal: 23 Juni 2022

Tim Penguji Ketua

Dr. Indah Wahyuni, M.Pd.

NIP. 198003062011012009

Sekretaris

Anas Ma’ruf Annizar, M.Pd.

NIP. 199402162019031008 Anggota:

1. Dr. Arif Djunaidi, M.Pd. ( )

2. Fikri Apriyono, S.Pd, M.Pd. ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I

(4)

MOTTO













Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(QS. Al-„Alaq 96: Ayat 5)1

1 Muhammad Taqi-Ud-Din dan Muhammad Muhsin Khan, The Noble Qur’an, (Madinah:K.S.E), 842

(5)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia- Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ummi Kiptiyah dan Abi Masrur, Kedua Orang Tua yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dukungan yang tiada hentinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, memberi pendidikan terbaik dengan keterbatasan yang ada, mengalirkan doa untuk kebahagiaan putra-putrinya di dunia maupun di akhirat. Semoga secuil kemenangan saat ini dapat menjadi sedikit penawar rasa lelah dan letih yang beliau rasakan dan tidak pernah beliau utarakan.

Karena saya percaya, ada banyak air mata yang jatuh, ada banyak cucuran keringat perjuangan yang mengalir, serta ada banyak keinginan-keinginan yang tertahan demi saya menuntut ilmu. Untuk hal tersebut, kemenangan ini saya persembahkan untuk Abi dan Ummi tersayang.

2. Bapak dan Ibu guru TK, SD, SMP, SMA hingga PTKIN yang telah mendidik serta menyalurkan ilmu dan perhatiannya dengan tulus dan sabar.

3. Kakak tercinta Mas Ahmad Zainudin, Mas Mambaul Huda, dan Mas M. Ikbal Faris yang telah banyak memberi dukungan.

4. Mbak Bintana Alin Hilwah yang telah banyak menginspirasi memberi harapan baru.

5. Dapil, Manyun, Misnah, Copi, Pupuk, Silau, Amirudin, Faisal, Kunyup, Reka, Dede, Momot, Ndanan, Elok sahabat rasa saudara yang menjadi salah satu support system terbaik di bidangnya masing-masing.

6. Orang-orang baik yang begitu banyak hingga tidak bisa disebutkan satu- persatu yang telah memberikan doa serta kebaikan yang tulus.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga perencanaan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM. selaku Rektor UIN KHAS Jember.

2. Prof. Dr. H. Mukni‟ah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN KHAS Jember.

3. Ibu Dr. Indah Wahyuni, M.Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Sains atas segala nasehat serta bimbingannya.

4. Bapak Fikri Apriyono, S.Pd, M.Pd, selaku Koordinator Program Studi Tadris Matematika UIN KHAS Jember dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengayoman kepada penulis sebagai mahasiswa Tadris Matematika dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran.

5. Segenap Dosen dan seluruh Civitas Akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN KHAS Jember yang telah memberikan pelayanan dengan baik secara administrasi.

6. Kepala SMPN2 Panti Ibu Risa Aries Diana, MR, S.Pd, M.Pd, yang telah memberikan izin kepada penulis, sekaligus membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

7. Guru Matematika serta siswa-siswi SMPN 2 Panti yang telah banyak membantu kelancaran selama penelitian.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini.

Namun kesempurnaan bukanlah milik manusia, melainkan milik Allah SWT.

(7)

semata. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga segala kebaikan Bapak/Ibu yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah SWT.

Jember, 23 Juni 2022

Penulis

(8)

ABSTRAK

Dinda Alvina Roikhatul Jannah, 2022. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMPN 2 Panti Tahun Pelajaran 2021/2022.

Kata kunci: Numbered Heads Together (NHT), Problem Based Learning (PBL), Keaktifan Belajar Matematika Siswa.

Yang melatarbelakangi penelitian ini adalah dalam pembelajaran tidak sedikit yang masih menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan komunikasi satu arah sehingga menyebabkan siswa bosan, cenderung pasif dan mengakibatkan pada rendahnya keaktifan siswa. Salah satu upaya mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan perbaikan proses pembelajaran melalui penerapan kolaborasi model pembelajaran NHT dan PBL.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: 1) mendeskripsikan keaktifan belajar siswa kelas VIII yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan PBL pada materi bangun ruang sisi datar di SMPN 2 Panti. 2) mendeskripsikan keaktifan belajar siswa kelas VIII yang tidak diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan PBL pada materi bangun ruang sisi datar di SMPN 2 Panti. 3) mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan PBL terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Panti.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quasy Eksperimen Design dengan desain The Nonequivalent Post-test Only Control Group Design dan pendekatan penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu angket dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Dalam analisis inferensial telah dilakukan uji prasyarat analisis (uji normalitas dan uji homogenitas), serta uji hipotesis dengan uji-t. Total populasi sebanyak 191 siswa dengan jumlah sampel 65 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 3 kali pertemuan tatap muka.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan: 1) keaktifan belajar matematika siswa kelas eksperimen dengan sampel 33 siswa diperoleh nilai terendah 81; nilai tertinggi 106; mean 93,87. Adapun persentase tingkatan keaktifan belajar siswa, yaitu 24%

kategori keaktifan belajar sangat tinggi (8 siswa), 73% kategori keaktifan belajar tinggi (24 siswa), dan 3% kategori keaktifan belajar sedang (1 siswa). 2) keaktifan belajar matematika siswa kelas kontrol dengan sampel 32 siswa diperoleh nilai terendah 67;

nilai tertinggi 99; mean 85,87. Adapun persentase tingkatan keaktifan belajar, yaitu 13%

kategori keaktifan belajar sangat tinggi (4 siswa), 53% kategori keaktifan belajar tinggi (17 siswa), 31% kategori keaktifan belajar sedang (10 siswa), dan 3% kategori keaktifan belajar rendah (1 siswa). 3) Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan uji-t, dan pada taraf signifikan 5% atau ( dengan arti terdapat perbedaan yang signifikan antara keaktifan belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan PBL terhadap keaktifan belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMPN 2 Panti Tahun Pelajaran 2021/2022.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

1. Variabel Penelitian ... 11

2. Indikator Variabel ... 12

F. Definisi Operasional ... 13

G. Asumsi Penelitian ... 14

H. Hipotesis ... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Penelitian Terdahulu ... 19

B. Kajian Teori ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 45

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 47

(10)

D. Analisis Data ... 61

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 69

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 69

B. Penyajian Data ... 71

C. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 77

D. Pembahasan ... 84

BAB V PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran-saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 97

(11)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

Tabel 1.1 Indikator Variabel ... 12

Tabel 2.1 Kedudukan Penelitian ... 22

Tabel 2.2 Sintaks (Tahapan) Model Pembelajaran NHT ... 30

Tabel 2.3 Sintaks (Tahapan) Model Pembelajaran PBL ... 32

Tabel 3.1 Desain Penelitian The Nonequivalent Post-test Only Control Group Design ... 45

Tabel 3.2 Data Jumlah Siswa Kelas VIII SMPN 2 Panti ... 46

Tabel 3.3 Kategorisasi Penilaian Lembar Observasi Terhadap Guru ... 48

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Angket Keaktifan Belajar ... 49

Tabel 3.5 Penilaian Ditinjau dari Kesesuaian Pernyataan dengan Indikator ... 50

Tabel 3.6 Skala Likert pada Angket... 53

Tabel 3.7 Skala Likert Lembar Validasi Instrumen ... 55

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Validasi setiap Validator ... 55

Tabel 3.9 Kriteria Penilaian Validasi Total ... 56

Tabel 3.10 Perhitungan Validasi Post-Angket Keaktifan Belajar Siswa oleh Validator Ahli ... 57

Tabel 3.11 Validitas Butir Post-Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 58

Tabel 3.12 Perhitungan Validasi Rancangan Perencanaan Pembelajaran Oleh Validator Ahli ... 59

Tabel 3.13 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen ... 60

Tabel 3.14 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 61

Tabel 3.15 Tingkat Pencapaian Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 63

Tabel 4.1 Rubrik Tahapan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan PBL ... 72

Tabel 4.2 Data Hasil Penelitian Post-Angket Kelas Eksperimen ... 73

Tabel 4.3 Data Hasil Penelitian Post-Angket Kelas Kontrol ... 74

Tabel 4.4 Skor Keaktifan Belajar Siswa Berdasarkan Indikator ... 75 Tabel 4.5 Deskripsi Skor Post-angket Keaktifan Belajar Matematika Siswa

(12)

Kelas Eksperimen ... 77

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Keaktifan Belajar Siswa Post-Angket Kelas Eksperimen ... 78

Tabel 4.7 Deskripsi Skor Post-angket Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 78

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Keaktifan Belajar Siswa Post-Angket Kelas Kontrol ... 79

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 80

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas ... 81

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis ... 82

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 68 Gambar 4.1 T-Tabel ... 83

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matriks Penelitian ... 97

Lampiran 2 Lembar Angket Keaktifan Belajar Matematika Siswa ... 99

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ... 101

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ... 106

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III ... 108

Lampiran 6 Lembar Validasi Hasil Validasi Angket I ... 113

Lampiran 7 Lembar Validasi Hasil Validasi Angket II ... 115

Lampiran 8 Lembar Validasi Hasil Validasi Angket III ... 117

Lampiran 9 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ... 119

Lampiran 10 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ... 122

Lampiran 11 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III ... 125

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian ... 128

Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 129

Lampiran 14 Jurnal Kegiatan Penelitian ... 130

Lampiran 15 Skor per Indikator Kelas Eksperimen ... 132

Lampiran 16 Skor per Indikator Kelas Kontrol ... 133

Lampiran 17 Perhitungan Uji Coba Validitas Instrumen ... 134

Lampiran 18 Uji Reliabilitas Instrumen ... 144

Lampiran 19 Hasil Angket Oleh Responden ... 145

Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian ... 150

Lampiran 21 Biodata Penulis ... 151

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pada dasarnya pernah menerima dan membutuhkan suatu pendidikan. Dengan pendidikan seseorang diharapkan mampu memelihara dan meningkatkan ilmu pengetahuan agar dapat membentuk peserta didik dalam kecerdasannya. Sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional yang berbunyi

“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”2 Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, kerjasama yang saling mendukung antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, matematika merupakan mata pelajaran yang wajib ditempuh pada setiap jenjang pendidikan. Siregar

2 Undang-Undang Republik Indonesia, “Sistem Pendidikan Nasional”, 12 Desember 2021 file:///C:/Users/User/Downloads/2019_11_12-

03_49_06_9ab7e1fa524ba603bc2cdbeb7bff93c3.pdf

(16)

berpendapat bahwa pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang dan mempunyai nilai strategi bagi kelangsungan peradaban.3

Matematika sering disebut sebagai ratu ilmu dikarenakan banyaknya ilmu-ilmu pengetahuan lain yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. Sholihah dan Mahmudi juga menyatakan bahwa hampir semua kegiatan manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan matematika.4 Dilihat dari sudut pengklasifikasian bidang ilmu pengetahuan, matematika termasuk ke dalam ilmu-ilmu eksakta yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada hafalan. Namun ironisnya matematika termasuk pelajaran yang tidak disukai banyak siswa. Bagi mereka pelajaran matematika cenderung dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang diminati.

Melihat dari tujuan pendidikan, guru diharuskan memiliki cara yang tepat dalam mendidik siswa melalui pembelajaran yang berlangsung setiap harinya. Ketika metode yang digunakan sudah tepat maka pembelajaran bisa berlangsung dengan baik dan tujuan pembelajaran tercapai. Ketika guru memilih metode yang salah maka akan berakibat fatal pada ketercapaian tujuan pembelajaran. Shoimin mengemukakan bahwa pertimbangan dari pemilihan metode yang dilakukan oleh guru adalah memberi kemudahan bagi

3 Yani Windra, Jafar, La Arapu, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”, Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika 8, no. 3 (2020)

4 Rika Sepriani, “Kemampuan Pemahaman Konsep Pada Materi Garis dan Sudut”, MAJU 8, no. 1 (2021)

(17)

siswa untuk memahami pelajaran ditentukan oleh situasi dan kondisinya.5 Namun pada kenyataannya selama ini pembelajaran di Indonesia tidak sedikit yang masih menggunakan proses pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning) dan belum berpusat siswa (Student Centered Learning). Terlebih pada mata pelajaran matematika, dimana masih banyak yang menggunakan model pembelajaran yang berpusati pada guru. Guru menjelaskan materi pelajaran, memberikan contoh soal dan latihan soal.

Sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru tanpa adanya peran aktif dari siswa. Proses pembelajaran seperti ini kurang menyenangkan dan menyebabkan siswa bosan sehingga cenderung pasif dan mengakibatkan pada rendahnya keaktifan siswa yang disebabkan oleh cara mengajar guru yang masih menggunakan komunikasi satu arah dimana guru bertindak sebagai pemberi ilmu pengetahuan sedangkan siswa dianggap sebagai penerima ilmu pengetahuan yang pasif.

Sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya dengan mengkolaborasikan model pembelajaran yang biasa digunakan dengan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa, sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton dan biasa-biasa saja. Salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa ialah dengan melakukan perbaikan proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL).

5 Kezia Rikawati dan Debora Sitinjak, “Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa dengan Penggunaan Metode Ceramah Interaktif”, JEC 2, No. 2 (2020)

(18)

Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan varian dari diskusi kelompok.

Dalam sintaksnya NHT merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mengondisikan siswa untuk berpikir bersama secara berkelompok dimana masing-masing siswa diberi nomor dan diberi kesempatan yang sama dalam menjawab permasalahan yang diajukan oleh guru melalui pemanggilan nomor secara acak.6 Maka dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dilatih untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah bersama-sama. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak ada siswa yang dominan mengerjakan sedangkan anggota yang lain cuma melihat karena dalam pembelajaran ini setiap siswa harus aktif dalam kelompoknya.

Ward menyatakan Problem Based Learning (PBL) sebagai suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk menyelesaikan masalah. Duch mengemukakan bahwa Problem Based Learning (PBL) sebagai model pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.7 Berkaca pada sintaks, model pembelajaran NHT dan PBL dapat memberdayakan setiap anggota dalam

6 Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika (Bandung: PT Refika Aditama, 2017), 44

7 Lestari dan Yudhanegara, Penelitian, 42

(19)

kelompok untuk bekerjasama mencari solusi dari permasalahan yang disajikan dengan teman sekelompoknya.

Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 19, ayat 1 yang berbunyi: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisi aktif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.8 Menurut kamus besar bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja atau berusaha) sedangkan keaktifan adalah hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.9 Guru diharuskan bisa mencari cara untuk meningkatkan keaktifan siswa karena keaktifan merupakan motor dalam kegiatan belajar. Sardiman berpendapat bahwa keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.10 Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan mampu mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri. Siswa akan aktif membangun pemahaman atas segala persoalan yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Rousseau menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses pembelajaran tidak akan terjadi.

Maka segala hal pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatannya sendiri,

8 Undang-Undang Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia”, 8 Desember 2021, https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2005/19TAHUN2005PP.HTM

9 Sinar, Metode Active Learning Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar (Yogyakarta:

Deepublish 2018), 8

10 Sinar, Metode, 9

(20)

pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, melalui fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknik.11

Berdasarkan hasil pra observasi di lapangan oleh peneliti di salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Kabupaten Jember, yaitu SMPN 2 Panti merupakan sekolah menengah pertama yang terbilang baik secara kualitas dan kuantitas di Kabupaten Jember. Meskipun demikian, sekolah tersebut memiliki siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam.

Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu guru matematika di SMPN 2 Panti, keaktifan belajar matematika siswa saat ini tergolong masih sangat rendah dikarenakan pandemi pada tiga semester pembelajaran sebelumnya menggunakan sistem pembelajaran daring. Terlebih dengan penggunaan metode ceramah saat ini yang mana hanya berpusat pada guru sehingga siswa cenderung pasif dan mengakibatkan pada rendahnya keaktifan belajar matematika siswa. Keadaan inilah yang pada akhirnya menyebabkan semakin tidak efektif dan efesien kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu yang mengalaminya dimana hal tersebut akan menyebabkan kurang maksimalnya hasil belajar sehingga prestasi siswa pun kurang atau di bawah standar rata- rata.

Berkaca dari pemaparan permasalahan tersebut, maka peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) Terhadap Keaktifan Belajar

11 Sinar, Metode, 10

(21)

Matematika Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII di SMPN 2 PANTI” karena ketika akan meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa diperlukan pula model pembelajaran yang sesuai dan tepat untuk digunakan dalam berlangsungnya proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Penelitian untuk bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dalam penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar matematika siswa. Secara terperinci, rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaaan penelitian berikut:

1. Bagaimana keaktifan belajar siswa kelas VIII yang diberi perlakuan (Treatment) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) pada materi bangun ruang sisi datar di SMPN 2 Panti Tahun Pelajaran 2021/2022?

2. Bagaimana keaktifan belajar siswa kelas VIII yang tidak diberi perlakuan (Treatment) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) pada materi bangun ruang sisi datar di SMPN 2 Panti Tahun Pelajaran 2021/2022?

3. Adakah pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII di SMPN 2 Panti Tahun Pelajaran 2021/2022?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan keaktifan belajar siswa kelas VIII yang diberi perlakuan (Treatment) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) pada materi bangun ruang sisi datar di SMPN 2 Panti Tahun Pelajaran 2021/2022.

2. Untuk mendeskripsikan keaktifan belajar siswa kelas VIII yang tidak diberi perlakuan (Treatment) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) pada materi bangun ruang sisi datar di SMPN 2 Panti Tahun Pelajaran 2021/2022.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII di SMPN 2 Panti Tahun Pelajaran 2021/2022.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan peneliti tentang dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika yang berupa mengetahui pengaruh Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi

(23)

datar dan juga dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki peneliti dalam melaksanakan pembelajaran yang baik dan tepat di sekolah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi UIN Jember

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pendidikan dan juga dapat dijadikan sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa yang ingin mengkaji lebih lanjut terkait pengaruh Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar.

b. Bagi Lembaga Sekolah

Dalam hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pembaca terkait pengaruh Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar dan juga dapat menjadi bahan evaluasi bagi lembaga sekolah lain terkait pengaruh Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar.

c. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan guru mata pelajaran matematika mampu memilih model pembelajaran yang tepat, sehingga dengan

(24)

keaktifan siswa yang diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

d. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini peneliti dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar matematika siswa serta dapat memberikan suatu inspirasi dalam memilih model pembelajaran yang baik sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa.

e. Bagi Konsistensi Siswa/Peserta Didik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik mampu meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika.

f. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pembaca terkait dunia pendidikan matematika yaitu pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar.

(25)

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas (x) dan variabel terikat (y). Haqul dalam Nasution berpendapat bahwa variabel dibedakan ke dalam dua jenis dari segi perannya, yaitu:12

a. Variabel Independent (mempengaruhi), variabel ini sering disebut variabel bebas (X). Variabel independent (mempengaruhi) ialah variabel yang berperan memberi pengaruh kepada variabel lain.13 Variabel bebas atau variabel x merupakan variabel yang dilihat sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya.

Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL).

b. Variabel Dependent (terpengaruh) atau sering disebut variabel terikat (Y). Variabel dependent (terpengaruh) merupakan variabel yang dijadikan sebagai faktor yang dipengaruhi oleh satu atau beberapa variabel lain.14 Variabel terikat atau variabel y merupakan variabel (akibat) yang dipradugakan yang bervariasi mengikuti perubahan dari variabel-variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu keaktifan belajar matematika siswa.

c. Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan, dimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi

12 Sangkot Nasution, Variabel Penelitian, RAUDHAH 5, no. 2 (2017)

13 Sangkot Nasution, Variabel

14 Sangkot Nasution, Variabel

(26)

oleh faktor luar yang diteliti.15 Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu materi pelajaran sama, kemampuan guru sama, penilaian dan alat evaluasi yang sama.

2. Indikator Penelitian

Setelah variabel penelitian terpenuhi kemudian dilanjutkan dengan mengemukakan indikator-indikator variabel yang merupakan rujukan empiris dari variabel yang diteliti. Indikator empiris ini nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam membuat butir-butir atau item pertanyaan dalam angket, wawancara, tes dan observasi.16 Adapun indikator variabel dalam penelitian ini yaitu:17

Tabel 1.1 Indikator Variabel

No. Variabel Indikator Variabel

1 Numbered Heads Together (NHT)

a. Numbering (dibentuk kelompok dan pemberian nomor)

b. Questioning (diberikan permasalahan)

c. Heads Together (memecahkan permasalahan secara bersama- sama)

d. Call Out (pemanggilan nomor secara acak)

e. Answering (penyampaian hasil permasalahan)

2 Problem Based Learning (PBL)

a. Orientation (pemberian pembelajaran, motivasi dan permasalahan)

b. Engagement (terlibat dalam penyelesaian permasalahan) c. Inquiry and Investigation

(menyelidiki dan menginvestigasi permasalahan)

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2019), 59

16 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Institut Agama Islam Negeri Jember (Jember: IAIN Jember Press, 2020), 39

17 Lestari dan Yudhanegara, Penelitian, 99

(27)

No. Variabel Indikator Variabel d. Debriefing (tanya jawab dan

diskusi hasil permasalahan) 3 Keaktifan Belajar a. Turut serta dalam tugas belajar.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada teman atau guru bila tidak memahami persoalan yang dihadapi.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru.

f. Menilai kemampuan dirinya dari hasil-hasil yang diperolehnya.

g. Melatih diri dalam pemecahan soal atau masalah yang sejenis

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya dalam kegiatan menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang digunakan sebagai pijakan pengukuran secara empiris terhadap variabel penelitian dengan rumusan yang didasarkan pada indikator variabel. Maka peneliti memberikan definisi untuk setiap variabel yaitu:

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran sebagai suatu sarana yang penting dalam komponen pembelajaran di kelas merupakan suatu perencanaan atau rancangan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman dalam merencanakan suatu pembelajaran agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat

(28)

berjalan dengan baik, menarik, tepat, dan mudah dipahami untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

2. Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran kelompok dengan tahapan pembelajaran (Numbering, Questioning, Heads Together, Call Out, Answering).

3. Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran yang berbasis masalah dengan tahapan pembelajaran (Orientation, Engagement, Inquiry and Investigation, Debriefing).

4. Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam pembelajaran dengan melibatkan kegiatan siswa seperti bertanya, mengajukan pendapat, merespon dengan cepat dan tanggap, mampu menjawab dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, serta mampu bekerja sama dengan siswa yang lain.

G. Asumsi Penelitian

Setelah peneliti menjelaskan permasalahan dengan jelas, kemudian yang dipikirkan selanjutnya adalah suatu gagasan tentang persoalan atau permasalahan dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini peneliti dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahannya.

(29)

Asumsi yang harus dilakukan tersebut dinamakan asumsi dasar atau anggapan dasar.18

Asumsi yang ada dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap keaktifan belajar matematika siswa.

H. Hipotesis

Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai dua kata

hipo” yang berarti sementara dan “thesis” yang berarti pernyataan atau teori.

Karena hipotesis merupakan suatu pernyataan yang sementara dan masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji untuk mengetahui kebenarannya. Para ahli menafsirkan hipotesis sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih. Didasari dengan definisi sebelumnya dapat diartikan bahwa hipotesis merupakan jawaban atau suatu dugaan sementara yang diuji kebenarannya.19

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam hipotesis, yaitu:20 1. Hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel

atau lebih.

2. Hendaknya disertai alasan atau dasar-dasar atau penemuan terdahulu.

3. Hipotesis harus menggunakan kata singkat dan tepat sasaran (bukan kisaran).

18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), 104

19 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta : Kencana, 2013), 38

20 Ahmad Tenzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Teras 2009), 88

(30)

Terdapat dua hipotesis yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu:

1. Hipotesis Nol (H0)

Biasa juga disebut sebagai hipotesis statistic karena sering dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik.

Hipotesis Nol (H0) dalam penelitian ini adalah:

“Tidak ada perbedaan keaktifan belajar matematika siswa yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) dengan yang tidak menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) kelas VIII SMPN 2 Panti.”

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Biasa juga disebut sebagai hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, karena hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel x dan y atau adanya perbedaan antara dua kelompok atau dua variabel tersebut.

Hipotesis Alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah:

“Ada perbedaan keaktifan belajar matematika siswa yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) dengan yang tidak menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL) kelas VIII SMPN 2 Panti.”

(31)

I. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai berikut:

Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup penelitian, asumsi penelitian, hipotesis, serta sistematika penelitian.

Bab dua merupakan kajian pustaka yang memuat uraian tentang penelitian terdahulu dan kajian teori yang relevan dan terkait dengan tema skripsi.

Bab tiga merupakan metode penelitian yang memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/alasannya, jenis penelitian, prosedur, lokasi, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, keabsahan data pada instrument penelitian, serta analisis data yang digunakan.

Bab empat merupakan pembahasan. Bab ini memuat gambaran objek penelitian, penyajian data, analisis data dan pengujian hipotesis serta pembahasan tentang judul skripsi.

Bab lima merupakan penutup. Bab terakhir ini berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi. Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.

Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Saran-saran dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi uraian mengenai langkah-langkah apa yang

(32)

perlu diambil oleh pihak-pihak terkait dengan hasil penelitian yang bersangkutan. Saran diarahkan pada dua hal, yaitu:

1. Saran dalam usaha memperluas hasil penelitian, misalnya disarankan perlunya diadakan penelitian lanjutan.

2. Saran untuk menentukan kebijakan di bidang-bidang terkait dengan masalah atau fokus penelitian.

(33)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah atau belum dipublikasikan. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya:

1. Penelitian oleh I Made Hendra Sukmayasa, dkk. Dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Senam Otak Terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika”.21 Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 82 orang dan sampel berjumlah 55 orang. Hasil penelitian menggunakan MANOVA berbantuan SPSS 17.00 for windows menunjukkan bahwa: 1) keaktifan belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak lebih baik daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, 2) prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak lebih baik daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, 3) secara simultan, keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak lebih baik daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

21 I Made Hendra Sukmayasa, I Wayan Lasmawan, dan Sariyasa, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Senam Otak Terhadap Keaktifan Dan Prestasi Belajar

Matematika”, E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesa 3, (2013)

(34)

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif, metode penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian The Nonequivalent Post-test Only Control Group Design. Persamaan yang lain yaitu sama-sama meneliti model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan keaktifan belajar.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada model pembelajaran, peneliti terdahulu hanya menggunakan satu model pembelajaran yaitu NHT, sedangkan penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran yaitu NHT dan PBL. Serta ada pada variabel y, pada peneliti terdahulu menggunakan dua variabel y yaitu keaktifan dan hasil belajar, sedangkan pada penelitian ini menggunakan satu variabel y yaitu keaktifan belajar.

2. Penelitian oleh Muhammad Ibnu Sina dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keaktifan Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Peserta Didik Kelas VIII Mts Al-Ittihad Semowo Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2017/2018”.22 Hasil observasi keaktifan belajar diperoleh rata-rata keaktifan belajar peserta didik kelas eksperimen setelah mendapatkan model pembelajaran PBL sebesar 71,21, sedangkan rata-rata sebelum mendapatkan model pembelajaran PBL sebesar 61,36.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap

22 Muhammad Ibnu Sina, “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keaktifan Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Peserta Didik Kelas VIII Mts Al-Ittihad Semowo Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2017/2018” (Skripsi, UIN Walisongo Semarang, 2019)

(35)

keaktifan. Perbedaan penelitian terdahulu adalah melihat keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) efektif terhadap keaktifan belajar dan kemampuan berpikir kreatif. Sedangkan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran NHT dan PBL.

Perbedaan lain dengan penelitian ini terletak pada desain penelitian, penelitian terdahulu menggunakan pretest-posttest control group design, sedangkan penelitian ini menggunakan The Nonequivalent Post-test Only Control Group Design

3. Penelitian oleh Bintana Alin Hilwah dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dan Numbered Head Together (NHT) terhadap Kemampuam Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VIII Pada Konsep Bangun Ruang Sisi Datar di SMP Negeri 1 Tamanan Bondowoso Tahun Ajaran 2018/2019”.23 Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tamanan Bondowoso yang dibelajarkan dengan model pembelajaran GI dan NHT materi bangun ruang sisi datar pre-test memiliki nilai rata-rata 51,50 dan post-test sebesar 79. 2) Kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tamanan Bondowoso yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional materi bangun ruang sisi datar pre-test memiliki nilai rata-rata 51,50 dan post-test sebesar 67,17. 3) Kemampuan berpikir kritis matematis siswa

23 Bintana Alin Hilwah, “Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dan Numbered Head Together (NHT) terhadap Kemampuam Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VIII Pada Konsep Bangun Ruang Sisi Datar di SMP Negeri 1 Tamanan Bondowoso Tahun Ajaran 2018/2019” (Skripsi, IAIN Jember, 2019)

(36)

kelas VIII SMP Negeri 1 Tamanan Bondowoso yang dibelajarkan dengan model pembelajaran GI dan NHT materi bangun ruang sisi datar lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Melihat hasil dari uji independent sample t-test pada taraf 0,05 terdapat perbedaan yang signifikan pada antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu thitung 6,600

> ttabel 2,064(sig. 0,000).

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti dua model pembelajaran yang salah satu model pembelajaran yang sama digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian, penelitian terdahulu menggunakan metode true eksperimen, sedangkan metode yang digunakan penelitian saat ini adalah quasi eksperimen. Perbedaan lain dengan penelitian ini terletak pada desain penelitian, penelitian terdahulu menggunakan two group pretest posttest design, sedangkan penelitian ini menggunakan The Nonequivalent Post- test Only Control Group Design

Tabel 2.1 Kedudukan Penelitian No. Nama, Judul

Penelitian Metode Hasil Persamaan dan

Perbedaan 1. I Made Hendra

Sukmayasa, I Wayan

Lasmawan, dan Sariyasa (2013).

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

Hasil penelitiannya yaitu: 1) Keaktifan belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak lebih baik daripada siswa

Persamaan dalam penelitian ini terletak pada:

1. Pendekatan penelitian.

Pendekatan kuantitatif.

2. Variabel bebas.

(37)

No. Nama, Judul

Penelitian Metode Hasil Persamaan dan

Perbedaan NHT

Berbantuan Senam Otak Terhadap Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika”

eksperimen semu atau quasy eksperimen.

yang mengikuti model

pembelajaran konvensional. 2) Prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti model

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak lebih baik daripada siswa yang mengikuti model

pembelajaran konvensional. 3) Secara simultan, keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti model

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak lebih baik daripada siswa yang mengikuti model

pembelajaran konvensional.

Variabel bebas model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) 3. Variabel

terikat.

Variabel terikat keaktifan

belajar Sedangkan

perbedaannya yaitu terletak pada:

1. Design penelitian.

Design

penelitian The Nonequivalent Post-test Only Control Group Design

2. Variabel Bebas. Peneliti terdahulu hanya menggunakan satu model pembelajaran yaitu Numbered Heads Together (NHT)

berbantuan senam otak, sedangkan penelitian saat ini

menggunakan dua model pembelajaran

(38)

No. Nama, Judul

Penelitian Metode Hasil Persamaan dan

Perbedaan yaitu Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL).

3. Variabel terikat.

Penelitian terdahulu menggunakan dua variabel terikat yaitu keaktifan belajar dan prestasi belajar.

Sedangkan penelitian saat ini

menggunakan satu variabel terikat yaitu keaktifan belajar.

2. Muhammad Ibnu Sina (2019).

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keaktifan Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Peserta

Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian true

eksperimen.

Hasil penelitiannya yaitu: hasil

observasi keaktifan belajar diperoleh rata-rata keaktifan belajar peserta didik kelas eksperimen setelah

mendapatkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebesar 71,21, sedangkan rata-rata sebelum

mendapatkan model pembelajaran Problem Based

Persamaan dalam penelitian ini terletak pada:

1. Pendekatan penelitian.

Pendekatan kuantitatif 2. Variabel

bebas.

Variabel bebas Problem Based Learning (PBL) 3. Variabel

terikat.

Variabel terikat keaktifan

(39)

No. Nama, Judul

Penelitian Metode Hasil Persamaan dan

Perbedaan Didik Kelas

VIII Mts Al- Ittihad Semowo Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2017/2018

Learning (PBL) sebesar 61,36.

belajar.

Sedangkan

perbedaannya yaitu terletak pada:

1. Variabel Bebas. Peneliti terdahulu hanya menggunakan satu model pembelajaran yaitu Problem Based Learning (PBL)

sedangkan penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran yaitu Numbered Heads Together (NHT) dan Problem Based Learning (PBL).

2. Variabel Terikat.

Penelitian terdahulu menggunakan dua variabel terikat yaitu keaktifan belajar dan hasil belajar.

Sedangkan penelitian saat ini

menggunakan satu variabel terikat yaitu keaktifan belajar.

3. Design

(40)

No. Nama, Judul

Penelitian Metode Hasil Persamaan dan

Perbedaan penelitian, design penelitian terdahulu menggunakan pretest-posttest control group design.

Sedangkan penelitian ini menggunakan design The Nonequivalent Post-test Only Control Group Design

3. Bintana Alin Hilwah (2019).

Pengaruh Model Pembelajaran Group

Investigation (GI) dan

Numbered Head Together (NHT) terhadap

Kemampuam Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VIII Pada Konsep Bangun Ruang Sisi Datar di SMP Negeri 1 Tamanan Bondowoso Tahun Ajaran 2018/2019.

Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen semu atau quasy eksperimen.

Hasil penelitiannya yaitu: 1)

Kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tamanan Bondowoso yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran GI dan NHT materi bangun ruang sisi datar pre-test memiliki nilai rata- rata 51,50 dan post- test sebesar 79. 2) Kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tamanan Bondowoso yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran konvensional materi bangun

Persamaan dalam penelitian ini terletak pada:

1. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan kuantitatif 2. Variabel

bebas. Sama- sama meneliti dua model pembelajaran yang salah satu model

pembelajaran yang sama digunakan yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Sedangkan

perbedaannya yaitu terletak pada:

1. Variabel

(41)

No. Nama, Judul

Penelitian Metode Hasil Persamaan dan

Perbedaan ruang sisi datar pre-

test memiliki nilai rata-rata 51,50 dan post-test sebesar 67,17. 3)

Kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tamanan Bondowoso yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran GI dan NHT materi bangun ruang sisi datar lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Melihat hasil dari uji independent sample t-test pada taraf 0,05 terdapat perbedaan yang signifikan pada antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu thitung 6,600 > ttabel 2,064(sig. 0,000).

terikat.

Variabel terikat pada penelitian terdahulu yaitu berpikir kreatif.

Sedangkan pada penelitian saat ini yaitu keaktifan belajar.

2. Metode penelitian, penelitian terdahulu menggunakan metode true eksperimen, sedangkan metode yang digunakan penelitian saat ini adalah quasi eksperimen.

3. Design penelitian, penelitian terdahulu menggunakan two group pretest posttest design,

sedangkan penelitian ini menggunakan The

Nonequivalent Post-test Only Control Group Design

(42)

B. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar secara kolaboratif dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 siswa secara heterogen. Tiga karekteristik dalam pembelajaran kooperatif yaitu task structure, goal structure, dan reward structure.24 Pembelajaran kooperatif learning dilandasi oleh teori belajar dan pembelajaran sosial dari Vygotsky. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk belajar bersama, saling mencurahkan pendapat tentang ide, gagasan, wawasan, pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab Bersama, saling membantu, menghargai, berlatih interaksi, komunikasi, menyelesaikan masalah serta melengkapi kekurangan dan kelebihan siswa.25

Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, diantaranya adalah:26

a. Numbered Heads Together (NHT)

b. Student Teams Achievement Divisions (STAD) c. Teams Games Tournament (TGT)

d. Jigsaw Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) e. Team Assisted Individualization (TAI)

f. Group Investigation (GI) g. Two Stay-Two Stray (TS-TS)

24 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice Second Edition (Boston: Alyn And Bacon, 2009), 43

25 Lestari dan Yudhanegara, Penelitian, 43

26 Lestari dan Yudhanegara, Penelitian, 55`

(43)

h. Think Pair Share (TPS)

i. Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) j. Script

k. Think-Talk-Write (TTW)

Pembelajaran kooperatif yang dibahas pada kali ini adalah model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran NHT adalah pembelajaran kooperatif yang mengondisikan siswa untuk berpikir bersama secara berkelompok dimana setiap siswa diberi nomor dan memiliki kesempatan yang sama dalam menjawab permasalahan dari guru melalui pemanggilan nomor secara acak.27

Dalam pelaksanaan model pembelajaran tentu ada kekurangan dan kelebihannya. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut:28

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:

a. Setiap siswa menjadi siap semua.

b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

c. Siswa yang pandai dapat mengajarkan kepada siswa yang kurang pandai.

Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:

a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

27 Lestari dan Yudhanegara, Penelitian, 44

28 Bintana Alin Hilwah, “Pengaruh”

(44)

b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Tabel 2.2

Sintaks (Tahapan) Model Pembelajaran NHT

Fase Deskripsi

Numbering Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen. Masing-masing anggota diberikan nomor yang berbeda.

Questioning Guru mengajukan pertanyaan atau masalah kepada siswa.

Heads Together

Siswa berpikir bersama dalam kelompok untuk mencari jawaban serta memastikan seluruh anggota kelompok dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Call Out Guru memanggil satu nomor secara acak.

Answering Siswa mengangkat tangan ketika nomornya disebutkan oleh guru, lalu mewakili kelompoknya memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Sumber: Lestari, 2015

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Siswa dalam proses pembelajaran sebaiknya banyak dihadapkan pada masalah-masalah yang mampu menuntunnya untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Menurut Fogarty dalam Hamruni PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan “membenturkan” siswa kepada masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open-ended melalui stimulus dalam belajar.29 Model Problem Based Learning (PBL) fokusnya tidak banyak pada apa yang dikerjakan siswa tetapi apa yang mereka pikirkan selama mereka mengerjakan. Peran guru dalam

29 Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2019), 226

(45)

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa.30

Mengacu dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model belajar PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan yang nyata, dengan maksud agar siswa dapat menyusun sendiri pengetahuan dan mengembangkan kemandirian. Dalam proses pembelajaran model PBL peran seorang guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator.

Dalam pelaksanaan model pembelajaran tentu ada kekurangan dan kelebihannya. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki kelebihan sebagai berikut:31

a. Merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pelajaran.

b. Dapat menantang kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru.

c. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran.

d. Membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka dalam kehidupan nyata.

e. PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

f. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikaiskan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

g. Mengembangkan minat siswa untuk terus belajar.

30 Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), 152

31 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Prenada, 2009), 220

(46)

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki kekurangan sebagai berikut:

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan atau merasa bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Membutuhkan waktu yang lama untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model PBL menyenangkan karena siswa diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka.

Tabel 2.3

Sintaks (Tahapan) Model Pembelajaran PBL

Fase Deskripsi

Orientation Orientasi siswa terhadap masalah. Guru menjelaskan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang

dibutuhkan, memotivasi siswa, dan mengajukan masalah sebagai langkah awal pembelajaran.

Masalah yang diajukan biasanya masalah dalam dunia nyata.

Engagement Siswa terlibat dalam aktivitas penyelesaian masalah.

Inquiry and Investigation

Siswa melakukan penyelidikan dan investigasi dalam rangka menyelesaikan masalah.

Debriefing Siswa melakukan tanya jawab dan diskusi terkait kegiatan penyelesaian masalah yang telah dilakukan.

Sumber: Lestari, 2015

(47)

3. Keaktifan Belajar

Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat.32 Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Ana Kharisma, keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran.33

Sudjana menyatakan suatu penilaian proses belajar mengajar adalah dengan melihat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

salah satu penilaian proses belajar-mengajar adalah dengan melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar keaktifan siswa dapat dilihat dalam indikator keaktifan siswa yaitu sebagai berikut:34 a. Turut serta dalam tugas belajar.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada teman atau guru jika tidak memahami persoalan yang dihadapi.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru.

f. Menilai kemampuan dirinya dari hasil-hasil yang diperolehnya.

32 “Kamus Besar Bahasa Indonesia” 20 Desember 2021 (https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/aktif.html)

33 Ana Karisma, “Pengaruh Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar

Matematika pada Pokok Bahasan Prisma” (Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2015), 36

34 Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 101

(48)

g. Melatih diri dalam pemecahan soal atau masalah yang sejenis.

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya dalam kegiatan menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Keaktifan siswa dalam pelajaran matematika dapat dilihat dari keterlibatan siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Siswa yang tidak aktif tidak akan terlibat banyak dalam proses belajar matematika.

Terutama pada pembelajaran matematika keaktifan siswa sangat berguna merangsang rasa keingintahuan, mengembangkan bakat yang dimilikinya, berlatih berpikir kritis, dan dapat melatih diri untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Gagne dan Briggs dalam Wakhyu Sri Utari menyatakan bahwa faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.35

Keaktifan belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa selama belajar di sekolah melalui perpaduan dari ranah kognitif, ranah afektif dan psikomorik.36 Adapun indikator keaktifan belajar menurut Sinar yaitu meliputi:37

a. Aktif belajar yang terjadi dengan proses mengalami.

Siswa dibimbing untuk melakukan sendiri mengikuti belajar,

35 Wahyu Sri Utari, “Hubungan antara Keaktifan Belajar dan Bimbingan Belajar Orang Tua dengan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SD Se-Gugus Sultan Agung Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga”, Jurnal Pendidikan Ke-SD-an 2, no. 2 (Januari 2016), 26

36 Sinar, Metode, 18

37 Sinar, Metode, 20

Gambar

Gambar 3.1  Alur Penelitian ...............................................................................
Tabel 1.1  Indikator Variabel
Tabel 2.1  Kedudukan Penelitian  No.  Nama, Judul
Tabel 4.9  Hasil Uji Normalitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE NHT.. (NUMBERED

Numbered Heads Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) merupakan dua tipe model pembelajaran kooperatif yang cukup efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa. Pada

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Siswa Kelas VIII

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif sehingga dengan adanya penerapan model pembelajaran

Skripsi oleh Tanti Dwi Lestari, NPM 15650003, dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar

PENGEMBANGAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY (SSP) MATEMATIKA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MEMFASILITASI

signifikan terhadap hasil belajar materi bangun datar segiempat siswa kelas VII MTs.Al- Ma’arif Tulungagung model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT yang dapat meningkatkan hasil