• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penerapan metode story telling terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penerapan metode story telling terhadap"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

Judul Topik: Pengaruh Penerapan Metode Bercerita Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng. Judul Skripsi: Dampak Penerapan Metode Bercerita Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng. Pengaruh Penerapan Metode Bercerita Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng.

Tesis yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Bercerita Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng” merupakan sebuah karya tulis yang diserahkan kepada salah satu pihak untuk dipenuhi. persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Standar Kompetensi Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal bagi peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Padahal, pembelajaran yang baik terjadi bila terjadi komunikasi dua arah, yakni peserta didik dan pendidik. Faktor lain yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan berbicara siswa adalah model pembelajaran yang digunakan pendidik pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Jarang sekali pendidik menggunakan model pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa, sehingga dapat membuat siswa lebih aktif berbicara di kelas.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Manfaat Praktis

Bagi guru, ini merupakan pendekatan alternatif dalam pembelajaran berbicara dan memberikan informasi serta wawasan dalam penerapan metode bercerita. Bagi peneliti selanjutnya, hal ini sebagai kontribusi terhadap peningkatan kualitas pembelajaran melalui perbaikan pendekatan pembelajaran yang dianggap relevan.

Kajian Pustaka

  • Penelitian yang Relevan
  • Keterampilan Berbicara a. Pengertian Berbicara
  • Metode Story Telling

Dalam menerapkan metode bercerita, terdapat berbagai jenis cerita yang dapat dipilih guru untuk disampaikan kepada siswa. Sebelum cerita dimulai, guru biasanya telah mempersiapkan terlebih dahulu jenis cerita yang akan disampaikan agar pada saat cerita disampaikan dapat mengalir dengan lancar. Sebuah acara bercerita dapat dimulai dengan menyapa penonton terlebih dahulu, atau dengan menciptakan sesuatu yang dapat menarik perhatian penonton.

Dalam bercerita ada beberapa faktor yang dapat menunjang proses bercerita agar menarik untuk disimak, antara lain: Pada saat cerita sedang disampaikan, ekspresi wajah pendongeng dapat mendukung apakah cerita yang disampaikan itu hidup atau tidak. Gerakan tubuh pendongeng saat proses bercerita juga dapat membantu menggambarkan cerita yang lebih menarik.

Kerangka Pikir

Siswa dapat menyampaikan pendapatnya secara langsung atau dapat pula menuliskan pendapatnya pada selembar kertas terlebih dahulu. Metode ini diharapkan dapat menjadi upaya yang dapat menjembatani cara berpikir siswa, sehingga mempunyai banyak cara dalam berkomunikasi. Proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng masih berpusat pada guru.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru belum menggunakan pendekatan, metode dan teknik berbicara yang berbeda dalam pembelajaran, sehingga mengakibatkan siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran. Dan siswa belum mampu menceritakan kembali materi yang telah diajarkan atau disampaikan guru di depan kelas. Dengan metode bercerita yang dikembangkan dalam proses pembelajaran memberikan keberanian kepada siswa untuk berbicara di depan kelas. Metode II dapat membantu siswa menguasai konsep sejarah.

Metode bercerita (retelling) merupakan suatu kegiatan dimana siswa dilatih untuk mengingat kembali materi pembelajaran sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengetahuan siswa. Oleh karena itu, siswa akan menjadi lebih jelas dan memahami dalam perolehan dan penemuan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga keterampilan berbicaranya akan meningkat. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Storytelling terhadap kemampuan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng yang dilakukan dengan memberikan pre-test sebelum diajarkan menggunakan metode cerita dan post-test setelahnya.

Hipotesis Tindakan

Rancangan Penelitian 1. Jenis penelitian

  • Desain Penelitian
  • Sampel

Populasi adalah suatu wilayah umum yang terdiri dari obyek-obyek atau obyek-obyek yang mempunyai kualitas dan ciri-ciri tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Syugiono. Jadi populasi bukan hanya orang saja tetapi juga obyek yang diteliti, tetapi meliputi seluruh ciri-ciri atau sifat-sifatnya). Berdasarkan pandangan diatas maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng. Jumlah siswa seluruhnya adalah 37 siswa yang terdiri dari terdiri dari 10 laki-laki dan 27 perempuan.

Dalam penelitian misalnya, diperlukan apa yang disebut dengan sampel penelitian atau miniatur populasi. Dalam hal ini Sadjana (2009:72) mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi yang dapat diakses yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi”. Pendapat mengenai sampel ini terlihat dari pernyataan Syugiono yang menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah dan ciri-ciri yang dimiliki suatu populasi”.

Dengan melihat pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili keseluruhan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng.Sampel dipilih peneliti dengan menggunakan teknik agregat sampling.

Defenisi Operasional Variabel

Instrumen Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Tes awal dilakukan sebelum diskusi dan pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa sebelum menggunakan metode bercerita.

Tabel 3.1 Penilaian Kemampuan Berbicara Murid  No  Aspek Yang
Tabel 3.1 Penilaian Kemampuan Berbicara Murid No Aspek Yang

Teknik Analisis Data

  • Deskripsi hasil pretest Bahasa indonesia murid kelas V SD Inpres pullaweng sebelum diterapkan metode Story Telling
  • Deskripsi Hasil Belajar (posttest) Bahasa Indonesia Murid kelas V SD Inpres Pullauweng setelah diterapkan Metode Story Telling
  • Pengaruh Penerapan Metode Story Telling pada Murid Kelas V SD Inpres Pullauweng

Jika > maka ditolak dan diterima yang berarti penerapan metode bercerita berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng. Jika < maka diterima berarti penerapan metode bercerita tidak berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng. Membuat kesimpulan apakah penerapan metode bercerita berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng.

Deskripsi Hasil Pretest Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres Pullawen Sebelum Penerapan Metode Story Telling. Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Pullawen sebelum diterapkan metode bercerita yaitu. Jika Tabel 4.2 dihubungkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar siswa yang ditentukan peneliti yaitu jika jumlah siswa mencapai atau melebihi nilai KKM maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng belum memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal karena siswa yang tuntas hanya 42% ≤ 75%.

Deskripsi Hasil Belajar Bahasa Indonesia (posttest) siswa kelas V SD Inpres Pullauweng setelah penerapan metode cerita Inpres Pullauweng setelah penerapan metode cerita. Selain data observasi, terdapat juga kemampuan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng setelah penerapan metode bercerita. Dari hasil perhitungan di atas diperoleh rata-rata skor hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Pullauweng setelah diterapkan metode bercerita adalah 80 dari skor ideal 100.

Jika tabel 4.2 dihubungkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar siswa yang ditentukan peneliti yaitu jika jumlah siswa mencapai atau melebihi nilai KKM maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng memenuhi belum sampai pada kriteria ketuntasan hasil belajar klasikal karena siswa yang baru tuntas. Artinya terdapat pengaruh penerapan metode bercerita terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng.

Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan
Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus uji t terlihat bahwa jika nilai > pada taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis nol ( ) diterima yang berarti terdapat pengaruh apabila menggunakan metode bercerita. metode pada kemampuan berbicara. Berdasarkan hasil observasi pertemuan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai keberanian untuk maju pada saat pembelajaran dengan metode bercerita. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan diperoleh statistik inferensial serta hasil observasi yang dilakukan, kita dapat.

Kesimpulan lebih rinci mengenai penerapan metode bercerita terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng adalah sebagai berikut. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng sebelum penerapan metode bercerita secara umum dikategorikan rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode bercerita secara umum berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Inpres Pullauweng Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng dilihat dari persentase perolehannya yaitu sangat tinggi 36,11 %, tinggi 58,33%, sedang 5,56%, rendah 0,00% dan sangat rendah berada pada persentase 0,00%.

Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bercerita berpengaruh terhadap keterampilan berbicara setelah mencapai = 16,04 dan = 2,03. Hasil yang relevan dengan penelitian Wahyuni​​​​​​(2011) yang berjudul: “Meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bercerita pada siswa kelas 5 SD No. Hal ini terlihat dari rata-rata evaluasi hasil berbicara siswa pada siklus 1 sebesar 61,36 dan 8 siswa yang tuntas atau 36,36% yang pada siklus II. 86.36.

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode storytelling meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD No. Penelitian Wahyuni ​​adalah penelitian PTK dimana penelitian ini mengkaji tentang peningkatan yang ditemukan, sedangkan penelitian Wahyuni ​​adalah penelitian PTK. penelitian yang saya lakukan NON PTK yang hanya mengkaji ada tidaknya pengaruh setelah penerapan metode storytelling ini.

Saran

Aliyah, S. (2011) Pengaruh Metode Bercerita dengan Menggunakan Media Panggung Wayang Terhadap Peningkatan Keterampilan Mendengar dan Berbicara Pada Anak Usia Dini (Skripsi). 2011. Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Storytelling Pada Siswa Kelas V SD Minasaupa Kota Makassar. Mengidentifikasi unsur-unsur cerita rakyat yang dibaca (tema, latar, tokoh, dan pesan).

Tujuan Pembelajaran

  • Kegiatan Inti
  • Penutup

Sumber dan Media Pembelajaran

NIHA, S.Pd, MM

  • Mendengarkan Cerita Rakyat
  • Menjelaskan Unsur cerita
  • Kegiatan awal
  • Kegiatan Inti
  • Penutup
  • Penilaian
    • Mendengarkan Cerita Rakyat
    • Menjelaskan Unsur cerita

Karena keikhlasan doa Dayang Sumba, Tuhan memberinya anugerah kecantikan abadi dan awet muda. Kegembiraan Sangkuriang bertambah ketika ia bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik di tengah jalan, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Ketika Sangkuriang kembali dari berburu, Dayang Sumbi berusaha berbicara dengan Sangkuriang agar Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka.

Jika Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi akan menjadi istrinya, namun jika gagal maka pernikahannya batal. Betapa terkejutnya ia, karena Sangkuriang hampir memenuhi semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi menjelang fajar. Dayang Sumbi kemudian meminta bantuan masyarakat setempat untuk menyebarkan kain sutra merah di sebelah timur kota.

Sangkuriang segera berhenti dari pekerjaannya dan merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang ditetapkan oleh Dayang Sumbi. Setelah membaca cerita rakyat, siswa dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam cerita yang dibacanya. Guru meminta siswa melihat kembali cerita rakyat “Sangkuriang” yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

UMMUL HAIFA NIM : 10540916114

Gambar

Tabel 3.1 Penilaian Kemampuan Berbicara Murid  No  Aspek Yang
Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan
Tabel 4.2 Deskrpsi  Ketentuan Hasil Belajar Indonesia
Tabel 4.3 Tingkat Keterampilan Berbicara post-test
+5

Referensi

Dokumen terkait

iv UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rahmawati Nim : 10536 4396 12 Jurusan