Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya
8695
Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Powerpoint untuk Meningkatkan Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Hasil
Belajar Siswa di SMK Negeri 3 Malang
Lizma Nur Saida1, Satrio Hadi Wijoyo2, Satrio Agung Wicaksono3
Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]
Abstrak
Penelitian dilakukan berdasarkan observasi selama kurun waktu satu bulan terhadap kondisi kegiatan belajar mengajar di SMK Negeri 3 Malang. Selama observasi, sudut pandang permasalahan dilihat dari tingkah laku peserta didik. Permasalahan yang muncl adalah dari motivasi dan kebiasaan peserta didik yang kurang baik. Peserta didik selalu menggunakan powerpoint sebagai sumber belajar satu-satunya.
Di sisi lain, buku ajar seperti modul dan e-book sudah disediakan namun tidak dimanfaatkan oleh peserta didik. Jalan keluarnya adalah dengan melakukan modifikasi pada program powerpoint menjadi media interaktif. Interaktif berarti terdapat interaksi antara powerpoint dengan peserta didik. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dua kelas, yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Instrumennya adalah kuesioner dan soal pretest-posttest. Instrumen dianalisis menggunakan uji korelasi pearson untuk mengetahui pengaruh yang dihasilkan. Hasil uji korelasi menyatakan media interaktif powerpoint berpengaruh positif terhadap motivasi belajar sebesar 44,22% sedangkan 55,78% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Pada kebiasaan belajar terdapat 77,44% pengaruh, seedangkan 22,56%
lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Pada hasil belajar peserta didik terdapat 81,18% pengaruh sedangkan 18,82% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Sehingga penulis menyarankan bagi pendidik untuk lebih memanfaatkan media powerpoint secara interaktif guna meningkatkan sikap motivasi dan kebiasaan belajar yang baik
Kata kunci: interaktif, powerpoint, motivasi, kebiasaan, hasil belajar, eksperimen, pearson correlation Abstract
The study was conducted based on observations over a period of one month of the condition of teaching and learning activities in SMK Negeri 3 Malang. During observation, the point of view of the problem is seen from the behavior of students. Problems that emerge are from the motivation and habits of students that are not good. Students always use powerpoint as their only learning resource. On the other hand, teaching books such as modules and e-books have been provided but are not utilized by students.
The way out is to make modifications to the Powerpoint program into interactive media. Interactive means there is an interaction between powerpoint and students. The study was conducted by two class experimental methods, namely the control class and the experimental class. The instrument was a questionnaire and a pretest-posttest question. The instrument was analyzed using Pearson correlation test to determine the effect produced. The correlation test results stated that powerpoint interactive media had a positive effect on learning motivation by 44.22% while the other 55.78% were influenced by other factors. In the study habits there are 77.44% influence, another 22.56% influenced by other factors. In the learning outcomes of students there are 81.18% influence while the other 18.82% is influenced by other factors. So the authors suggest for educators to make more use of interactive powerpoint media in order to improve motivation and good study habits
Keywords: interactive, powerpoint, motivation, habits, learning outcomes, experiment, pearson correlation
1. PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar di kelas selalu menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang baik adalah media yang dapat membantu proses pembelajaran dimanapun dan kapanpun sesuai dengan kebutuhannya di lapangan. Media pembelajaran yang dapat digunakan ada berbagai macam.
Mulai dari media konvensional sederhana konvensional sampai media pembelajaran yang modern. Para pendidik menggunakan media yang dirasa cocok untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik.
Media powerpoint menjadi salah satu media terpopuler saat ini di kalangan pendidik.
Powerpoint adalah sebuah software aplikasi dari microsoft office yang berguna sebagai penyedia layanan media presentasi (Rusman, 2015).
Media powerpoint sangat populer di berbagai ranah. Mulai dari pendidikan, perkantoran, bisnis, dan lain sebagainya. Selain mudah untuk digunakan, powerpoint juga dapat mengemas materi dengan ringkas dan runtut untuk disampaikan kepada peserta didik. Powerpoint menjadikan presentasi lebih efektif, efesien, juga menarik (Alfian, 2010).
Kegiatan belajar mengajar tidak hanya menggunakan media powerpoint saja yang digunakan dalam kelas. Media lain juga digunakan untuk membantu peserta didik dalam belajar. Antara lain sumber belajar, modul, e- book, dan lain sebagainya. Pendidik mempunyai bahan ajar sendiri. Peserta didik pun mempunyai sumber belajar yang bermacam-macam. Bisa melalui buku, internet, modul, dan sebagainya.
Namum dalam belajar, peserta didik tidak memiliki motivasi untuk belajar dari sumber belajar selain powerpoint yang diberikan oleh guru.
Motivasi belajar adalah sebuah hasrat atau dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sardiman, 2011). Motivasi dapat muncul dari faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik yakni sesuatu dari dalam diri pribadi itu sendiri yang menyebabkan timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan belajar. Faktor ekstrinsik adalah sesuatu dari luar atau lingkungan yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2011).
Motivasi belajar yang tinggi memiliki indikator sebagai berikut antara lain: rajin dalam mengerjakan tugas, pantang menyerah dalam
menghadapi kesulitan, senang belajar secara mandiri, terdapat kegiatan belajar yang menarik bagi dirinya, timbul hasrat keinginan untuk belajar sebagai kebutuhan, percaya diri dengan pengetahuan yang diyakininya, gemar mengerjakan soal-soal, ada keinginan untuk meraih keberhasilan (Sardiman, 2011). Cara meningkatkan motivasi belajar dapat dilakukan dengan kesadaran pribadi masing-masing, dan dengan dorongan dan pengaruh dari lingkungan sekitar. Seorang pendidik selain berkewajiban untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya belajar kepada peserta didik, juga harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang dapat memotivasi peserta didik. Menciptakan lingkungan belajar yang dapat memotivasi peserta didik, salah satunya adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat merupakan cara meningkatkan motivasi belajar dari luar atau faktor ekstrinsik.
Kebiasaan belajar adalah suatu kegiatan belajar yang dilakukan secara berulang-ulang di setiap harinya sesuai dengan cara dan keinginannya dalam belajar, untuk memperoleh ilmu dan informasi (Djamarah, 2011). Kebiasaan belajar yang dilakukan oleh peserta didik berbeda-beda sesuai keinginan pribadi peserta didik masing-masing. Ada peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan membaca buku, ada yang lebih suka belajar dengan menulis ulang, ada yang melakukan kegiatan belajar dengan membuat catatan, dan lain sebagainya. Secara umum, dalam garis besarnya kebiasaan belajar yang baik memiliki ciri yang sama. Indikator kebiasaan belajar yang baik antara lain: menentukan target dan tujuan belajar, membuat jadwal dan rencana kegiatan belajar, belajar dengan rutin, mengulang materi belajar, senang membaca, selalu mengerjakan tugas, dan membuat catatan (Anjarini, 2010).
Hasil belajar merupakan output atau keluaran atau suatu perubahan sikap yang dihasilkan akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan. Hasil belajar merupakan suatu pola dari perubahan perbuatan, suatu nilai-nilai, sikap dan juga kemampuan (Hamalik, 2004). Kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik akan menghasilkan suatu perubahan sikap, perubahan perbuatan, pola informasi yang diperoleh dan juga nilai-nilai yang dihasilkan oleh peserta didik. Hasil belajar dalam ranah kognitif menghasilkan perilaku antara lain adalah:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Mujiono, 2013). Hasil
belajar yang baik diperoleh dari proses belajar yang baik. Hasil belajar yang baik diperoleh dari lingkungan belajar yang baik, yang mendorong peserta didik untuk termotivasi dalam kegiatan belajar. Salah satu cara menumbuhkan lingkungan belajar yang baik adalah dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif.
Multimedia pembelajaran adalah media pembelajaran yang memuat lebih dari 1 media berupa tulisan, gambar, suara, video, dan animasi (Surjono, 2017). Interaktif adalah adanya interaksi antara user atau pengguna dan media secara dinamis dan ada timbal balik.
Multimedia pembelajaran interaktif adalah media pembelajaran yang terdiri dari berbagai media yang dikemas secara interaktif untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran interaktif dapat menumbuhan motivasi belajar pseserta didik dari kegiatan interaksi atau timbal balik dari media yang diakses. Multimedia interaktif dapat menarik peserta didik untuk termotivasi belajar dan memiliki kebiasaan belajar yang baik, sehingga hasil belajar akan meningkat.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yakni tentang penggunaan media pembelajaran powerpoint terhadap motivasi belajar.
Penelitiannya menghasilkan pengaruh positif.
Hasil analisisnya menyatakan terdapat 46,24%
pengaruh dari penggunaan media powerpoint yang dilakukan. Saran yang disampaikan adalah peningkatan penggunaan media powerpoint untuk pembelajaran di kelas (Fadlila, 2017).
Penelitian lainnya yang telah dilakukan sebelumnya adalah tentang penggunaan media pembelajaran interaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuannya adalah mencari pengaruh dari penggunaan media interaktif terhadap hasl belajar siswa. Hasil analisisnya menyatakan terdapat peningkatan hasil rata-rata dari penggunaan media powerpoint yang dilakukan. Saran yang disampaikan adalah peningkatan penggunaan media interaktif untuk pembelajaran di kelas (Amalia, 2017)
Paparan kerangka berpikir, penelitian terdahulu, dan asumsi dari observasi di lapangan mengenai variabel motivasi belajar, kebiasaan belajar, dan hasil belajar melahirkan gagasan untuk menggunakan powerpoint secara interaktif kepada peserta didik. Dengan media interaktif akan menstimulasi motivasi peserta didik untuk belajar. Selain itu kebiasaan belajar yang baik juga akan timbul ketika menggunakan media pembelajaran yang dipakai secara
interaktif terssebut. Dan ketika motivasi dan kebiasaan belajar meningkat dengan baik maka diharapkan hasil belajar peseerta didik juga dapat lebih ditingkatkan.
Penelitian ini memiliki tujuan dari perumusan masalah. Yakni untuk mengetahui adanya dampak / pengaruh dari media pembelajaran interaktif terhadap motivasi belajar, kebiasaan belajar, dan hasil belajar peserta didik. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yakni pendidik dapat mengambil hasil penelitian guna tindak lanjut penggunaan media powerpoint. Juga untuk penelitian selanjutnya tentang penggunaan media interaktif terhadap motivasi belajar, kebiasaan, dan hasil belaajar peserta didik.
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Malang. Tepatnya di kelas X jurusan TKJ pada mata pelajaran pemrograman dasar tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian dilakukan dengan eksperimen dua kelas, yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen yang kemudian akan dianalisis hasilnya. Instrumen untuk pengukuran motivasi belajar dan kebiasaan belajar yakni instrumen kuesioner. Sedangkan untuk pengukuran hasil belajar ranah kognitif digunakan isntrumen pretest-posttest.
Analisis dari pengaruh penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis powerpoint dianalisis menggunakan teknik matematika uji korelasi. Uji korelasinya menghasilkan jawaban hipotesis berupa pengaruh positif atau pengaruh negatif yang terjadi. Adapun analisis signifikansi perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan teknik matematika uji t-test. Uji t-test menghasilkan jawaban berupa signifikansi perbedaan rerata dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian keseluruhan hasil penelitian akan disimpulkan secara deskriptif di bagian kesimpulan.
2. METODOLOGI
Metodologi merupakan sebuah metode atau cara yang diterapkan pada penelitian. Metode yang diterapkan ini disusun secara runtut. Pada gambar 2.1 menunjukkan flowchart dari metodologi yang digunakan oleh penulis.
Langkah pertama dari metode penelitian ini yakni identifikasi masalah, berupa observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMK Negeri 3 Malang untuk memperoleh permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Langkah selanjutnya setelah identifikasi masalah diperoleh adalah penentuan tujuan
untuk memberikan kejelasan arah tujuan penelitian yang dilakukan. Untuk melakukan penelitian maka selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data guna memperoleh informasi yang valid dan data yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk penelitian.
Langkah selanjutnya adalah penyusunan instrumen. Instrumen disusun berguna menjadi alat yang digunakan untuk proses pengambilan data saat penelitian berlangsung. Instrumen kuesioner disusun menggunakan skala likert.
Skala likert adalah suatu metode pengukuran dari sikap pribadi seseorang, pendapat, atau suatu kejadian tertentu, dengan menggunakan skala (Sugiyono, 2011).
Insrumen yang disusun akan dilakukan validasi terlebih dahulu oleh validator ahli. Pada penelitian ini, validator ahli merupakan dua dosen ahli dan dua guru di sekolah yang bersangkutan. Validator ahli melakukan pengecekan dan memberikan revisi jika diperukan. Validator ahli dapat disebut juga sebagai pengawas penyusunan instrumen.
Validator ahli dalam peelitian ini terdapat validator untuk penyusunan media interaktif, validator untuk penyusunan kuesioner, RPP, pretest dan posttest, dan validator dalam penentuan tujuan intsruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Instrumen yang disusun juga dilakukan uji pilot, yakni pengujian instrumen yang dilakukan seperti pengujian yang akan dilakukan pada objek penelitian, namun di luar populasi objek penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan instrumen yang disusun sebelum disebarkan kepada populasi penelitian.
Jika instrumen yang disusun belum memenuhi kelayakan atau belum valid, maka akan dilakukan penyusunan instrumen ulang. Namun apabila sudah valid maka dapat langsung digunakan untuk eksekusi pengambilan data penelitian. Uji pilot yang dilakukan adalah dengan perhitungan validitas dan reliabilitas.
Validitas adalah sebuah angka yang menunjukkan tingkat kesahihan, tingkat kebenaran instrumen penelitian (Sugiyono, 2011). Perhitungan tingkat validitas dihitung dengan menggunakan perhitungan matematika berupa rumus product moment. Hasilnya akan menunjukkan angka yang akan dibandingkan dengan angka hitung dari r hitung sesuai dengan jumlah responden dari instrumen. Jika nilai hitung lebih tinggi dari nilai tabel maka item dinatakan valid. Sebaliknya, apabila nilai hitung lebih rendah dari nilai tabel maka item tidak
dapat digunakan sebagai alat penelitian sehingga akan digugurkan.
Reliabilitas adalah sebuah angka yang menunjukkan tingkat kepercayaan dari instrumen yang disusun, apakah instrumen tersebut sudah baik untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian (Sugiyono, 2011).
Perhitungan tingkat reliabilitas dihitung dengan menggunakan perhitungan matematika berupa rumus alpha cronbach. Hasilnya akan menunjukkan angka yang akan dibandingkan dengan angka status reliabilitas. Angka minimal yang harus didapatkan adalah 0,40 untuk mencapai status reliabilitas cukup. Jika hasil perhitungan menunjukkan angka dibawah 0,40 maka instrumen tidak dapat digunakan untuk eksekusi lebih anjut dalam penelitian sehingga harus menggunakan instrumen baru yang reliabel.
Langkah selanjutnya setelah pengambilan data, dilakukan analisis dari data yang diperoleh tersebut. Analisisnya merupakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisis dengan tujuannya adalah untuk menjadikan data yang diperoleh sebagai informasi baru sesuai tujuan yang disusun sebelumnya (Hadi,2007).
Analisis deskriptif dilakukan dengan perhitungan matematika berupa pembagian frekuensi dan banyaknya individu, sehingga diperoleh angka persentase. Kemudian juga dilakukan pendekatan mean hipotetik dan standar deviasi hipotetik untuk mengetahui pembagian interval status tinggi rendahnya data.
Hingga tahap terakhir yakni penarikan kesimpulan setelah analisis data telah selesai dilakukan.
Gambar 2.1 Flowchart Metodologi Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen karena di dalamnya terdapat pencarian hubungan atau pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti. Pada penelitian eksperimen terdapat pembagian kelas menjadi dua kelompok. Yakni kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang dijadikan objek penelitian sedangkan kelas kontrol adalah kelas
yang terkontrol secara natural untuk berjalan seperti biasanya tanpa diberikan perlakkan khusus sebagai objek penelitian (Arikunto, 2006). Adapaun jenis metode yang diterapkan pada penelitian ini yakni quasi experimental design atau penelitian semu.
Objek penelitian atau yang biasa disebut dengan populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang ada di kelas X jurusan TKJ di SMK Negeri 3 Malang tahun pelajaran 2018/2019. Seluruh populasinya berjumlah 64 siswa yang terdiri dari kelas X TKJ1 dan kelas X TKJ2. Kemudian teknik sampling yang digunakan yakni teknik non probability sampling dengan metode sampel jenuh. Artinya, seluruh populasi yang ada dijadikan sebagai sampel penelitian. Sampel jenuh ini diterapkan karena jumlah dari populasi yang ada merupakan populasi kecil dengan jumlah hanya 32 siswa di setiap kelas.
Adapun instrumen yang digunakan untuk melaksanakan penelitain eksperimen ini antara lain instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kuesioner, pretest-posttest, dan media powerpoint interaktif. Instrumen tersebut berguna ebagai alat pengambilan data selama proses penelitain berlangsung dan juga dapat menjadi pedoman agar penelitian lebih terarah dan terstruktur sesuai tujuan yang telah ditentukan.
Pelaksanaan eksperimen dari penelitian ini dilakukan berdasarkan RPP yang telah disusun.
Terdapat 2 RPP yang digunakan masing-masing pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Pelaksanaan eksperimen dilakukan sendiri oleh peneliti agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dari RPP yang telah dibuat.
Instrumen kuesioner dan instrumen soal pretest-posttest yang telah disusun, dibagikan kepada responden sebelum pelaksanaan eksperimen dan sesudah pelaksanaan eksperimen. Sebelum pelaksanaan eksperimen, kuesioner yang dibagikan adalah pre kuesioner dan soal pretest yang merupakan pengukuran awal dari motivasi, kebiasaan, dan hasil belajar peserta didik. Kemudian post kuesioner dan soal posttest diberikan setelah pelaksanaan eksperimen, berguna untuk pengukuran motivasi, kebiasaan, dan hasil belajar peserta didik setelah dilakukan eksperimen dengan pemberian media interaktif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN.
Tahap pertama sebelum melakukan analisis
lebih lanjut dari data kuesioner dan juga data pretest-posttest adalah dengan melakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis adalah suatu perhitungan matetmatika yang dilakukan untuk mengetahui keadaan suatu data, apakah memenuhi kriteria persyaratan yang harus dipenuhi untuk dilakukan analisis lebih lanjut.
Uji prasyarat analisis ini digunakan sebelum menghitung uji t-test dan uji korelasi. Selain itu, dari uji prasyarat analisis juga akan diketahui secara deskriptif matematis dari kondisi data yang telah diambil.
Uji prasyarat analisis yang dilakukan antara lain uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas merupakan perhitungan matematika untuk mengetahui apakah data yang dianalisis merupakan data yang memiliki persebaran data yang normal (Sugiyono, 2011). Dalam artian data tidak lebih banyak condong ke kanan ataupun ke kiri. Data yang normal memiliki kurva berbentuk gunung. Sedangkan data yang tidak tersebar secara normal memiliki kurva yang cenderung condong ke kanan atau ke kiri.
Kemudian uji homogenitas merupakan perhitungan matematika untuk mengetahui apakah data yang dianalisis antaradua kelas atau lebih memiliki variansi yang sama (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah antara kelas kontrol dan kelas eksperimen merupakan data yang memiliki variansi yang sama. Apabila data yang diperoleh memiliki hasil uji yang normal dan homogen, maka dapat dilakukan analisis lebih lanjut, yakni analisis untuk uji t-test dan uji korelasi.
Uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan dengan taraf signifikansi 5% atau nilai alfa setara dengan 0,05. Taraf signifikansi yang dimaksudkan adalah tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan. Taraf signifikansi 5%
ditetapkan sebagai taraf signifikansi dalam penelitian ini yang artinya kesalahan sebesar 0,05 dapat ditoleransi. Penerapan taraf signifikansi selanjutnya adalah untuk data yang normal dan homogen harus memiliki hasil data hitung yang lebih dari 0,05. Apabila data hitung menunjukkan angka lebih dari atau sama dengan 0,05 maka data dikatakan terdistribusi normal.
Sedangkan apabila data hitung menunjukkan angka kurang dari 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Begitu pula dengan uji homogenitas yang memiliki syarat data hitung harus lebih dari 0,05.
Pada uji normalitas, penelitian ini terdapat 12 variabel yang akan diuji, yakni sebagai berikut: Variabel 1, yakni variabel motivasi
belajar sebelum diberi perlakuan di kelas kontrol. Variabel 2, yakni variabel motivasi belajar sebelum diberi perlakuan di kelas eksperimen. Variabel 3, yakni variabel kebiasaan belajar sebelum diberi perlakuan di kelas kontrol. Variabel 4, yakni variabel kebiasaan belajar sebelum diberi perlakuan di kelas eksperimen. Variabel 5, yakni variabel hasil belajar sebelum diberi perlakuan di kelas kontrol. Variabel 6, yakni variabel hasil belajar sebelum diberi perlakuan di kelas eksperimen.
Variabel 7, yakni variabel motivasi belajar setelah diberi perlakuan di kelas kontrol.
Variabel 8, yakni variabel motivasi belajar setelah diberi perlakuan di kelas eksperimen.
Variabel 9, yakni variabel kebiasaan belajar setelah diberi perlakuan di kelas kontrol.
Variabel 10, yakni variabel kebiasaan belajar setelah diberi perlakuan di kelas eksperimen.
Variabel 11, yakni variabel hasil belajar setelah diberi perlakuan di kelas kontrol. Variabel 12, yakni variabel hasil belajar setelah diberi perlakuan di kelas eksperimen.
Uji homogenitas yang akan diuji pada penelitian ini terdapat 6 variabel yakni sebagai berikut:Variabel 1, yakni variabel pretest motivasi belajar.Variabel 2, yakni variabel posttest motivasi belajar.Variabel 3, yakni variabel pretest kebiasaan belajar.Variabel 4, yakni variabel posttest kebiasaan belajar.
Variabel 5, yakni variabel pretest hasil belajar.
Variabel 6, yakni variabel posttest hasil belajar
Tabel 3.1 Hasil Uji Normalitas
No. Variabel Data Hitung Kesimpulan
1 Variabel 1 0,323 Normal
2 Variabel 2 0,116 Normal
3 Variabel 3 0,108 Normal
4 Variabel 4 0,310 Normal
5 Variabel 5 0,725 Normal
6 Variabel 6 0,139 Normal
7 Variabel 7 0,541 Normal
8 Variabel 8 0,434 Normal
9 Variabel 9 0,60 Normal
10 Variabel 10 0,386 Normal
11 Variabel 11 0,308 Normal
12 Variabel 12 0,125 Normal
Tabel 3.1 merupakan hasil uji normalitas dari data penelitian. Diketahui data hitung dari uji normalitas keseluruhan menunjukkan angka
> 0,05. Maka data tersebut memiliki distribusi
data yang normal dan dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Kemudian pada tabel 3.2 merupakan hasil uji homogenitas dari data.
Diketahui data hitung dari hasil uji homogenitas secara keseluruhan memiliki nilai lebih dari 0,05. Maka data memiliki variansi yang sama.
Sehingga dapat dilakukan analisis lenih lanjut.
Tabel 3.2 Hasil Uji Homogenitas No. Relasi Data Hitung Kesimpulan 1 Variabel 1 0,771 Homogen 2 Variabel 2 0,775 Homogen 3 Variabel 3 0,687 Homogen 4 Variabel 4 0,865 Homogen 5 Variabel 5 0,587 Homogen 6 Variabel 6 0,291 Homogen
Analisis selanjutnya yakni analisis signifikansi perbedaan rerata. Analisis ini disebut juga dengan uji t-test. Uji t-test menghasilkan nilai signifikansi untuk melihat perbedaan rerata antara data satu dan lainnya untuk dibandingkan. Uji t-test terdapat dua jenis diantaranya adalah uji t-test sampel paired dan uji t-test sampel independent. Uji t-test sampel paired digunakan untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara data pretest dan posttest di satu kelas yg sama. Sedangkan uji t-test sampel independent dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara dua kelas yang berbeda, yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 3.3 merupakan hasil uji t-test sampel paired motivasi belajar di kelas eksperimen.
Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan rerata antara nilai pretest dan nilai posttest motivasi belajar di kelas eksperimen. Apabila signifikansi menunjukkan angka < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest di kelas eksperimen atau kelas yang diberikan media inteaktif. Hasil uji t-test sampel paired menunjukkan angka 0,576. Artinya, hasil pretest dan posttest motivasi belajar di kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Tabel 3.3 Paired Sample T-test Motivasi Eksperimen
Test Mean Sig. Keterangan
Pretest 43,13
0,576 Sig. > 0,05 Tidak berbeda signifikan.
Posttest 42,87
Analisis selanjutnya adalah uji t-test sampel
independent. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan rerata dari motivasi belajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Apabila signifikansi menunjukkan angka < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest di kelas eksperimen atau kelas yang diberikan media inteaktif. Pada tabel 3.4 diketahui hasil uji t-test sampel paired menunjukkan angka 0,125.
Artinya, hasil pretest dan posttest motivasi belajar di kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Tabel 3.4 Independent Sample T-test Motivasi
Kelas Sig. Keterangan
Eksperimen
0,125 Sig. > 0,05. Tidak berbeda signifikan.
Kontrol
Setelah dilakukan uji t-test, analisis selanjutnya adalah uji korelasi. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antar variabel yang diteiti (Sugiyono, 2007). Pengaruhnya berupa pengaruh positif atau pengaruh negatif. Pengaruh positif yakni apabila satu variabel dan variabel lainnya yang berhubungan memiliki perubahan nilai ke arah yang sama. Dari uji korelasi, didapatkan kesimpulan jawaban dari hipotesis yang diajukan. Adapun hipotesis yang diajukan yakni:
1). Penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis powerpoint tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik (H0). 2) Penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis powerpoint berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik (H1). Tabel 3.5 adalah hasil perhitungan uji korelasi dari variabel motivasi belajar. Hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dari media pembelajaran interaktif terhadap motivasi belajar. Ditunjukkan oleh hasil perhitungan yang memiliki nilai positif pada kedua kelas.
Tabel 3.5 Uji Korelasi Motivasi Belajar Kelas Pearson
correlation Sig. Keterangan Kontrol 0,729 0,000 H0 ditolak Ekperimen 0,665 0,000 H0 ditolak
Kelas kontrol memiliki pearson correlation sebesar 0,729 dengan kategori hubungan sangat kuat
. Artinya, terdapat hubungan sangat kuat antara penggunaan media interaktif berbasis
powerpoint dan motivasi belajar peserta
didik. Analisis uji korelasinya yakni hasil kuadrat dari koefisien korelasi, yang kemudian dijadikan persentase, yakni 0,729
2x100% = 53,14%. Artinya yakni terdapat 53,14% pengaruh yang dihasilkan dari penggunaan media pembelajaran interaktif terhadap motivasi belajar peserta didik di kelas kontrol. Sedangkan 46,86%
sisanya adalah pengaruh dari faktor lain.
Kemudian pada motivasi belajar kelas eksperimen koefisien korelasi menunjukkan angka 0,665 dengan kekuatan hubungannya adalah hubungan kuat. Analisis uji korelasinya yakni 0,665
2x100% = 44,22%.
Artinya yakni terdapat 44,22% pengaruh yang dihasilkan dari penggunaan media pembelajaran interaktif terhadap motivasi belajar peserta didik di kelas eksperimen.
Sedangkan 55,78% sisanya adalah pengaruh dari faktor lain.
Pada variabel selanjutnya yakni variabel kebiasaan belajar,
dapat dilihat pada tabel 3.3 yang merupakan hasil uji t-test sampel paired kebiasaan belajar di kelas eksperimen.Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan rerata antara nilai pretest dan nilai posttest kebiasaan belajar di kelas eksperimen. Apabila signifikansi menunjukkan angka < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest di kelas eksperimen atau kelas yang diberikan media inteaktif. Hasil uji t-test sampel paired menunjukkan angka 0,147. Artinya, hasil pretest dan posttest kebiasaan belajar di kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Tabel 3.6 Paired Sample T-test Kebiasaan Eksperimen Test Mean Sig. Keterangan
Pretest Posttest
37,00
37,63 0,147 Sig. > 0,05 Tidak berbeda signifikan.
Analisis selanjutnya adalah uji t-test sampel independent. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan rerata dari kebiasaan belajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Apabila signifikansi menunjukkan angka < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest di kelas eksperimen atau kelas yang diberikan media inteaktif. Pada tabel 3.4 diketahui hasil uji t-test
sampel paired menunjukkan angka 0,125.
Artinya, hasil pretest dan posttest kebiasaan belajar di kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Tabel 3.7 Independent Sample T-test Kebiasaan Belajar
Kelas Sig. Keterangan
Eksperimen
0,125 Sig. > 0,05. Tidak berbeda signifikan.
Kontrol
Setelah dilakukan uji t-test, analisis selanjutnya adalah uji korelasi. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antar variabel yang diteiti (Sugiyono, 2007). Pengaruhnya berupa pengaruh positif atau pengaruh negatif. Pengaruh positif yakni apabila satu variabel dan variabel lainnya yang berhubungan memiliki perubahan nilai ke arah yang sama. Dari uji korelasi, didapatkan kesimpulan jawaban dari hipotesis yang diajukan. Adapun hipotesis yang diajukan yakni:
1). Penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis powerpoint tidak berpengaruh signifikan terhadap kebiasaan belajar peserta didik (H0). 2) Penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis powerpoint berpengaruh signifikan terhadap kebiasaan belajar peserta didik (H1). Tabel 3.5 adalah hasil perhitungan uji korelasi dari variabel kebiasaan belajar. Hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dari media pembelajaran interaktif terhadap kebiasaan belajar. Ditunjukkan oleh hasil perhitungan yang memiliki nilai positif pada kedua kelas.
Tabel 3.8 Uji Korelasi Kebiasaan Belajar Kelas Pearson
correlation Sig. Keterangan Kontrol 0,777 0,000 H0 ditolak Ekperimen 0,880 0,000 H0 ditolak
Kelas kontrol memiliki pearson correlation sebesar 0,777 dengan kategori hubungan sangat kuat
. Artinya, terdapat hubungan sangat kuat antara penggunaan media interaktif berbasis
powerpoint dan kebiasaan belajar pesertadidik. Analisis uji korelasinya yakni hasil kuadrat dari koefisien korelasi, yang kemudian dijadikan persentase, yakni 0,777
2x100% = 60,37%. Artinya yakni terdapat 60,37% pengaruh yang dihasilkan dari penggunaan media pembelajaran
interaktif terhadap kebiasaan belajar peserta didik di kelas kontrol. Sedangkan 39,63%
sisanya adalah pengaruh dari faktor lain.
Kemudian pada kebiasaan belajar kelas eksperimen koefisien korelasi menunjukkan angka 0,880 dengan kekuatan hubungannya adalah hubungan kuat. Analisis uji korelasinya yakni 0,880
2x100% = 77,44%.
Artinya yakni terdapat 77,44% pengaruh yang dihasilkan dari penggunaan media pembelajaran interaktif terhadap kebiasaan belajar peserta didik di kelas eksperimen.
Sedangkan 22,56% sisanya adalah pengaruh dari faktor lain.
Pada variabel selanjutnya yakni variabel hasil belajar,
dapat dilihat pada tabel 3.3 yang merupakan hasil uji t-test sampel paired hasil belajar di kelas eksperimen. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan rerata antara nilai pretest dan nilai posttest hasil belajar di kelas eksperimen. Apabila signifikansi menunjukkan angka < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest di kelas eksperimen atau kelas yang diberikan media inteaktif. Hasil uji t-test sampel paired menunjukkan angka 0,000. Artinya, hasil pretest dan posttest motivasi belajar di kelas eksperimen terdapat perbedaan yang signifikanTabel 3.9 Paired Sample T-test Hasil Belajar
Test Mean Sig. Keterangan
Pretest 37,00
0,000 Sig. > 0,05 Berbeda signifikan.
Posttest 37,63
Analisis selanjutnya adalah uji t-test sampel independent. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan rerata dari hasil belajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Apabila signifikansi menunjukkan angka < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest di kelas eksperimen atau kelas yang diberikan media inteaktif. Pada tabel 3.4 diketahui hasil uji t-test sampel paired menunjukkan angka 0,125. Artinya, hasil pretest dan posttest motivasi belajar di kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Tabel 3.10 Independent Sample T-test Motivasi
Kelas Sig. Keterangan
Eksperimen
0,125 Sig. > 0,05. Tidak berbeda signifikan.
Kontrol
Setelah dilakukan uji t-test, analisis selanjutnya adalah uji korelasi. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi antar variabel yang diteiti (Sugiyono, 2007). Pengaruhnya berupa pengaruh positif atau pengaruh negatif. Pengaruh positif yakni apabila satu variabel dan variabel lainnya yang berhubungan memiliki perubahan nilai ke arah yang sama. Dari uji korelasi, didapatkan kesimpulan jawaban dari hipotesis yang diajukan. Adapun hipotesis yang diajukan yakni:
1). Penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis powerpoint tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar peserta didik (H0). 2) Penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis powerpoint berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar peserta didik (H1). Tabel 3.5 adalah hasil perhitungan uji korelasi dari variabel hasil belajar. Hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dari media pembelajaran interaktif terhadap hasil belajar. Ditunjukkan oleh hasil perhitungan yang memiliki nilai positif pada kedua kelas.
Tabel 3.11 Uji Korelasi Hasil Belajar Kelas Pearson
correlation Sig. Keterangan Kontrol 0,599 0,000 H0 ditolak Ekperimen 0,901 0,000 H0 ditolak
Kelas kontrol memiliki pearson correlation sebesar 0,599 dengan kategori hubungan cukup
. Artinya, terdapat hubungan cukup kuat antara penggunaan media interaktif berbasis
powerpoint dan hasil belajar peserta didik.Analisis uji korelasinya yakni hasil kuadrat dari koefisien korelasi, yang kemudian dijadikan persentase, yakni 0,599
2x100% = 35,88%. Artinya yakni terdapat 35,88%
pengaruh yang dihasilkan dari penggunaan media pembelajaran interaktif terhadap hasil belajar peserta didik di kelas kontrol.
Sedangkan 64,12% sisanya adalah pengaruh dari faktor lain. Kemudian pada hasil belajar kelas eksperimen koefisien korelasi menunjukkan angka 0,665 dengan kekuatan hubungannya adalah hubungan kuat.
Analisis uji korelasinya yakni 0,901
2x100%
= 81,18%. Artinya yakni terdapat 81,18%
pengaruh yang dihasilkan dari penggunaan media pembelajaran interaktif terhadap hasil
belajar peserta didik di kelas eksperimen.
Sedangkan 18,82% sisanya adalah pengaruh dari faktor lain.
Variabel motivasi belajar, kebiasaan belajar, dan hasil belajar memiliki hasil analisis yang positif. Hasil analisis positif dilihat dari uji korelasi yang menunjukkan angka yang positif pula. Angka positif pada uji koelasi menandakan adanya pengaruh yang baik, pengaruh yang searah dengan sesuatu yang diteliti. Pengaruh positif yang searah dalam penelitian ini adalah dari penggunaan media interaktif berbasis
powerpointterhadap ketiga variabel.
Apabila penggunaan media interaktif semakin dilakukan, maka semakin tinggi pula nilai ketiga variabel tersebut.
Motivasi belajar pada penelitian ini memiliki hasil korelasi yang positif namun harus dibandingkan dengan hasil di kelas kontrol juga. Kelas kontrol memiliki hasil uji korelasi dengan angka positif juga. Sehingga diliat perbedaan nilai uji korelasi positif antar kedua kelas. Hasilnya adalah kelas kontrol memiliki korelasi positif lebih tinggi daripada kelas eksperimen meskipun kedua kelas memiliki korelasi positif. Kelas kontrol memiliki uji korelasi sangat kuat.
Sedangkan kelas eksperimen memiliki uji korelasi dengan predikat hubungan kuat.
Sehingga motivasi belajar pada kelas eksperimen tidak lebih baik daripada kelas kontrol.
Kebiasaan belajar pada penelitian ini
memiliki hasil korelasi yang positif namun
harus dibandingkan dengan hasil di kelas
kontrol juga. Kelas kontrol memiliki hasil uji
korelasi dengan angka positif juga. Sehingga
diliat perbedaan nilai uji korelasi positif
antar kedua kelas. Hasilnya adalah kelas
eksperimen memiliki korelasi positif lebih
tinggi daripada kelas kontrol meskipun
kedua kelas memiliki korelasi positif. Kedua
kelas juga memiliki predikat hubungan
korelasi sangat kuat. Kelas kontrol
menghasilkan nilai 0,77 sedangkan kelas
eksperimen menghasilkan angka lebih
tinggi, yakni 0,88. Sehingga kebiasaan
belajar pada kelas eksperimen terbukti lebih
baik daripada kelas kontrol.
Hasil belajar pada penelitian ini memiliki hasil korelasi yang positif namun harus dibandingkan dengan hasil di kelas kontrol juga. Kelas kontrol memiliki hasil uji korelasi dengan angka positif juga. Sehingga diliat perbedaan nilai uji korelasi positif antar kedua kelas. Hasilnya adalah kelas eksperimen memiliki korelasi positif lebih tinggi daripada kelas kontrol meskipun kedua kelas memiliki korelasi positif. Kelas kontrol memiliki hubungan korelasi cukup.
Sedangkan kelas eksperimen menghasilkan hubungan korelasi sangat kuat. Kelas kontrol menghasilkan nilai 0,59 sedangkan kelas eksperimen menghasilkan angka lebih tinggi, yakni 0,9. Sehingga hasil belajar pada kelas eksperimen terbukti lebih baik daripada kelas kontrol.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh merupakan jawaban dari rumusan masalah yang ada pada bagian pendahuluan.
Kesimpulan dipaparkan secara deskriptif.
Kesimpulan hasil penelitian pada penelitian ini yakni dampak pengginaan media pembelajaran interatif berbasis powerpoint terhadap motivasi belajar, kebiasaan belajar, dan hasil belajar siswa, juga rekomendasi tindak lanjut dari penggunaan media interaktif. Hasilnya menunjukkan terdapat pengaruh positif pada ketiga variabel tersebut.
Pengaruh penggunaan media interaktif terhadap variabel motivasi belajar menghasilkan pengaruh positif. Dibuktikan dengan hasil perhitungan uji korelasi yang menyatakan bahwa terdapat 44,22% pengaruh. Kemudian 55,78%
lainnya merupakan pengaruh dari faktor lain.
Korelasi yang dihasilkan merupakan korelasi dengan hubungan kuat. Apabila ditinjau dari indikator motivasi belajar, maka terdapat perubahan yang lebih baik pada salah satu indikatornya, yakni perubahan sikap gemar belajar secara mandiri. Gemar belajar secara mandiri tersebut merupakan salah satu indikator dari motivasi belajar.
Pengaruh penggunaan media interaktif terhadap variabel kebiasaan belajar menghasilkan pengaruh positif. Dibuktikan dengan hasil perhitungan uji korelasi yang menyatakan bahwa terdapat 77,44% pengaruh.
Kemudian 22,56% lainnya merupakan pengaruh dari faktor lain. Korelasi yang dihasilkan
merupakan korelasi dengan hubungan sangat kuat. Apabila ditinjau dari indikator kebiasaan belajar, maka terdapat perubahan yang lebih baik pada salah satu indikatornya, yakni perubahan sikap setiap hari melakukan kegiatan belajar.
Melakukan kegiatan belajar setiap hari tersebut merupakan salah satu indikator dari motivasi belajar.
Pengaruh penggunaan media interaktif terhadap variabel hasil belajar menghasilkan pengaruh positif. Dibuktikan dengan hasil perhitungan uji korelasi yang menyatakan bahwa terdapat 81,18% pengaruh. Kemudian 18,82%
lainnya merupakan pengaruh dari faktor lain.
Korelasi yang dihasilkan merupakan korelasi dengan hubungan sangat kuat. Apabila ditinjau dari rata-rata nilai, maka terdapat nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam beberapa kurun waktu. Proses penelitian melibatkan berbagai pihak dan juga kalangan sekolah untuk pengambilan data.
Penelitian yang dilakukan mengalami beberapa kendala dan juga permasalahan tersendiri sehingga penulis memberikan saran terbaik bagi peneliti selanjutnya dari pengalaman penelitian yang telah dilakukan.
Saran bagi peneliti selanjutnya yakni hendaknya melakukan oservasi lebih detail dan pintar melihat situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Hal tersebut untuk mempermudah pengambilan data sesuai rencana yang telah disusun. Selanjutnya para pendidik sangat disarankan untuk menggunakan media pembelajaran ineraktif berbasis powerpoint untuk meningkatkan sikap motivasi, sikap kebiasaan belajar, dan hasil belajar peserta didik yang lebih baik.
5. DAFTAR PUSTAKA
Anjarini, Y., 2010. Studi Korelasional Antara Kebiasaan Belajar, Motivasi Berprestasi, Hasil Belajar Siswa Kelas V SD di Gugus Hasanudin Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Skripsi FKIP UKSW.
Arikunto, 2006. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, S.B., 2011. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, A., 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Hamalik, O., 2004. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mujiono, D., 2013. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman, 2015. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sardiman, A.M., 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Surjono, H.D., 2017. Multimedia pembelajaran interaktif konsep dan pengembangan.
[online] Available at: