• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERBASIS ANDROID UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Rusli Rusli

Academic year: 2024

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERBASIS ANDROID UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERBASIS ANDROID UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK

DEVELOVMENT OF ANDROID-BASED CHEMISTRY TEACHING MATERIALS TO IMPROVE CONCEPT UNDERSTANDING OF STUDENTS

RUSLI 220016301029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024

(2)

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

BAB I PENDAHULUAN 5

A. Latar Belakang 5

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

A. Kajian Teori 7

B. Kerangka Pikir 16

BAB III METODE PENELITIAN 19

A. Jenis Penelitian 19

B. Waktu dan tempat Penelitian 19

C. Desain Penelitian 19

D. Subjek Penelitian 24

E. Batasan Istilah 25

F. Teknik Analisis Data 26

G. Instrumen Penelitian 28

H. Teknik Analisis data 29

DAFTAR PUSTAKA 34

i

(3)

Tabel 2. Tanggapan respon guru 30

Tabel 3. Kategori angket respon guru 31

Tabel 4. Kriteria skor kemampuan pemahaman konsep 31

Tabel 5. Kriteria Gain ternormalisasi 33

ii

(4)

Gambar 2. Grafik jari-jari atom unsur segolongan 15 Gambar 3. Alur kerangka pikir pengembangan bahan ajar berbasis android 18

Gambar 4. Desain Post-test only design 23

Gambar 5. Kerangka konseptual desain pengembangan bahan ajar model 4D (Define, Design, Develovment, Dessiminate)

24

iii

(5)

pakar/tim ahli

Lampiran 2. Kisi-kisi tes pemahaman konsep peserta didik 36

iv

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan sarana pembentuk kepribadian manusia yang dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam memajukan Pendidikan dengan harapan agar manusia Indonesia dapat menggali potensi diri dan memiliki bekal dalam menghadapi perubahan transformasi Budaya serta arus Globalisasi. Perubahan Kurikulumpun diharapkan dapat menyiapkan generasi visioner dan mampu bertumpu pada kaki sendiri salah satunya adalah dengan mengubah Kurikulum sesuai dengan perkembangannya.

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang lahir diera berakhirnya masa pandemi Covid-19 yang berperan dalam memulihkan pembelajaran, Mengingat banyaknya peserta yang kehilangan konsep materi dimasa itu. Pada saat penerapan kurikulum merdeka sudah tentu membawa efek dan perubahan secara signifikan mengenai guru di sekolah dari segi administrasi pembelajaran, strategi dan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan bahkan proses evaluasi pembelajaran. Hakikatnya merdeka belajar memperdalam kompetensi guru untuk berinovasi dan mengupgrade kualitas pembelajaran secara independent.

Kualitas pembelajaran akan terwujud bila mana seorang guru mampu mengembangkan strategi, metode atau pendekatan bahkan sebuah produk pembelajaran yang dapat menarik minat peserta didik dalam belajar sehingga terbantu dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan meningkatkan

1

(7)

pemahaman konsep mereka. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui sebuah strategi atau media bahan ajar yang digunakan oleh guru. Tidak bisa dipungkiri bahwa pengembangan media bahan ajar memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Semakin meningkat minat belajar peserta didik maka semakin meningkat ketertarikan mereka terhadap materi pembelajaran tersebut.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang guru harus memiliki keterampilan dalam memilih, menggunakan metode atau model dan melakukan inovasi-inovasi baru dalam menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan perkembangan zaman dari peserta didik

Pada abad ini, Teknologi dawai telah mengalami kemajuan yang signifikan. Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang pesat dalam perkembangan tahun terakhir. Teknologi dalam pendidikan adalah suatu keharusan. Mayoritas rencana strategi perangkat dawai berjalan pada sistem operasi android. Dalam mengikuti perkembangan teknologi, peserta harus menyesuaikan diri. Peserta didik tidak akan terpisahkan dari penggunaan alat komunikasi seperti ponsel Android. Dalam bidang teknologi, Android memiliki kemampuan yang tidak bisa diremehkan dalam proses pembelajaran sebagai wujud inovasi guru dalam membelajarkan peserta didik. Mengarahkan manfaat teknologi dengan bijak akan mendapatkan manfaat yang positif dan dapat memberikan dampak yang signifikan dalam berbagai sektor, termasuk dalam bidang Pendidikan dapat dinilai dari salah satu aspeknya yaitu perkembangan bahan ajar yang tidak optimal. Tidak hanya dalam bentuk buku cetak, tetapi juga dalam bentuk materi pembelajaran elektronik, yang mana yang mana telah kita

(8)

ketahui bahwa saat ini, para remaja sangat aktif dalam menggunakan android yang menjadikan pola pembelajaran menjadi berubah dari yang tadinnya hanya mencatat, dengan kecanggihan tekhnologi android peserta didik dapat dengan cepat mengumpulkan materi atau menyelesaikan tugas-tugasnya dengan menggunakan android.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sendana, dikelas X, telah diperoleh informasi dari guru Kimia, bahwa pembelajaran yang sering digunakan guru pada saat proses pembelajaran kimia adalah ceramah, diskusi dan presentasi, dan problem solving. Adapun bentuk bahan ajar yang sering digunakan guru adalah buku paket dan modul, dan jenis bahan ajar yang sering digunakan adalah gambar dan power point. Berdasarkan angket analisis guru dan peserta didik, banyak kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan bahan ajar karena sulit menyesuaikan bahan ajar dengan kemampuan peserta didik, 60% peserta didik tidak memahami konsep kimia dalam pembelajaran berdasarkan nilai hasil ujian semester sebelumnya. Ilmu kimia menjadi salah satu ilmu yang dianggap sulit oleh peserta didik Sekolah Menengah Atas. Masih terdapat banyak peserta didik yang tidak mampu memahami konsep-konsep kimia dengan baik disekolah, khususnya di SMA Negeri 1 Sendana. Ibu Firtriani sebagai guru kimia disekolah ini mengungkapkan bahwa hasil belajar kimia sangat rendah dapat terjadi karena peserta didik kehilangan konsep yang telah dipelajari saat masa pandemi, hal tersebut dapat dibuktikan melalui hasil analisis ulangan harian dengan rata-rata 62,35 dari 34 peserta didik dikelas X pada materi

(9)

Sistem Periodik unsur yang merupakan materi fondasi belajar kimia dan banyak mengandung konsep-konsep yang berkaitan dengan materi lainya.

Merujuk pada hasil penelitian sebelumnya, bahwa dengan menggunakan bahan ajar kimia peserta didik dalam pembelajaran, maka respon peserta didik terhadap penggunaan bahan ajar kimia untuk peserta didik kelas X mendapatkan respon positif, dengan persentase rata-rata semua aspek sebesar 71,49%.

Perolehan hasil data awal angket minat belajar peserta didik dan data akhir minat belajar peserta didik diperoleh dengan nilai persentase 62,35% dengan kriteria

“tinggi” dan data akhir minat belajar peserta didik diperoleh dengan jumlah 82,80% dengan kriteria “sangat tinggi”. Dengan adanya bahan ajar yang digunakan peserta didik akan terbantu dalam menyelesaiakan tugas-tugas secara mandri yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang berpengaruh pada peningkatan pemahaman konsep kimia melalui penggunaan android. Selain itu dengan adanya bahan Ajar ini peserta didik dapat terbantu mencapai tujuan pembelajaran dengan jelas, fleksibel, dan memungkinkan siswa dapat mempelajari kembali materi yang belum dipahami.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin melakukan penelitan sejenisnya, namun terdapat perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Perbedaanya terletak pada konten dan jenis materi pembelajaran yang telah dipergunakan di awal serta media yang digunakan, sehingga peneliti ingin menyusun penelitian dengan judul

"Pengembangan Bahan Ajar Kimia berbasis Android untuk meningkatkan pemahaman konsep kimia Peserta didik’’.

(10)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana hasil pengembangan bahan ajar kimia berbasis android untuk meningkatkan pemahaman konsep kimia peserta didik?

2) Bagaimana tanggapan praktisi terhadap bahan ajar kimia berbasis android yang dikembangkan dalam penelitian?

3) Bagaimana efektifitas penggunaan bahan ajar kimia berbasis android terhadap pemahaman konsep kimia peserta didik?

C. Tujuan Penelitian

Merujuk hasil rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1) Menganalisis hasil pengembangan bahan ajar kimia berbasis android yang telah dikembangkan.

2) Menganalisis respon guru terhadap pengembangan bahan ajar kimia berbasis android yang telah dikembangkan.

3) Menganalisis efektifitas penggunaan bahan ajar kimia berbasis android yang telah dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep kimia.

(11)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, meliputi:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengembangan bahan ajar kimia berbasis android terhadap peningkatan pemahaman konsep kimia peserta didik.

2) Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian adalah:

a) Bagi guru

Melalui pengembangan bahan ajar kimia berbasis android diharapkan lebih mengaktifkan peserta didik sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dan meningkatkan penguasaan konsepnya. Selain itu, dapat pula dijadikan rujukan bagi pendidik lainnya untuk membuat dan mengembangkan bahan ajar lainnya dengan strategi atau pendekatan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

b) Bagi peserta didik

Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam membangun pemahaman konsep dengan adanya bahan ajar kimia berbasis android.

(12)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bahan Ajar

Menurut Jazuli (2017) Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang dapat digunakan oleh peserta didik sehingga tercipta suatu kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar dengan baik. Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang digunakan untuk membantu pendidik (guru, dosen, maupun konstruktur) dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sedangkan Chomsin dan Jasmani (2008) menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat sarana atau alat pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mencapai potensi dengan kompleks

Pada prinsipnya semua buku dapat digunakan sebagai bahan kajian pembelajaran, asal relavan dengan pokok bahasan pembelajaran. Bahan ajar yang memiliki desain dan urutan yang teratur, menjelaskan intruksional yang akan dicapai, motivasi peserta didik untuk belajar, dan secara umum cenderung kepada peserta didik secara individual yang dapat ditekuni peserta didik secara mandiri karena sistematis dan lengkap. Guru harus memiliki bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, tuntutan pemecahan masalah belajar.

Bagi guru pengembangan bahan ajar digunakan sebagai keperluan pemebalajaran yang akan dilakukan (Fitria rizki, 2008).

7

(13)

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa bahan ajar adalah suatu perangkat sarana atau alat yang berisikan materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga diharapkan membantu peserta didik mencapai potensi dengan kompleks.

a. Jenis-Jenis Bahan Ajar

Berdasarkan pada panduan dari direktorat pembinaan sekolah menegah atas, bahan ajar dikatagorikan menjadi 4 (empat) yaitu:

1) Bahan cetak (printed), seperti hand out buku modul, lembar kerja siswa (LKS), brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, model/ maket, dsb.

2) Bahan ajar dengar (audio), seperti kaset, radio, piringan hitam, audio compact disk, dsb.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), seperti vidio compact disk, film, dan lain-lain.

4) Bahan ajar multi media interaktif (interactive teaching material), seperti compact disk (CD) multi media pembelajaran interaktif.

5) Bahan ajar berbasis web (web based learning material).

Dari pembahasan tersebut Ilyas Ramadani (2014) dapat meyimpulkan bahwa secara garis besar bahan ajar terbagi menjadi bahan ajar cetak (terdiri dari buku, modul, LKS, dll). Bahan ajar non cetak (terdiri dari bahan ajar dengar, pendang dengar, multi interaktif dan bahan ajar berbasis web). Bahan ajar non cetak dapat digunakan dengan bantuan elektronik.

(14)

b. Fungsi Bahan Ajar

Terdapat tiga fungsi utama bahan ajar dalam kaitannya dengan penggelaran proses belajar dan pembelajaran menurut Siti Aisyah dkk (2020). tiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Bahan ajar merupakan pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktifitas dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan/ dilatih kepada siswa.

2) Bahan ajar merupakan pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan aktifitas dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan subtansi yang seahrusnya dipelajari/ dikuasai.

3) Bahan ajar merupakan alat evaluasi pencapaian/ pengauasaan hasil pembelajaran. Sebagai alat evaluasi maka bahan ajar yang disampaikan harus sesuai dengan indikator dan kompetensi dasar yang ingin dicapai oleh guru.

Indikator dan kompetensi dasar ini sudah dirumuskan dalam silabus pelajaran.

2. Android

Android adalah suatu software (perangkat lunak) yang digunakan pada mobile device (perangkat berjalan)yang meliputi sistem operasi, middleware dan aplikasi inti”. Android menurut Satyaputra dan Aritonang (2014) adalah sebuah sistem operasi untuk smartphone dan tablet. Sistem operasi dapat diilustrasikan sebagai jembatan antara piranti (device) dan penggunaannya, sehingga pengguna dapat berinteraksi dengan device-nya dan menjalankan aplikasi-aplikasi yang tersedia pada device.

(15)

Penggunaan aplikasi android sebagai media pembelajaran adalah sesuatu yang menarik dan baru dalam dunia pendidikan, aplikasi android telah memberi warna baru dalam perkembangan media pembelajaran. Penggunaan aplikasi ini membuat media pembelajaran semakin menarik dan beragam. Namun, penggunaan aplikasi android sebagai media pembelajaran tidak hanya dinilai satu sisi. Aplikasi android harus mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik dan harus mampu merangsang peserta didik untuk selalu mengingat apa yang sudah dipelajari serta mempu memberi rangsangan belajar bagi peserta didik. Dengan demikian, penggunaan aplikasi android sebagai media pembelajaran harus memenuhi beberapa kreteria. Thorn. W dalam buku Hujair A.H Sanaky (2013), mengajukan enam kreteria untuk menilai multimedia interaktif, yaitu:

a) Kemudahan navigasi, artinya sebuah program media harus dirancang sesederhana, serapi, dan seindah mungkin

b) Ada kandungan kognisi,

c) Pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria diatas adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program itu tela memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum.

d) Integrasi media, yaitu media itu harus bisa mengintegrasikan aspek tujuan pembelajaran, materi yang harus dipelajari, metode artinya variasi metode yang digunakan dan kemampuan si pembelajar.

e) Untuk menarik minat pembelajar, program media harus mempelajari tampilan yang artistik dan tak lupa estetika juga merupakan kriteria.

(16)

f) Fungsi secara keseluruhan, artinya program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar (tujuan pembelajaran), sehingga pada waktu selesai menjalankan sebuah program (belajar) dia akan merasa telah belajar sesuatu dengan nyaman dan menyenangkan.

3. Pemahaman Konsep

Pemahaman adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk memperoleh makna dari materi pelajaran yang telah dipelajari (Sudjana, 1992) dan Muntori (2007) menjelaskan ada dua macam pemahaman berdasarkan sifatnya, yaitu pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik. Pemahaman konseptual merupakan pemahaman yang berhubungan dengan konsep-konsep berupa arti, sifat dan uraian suatu konsep, kemampuan menjeaskan sebuah bersifat abstrak serta teori-teori dasar sains. sains sedangkan pemahaman algoritmik merupakan procedural atau serangkaian aturan yang melibatkan perhitungan matematika untuk memecahkan suatu masalah. Menurut KBBI (online) konsep adalah satu idea tau gambaran dari objek melalui suatu proses yang digunakan untuk memahami hal-hal tertentu.

Berdasarkan definisi yang dijelaskan diatas tentang pemahaman konsep, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang dalam mengonstruksi suatu konsep yang ada berdasarkan pengetahuan dasar yang dimiliki dengan menggunakan kata-kata sendiri dan mampu membuat hubungan dengan pengetahuan yang baru. Menurut Kilpatrick dan Findel (2001), indikator pemahaman konsep dibagi menjadi tujuh, antara lain: (1) kemampuan menyatakan

(17)

ulang konsep yang telah dipelajari (2) kemampuan mengklarifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut (3) kemampuan menerapkan konsep secara algoritma (4) kemampuan memberikan contoh dari konsep yang dipelajari (5) kemampuan menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis (6) kemampuan mengaitkan berbagai konsep (7) kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

Menurut Anderson (2001) menjelaskan bahwa pemahaman konsep fisika dapat digolongkan dalam tiga segi yang berbeda yaitu pemahaman translasi, interpretasi dan eksploitas.

a) Translasi;

Transalasi merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu berupa ide/konsep yang dinyatakan dengan cara yang berbeda dari aslinya, misalnya mengubah soal dalam bentuk simbol atau sebaliknya. Indikator pemahaman translasi yaitu; (1) Kemampuan menerjemahkan suatu prinsip umum dengan memberi ilustrasi atau contoh. (2) Kemampuan menerjemahkan hubungan- hubungan yang digambarkan dalam bentuk simbol, tabel, peta, formula ke bentuk bahasa verbal. (3) Kemampuan menerjemahkan konsep dalam bentuk visual atau sebaliknya.

Contoh transalasi dalam ilmu kimia pada materi Sifat keperiodikan Unsur antara lain; Penentuan hubungan antara konfigurasi electron dengan letak unsur dalam tabel periodik Unsur, mislanya; Diketahui konfigurasi elektron unsur Mn dengan nomor atom 25 sebagai berikut: [Ar] 4s2 3d5. Dari konfigurasi tersebut,

(18)

Peserta didik dapat menetukan letaknya dalam sistem periodik melaui hubungan simbol-simbol penulisan konfigurasi electron. Dengan melihat kulit terkahirnya, maka peserta didik dapat mengetahui bahwa unsur Mn terletak pada periode ke-4 karena kulit tertinggi dan terakhirnya 4 dan peserta didik dapat mengetahui golongannya dengan melihat blok terakhir pengisiannnya yaitu d maka glongannya B, lebih tepatnya VIIB karena electron valensinya 7.

b) Interpretasi;

Interpretasi merupakan kemampuan untuk memahami atau mengartikan bahan ide yang direkam, diubah atau disusun dalam bentuk lain. Indikator pemahaman interpretasi yaitu; (1) Kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan bentuk bacaan secara jelas dan mendalam. (2) Kemampuan membedakan pembenaran atau menyangkal suatu kesimpulan yang digambarkan dalam bentuk suatu data. (3) Kemampuan untuk membuat batasan (qualification) yang tepat ketika menafsirkan suatu data.

Contoh interpretasi dalam ilmu kimia pada materi sifat keperiodikan unsur, misalnya ketika peserta didik diberikan data, peserta didik diharapakn dapat menuliskan konfigurasi elektron unsur X berdasarakan tabel Energi pengionan (Ei) (kJ/mol)

Tabel 1. Energi Pengionan (Ei) unsur X

Ei1 Ei2 Ei3 Ei4 Ei5 Ei6

1012 1903 2910 4956 6278 22230

Dari tabel pengionan diatas, mulai dari Ei1 sampai dengan Ei6. Peserta didik dapat menentukan konfigurasi elektron terkahirnya dengan melihat dan memaknai data Ei diatas bahwa sebuah proses pengionan dengan lebih besar terdapat pada

(19)

tahap pengionan ke-6 pada data. Hal ini menunjukkan bahwa elektron ke-6 sudah sangat sulit dilepaskan. Pengionan lebih mudah terjadi hingga sampai tahap ke-5.

Dengan demikian, atom unsur ini memiliki 5 elektron valensi yang terletak dikulit ke-3. Konfigurasi elektron: 2 8 5, nama unsur adalah Posfor (P).

c) Extrapolasi;

Extrapolasi adalah keterampilan untuk meramalkan kelanjutan dari kecenderungan yang ada menurut data tertentu dengan mengutarakan konsekuensi dengan implikasi yang sejalan dengan kondisi yang digambarkan. Indikator pemahaman ekstrapolasi yaitu; (1) Kemampuan menggambarkan, menaksir atau memprediksi akibat dari tindakan tertentu. (2) Keterampilan meramalkan kecenderungan yang akan terjadi. (3) Kemampuan menyisipkan satu data dalam sekumpulan data dilihat dari kecenderungannya.

Contoh extrapolasi dalam ilmu kimia pada materi sifat keperiodikan unsur, misalnya; peserta didik dapat meramlakan Urutan jari-jari atom 12Mg, 20Ca, 38Sr, dan 56Ba dari jari-jari terpendek ke terpanjang.

Berdasarkan data nomor atom masing-masing unsur diatas, peserta didik dapat mengerjakannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1: Menuliskan konfigurasi elektron dari masing-masing unsur.

12Mg : 2 8 2 38Sr : 2 8 18 8 2 20Ca : 2 8 8 2 56Ba: 2 8 18 18 8 2

Langkah 2: Menentukan jumlah kulit dari masing-masing atom.

jumlah kulit Mg = 3 jumlah kulit Sr = 5 jumlah kulit Ca = 4 jumlah kulit Ba = 6

(20)

Langkah 3: Menggambarkan letak elektron dengan model atom Niels Bohr.

Mg Ca Sr Ba

Gambar 1. Konfigurasi Bohr unsur segolongan

Langkah 4 : Menganalisis perbandingan jari-jari atom antara 12Mg, 20Ca, dan 38Sr. Berdasarkan gambar pada langkah dua dapat kita lihat jika jumlah kulit bertambah dari Mg ke Ba. Sehingga, jari-jari atom Mg < Ca <

Sr < Ba.

Langkah 5 : Grafik hubungan antara nomor atom dengan jari-jari atom

Gambar 2. Garfik Jari-jari atom unsur segolongan

0 10 20 30 40 50 60

Mg Ca Sr Ba

jari-jari atom

(21)

E. Kerangka Pikir

Mata Pelajaran Kimia merupakan pelajaran yang mengandung banyak konsep-konsep yang bersifat abstrak hingga akhirnya dalam pembelajaran disekolah siswa kurang mampu mengkonstruk pengetahuan. Pada umumnya siswa mengatakan kimia merupakan mata pelajaran yang sulit. Sehingga pemahaman konsep kimia mereka tidak ada apalagi kurang optimlanya pembelajaran pada masa pandemi. Selaitu itu, motivasi siswa jadi berkurang yang tidak memacu dirinya untuk mandiri dalam belajar secara mandiri. Hal ini yang terjadi di SMA Negeri 1 Sendana. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peserta didik cenderung mengalami masalah seperti yang dijelaskan sebelumnya. Penyebabnya adalah tidak adanya bahan ajar yang menarik digunakan dalam pembelajaran serta guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan persentase dalam pembelajaran. Siswa dalam kelas hanya bermain gadget dalam pembelajaran dan tidak memperhatikan guru saat menjelaskan, Akibatnya yang dapat ditimbulkan adalah peserta didik tidak dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang dapat mempengaruhi pemahaman konsep kimia dan rendahnya hasil pembelajaran. Diperlukan sebuah inovasi pembelajaran yang baik untuk meningkatakan pemahaman konsep kimia peserta didik dengan memperhatikan kebutuhan dari murid itu sendiri seperti kesiapan, minat, dan gaya belajar murid.

Secara umum untuk kesiapan belajar peserta didik di SMAN 1 Sendana kelas X, hampir semua siswa telah kehilangan pemahaman konsep dalam pembelajaran hal tersebut terlihat dari analaisis assemen diagnostik kognitif yang telah diberikan, kemudian minat terhadap pelajaran kimia kurang, untuk gaya belajar peserta didik

(22)

dikelas tersebut dominan peserta didik memiliki gaya belajar kinestetik kemudian diikuti visual dan sedikti auditori.

Bertolak dari masalah tersebut, maka perangkat pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang dimaksud adalah pengembangan bahan ajar kimia berbasis android pada mata pelajaran sistem periodik unsur yang dapat meningkatkan pemahaman konsep kimianya. Apabila tingkat pemahaman kimia siswa tinggi maka siswa lebih mudah untuk melanjutkan materi-materi yang lain. Untuk itu perlu dikembang suatu bahan ajar alternatif berupa modul pembelajaran interaktif. Dipilihnya modul pembelajaran interaktif ini, karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan bahan ajar berupa lembar kerja dan buku lainnya. Bahan ajar seperti modul memiliki kelebihan diantaranya bersifat mandiri, terdapatnya umpan balik, tujuan pembelajaran yang jelas, bersifat fleksibel, dan memungkinkan peserta didik dapat mnegulangi materi yang belum dipahami.

Bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan karakter atau kebutuhan siswa,, dan disajikan dalam bentuk portofolio serta dilengkapi dengan perpaduan antara text, gambar, animasi maupun video yang menggunakan link barcode.

Penyajian bahan ajar dengan bantuan android bertujuan agar mempermudah siswa dalam memahami hal-hal yang abstrak atau yang membutuhkan visualisasi dalam proses pembelajaran kimia. Dari keunggulan tersebut maka bahan ajar pembelajaran interaktif cocok digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya materi Sistem Periodik Unsur. Selain itu siswa dapat belajar mandiri dan mampu memvisualisasi sendiri objek-objek yang bersifat abstrak tersebut, sehingga dapat

(23)

meningkatkan pemahaman mereka. Kerangka pikir pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Alur kerangka pikir pengembangan bahan ajar interaktif berbasis android

Pemahmaan konsep kimia dan motivasi kurang untuk belajar mandiri

hasil belajar kimia rendah

Bahan ajar yang digunakan kurang menarik dan masih buku paket

Bahan ajar berbasis android

Memperhatikan kebutuhan murid

Indikator

Prinsip bahan ajar

Karakteristik siswa

Siswa menggunakannya dalam pembelajaran

Pemahaman konsep Kimia meningkat

Siswa belajar mandiri

(24)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian R & D (Riset &

Development) yaitu penelitian yang berorientasi untuk meneliti, merancang, memproduksi, menguji, validitas produk yang dihasilkan (Sugiyono, 2015).

Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah Bahan Ajar Kimia berbasis Android.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2024/2025 di kelas X SMA Negeri 1 Sendana, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.

C. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan model 4-D yang meliputi 4 (empat) tahapan yaitu pendefinisian (define), desain (design), pengembangan (development), dan penyebaran (dissiminate) desain penelitian. Berikut adalah penjelasan lengkap terkait dengan penelitian yang akan dilakukan disesuiakan dengan analisis kebutuhan peserta didik di lokasi penelitian.

1. Tahap Pendefenisian (Define)

Tahap pendefinisian ini dilakukan untuk menentukan apa yang diperlukan didalam proses pembelajaran dan mengumpulkan informasi terkait dengan produk yang akan dikembangkan, untuk keadaan sekolah yang menjadi objek dalam

19

(25)

penelitian ini. Dalam tahap pendefinisian ini terbagi menjadi beberapa langkah, yaitu:

a) Analsis awal-akhir

Tahap menetapkan atau mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Tahap ini juga dikenal dengan tahap analisis kebutuhan yang dimaksud dalam penelitiannya ini meliputi menetapkan permasalahan dasar dalam proses pembelajaran, sehingga dibutuhkan adanya pengembangan bahan pembelajaran, serta alternatif perangkat yang relavan untuk mencapai tujuan akhir yang tertera dalam kurikulum. Tahap ini melalui proses, wawancara dan penyebaran angket yang diberikan kepada siswa. Dan juga tahap ini menetapkan sekumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam satuan perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan. Tahap ini juga bertujuan untuk merinci isi materi ajar secara garis besar.

b) Analisis karakteristik peserta didik

Dari data yang diperoleh di SMAN 1 Sendana, seluruhnya menyatakan bahwa kimia merupakan pelajaran yang menyenangkan meskipun kimia adalah materi pelajaran yang cukup sulit karena sifatnya yang abstrak. peserta didik cenderung tidak memiliki kesiapan awal belajar itu artinya kurangnya pemahaman konsep yang diterima oleh peserta didik dalam pembelajaran hal tersebut terlihat dari tes diawal materi pembelajaran yang diberikan oleh murid itu sendiri yang menunjukkan rata-rata siswa memiliki nilai yang sama-sama rendah. Hal ini dikarenakan kelas X di SMA Negeri 1 Sendana merupakan kelas dengan kemampuan akademik yang tergolong rendah berdasarkan

(26)

pengelompokan nilai rapor tiap semester. Dari hasil Analisis assemen diagnostik non kognitif di SMA Negeri 1 Sendana dapat dilakukan dengan menggunakan link yang dibagikan oleh guru BK untuk mengetahui, latar belakang, pekerjaan orang tua, pergaulan siswa dan lain-lainya. Hasilnya menunjukkan karakter yang beragam yang dipetakan oleh guru, misalnya, dominan orang tua peserta didik, dominan peserta didik begadang kalau malam hanya untuk bermain gadget sehingga mereka lupa mengerjakan tugas dan terlambat datang kesekolah mengikuti pelajaran, disamping itu pula berdasarkan hasil analisis gaya belajar peserta didik kebanyakan memiliki gaya kinestetik, kemudia visual dan sedikit audio. Hasil observasi yang dilakukan peserta didik cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran ketika pendidik hanya menggunakan metode ceramah.

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan menghasilkan sebuah produk berbasis flash. Produk yang berupa bahan ajar pembelajaran tersebut diharapkan dapat menarik perhatian peserta didik dan membuat peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

c) Analsisi Materi

Analisis materi ini dilakukan untuk menentukan konten dari materi yang akan dimuat dalam bahan ajar adalah materi sifat keperiodikan unsur yang dikembangkan. Yang mana materi ini merupakan materi yang cukup dianggap sulit bagi siswa untuk dipahami secara mendalam karena banyaknya konsep- konsep kimia yang harus dipahami. Bagian-bagian utama dalam bahan ajar dianalisis dengan mengidentifikasi dan menyusun bagian penting dari bahan ajar secara sistematis. Materi yang dimuat dalam bahan ajar disusun menggunakan

(27)

berbasis android yang akan memudahkan siswa dalam mengaksses materi ataupun tugas-tugas yang akan dikerja oleh peserta didik secara mandiri dan flexible.

d) Analisis tugas

Pada kegiatan ini, guru membuat soal pada bahan ajar yang merujuk ada tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan memperhatikan tingkat karaketristik paserta didik. Karakteristik peserta didik di SMA Negeri 1 Sendana cenderung tidak memiliki pengetahuan awal materi, dan minat belajar kimia kurang, sedangkan gaya belajar peserta didik dominan kinestetik, kemdian diikuti visual dan sedikit audiao. Analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam sumber belajar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan utama yang dibutuhkan oleh peserta didik dan memastikan apakah isi bahan ajar memenuhi seluruh aspek kompetensi yang diharapkan atau tidak.

2. Tahap perancangan (Design)

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menyiapkan draft Bahan ajar. Tahap ini terdiri dari beberapa langkah yaitu: Merencanakan materi, menganalisis CP, menganaislsis Tujuan pembelajaran, menyusun alur tujuan pembelajaran, persiapan sumber referensi dan merancang bahan ajar.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Untuk menghasilkan produk bahan ajar yang sesuai dengan aspeknya, maka dibutuhkan beberapa tanggapan dari para ahli yang bertujuan untuk perbaikan produk yang dikembangkan dalam penelitian. Kegiatan pada tahap antara lain:

(28)

a) Validasi oleh pakar ahli

Pada proses ini para ahli yang kompetensi melakukan validasi untuk menilai bahan ajar yang dibuat dengan demikian hasilnya dapat dilakukan revisi atau perbaikan terkait dengan komentar, saran dan kritik dari mereka.

b) Uji Coba terbatas

Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba dikelas untuk mengetahui efektivitas bahan ajar yang dibuat dengan melakukan pembelajaran. dengan memberikan perlakukan yang berbeda. Adapun desain uji coba yang digunakan yaitu „Post test only design. Dalam desain ini dilakukan satu kali, yaitu setelah pemberian perlakuan.

Gambar 4. Desain Post-test only design (Sugiono, 2019) Keterangan :

X = treatment yang diberikan kepada kelompok yang menggunakan bahan ajar yang dikembangkan

O1 = Hasil post-test yang menggunakan bahan ajar yang dikembangkan O2 = Hasil post test yang tidak menggunakan bahan ajar yang

dikembangkan

4. Tahap Penyebaran (Dissiminate)

Pada tahap dissiminate, dilakukan penyebaran dan meminta respon praktisi dengan menggunakan kuesioner respon praktisi yang telah di validasi akan di uji cobakan kepada sejumlah responden.

Kelompok Perlakuan Posttest

R X O1

R - O2

(29)

Berikut adalah gambaran perencanaan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan :

Gambar 5. Kerangka konseptual Desain pengembangan bahan ajar model 4D (Define, Design, Development, Dessiminate)

D. Subjek Penelitian

Subjek yang akan digunakan pada penelitian ini adalah dosen Kimia Universitas Negeri Makassar sebagai pakar yang menilai produk yang akan dikembangkan dan instrument yang akan digunakan pada penelitian. Pendidik di

Define

Design

Development

Disseminate

(30)

SMA Negeri 1 Sendana sebagai praktisi yang akan menilai Bahan Pembelajaran Kimia berbasis android. Adapun subjek uji coba yang terakhir adalah peserta didik kelas X di SMA Negeri 1 Sendana.

E. Batasan Istilah

1) Bahan ajar adalah perangkat sarana atau alat yang berisikan materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga diharapkan membantu peserta didik mencapai potensi dengan kompleks.

2) Android adalah sebuah sistem operasi untuk smartphone dan tablet. Sistem operasi dapat diilustrasikan sebagai jembatan antara piranti (device) dan penggunaannya, sehingga pengguna dapat berinteraksi dengan device-nya dan menjalankan aplikasi-aplikasi yang tersedia.

3) Pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang dalam mengonstruksi suatu konsep yang ada berdasarkan pengetahuan dasar yang dimiliki dengan menggunakan kata-kata sendiri dan mampu membuat hubungan dengan pengetahuan yang baru

4) Penilaian pakar adalah penilaian yang diberikan oleh pakar atau ahli terhadap bahan ajar yang dikembangkan untuk dijadikan sebagai masukan dalam melakukan revisi bahan ajar yang akan dikembangkan.

5) Penilaian praktisi adalah penilaian yang akan diberikan oleh peserta didik dan guru melalui kuesioner untuk penilaian bedasarkan pernyataan masing- masing aspek penilaian terhadap bahan ajar yang dikembangkan.

(31)

6) Efektivitas bahan ajar adalah pengaruh penggunaan bahan ajar terhadapu peserta didik sebelum menggunakan dan setelah menggunakan.

F. Teknik Analsis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket, wawancara dan observasi. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu angket tes, pedoman wawancara dan lembar obeservasi.

1. Wawancara

Tehnik ini dilakukan secara langsung disekolah melalui pedoman wawancara dengan guru mata pelajaran dengan tujuan untuk memperoleh data informasi awal peserta didik mengenai bagaimana kondisi proses pembelajaan yang telah berjalan selama ini disekolah, dimulai dari analisis kurikulum dan karaterisitik peserta didik serta media pembejaran serta model atau strategi yang sesuai dengan keadaan disekolah, sehingga peneliti dapat menyusun dan dan mengembangkan bahan ajar yang dianggap relevan dengan informasi awal yang diteirma.

2. Validasi ahli

Tehnik ini digunakan untuk mendapatkan infromasi dari ahli/pakar terkait dengan pengembangan bahan ajar yang dibuat. Dalam penelitian ini ada tiga kegiatan validasi yang dipersiapkan, yaitu :

a) Validasi yang akan dilakukan dosen untuk merevisi beberapa insturmen yang akan digunakan dalam penelitian.

b) Validasi ahli/pakar terdiri dari kuesioner yang dijawab guru,

(32)

c) Validasi ahli/pakar untuk tes yang mengukur pemahaman konsep kimia peserta didik.

Data validasi perangkat dari para ahli dianalisis secara deskriptif dengan menelaah hasil penilaian para ahli terhadap bahan ajar yang dikembangkan sehingga hasil yang telah diperoleh dapat digunakan sebagai masukan untuk merevisi atau menyempurnakan bahan ajar yang dibuat.

3. Penilaian kuesioner praktisi.

Dalam penelitian ini, digunakan bentuk kuesioner tertutup yaitu dengan menggunakan skala Likert yang dapat dipilih responden yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun pada penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mendapatkan data kualitas bahan ajar yang dibuat yang diisi oleh guru kimia melalui forum komunitas belajar MGMP Kimia.

4. Tes pemahaman konsep kimia

Tehnik pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui efektivitas penggunaan bahan ajar yang dikembangkan dengan melakukan uji coba terbatas yakni dengan mengambil sampel disekolah sebanyak 2 kelas dengan karakteristik yang sama, dimana kelas yang digunakan tersebut berbeda perlakuan yang diberikan, yang satu menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dan kelas yang lain tidak menggunakan bahan ajar berbasis android. Selanjutnya tak lupa peneiti memberikan free test dan post tes selesai pembelajaran dilakukan.

(33)

G. Instrumen Penelitian

1. Lembar Validasi

a) Lembar Validasi Bahan ajar kimia berbasis android

Pada penelitian ini, peneliti membuat kisi-kisi instrument lembar validasi yang akan digunakan dengan memperhatikan karakteristik pengembangan bahan ajar seperti kelayakan isi, penyajian, Bahasa dan grafik. Tujuannya agar indikator karakteristik pengembangan bahan ajar yang akan dinilai oleh validator dapat tercapai seperti tampilan penyajian, tata Bahasa yang digunakan serta desainnya bahan ajar yang akan dikembangkan. Berikut adalah kisi-kisi lembar validasi bahan ajar berbasis android yang akan divalidasi oleh pakar atau tim ahli.

b) Lembar Validasi Kuesioner Penilaian Praktisi

Pada lembar validasi ini, kuisioner dibagikan kepada praktisi untuk dinilai terkait dengan pengembahan bahan ajar berbasis android yang akan digunakan sehingga akan didapatkan informasi mengenai kualitas, kepraktisan dan kelayakan kuisioner penilaian oleh pakar atau ahli. Tujuanya adalah sebagai bahan perbaikan terhadap angket penelitian praktisi. Dimana pada masing- masing indicator dari aspek tersebut yang disusun berdasarkan skala Likert terdiri dari 4 skala penilaian .

c) Tes pemahaman konsep Kimia

Dalam penelitian ini, lembar tes hasil belajar yang dimaksud adalah tes hasil belajar yang digunakan dalam pembelajaran ketika menggunakan bahan ajar berbasis android dengan memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan

(34)

dicapai. Lembaran tes ini diuji coba kepada peserta didik setelah menggunakan bahan ajar tersebut dan hasilnya kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan bahan ajar yang dikembangkan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantatif diperoleh dari angket dan data kualitatif diperoleh dari respon atau saran dari praktisi setelah menggunakan bahan ajar interaktif berupa bahan ajar kimia berbasis android.

Teknik analisis data untuk kelayakan media menggunakan analisis data deskriptif.

Sedangkan data kuatitatif yang dianalisis sebagai berikut : 1) Analisis data lembar validasi pakar/ahli

Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat relevansi oleh tiga orang pakar digunakan koefisien validitas isi (Aiken‟s V). Formula Aiken‟s V digunakan untuk menghitung koefisien validitas isi yang didasarkan pada hasil penilaian dari masing-masing pakar terhadap suatu item dengan menggunakan Rumus sebagai berikut ;

V =

Keterangan :

V = indeks kesepakatan pakar mengenai validitas butir

∑ = Selisih skor yang ditetapkan setiap pakar dengan skor terendah dalam kategori yang dipakai

s = r- Io

r = Skor tetapan rater

Io = Angka penilaian terendah n = Banyaknya pakar

c = Angka penilaian validitas yang tertinggi

(35)

Syarat uji Aiken setelah dilakukan perhitungan, yaitu; jika V ≥ 0,4 maka indeks kesepakatan pakar dikatakan valid. Jika dari hasil analsisis yang didapatkan dikatakan valid maka bahan ajar yang dikembangkan dapat siap diujicobakan dilapangan. Jika terdapat isi yang belum Langkah yang digunakan adalah melakukan revisi kembali sesuai dengan saran dari para pakar dengan meninjau kembali aspek yang masih kurang.

Kemudian Langkah selanjutnya adalah Penilian terhadap bahan ajar berbasis android akan dianalisis kelayakan setiap aspeknya dengan menggunakan rumus:

PRS =

x 100 %

Keterangan :

PRS : Persentase banyaknya kelayakan setiap aspek yang divalidasi

∑A : Total skor yang diperoleh setiap aspek yang dinyatakan dalam angket

∑B : Skor maksimum dari setiap aspek pada angket penilaian

Persentase yang didapatkan untuk setiap pernyataan dari respon pakar/ahli untuk setiap pernyataan dapat kita lihat dengan kriteria skor penilaian yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Kriteria interpretasi penilaian validator Persentase Kriteria

76 – 100 Sangat kurang

51 – 75 Kurang

26 – 50 Baik

0 – 25 Sangat baik

Sumber Ridwan (2015)

(36)

2) Analisis data penilaian kuisioner

Penilaian kuesioner respon guru terhadap bahan ajar berbasis android yang dikembangkan diberikan untuk menilai kepraktisan bahan ajar yang telah dikembangkan dengan mengisi beberapa pernyataan sesuai skor yang telah ditetapkan.

Tabel 2. Tanggapan respon guru

Kategori Skor setiap pernyataan

Sangat Setuju (SB) 4

Setuju (B) 3

Tudak Setuju (KB) 2

Sangat tidak setuju (SK) 1

Adapun Langkah-langkah analisisnya :

a) Menghitung skor ideal (skor maksimum) tiap-tiap item/pernyataan.

b) Menghitung nilai rerata skor total yang diperoleh tiap-tiap item/pernyataan.

c) Menentukan kategorisasi kriteria skor penilaian guru terhadap bahan ajar kimia yang dikembangkan berbasis android.

Setelah itu, maka kita dapat lakukan Langkah penentuan kategori untuk kuesioner respon guru dapat ditentukan berdasarkan persamaan yang terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 3. Kategori angket respon guru

No Rumus Klasifikasi

1 X > Xi + 1.8 + x sbi Sangat baik 2 Xi + 0.6 x sbi < X ≤ Xi + 1.8 x sbi Baik 3 Xi - 0.6 x sbi < X ≤ Xi + 0.6 x sbi Cukup 4 Xi – 1.8 x sbi < X ≤ Xi – 0.6 x sbi Kurang

5 X ≤ Xi – 1.8 x sbi Sangat kurang

Sumber widoyoko (2009)

(37)

Keterangan :

X = skor empiris

Xi (rerata ideal = ½ (skor maksimum ideal + skor minimum ideal) Sbi (simpangan baku ideal) =1/6 (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)

3) Analisis pemahaaman konsep kimia peserta didik .

Analisis hasil prestest dan posttest dilakukan dengan cara memberikan soal tes pemahaman konsep dan diukur hasil belajarnya untuk melihat tingkat efektivitas dari produk. Adapun langkah analisis kemampuan pemahaman konsep kimianya sebagai berikut:

b) Memberikan skor

Skala yang digunakan adalah dikotomi yang diberikan berdasarkan rubrik penilaian tes kemampuan pemahaman konsep kimia.

c) Mengolah Skor

Setiap nilai yang diperoleh peserta didik kelas akan dikelompokkan sesuai dengan kriteria tingkat keberhasilan kemampuan pemahaman konsep.

Berikut adalah Tabel kriteria skor kemampuan pemahaman konsep kimia peserta didik.

Tabel 4. Kriteria skor kemampuan pemahaman konsep kimia peserta didik.

No Persentase (%) Kategori

1 19 < X ≤ 24 Sangat baik

2 14 < X ≤ 19 Baik

3 10 < X ≤ 14 Cukup

4 5 < X ≤ 10 Kurang

5 X ≤ 5 Sangat kurang

Sumber: diadaptasi dari Ridwan (2013)

Apabila terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep kimia peserta didik setelah belajar menggunakan bahan ajar kimia berbasis android,

(38)

maka bahan ajar kimia berbasis android yang telah dikembangkan dapat dikatakan efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Karena peserta didik dapat memecahkan masalah dengan baik jika memiliki pemahaman konsep kimia yang baik.

Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar interaktif, diperhitungkan menggunakan rumus Normalisasi gain ditentukan berdasarkan rata-rata gain. Skor gain (g) yang diperoleh merupakan hasil dari perbandingan antara rata-rata nilai pre-test dan post-test.

N g =

Keterangan :

S post = Rata-rata skor post test S pre = Rata-rat skor pre test S maks = Skor maksimal N g = gain ternormalisasi

Selanjutnya apabila nilai tersebut diperoleh maka langkah selanjutnya nilai tersebut dikonversikan ke dalam interpretasi nilai gain seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 5. Kriteria gain ternormalisasi N gain ternormalisasi Interpretasi

0.70 < g ≤ 1.00 Tinggi

0.30 < g < 0.70 sedang 0.00 < g < 0.30 Rendah

g = 0.00 Tidak terjadi peningkatan -1,00 < g < 0.00 Terjadi penurunan Sumber Sundayana (2014)

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Chomsin S. Widodo Dan Jasmani, 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Fitria Rizki, 2008. Pengembangan Bahan Ajar Meatematika Berbantuan Aplikasi Microsoft Mathematics Pada Siswa Kelas XI. Skripsi Universitas Islam

Negeri: Raden Intan. Lampung.

Ilyas Ramdani, 2014. Pengembangan Bahan Ajar Dengan Pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Memvasilitasi Pemcapaian Literasi Matematika Siswa Kelas VII. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.

Moh. Jazuli Dkk, 2017. Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Android Sebagai Media Interaktif. Jurnal Lensa.

Ridwan. 2015. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Siti Aisyah, 2014. Bahan Ajar Sebagai Bagian Dalam Kajian Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Salaka.

Sundayana, R. 2014. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Widoyoko, S. 2022. Evaluasi Program Pembelajaran (cetakan XI).

Yogyakarta : Pustaka Belajar

(40)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi lembar instrument validasi bahan ajar berbasis android oleh pakar/ tim ahli

No Aspek Indikator Jumlah

butir

Nomor butir

1 Kelayakan Isi

Kesesuaian materi dengan CP

3

Keakuratan materi 3

Kemutakhiran materi 3 Mendorong

keingintahuan

3

2 Kelayakan penyajian

Tehnik penyajian 3

Pendukung penyajian 3 Penyajian Pembelajaran 3 Koherensi dan

keruntutan alur piker

3

3 Kelayakan bahasa

Lugas 3

Komunikatif 3

Dialogis dan interaktif 3 Kesesuaian dengan

perkembangan peserta didik

3

Penggunaan istilah, symbol dan ikon

3

4 Kelayakan grafik

Penggunaan warna 3

Penggunaan huruf 3

Penggunaan ilustrasi 3

(41)

Lampiran 2. Kisi-kisi tes pemahaman konsep peserta didik Aspek

pemahaman konsep

Indikator pemahaman konsep Nomor soal Translasi Kemampuan menerjemahkan atau

mengubah simbol tertentu menjadi simbol lainnya 1 Translasi tanpa adanya perubahan makna. Symbol berupa kata- kata diubah menjadi gambar atau bagan atau grafik.

Interpretasi Kemampuan untuk menafsirkan atau menjelaskan makna yang terdapat di dalam simbol , baik symbol verbal maupun non verbal.

Ekstrapolasi Kemampuan untuk meramalkan atau memprediksi kecenderungan yang ada menurut data hasil pengamatan yang disajikan dalam bentuk table atau grafik melalui pola-pola keteraturan hasil pengamatan.

Gambar

Gambar 1. Konfigurasi Bohr unsur segolongan
Gambar 2. Garfik Jari-jari atom unsur segolongan
Gambar 3.  Alur kerangka pikir pengembangan bahan ajar interaktif   berbasis android
Gambar 4. Desain Post-test only design (Sugiono, 2019)  Keterangan :
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini hanya dilakukan pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan siswa secara mandiri untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep

Angket ini dimaksudkan untuk menilai dan mengetahui kelayakan media pembelajaran Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Scaffolding Pada Materi Kalor Untuk

Tujuan penelitian ini adalah: (1) memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika materi aritmetika sosial di SLB Budi Mulia Blitar pada saat ini, (2)

dikembangkan berupa media pembelajaran kimia berbasis android untuk menumbuhkan pemahaman konsep mahasiswa pada materi sistem periodik unsur. Selain itu,

Apabila media e-learning dikembangkan sebagai bahan ajar kimia anorganik, ilmu yang abstrak dari materi kimia anorganik dapat dikongkritkan dengan menggunakan gambar ilustrasi,

2021 pengembangan R&D dengan menggunakan model ADDIE mengembangkan media pembelajaran interaktif berbasis android dengan aplikasi Ispring pada materi lingkaran Dari beberapa hasil

Sehingga dari segi kualitas media dan materi serta diujicobakan pada siswa dengan kelompok kecil didapatkan video pembelajaran berbasis tutorial ini yang dijadikan sebagai bahan ajar

35 KESIMPULAN Menilik dampak lanjutan dari eksplorasi yang telah dilakukan terkait dengan pengembangan media pembelajaran Flipbook pada materi bagian tubuh tumbuhan kelas IV Sekolah