• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kadar Tembaga dengan Metode Iodometri

N/A
N/A
O74@Dikri Uzlifah Janah

Academic year: 2024

Membagikan "Pengukuran Kadar Tembaga dengan Metode Iodometri"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

IODOMETRI

Oleh :

Dikri Uzlifah Janah 120280074 Lingga Ayu Amelia 120280072

Syifa Az-Zahra 120280076

Dikumpulkan kepada : Desi Riana Saputri, S.Si, M.T

Devita Amelia, S.T, M.T Aldillah Herlambang, S.T, M.Eng

Iqbal Tri Adhi

TK 2101

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI SUB JURUSAN TEKNIL PRODUKSI DAN HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

Ganjil 2021

(2)

IODOMETRI Abstrak

Pada praktikum iodometri ini akan dilakukan percobaan yang bertujuan untuk standarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) dan menggunakan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) untuk penetapan kadar tembaga (Cu) dalam garam tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O). dalam praktikum iodometri ini akan dilakukan 3 percobaan, yaitu preparasi larutan, standarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7), dan menetapkan kadar tembaga sulfat (CuSO4) dalam garam tembaga sulfat pentahidrat. Pada percobaan ini parameter yang digunakan ialah volume, massa, dan konsentrasi bahan serta perubahan warna. Dan pada percobaan ini dilakukan pengukuran terhadap kadar Cu. Untuk metode yang digunakan yaitu analisis kuantitatif pada kadar Cu dan analisis kualitatif pada perubahan warna yang terjadi. Pada praktikum iodometri ini, sampel (oksidator) direduksi dengan kalium iodide untuk menghasilkan iodium kemudian dititrasi dengen larutan baku tiosulfat. Pada percobaan pertama didapat 3,1 gr natrium tiosulfat (Na2S2O3), 0,83 mL larutan kalium dikromat (K2Cr2O7), 5 mL larutan Kalium Iodida (KI), 13,5 mL asam klorida (HCl) dan 2,49 tembaga sulfat (CuSO4). Pada percobaan 2 didapat normalitasnya berturut turut adalah 0,1015 N ; 0,0995 N ; 0,1024 N ; dan 0,979 N dengan rata rata normalitasnya adalah 0,1003 N dan ditandai dengan hilangnya warna biru atau larutan menjadi tidak berwarna.

Pada percobaan 3 dilakukan menjadi 2 percobaan, yaitu pada percobaan 1 dengan V1 5,35 ml dan V2 9,15 ml didapat perubahan warna dari kuning muda menjadi putih. Dan pada percobaan 2 dengan V1 3,3 ml dan V2 8,7 ml didapat perubahanya warna dari kuning muda menjadi putih sehingga didapatkan kadar Cu adalah 5,46% dan 6,64%. Adapun kesimpulan dari praktikum iodometri yang dilakukan, antara lain pada percobaan standarisasi natrium tiosulfat dengan kalium dikromat didapat normalitasnya berturut turut adalah 0,1015 N ; 0,0995 N ; 0,1024 N ; dan 0,979 N dengan rata rata normalitasnya adalah 0,1003 N dan ditandai dengan hilangnya warna biru atau larutan menjadi tidak berwarna, dan pada percobaan penetapan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat didapatkan kadar Cu adalah 5,46% dan 6,64% dengan ditandai larutan menjadi berwarna putih.

Sedangkan rekomendasi untuk praktikum iodometri ini antara lain, banyaknya perhitungan yang dilakukan pada praktikum ini maka praktikan harus melakukan perhitungan dengan teliti agar mendapatkan data yang akurat dan praktikan juga perlu lebih memperhatikan video yang diberikan agar pembahasan yang dibuat dapat lebih jelas lagi.

Kata kunci : CuSO4.5H2O, iodometri, K2Cr2O7, Na2S2O3, titrasi,

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK…...ii

DAFTAR ISI………...iii

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR...v

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN...5

3.1 Alat...5

3.2 Bahan...5

3.3 Diagram Alir...6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...9

4.1 Hasil...9

4.2 Pembahasan...10

BAB V KESIMPULAN / REKOMENDASI...12

5.1 Kesimpulan...12

5.2 Rekomendasi...12

DAFTAR PUSTAKA...13

LAMPIRAN ………..14

Lampiran A (Data Dan Perhitungan)...14

Lampiran B (Pertanyaan)...19

Lampiran C (Data Pendukung)...24

Lampiran D (MSDS)...25

Lampiran E (Risk Assessment)……….………..78

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Preparasi Larutan

Tabel 2 : Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Larutan Kalium Dikromat

Tabel 3 : Penetapan Kadar CuSo4 dalam Garam Tembaga Sulfat Pentahidrat Tabel 4 : Normalitas Natrium Tiosulfat

Tabel 5 : Kadar Cu dalam Tembaga Sulfat

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Diagram Alir Preparasi Larutan

Gambar 2 : Diagram Alir Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Larutan Kalium Dikromat

Gambar 3 : Diagram Alir Menetapkan Kadar CuSO4 dalam Garam dan Tembaga Sulfat Pentahidrat

(6)
(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi kimiawi suatu materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seseorang ahli kimia analitik. Tetapi dalam kimia analitik modern aspek aspeknya juga meliputi identifikasi suatu zat elusidusi struktur dan analisa kuantitatif komposisinya.

Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalahdan mudah.

Iodometri (titrasi tidak langsung) digunakan dalam menetapkan senyawa- senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium- iodida atau mempunyai potensial reduksi yang lebih rendah dari sistem iodium- iodida seperti CuSO4.5H2O. Dalam titrasi iodometri larutan yang biasanya digunakan sebagai larutan standar adalah larutan natrium tiosulfat. Sampel yang bersifat oksidator akan direduksi oleh kalium iodide berlebih dan akan menghasilkan iodium yang akan dititrasi dengan tiosulfat.

Iodometri sangat berperan pada titrasi kimia. dan paling banyak digunakan pada bidang Farmasi titik dalam bidang Farmasi proses titrasi ini dimanfaatkan untuk mengetahui kadar serta kualitas kandungan suatu zat itu sendiri sebelum diproses menjadi obat-obatan titik titrasi ini biasanya tidak dilakukan sebagai metode tunggal titik dimana pada titrasi ini melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titran dan analitik titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. karena titrasi ini berperan penting dalam penentuan suatu reaksi senyawa, Maka dilakukanlah percobaan ini untuk menambah pengetahuan.

(8)

1.2 Tujuan

1. Standarisasi Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7).

2. Menggunakan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) untuk penetapan kadar tembaga (Cu) dalam garam tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada titrasi redoks dilakukan berdasarkan pada perpindahan elektron di antara analit dengan titran. Untuk titrasi ini biasanya memakai potensiometri untuk melakukan deteksi terhadap titik akhir. Yodium yang terlibat dalam titrasi dilakukan dengan dua cara berupa titrasi tidak langsung atau iodometri serta titrasi langsung atau iodimetri yang digunakan untuk mengoksidasi reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalen. Pada metode iodometri berhubungan dengan titrasi yang berasal dari ion bebas berasal dari reaksi kimia [ CITATION jme94 \l 1033 ]

Titrasi iodometri adalah titrasi tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan senyawa dengan potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium atau senyawa yang bersifat oksidator. Titrasi iodometri termasuk kedalam kelompok titrasi reduksi oksidasi yang mengacu terhadap transfer elektron. Untuk larutan standar yang dipakai pada proses iodometri adalah natrium tiosulfat dengan bentuk petahidrat. Larutan ini harus distandarisasi menggunakan larutan baku primer[ CITATION RAD04 \l 1033 ]

Yodium digunakan sebagai pereaksi iod ometrine dan iodida dipakai sebagai pereaksi dari iodimetri. Beberapa zat relatif adalah reaksi dari reduksi untuk dititrasi dengan iodium secara langsung. Kelebihan ion iodida ditambahkan pada pereduksi oksidasi telah ditentukan dengan iodium yang diberikan, selanjutnya akan dititrasi dengan menggunakan larutan tiosulfat. Reaksi antara kedua larutan tersebut berlangsung secara sempurna[ CITATION und02 \l 1033 ]

(10)

Untuk titrasi secara iodium dibagi menjadi dua yaitu :

1. Secara langsung

2. Secara tidak langsung

Adapun reaksi dasar pada saat melakukan titrasi ini adalah

−¿I3¿ + 2e 3i - Eo = + 0,54 v

Zat yang ditentukan akan direaksikan dengan ion iodida berlebih Seperti contohnya KI yang berlebih. Zat yang pertama direduksi dengan membebaskan iodium yang jumlahnya telah ekivalen. Yodium yang telah bebas tadi selanjutnya akan dititrasi dengan larutan berupa tiosulfat standar. Pada metode titrasi iodimetri tidak langsung berkaitan dengan titrasi yang berasal dari pembebasan iod di dalam suatu reaksi kimia. Untuk potensial reduksi normal yang berasal dari sistem reversibel diantaranya yaitu :

2e + I2 2i sebesar 0,5345 v

Biasanya titrasi redoks diikuti dengan potensiometri meskipun pewarna yang mengubah warna jika ber oksidasi dengan titran yang berlebih dapat digunakan [ CITATION dav05 \l 1033 ]. Untuk persamaan yang telah disebutkan diatas mengacu pada larutan air jenuh dengan kandungan iod yang padat. Reaksi sel setengah tersebut akan berlangsung pada menjelang titrasi yang terakhir dari iodida serta menjadi relatif lebih rendah. Pada kebanyakan titrasi iodometri Apabila ada ion iodida yang berlebih maka akan terbentuk triodida [ CITATION vog94 \l 1033 ]

Kebanyakan titrasi iodometri digunakan dalam bidang industri Salah satunya yaitu industri farmasi. Dalam industri Farmasi biasanya dikhususkan pada

(11)

penentuan kadar kadar zat uji yang bersifat reduktor serta oksidator. Adapun di dalam farmakope Indonesia titrasi iodometri biasa digunakan untuk menetapkan kadar dari suatu asam askorbat, natrium askorbat, antalgin dan lain sebagainya.

Titrasi redoks juga banyak digunakan dalam proses pemeriksaan kimia dikarenakan zat organik maupun zat anorganik dapat diperoleh dengan cara ini.

Agar titrasi redoks ini berjalan dengan baik maka harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini :

1. Harus tersedia pasangan redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stoikiometri.

2. Reaksi redoks harus berjalan cepat dan berlangsung secara terukur dengan kesempurnaan 99% dan ada penentuan titik akhir yang sesuai [ CITATION pha10 \l 1033 ]

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

Pada praktikum iodometri ini ada tiga percobaan yaitu preparasi larutan, standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan kalium dikromat, dan menetapkan kadar tembaga sulfat dalam garam tembaga sulfat pentahidrat. Pada percobaan ini parameter yang digunakan ialah volume, massa, dan konsentrasi bahan serta perubahan warna. Dan pada percobaan ini dilakukan pengukuran terhadap kadar Cu. Untuk metode yang digunakan yaitu analisis kuantitatif pada kadar Cu dan analisis kualitatif pada perubahan warna yang terjadi. Pada praktikum iodometri ini, sampel (oksidator) direduksi dengan kalium iodide untuk menghasilkan iodium kemudian dititrasi dengan larutan baku tiosulfat.

(12)

3.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

a. Batang pengaduk h. Magnetic stirrer

b. Beakerglass i. Neraca analitik

c. Buret j. Pipet ball

d. Erlenmeyer k. Pipet tetes

e. Corong l. Pipet volume

f. Gelas Arloji m. Statif dan klem

g. Labu ukur

3.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

a. Asam Klorida (HCl) b. Akuades (H2O)

c. Indikator Amilum (C12H20O10) d. Kalium Dikromat (K2Cr2O7) e. Kalium Iodida (KI)

f. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) g. Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O)

(13)

3.3 Diagram Alir 3.3.1 Preparasi Larutan

Gambar 1. Diagram Alir Preparasi Larutan Mulai

Selesai

Dibuat larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N sebanyak 250 mL

Dibuat larutan K2Cr2O7 0,1 N sebanyak 50 mL

Dibuat larutan KI 0,1 N sebanyak 50 mL

Dibuat larutan CuSO4.5H2O 0,1 N sebanyak 100 mL Dibuat larutan HCl 10% sebanyak 50 mL

(14)

3.3.2 Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Larutan Kalium Dikromat

Gambar 2. Diagram Alir Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Larutan Kalium Dikromat

Mulai

Selesai

Dipipet 10 mL K2Cr2O7dan masukkan dalam erlenmeyer

Dititrasi dengan Na2S2O3.5H2O hingga larutan berwarna kuning

Dititrasi lagi hingga warna biru pada larutan hilang Ditambahkan 2 mL H2O dan 15 mL HCl

Ditambahkan 15 mL KI, diaduk

Ditambahkan 3 tetes indicator amilum

Ulangi percobaan sebanyak 3 kali

(15)

3.3.3 Menetapkan Kadar CuSO4 dalam Garam Tembaga Sulfat Pentahidrat

Gambar 3. Diagram Alir Menetapkan Kadar CuSO4 dalam Garam Tembaga Sulfat Pentahidrat

Mulai

Selesai

Dipipet 10 mL CuSo40,2 N dalam erlenmeyer

Dititrasi dengan Na2S2O3.5H2O hingga berwarna kuning

Dititrasi hingga warna biru larutan berubah outih Ditambahkan 15 mL KI 0,1 N, dikocok

Ditambahkan 3 tetes indicator amilum

(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel 1. Preparasi Larutan

Sampel Volume (mL) Konsentrasi

Natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 250 0,1 N

Kalium dikromat (K2Cr2O7) 50 0,1 N

Kalium iodide (KI) 50 0,1 N

(17)

Asam klorida (HCl) 50 10%

Tembaga sulfat (CuSo4) 100 0,2 N

Tabel 2. Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Larutan Kalium Dikromat Percobaa

n

Titrasi awal Titrasi akhir

V1 (mL) Perubahan warna V2 (mL) Perubahan warna

1 8,15 Kuning muda 4,05 Tidak berwarna

2 8,25 Kuning muda 4,4 Tidak berwarna

3 8,05 Kuning muda 4,3 Tidak berwarna

4 8,4 Kuning muda 4,6 Tidak berwarna

Tabel 3. Penetapkan Kadar CuSO4dalam Garam Tembaga Sulfat Pentahidrat Percobaa

n

Titrasi awal Titrasi akhir

V1 (mL) Perubahan warna V2 (mL) Perubahan warna

1 5,35 Kuning muda 9,15 Putih

2 3,3 Kuning muda 8,7 Putih

Tabel 4. Normalitas Natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O)

Percobaan Normalitas (N)

1 0,1015

2 0,0995

3 0,1024

4 0,0979

Rata – rata 0,1003

Tabel 5. Kadar Cu dalam Tembaga sulfat (CuSO4)

Percobaan Kadar Cu (%)

1 5,46

2 6,64

Rata – rata 6,05

(18)

4.2 Pembahasan

Pada praktikum iodometri ini, terdapat 3 prosedur percobaan yaitu preparasi larutan, standarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) dengan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) dan penetapan kadar tembaga sulfat (CuSO4) dalam garam tembaga sulfat pentahidrat. Dimana pada percobaan pertama, membuat larutan yaitu pada natrium tiosulfat 0,1 N sebanyak 250 ml didapatkan massanya 3,1 gram. Pada pengeceran larutan kalium dikromat 0,1 N sebanyak 50 ml didapatkan volume awalnya adalah 0,83 ml. selanjutnya pada pengenceran larutan kalium iodide 0,1 N sebanyak 50 ml didapatkan volume awalnya adalah 5 ml. sedangkan pada pengenceran Hcl 10 % sebanyak 50 ml didapatkan volume awalnya adalah 13,5 ml. dan terakhir yaitu pembuatan larutan CuSO4 0,2 N sebanyak 100 ml didapatkan massanya 2,49 gram. Maka pada percobaan ini bila membuat suatu larutan maka yang didapatkan adalah massanya. Sedangkan pada pengenceran yang didapat adalah volume awalnya.

Pada percobaan 2, yaitu standarisasi natrium tiosulfat dengan larutan kalium dikromat dilakukan dengan memipet 10 ml larutan kalium dikromat lalu memasukkannya ke dalam Erlenmeyer. Lalu menambahkan 25 ml akuades dan 15 ml larutan HCl 10 % kemudian kocok samapi homogen. Tambahkan 15 ml larutan kalium iodide (KI) 0,1 N dan kocok lagi. Selanjutnya titrasi dengan larutan natrium tiosulfat warna larutan kuning muda. Lalu tambahkan 3 tetes indikator amilum. Dan lanjutkan titrasi sampai warna biru pada larutan hilang dan sampai berubah menjadi tidak berwarna. Selanjutnya percobaan ini dapat diulangi sebanyak 3 kali. Maka dari percobaan ini, didapat percobaan 1 dengan V1 8,15 ml dan V2 4,05 ml didapatkan perubahan warna dari kuning muda mejadi tidak bewarna. Pada percobaan ke 2 dengan V1 8,25 ml dan V2 4,4 ml didapatkan perubahan warna dari kuning muda mejadi tidak berwarna. Selanjutnya pada percobaan ke 3 dengan V1 8,05 ml dan V2 4,3 ml didapatkan tetap perubahan warna dari kuning muda menjadi tidak berwarna. Sedangkan pada percobaan 4 dengan V1 8,4 ml dan V2 4, ml didapatkan perubahan warna dari kuning muda

(19)

mejadi tidak berwarna. Maka dari percobaan ini didapat normalitasnya berturut turut adalah 0,1015 N ; 0,0995 N ; 0,1024 N ; dan 0,979 N dengan rata rata normalitasnya adalah 0,1003 N.

Pada penetapan kadar tembaga sulfat (CuSO4) dalam gara tembaga sulfat pentahidrat. Dilakukan dengan memipet 10 ml larutan tembaga sulfat 0,2 N ke dalam Erlenmeyer kemudian menambahkan 15 ml larutan kalium iodida 0,1 N dan mentitrasi dengan larutan natrium tiosulfat sampai warna larutan menjadi kuning muda. Lalu menambahkan 3 tetes indicator amilum dan melanjutkan titrasi sampai warna biru pada larutan hilang dan sampai larutan berwarna putih. Pada percobaan ini dilakukan 2 percobaan. Yaitu pada percobaan 1 dengan V1 5,35 ml dan V2 9,15 ml didapat perubahan warna dari kuning muda menjadi putih. Dan pada percobaan 2 dengan V1 3,3 ml dan V2 8,7 ml didapat perubahan warna dari kuning muda menjadi putih. Maka pada percobaan ini didapatkan kadar Cu dalam tembaga sulfat adalah 5,46% dan 6,64% dengan rata rata 6,02%.

(20)

BAB V

KESIMPULAN / REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum iodometri yang dilakukan, antara lain :

1. Pada percobaan standarisasi natrium tiosulfat dengan kalium dikromat didapat normalitasnya berturut turut adalah 0,1015 N ; 0,0995 N ; 0,1024 N ; dan 0,979 N dengan rata rata normalitasnya adalah 0,1003 N dan ditandai dengan hilangnya warna biru atau larutan menjadi tidak berwarna.

2. Pada percobaan penetapan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat didapatkan kadar Cu adalah 5,46% dan 6,64% dengan ditandai larutan menjadi berwarna putih.

5.2 Rekomendasi

Sedangkan rekomendasi untuk praktikum iodometri ini antara lain, banyaknya perhitungan yang dilakukan pada praktikum ini maka praktikan harus melakukan perhitungan dengan teliti agar mendapatkan data yang akurat dan praktikan juga perlu lebih memperhatikan video yang diberikan agar pembahasan yang dibuat dapat lebih jelas lagi.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

David. (2005). titrasi iodometri. jurusan pendidikan kimia.

J. mendham, j. (1994). buku ajar vogel kimia analisis kuantitatif anorganik. buku kedokteran EGC.

Pharmaceutical. (2010). international journal of pharmacy and pharmaceutical science.

R.A.Day, J. (2004). analisis kimia kuantitatif. erlangga.

Underwood. (2002). analisis kimia kuantitatif . erlangga.

Vogel. (1994). analisis kimia kuantitatif anorganik. jakarta: erlangga.

(22)

LAMPIRAN

Lampiran A (Data Dan Perhitungan)

1. Preparasi Larutan

a. Pembuatan natrium tiosulfat 0,1 N sebanyak 250 ml Diketahui :

V = 250 ml = 0,25 L N = 0,1 N

e = 2

Mr = 248 g/mol Ditanya = m ?

Jawab : N = m

mr x e v 0,1 = m

248 x 2 0,25 m = 3,1 gr

b. Pengenceran larutan K2Cr2O7 0,1 N sebanyak 50 ml Diketahui :

V2 = 50 ml N = 0,1 N e = 6

Mr = 294 g/mol M1 = 1 M

Ditanya = V1 ? Jawab :

(23)

M2 = N e =0,1

6 =0,0167M M1 x V1 = M2 x V2

(1M)(V1) = (0,0167 M)(0,05 L) V1 = 0,000835 L

V1 = 0,83 mL

c. Pengenceran larutan KI 0,1 N sebanyak 50 ml Diketahui :

V2 = 50 ml N = 0,1 N e = 1

Mr = 166 g/mol M1 = 1 M

Ditanya = V1 ? Jawab :

M2 = N e =0,1

1 =0,1M

M1 x V1 = M2 x V2

(1M) (V1) = (0,1 M)(0,05L) V1 = 0,005 L

V1 = 5 ml

d. Pengenceran HCl 10% sebanyak 50 ml Diketahui :

M2 = 10%

M2 = 37%

V2 = 50 ml

Ditanya V1 ? Jawab :

M1 x V1 = M2 x V2

(37%)(V1) = (10%)(0,05L) V1 = 0,0135 L V1 = 13,5 ml

e. Pembuatan larutan CuSO4.5H2O 0,2 N sebanyak 100 ml Diketahui :

N = 0,2 N V = 100 ml

(24)

e = 2 Mr = 249,5 g/mol Ditanya = m?

Jawab : N = m

mr x e v 0,2 = m

249,5 x 2 0,1 m = 2,49 gr

2. Standardisasi larutan Na2S2O3.5H2O dengan K2Cr2O7

a. Percobaan 1 Diketahui : V1 = 8,15 ml V2 = 4,05 ml

N (K2Cr2O7) = 0,1 N

Ditanya N (Na2S2O3) ? Jawab :

V (awal) = 8,15 ml

V (akhir) = 8,15 ml + 4,05 ml = 12,2 ml Titrasi (1)

N1(8,15 ml) = (0,1 N) (10 ml) N1 = 0,122 N

Titrasi (2)

N1(12,2 ml) = (0,1 N) (10 ml) N1 = 0,081 N

Normalitas = N1+N2

2 =0,1222+0,081

2 =0,1015N b. Percobaan 2

Diketahui : V1 = 8,25 ml V2 = 4,4 ml

N (K2Cr2O7) = 0,1 N

Ditanya = N (Na2S2O3) ? Jawab :

V (awal) = 8,25 ml

V (akhir) = 8,25 ml + 4,4 ml = 12,65 ml

(25)

Titrasi (1)

N1(8,25 ml) = (0,1 N) (10 ml) N1 = 0,12 N

Titrasi (2)

N1(12,65 ml) = (0,1 N) (10 ml) N1 = 0,079 N

Normalitas = N1+N2

2 =0,12+0,079

2 =0,0995N c. Percobaan 3

Diketahui : V1 = 8,15 ml V2 = 4,3 ml

N (K2Cr2O7) = 0,1 N

Ditanya N (Na2S2O3) ? Jawab :

V (awal) = 8,05 ml

V (akhir) = 8,05 ml + 4,3 ml = 12,35ml Titrasi (1)

N1(8,05 ml) = (0,1 N) (10 ml) N1 = 0,124 N

Titrasi (2)

N1(12,35 ml) = (0,1 N) (10 ml) N1 = 0,0809 N Normalitas = N1+N2

2 =0,124N+0,0809N

2 =0,1024N

d. Percobaan 4 Diketahui : V1 = 8,4 ml V2 = 4,6 ml

N (K2Cr2O7) = 0,1 N Ditanya = N (Na2S2O3) ?

Jawab : V (awal) = 8,4 ml

V (akhir) = 8,15 ml + 4,6 ml = 13 ml

(26)

Titrasi (1)

N1(8,4 ml) = (0,1 N) (10 ml) N1 = 0,1190 N Titrasi (2)

N1(13 ml) = (0,1 N) (10 ml) N1 = 0,0769 N Normalitas = N1+N2

2 =0,1190+0,769

2 =0,0979N Rata-rata normalitas Na2S2O3.5H2O

Rata-rata Normalitas = 0,1015+0,0995+0,1024+0,0979

4 =0,1003N

3. Kadar CuSO4 dalam CuSO4.5H2O a. Percobaan 1

Diketahui :

V1 = 5,35 ml V2 = 9,15 ml V (CuSO4) = 10 ml

Ar Cu = 63,5 mg/mmol

Mr = 159,5 gr/mol N(Na2S2O3) = 0,1015 N e = 2

Ditanya = % Cu ? Jawab :

V1+V2 = 5,35 ml + 9,15 ml = 14,5 ml M = N

e=0,1015

2 =0,0507M N(CuSO4) = N(Na2S2O3) M1V1 = M2V2

M1(10 ml) = (0,0507 M) (14,5 ml) M1 = 0,0735 M

M = m

mr x 1000 v 0,0735 = m

159,5 x 1000 14,5 m = 0,1699 gr

m Cu2+ = N(Na2S2O3)x V(Na2S2O3)x Ar C u V(CuSO4)

(27)

= (0,1015N)x(14,5ml)x63,5mg/mmol 10ml x1000

= 0,00928 gr

% Cu = mCu2+ ¿ m(CuSO4)

¿

x 100% = 0,00928

0,1699 x 100% = 5,46%

b. Percobaan 2 Diketahui :

V1 = 3,3 ml V2 = 8,7 ml V (CuSO4) = 10 ml

Ar Cu = 63,5 mg/mmol

Mr = 159,5 gr/mol N(Na2S2O3) = 0,0995 N

e = 2

Ditanya = % Cu ? Jawab :

V1+V2 = 3,3 ml + 8,7 ml = 12 ml M = N

e=0,0995

2 =0,0497 M N(CuSO4) = N(Na2S2O3)

M1V1 = M2V2

M1(10 ml) = (0,0497 M) (12 ml) M1 = 0,0596 M

M = m

mr x 1000 v 0,0596 = m

159,5 x 1000 12 m = 0,1140 gr

m Cu2+ = N(Na2S2O3)x V(Na2S2O3)x Ar Cu V(CuSO4)

= (0,0995N)x(12ml)x63,5mg/mmol 10ml x1000

= 0,00758 gr

%Cu = mCu2+ ¿ m(CuSO4)

¿

x 100% = 0,00758

0,1140 x 100% = 6,64%

(28)

Lampiran B (Pertanyaan)

1. Berapa gram natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk membuat larutan natrium tiosulfat 0,2 N sebanyak 100 mL?

Diketahui : N = 0.2 N

V = 100 mL = 0,1 L

Mr = 248 gr/mol e = 1

Ditanya : m ?

Jawab : N= m x e Mr x V

0,2= m x1 248x0,1 m=248x0,1x0,2

1 m=4,96gr

Jadi sebanyak 4,96 gr natrium tiosulfat dilarutkan dalam akuades hingga volumenya 100 mL.

2. Berapa mL asam klorida dibutuhkan untuk membuat larutan asam klorida 10% sebanyak 50 mL?

Diketahui :

konsentrasi umum HCl = 37%

ρ HCl = 1,18 g/ml

Mr HCl = 36,5 g/mol V2 = 50 mL = 0,05 L Ditanya : V1

Jawab : m HCl pekat=10x %HCl x ρ

Mr =10x37 %x1,18

36,5 ¿11,96M

(M1)

M HCl10 %=10x10x1,18

36,5 = 3,232 M (M2)

Pengenceran

M1V1 = M2V2

11,96 x V1 = 3,232 x 0,05 V1 = 3,232x0,05

11,96

(29)

= 0,0135 L

= 13,5 mL

Jadi sebanyak 13,5 mL HCl dilarutkan dalam akuades hingga volumenya 50 mL.

3. Berapa gram kalium dikromat yang dibutuhkan untuk membuat larutan kalium dikromat 0,1 N sebanyak 50 mL?

Diketahui : N = 0,1 N

V = 50 mL = 0,05 L

Mr = 294,19 gr/mol e = 6

Ditanya : m?

Jawab : N= m x e Mr x V

0,1= m x6 294,19x0,05 m=294,19x0,05x0,1

6 m=0,245gr

Jadi dibutuhkan sebanyak 0,245 gr kalium dikromat untuk membuat larutan kalium dikromat 0,1 N sebanyak 50 mL

4. Berapa gram tembaga sulfat pentahidrat yang dibutuhkan untuk membuat larutan tembaga sulfat 0,2 N sebanyak 100 mL?

Diketahui : N = 0.2 N

V = 100 mL = 0,1 L

Mr = 249,7 gr/mol e = 2

Ditanya : m ?

Jawab : N= m x e Mr x V

0,2= m x2 249,7x0,1 m=249,7x0,1x0,2

2 m=2,497gr

(30)

Jadi dibutuhkan sebanyak 2,497 gr tembaga sulfat pentahidrat untuk membuat larutan tembaga sulfat 0,2 N sebanyak 100 mL

5. Jelaskan pengertian oksidimetri! Jelaskan pengertian iodometri!

Jawab : Oksidimetri adalah metode titrasi terhadap larutan zat pereduksi (oksidator) dengan larutan standar zat pengoksidasi (oksidator).

Iodometri adalah titrasi redoks yang melibatkan titrasi iodine yang diprosuksi dalam reaksi dengan larutan standar natrium tiosulfat

6. Tuliskan apa yang dipelajari tentang iodometri!

Jawab : Titrasi iodometri merupakan titrasi tidak langsung yang digunakan untuk menentukan kadar zat-zat uji yang bersifat oksidator. Prinsip dari iodometri adalah larutan zat pengoksidasi dengan menambahkan iodide sehingga menghasilkan iodine yang kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Jika dilihat dari percobaan ke 2, kalium dikromat dimasukkan kedalam akuades kemudian ditambahkan HCl. Penggunaan HCl, karena kalium dikromat dan natrium tiosulfat berada pada keadaan netral, dan dalam melakukan reaksi iodometri diperlukan dalam keadaan asam, maka penambahan HCl tidak lain adalah untuk membuat keadaan semakin asam. Setelah itu larutan ditambahkan kalium iodide, kalium iodide digunakan untuk memperbesar kelarutan iodium yang sukar larut dalam air.

Warna awal sebelum dititrasi yaitu berwarna coklat menuju jingga, setelah dititrasi dengan natrium tiosulfat warna berubah menjadi kuning. Setelah itu ditambahkan indicator amilum yang bertujuan untuk mempermudah pengamatan perubahan pada titik akhir titrasi dan mempermudah uji kepekaan terhadap iod dari pewarnaan biru tua yang dihasilkan oleh indicator amilum, lalu dilakukan titrasi lagi sehingga menghasilkan warna bening yang berarti bahwa iodium habis bereaksi dengan larutan natrium tiosulfat.

7. Kenapa harus dilakukan standarisasi terhadap natrium tiosulfat dengan menggunakan kalium dikromat? Berikan alasan kenapa harus menggunakan kalium dikromat!

Jawab : Natrium tiosulfat harus distandarisasi terlebih dahulu karena natrium tiosulfat termasuk kedalam larutan baku sekunder (bersifat tidak stabil jika disimpan dalam waktu yang lama). Kalium dikromat termasuk kedalam larutan baku primer (diketahui konsentrasinya dan stabil jika disimpan dalam waktu yang lama). Natrium tisulfat harus distandarisasi terlebih dahulu karena agar dapat diperoleh jumlah natrium tiosulfat yang digunakan dalam percobaan, standarisasi dilakukan dengan menggunakan kalium dikromat yang sudah diketahui konsentrasinya.

(31)

8. Preparasi larutan HCl 15% sebanyak 200 mL!

Diketahui :

konsentrasi umum HCl = 37%

ρ HCl = 1,18 g/ml

Mr HCl = 36,5 g/mol V2 = 200 mL = 0,2 L Ditanya : V?

Jawab : m HCl pekat=10x %HCl x ρ

Mr =10x37 %x1,18

36,5 =11,96M (M1)

M HCl15 %=15x10x1,18

36,5 = 4,849 M (M2) Pengenceran

M1V1 = M2V2

11,96 x V1 = 4,849 x 0,2 V1 = 4,849x0,2

11,96

= 0,08108 L

= 81,08 mL

Jadi sebanyak 81,08 mL HCl dilarutkan dalam akuades hingga volumenya 200 mL.

9. Gambarkan NFPA senyawa kalium dikromat, HCl dan CuSO4! Jelaskan bagian dari NFPA tersebut! Pilihlah senyawa yang paling berbahaya!

Jawab :

Kalium dikromat

Kesehatan (biru) = 4 (mengakibatkan kematian atau luka parah) Mudah terbakar (merah) = 0 (tidak akan terbakar)

Reaktivitas (kuning) = 2 (mengalami perubahan pada T dan P tinggi, bereaksi dengan air)

Khusus (putih) = OX (oksidan)

HCl

(32)

Kesehatan (biru) = 3 (mengakibatkan luka sementara atau luka ringan hingga serius)

Mudah terbakar (merah) = 0 (tidak akan terbakar)

Reaktivitas (kuning) = 1 (stabil, tidak bereaksi dengan air) Khusus (putih) = -

CuSO4

Kesehatan (biru) = 2 (mengakibatkan cacat sementara atau kemungkinan luka)

Mudah terbakar (merah) = 0 (tidak akan terbakar)

Reaktivitas (kuning) = 2 (mengalami perubahan pada T dan P tinggi, bereaksi dengan air)

Khusus (putih) = -

Yang termasuk senyawa berbahaya dari ketiga bahan adalah kalium dikromat karena memiliki kategori bahaya tertinggi dan kategori khusus dari kedua bahan lainnya.

(33)

Lampiran C (Data Pendukung)

(34)

Lampiran D (MSDS)

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Preparasi LarutanMulai
Gambar 2. Diagram Alir Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat dengan Larutan Kalium Dikromat
Gambar 3. Diagram Alir Menetapkan Kadar CuSO 4  dalam Garam Tembaga Sulfat Pentahidrat
Tabel 1. Preparasi Larutan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Prihatiningsih : Penetapan Kadar Tembaga (Cu) Pada Sampel Air Dengan Metode Spektrofotometri Di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan, 2007.. USU Repository

Pada proses pembuatan telur puyuh asin dengan berbagi metode, telur yang diasinkan dengan larutan garam jenuh mempunyai kadar garam yang paling tinggi, maka dari itu

Hasil Analisis Kadar Kalium, Kalsium dan Natrium Sebelum dan Sesudah Penambahan Masing-Masing Larutan Baku pada Umbi

Untuk mengetahui kadar logam tembaga (Cu) pada saus cabai dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) berdasarkan persyaratan SNI (Standar Nasional

Kadar protein dalam penetapan ini didefinisikan sebagai senyawa nitrogen yang terdapat dalam contoh diubah menjadi ammonium sulfat, ammonia yang dihasilkan dari penambahan

Percobaan ini bertujuan untuk mengisolasi dan menetapkan kadar karbohidrat pada biji alpukat dan mempelajari proses penetapan kadar pati dengan metode Luff Schoorl..

Dalam proses titrasi standarisasi HCl dengan NaOH 0,1 N dan titrasi penetapan kadar natrium bikarbonat digunakan indikator metil orange karena jangkauannya pada pH 3,1 -

Metode Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental karena dilakukan beberapa pengujian untuk menetapkan standarisasi melalui uji spesifik dan uji non spesifik,