Transportasi merupakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), maupun mesin. Konsep dari transportasi yaitu adanya perjalanan antara asal (origin) dan tujuan (destination . Manfaat terhadap lingkungan yaitu mengurangi emisi gas buang, emisi gas buang akan terus berkurang ketika lebih banyak masyarakat yang memanfaatkan sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari di wilayah perkotaan.
Adanya beberapa masalah yang terjadi di perkotaan diantaranya semakin banyaknya kendaraan bermotor baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum, akan menjadi penyebab polusi udara kotor bertambah. Langkah yang dibutuhkan dari adanya keadaan tersebut yakni dengan meminimalisir kendaraan bermotor dengan cara menggunakan moda transportasi lainnya seperti sepeda. Sepedamerupakan kendaraan beroda dua tanpa mesin, mempunyai setir penggerak,tempat duduk, dan sepasang pengayuh yang digerakkan kaki untuk menjalankannya. Seiring dengan berkembangnya jaman hingga saat ini, menjadikan penggunaan moda transportasi sepeda semakin menurun. Hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab, seperti jarak yang digunakan untuk menuju ke suatu tempat terasa jauh, banyak kendaraan umum yang menjadi faktor kemacetan, banyak penggunaan lahan yang berubah menjadi lahan produktif (pertokoan, kantor, pasar, dsb), sehingga titik pemberhentian semakin banyak, 2 serta penggunaan moda transportasi sepeda membutuhkan tenaga yang lebih ekstra sehingga seseorang akan mudah mengalami kelelahan.
Pemerintah Kota Surakarta sudah menyediakan jalus khusus sepeda di setiap jalan utama kota. Penyediaan jalur khusus sepeda pada setiap ruas jalan ini sebagai bentuk keamanan dan kenyamanan bagi para penggunanya. Tidak hanya jalur khusus sepeda melainkan disediakannya juga jalur – jalur yang sesuai denganperuntukkannya seperti jalur cepat dan lambat, jalur motor, jalur mobil dan pendestrian yang layak untuk pejalan kaki, dan penyediaan pendestrian ini sudah ditanamani dengan tumbuhan hijau sebagai peneduh para pejalan kaki, selain untuk peneduh juga sebagai tata hijau di Kota Surakarta dan dapat meminimalisirpolusi dari kendaraan bermotor. Kota Surakarta tergolong dalam secondary city atau kota menengah yang terus berkembang. Dengan luas 44,04 km2 Kota Surakarta ditinggali oleh 514.171 atau dengan kepadatan sebesar 11.674,93 jiwa/km2 (BPS,2017).
Tingginya pertumbuhan penduduk yang ada di Kota Surakarta tentu berdampak pada tingginya mobilitas masyarakat. Pemerintah Kota Surakarta saat ini sudah menerapkan beberapa alternatif untuk mengatasi kemacetan, salah satunya yaitu dengan ditetapkan Kota Surakarta sebagai Kota Nyaman Bersepeda. Pengembangan kota nyaman bersepeda
mensyaratkan terpenuhinya kondisi kenyamanan bagi para pesepeda di jalan, yaitu meliputi keamanan, kemudahan, dan keterjangkauan dan memiliki perjalanan yang menarik. Dalam penerapan kota nyaman bersepeda mengacu pada yang kota memiliki infrastruktur yang efisien, kebijakan transportasi utama (Zayed, 2016).
Kota Surakarta memiliki landasan hukum yang perlu disinergikan pelaksanaannya diantaranya diantaranya adanya Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maka Pemerintah KotaSurakarta menyusun penataan ruang ke dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun2011-2031. Selain itu dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga mengatur tentang perlunya jalur sepeda. Dalam mewujudkan visi kota sebagai kota budaya yang 3 berbasis pada sektor jasa, perdagangan, wisata, olahraga, pendidikan dan industri, pengelolaan transportasi menjadi salah satu kuncinya. Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan sebutan “Solo” mendeklarasikan sebagai Ecocultural City dalam pengembangan tata kelola ruang perkotaan untuk mewujudkan kota warisan budaya yang ramah lingkungan (Pemerintah Kota Surakarta, 2012).
Kota Surakarta juga memiliki jalur lambat untuk kendaraan tidak bermotordi beberapa ruas jalan. Beberapa dekade lalu sepeda menjadi kendaraan yang banyak digunakan sebelum kendaraan bermotor mendominasi lalu lintas jalan raya. Jalur lambat diperlukan pada jalan dengan lalu lintas kendaraan berkecepatan tinggi agar tidak terjadi mix-traffic dengan kendaraan yang berkecepatan rendah. Upaya untuk membuat jalan lebih aman dan nyaman bagi pengguna kendaraan tidak bermotor terutama sepeda diperlukan agar banyak orang yang memilih untuk bersepeda (ITDP, 2012). Selain itu penyediaan fasilitas pendukung yang sesuai perlu diupayakan untuk menarik masyarakat untuk bersepeda. Upaya pemerintah berupa kebijakan transportasi, saat ini masih dalam proses implementasi sehingga strategi yang diterapkan khususnya terkait pengembangan bersepeda memerlukan masukan masukan untuk dilakukan perbaikan-perbaikan yang lebih rasional dan mendapat dukungan masyarakat.
Masyarakat bisa mengimplementasikan gaya hidup bersepeda menjadi kegiatan yang rutin dilakukan misalnya seperti Bike To Work. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat belum dapat menggunakan sepeda pada kegiatan sehari-hari. Faktor itu adalah
berjualan, kendaraan yang parkir di lajur sepeda dan masih banyak lagi. Alasan utama pesepeda butuh lajur pesepeda adalah untuk meningkatkan keamanan. Namun dalam kenyataan, beradadi lajur sepeda tidak selalu lebih aman (Pramudiarja, 2019). Hal ini dikarenakan masih banyaknya kendaraan bermotor yang tidak taat dengan memasuki lajur sepeda. Selain itu juga tidak ada pembatas jalan yang tegas memisahkan antara lajur sepeda dengan lajur kendaraan bermotor. Dengan adanya lajur sepeda di Surakarta ini tetapi bila dalam pelaksanaannya masih banyak terdapat kendala tentunya lajur sepeda yang telah dibangun ini akan menjadi tidak efektif. 4 Dikarenakan para penggunanya yang bahkan enggan untuk bersepeda dikarenakan masih terdapat beberapa masalah yang terjadi pada lajur sepeda yang bisa menghambat atau mengancam keselamatan para penggunanya.
Berdasarkan urian di atas, pergerakan sepeda di Kota Surakarta menyatu di badan jalan dengan lalu lintas umum lainnya. Pembagian ruas jalan hanya di batasi dengan garis putih hijau dan gambar di badan jalan. Namun, masalah yang akan dihadapi dari pergerakan sepeda itu sendiri antara lain, rendahnya tingkat keselamatan pemakai sepeda maupun lalu lintas umum lainnya, berkurangnya kapasitas. Selain itu masalah lainnya ialah rendahnya keamanan dan kenyamanan, rendahnya kedisiplinan berlalu lintas di jalan umum, minimnya persyaratan dan kelengkapan keselamatan sepeda dan belum tersedianya fasilitas pergerakansepeda secara baik, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut.
Untuk itu judul skripsi yang dipilih oleh penulis adalah: “ANALISIS PENGARUH FASILITAS, KENYAMANAN, DAN KEAMANAN TERHADAP TINGKAT KEINGINAN MASYARAKAT MENGGUNAKAN JALUR KHUSUS SEPEDA DI KOTA SURAKARTA”
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) menyatakan bahwa lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia maupun hewan. Fasilitas merupakan penyediaan bagian perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada para pengguna dalam melaksanakan aktivitas- aktivitasnya atau kegiatan-kegiatannya. Pasal 45 dalam UU ini menegaskan bahwa fasilitas pendukung penyelenggaraan LLAJ meliputi trotoar, lajur sepeda, tempat penyeberangan pejalan kaki, halte, fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia usia lanjut.
Terdapat Fasilitas pelengkap yang juga harus tersedia di lalur sepeda dapat berupa marka lajur sepeda, rambu lajur sepeda, tempat parkir sepeda. Rambu pada lajur sepeda harus terlihat jelas dan lengkap serta penempatannya harus sesuai dengan peruntukkannya rambu berfungsi memberikan informasi terkait peringatan, larangan, perintah, serta petunjuk saat berlalu lintas. Fasilitas pelengkap lainnya seperti peneduh dan penerangam dirasa perlu diadakan mengingat teriknya cuaca di Kota Pangkalpinang pada saat siang hari serta penerangan yang diperlukan untuk menunjang keselamatan para pengguna sepeda yang beraktivitas pada malam hari.
Tipe fasilitas sepeda ada beberapa tipe yaitu sebagai berikut.
1. Shared Roadways merupakan jalur sepeda yang berada pada jalur kendaraan bermotor tanpa adanya marka penunjuk. Jenis jalur sepeda ini bisa digunakan pada jalan yang memiliki bahu jalan minimal 1.2 meter untuk menampung pengendara sepeda. Untuk jalan dengan kecepatan kendaraan >80 km/jam atau pada jalan dengan volume pengendara sepeda tinggi lebar bahu yang direkomendasikan minimal 1.5 meter.
2. Signed Shared Roadways merupakan jalan yang dijadikan fasilitas bersama. Umumnya digunakan untuk pengguna sepeda dan pejalan kaki tipeini ditentukan dengan alasan-alasan
a. Rute disediakan secara kontinuitas sebagai jalur sepeda bersama.
b. Jalan tersebut digunakan sebagai rute umum untuk pengguna sepeda dengan volume tinggi.
c. Pada daerah pedesaan jalan bisa dipilih sebagai Signed Shared Roadways apabila pengguna kendaraan bermotor rendah.
d. Rute ini terbentang sepanjang jalan-jalan lingkungan lokal dan kolektor yang mengarah ke tujuan lingkungan internal seperti taman, sekolah atau kawasan komersial.
3. Bike Lanes Lajur sepeda dapat dijadikan satu dengan jalan raya apabila ruang jalan tersedia bagi pengendara kendaraan bermotor dan juga pengendara sepeda. Bike Lane merupakan lajur sepeda yang dijadikan satu dengan jalan, yang ditandai dengan marka untuk penggunaan sepeda.
4. Shared Use Path Tipe Shared Use Paths digunakan pada jalan yang memiliki arus kendaraan bermotor rendah. Tipe ini digunakan sebagai fasilitas bersama, bukan hanya lajur sepeda akan tetapi juga bisa digunakan untuk fasilitas- fasilitas sebagai berikut :
1. Skaters
2. Bersepatu roda 3. Pengguna kursi roda
4. Pejalan kaki, termasuk didalamnya kereta bayi dan pelari Keamanan, Kelangsungan rute, Keterpaduan, Kenyamanan, dan Menarik merupakan prinsip dasar dalam perencanaan dan perancangan fasilitas ramah bersepeda (CROW, 2017).
Dalam penerapannya, seringkali perlu ada kompromi yang dilakukan untuk menentukan aspek prioritas. Di tahap perencanaan, hal ini ditentukan oleh fungsi jaringan sepeda yang ingin dikembangkan (PRESTO, 2007). Keamanan meliputi proteksi fisik, pemenuhan standar dimensi, rancangan simpang, pengendalian kecepatan. Kelangsungan rute meliputi perancangan rute yang lebih singkat dibandingkan kendaraan bermotor dan pemberian prioritas bagi pesepeda di penyebrangan dan persimpangan.keterpaduan meliputi pembuatan rute menerus dan tidak terputus dari titik awal ke tujuan pesepeda, penyediaan marka yang jelas dan menyediakan fasilitas parkir di tempattempat tujuan pesepeda. Kenyamanan merupakan pembuatan permukaan lajur sepeda yang rata serta tidak licin, pembuatan lebar yang cukup pada lajur sepeda sehingga memungkinkan pesepeda untuk mendahului atau bersepeda berdampingan. Pembuatan lajur sepeda yang memudahkan pesepeda seperti
menghindari tanjakan atau tikungan tajam, dan Menjaga lajur sepeda agar tetap terawat seperti bebas dari sampah,lubang serta genangan air.faktor menarik meliputimenciptakan rute yang melewati pusat kota, taman kota serta tempat rekreasi lainnya, menghindari untuk merancang rute di tempat yang rawan seperti tempat yang sepi atau kurang pencahayaan dan menciptakan desain dengan lingkungan sekitar yang estetik. Ketentuan umum penempatan jalur atau lajur sepeda mengacu pada ketentuan RSNI Perancangan Fasilitas Lajur dan Jalur Sepeda untuk semua tipe yaitu (Indonesia 2012): 1. Berada pada sisi kiri lajur sepeda motor apabila terdapat lajur sepeda motor. 2. Berada pada sisi kanan tempat parkir apabila terdapat tempat parkir. 3. Berada pada sisi kanan lajur pejalan kaki apabila ditempatkan pada trotoar tanpa mengurangi lebar minimal lajur pejalan kaki. 4. Tidak mengurangi lebar lajur minimal kendaraan bermotor apabila berada pada badan jalan 5. Diperbolehkan melawan arah pada kondisi arus lalu lintas satu arah (Indonesia 2012).
Penulis dalam penelitian ini mencoba melakukan penelitian tentang efektifitas kinerja lajur khusus sepeda di kawasan kota yang terletak di Kecamatan Panakukang – Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Terkait dengan penelitian ini penulis mencoba kaji seberapa besar pengaruh kinerja lajur khusus sepeda terhadap lajur kendaraan bermotor dan tingkat efektivitas penggunaannya di kawasan Jalan Andi Pangeran Pettarani. Cara atau memperkirakan kinerja lajur khusus sepeda berdasarkan acuan pedoman metode BLOS (Bicycle Level of Service) dalam buku Consulting Inc.(2007), jurnal penelitian terdahulu dan referensi buku- buku terkait dengan penelitian ini. Serta berpedoman pada PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 59 TAHUN 2020 TENTANG KESELAMATAN BERSEPEDA DI JALAN, di dalam Permenhub No. 59/2020, terdapat penjelasan mengenai Pengenalan umum, persyaratan keselamatan, fasilitas pendukung, Sistem fasilitas parkir, dan ketentuan hukum berdasarkan kebutuhan pengguna jalur sepeda di daerah yang dioperasikan di jalan. Fasilitas pendukung tersebut berupa lajur sepeda maupun jalur yang secara khusus disediakan bagi para pesepeda dan digunakan bersama dengan para pejalan kaki. Lebih lanjut lagi yang dimaksud sebagai jalur atau lajur sepeda tersebut berupa:
1. Yang digunakan bersama dengan kendaraan bermotor;
2. Yang menggunakan bahu jalan;
3. Jalur atau lajur khusus yang ada di bagian jalan;dan
4. Jalur atau jalur khusus yang berada terpisah dari badan jalan
sementara itu untuk jalur atau lajur sepeda yang digunakan bersamaan dengan para pejalan kaki jalur atau lajur tersebut wajib memperhatikan aspek keselamatan bagi pengendara Sepeda dan pejalan kaki lebih spesifik lagi dengan menentukan Berapa jumlah pejalan kaki dan sepeda yang dapat ditampung.