• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Penting dalam Kehidupan Berbangsa

N/A
N/A
anggis tiyana

Academic year: 2024

Membagikan " Peran Penting dalam Kehidupan Berbangsa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER

OBSERVASI DIVERSI PADA E-BERPADU PENGADILAN NEGERI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat setiap anggota masyarakat memliki perananan yang sangat penting atau pun sangat perlu diperhatikan. Anak sebagai aset bangsa dan juga subjek hukum serta sebagai bagian dari generasi muda anak bereperan sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Anak juga merupakan harapan dan tumpuan orang tua , harapan bangsa dan negara yang akan melanjutkan tongkat estafet Pembangunan serta memiliki peran strategis menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Oleh karena itu, setiap anak harus mendapatkan pembinaan dan perlindungan dari sejak dini, anak perlu mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial. 1

Adapun Hukum Indonesia menetapakan bahwa Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.2 Anak dalam proses pertumbuhannya pun tidak lepas dari berbuat salah atau pun kenakalan. Seringkali kenakalan anak sudah tidak bisa dianggap sebagai kenakalan biasa, banyak juga anaka-anak yang melakukan perbuatan yang tergolong suatu tindak pidana, seperti: mencuri, membawa senjata tajam, terlibat perkelahian, terlibat penggunaan narkoba, balap liar, dan lain-lain. Namun demikian, anak yang melakukan tindak pidana atau perbuatan yang dilarang hukum umumnya adalah merupakan proses meniru ataupun terpengaruh pergaulan pertemenanan atau bujuk rayu orang dewasa, ketidakmampuan akal (pikiran), fisik (badan) atau moral dan mentalitas yang ada pada diri anak.

Sistem peradilan pidana formal yang pada akhirnya menempatkan anak dalam status narapidana tentunya membawa konsekuensi yang cukup besar dalam hal tumbuh kembang anak. Proses penghukuman yang diberikan kepada anak lewat

1 Made Ayu Citra Maya Sari, Jurnal Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak tahun 2012, hal 2

2 Pasal 1 ayat 1 UU NO 35 TAHUN 2014 tentang perlindungan anak

(3)

sistem peradilan pidana formal dengan memasukkan anak ke dalam penjara ternyata tidak berhasil menjadikan anak jera dan menjadi pribadi yang lebih baik untuk menunjang proses tumbuh kembangnya.

Peraturan Perundang-undangan yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk memberikan perlindungan hukum dan hak-hak terhadap anak antara lain: Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang No 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Dalam Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 mengamanatkan Hakim wajib mengupayakan Diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri sebagai Hakim. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.3

Mahkamah Agung pun dalam memberikan pelayanan yang efektif di era digitalisasi ini telah memberlakukan Aplikasi e-Berpadu (Elektronik Berkas Pidana Terpadu) adalah Integrasi Berkas Pidana antar Penegak Hukum. e-Diversi menjadi salah satu menu pelayanan yang terdapat pada aplikasi tersebut. Maka berangakat dari penjelasan diatas penulis dalam Paper ini akan khusus membahas mengenai Diversi dan bagaimana kondisi terkini Diversi dalam e-Berpadu pada Pengadilan Negeri

B. Dasar Hukum

Terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai penyelenggaraan bantuan hukum di Indonesia antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;

2. Peraturan Mahkamah Agung RI (Perma) Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak;

3 Pasal 1 ayat 7 UU No. 11 Tahun 2012

(4)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengaturan Hukum mengenai Diversi?

2. Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Diversi di Pengadilan ?

3. Bagaimana Kondisi terupdate diversi pada e-Berpadu Pengadilan Negeri?

BAB II PEMBAHASAN

(5)

A. Pengaturan Hukum Mengenai Diversi

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap anak korban penyidik wajib meminta laporan sosial dari pekerja sosial atau tenaga kesejahteraan sosial setelah tindak pidana dilaporkan; selanjutnya terhadap anak yang diajukan sebagai anak yang berkonflik hukum (ABH) pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak di Pengadilan wajib diupayakan diversi sesuai amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana diluar proses peradilan pidana, dan terhadap proses tersebut dengan syarat- syarat sebagi berikut: 4

1. Diancam pidana penjara dibawah 7 (tujuh) tahun;

2. Dan bukan pengulangan tindak pidana:

Selanjutnya selain ketentuan tersebut, berlaku pula terhadap anak yang didakwa melakukan tindak pidana yang diancam pidana penjara dibawah 7 (tujuh) tahun dan didakwa pula dengan tindak pidana yang diancam penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih dalam bentuk dakwaan subsidiaritas, alternatif, kumulatif maupun kombinasi (gabungan) (Pasal 7 Perma 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak)

Adapun Diversi bertujuan:5

1. Mencapai perdamai antara korban dan anak;

2. Menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan;

3. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;

4. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan 5. Dan menanamkan rasa tanggung jawab pada anak;

Dalam proses Diversi itu sendiri tentunya ada pihak yang dilibatkan yakni anak, orang, tua, korban, dan atau orang tua/wali, pembimbing kemasyarakatan dan pekerja sosial professional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif yang

4 Pasal 7 ayat (2) UU No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

5 Pasal 6 UU No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

(6)

mengandung arti bahwa penyelesaian perkara tindak pidana yang melibatkan pelaku, korban dan pihak-pihak lain terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan.

Proses Diversi dilakukan melalui Musyawarah, jika diperlukan dapata melibatkan Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan/atau masyarakat. Dalam proses Diversi wajib pula memperhatikan:6 Kepentingan Korban, Kesejahteraan dan tanggung jawab anak, penghindaran stigma negative, penghindaran pembalasan, keharmonisan masyarakat, dan kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim dalam melakukan Diversi harus mempertimbangkan: Kategori tindak pidana, umur anak, hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas dan dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat, kemudian Kesepakatan Diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan/atau keluarga Anak korban serta kesedian anak dan keluargannya, kecuali untuk: indak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat.7 Dari hasil kesepakatan Diversi dapat berupa:8 Perdamaian dengan atau ganti kerugian, penyerahan kembali kepada orang tua/wali, keikutsertaan dalam Pendidikan/pelatihan di Lembaga Pendidikan atau LPKS paling lama 3 (tiga) bulan, dan pelayanan masyarakat. Dalam hal kesepakatan tercapai yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan Diversi, maka setiap pejabat yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan diversi untuk diterbitkan penghentian penyidikan, penghentian penuntutan, penghentian pemeriksaan perkara. dan bilamana tidak tercapai maka proses pemeriksaan dilanjutkan. Hasil Kesepakatan Diversi tesrsebut disampaikan ke Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak kesepakatan dicapai untuk memperoleh Penetapan. Penetapan tersebut dilakukan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya kesepakatan Diversi, kemudian

6 Pasal 8 ayat (3) UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

7 Pasal 9 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

8 Pasal 11 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

(7)

Penetapan tersebut disampaikan kepada Pembimbing Kemasyarakatan, Penyidik, Penuntut Umu, atau Hakim dalam jangka waktu 3 (tiga) hari. 9

Selanjutnya dalam hal tidak terjadi kesepakatan dalam waktu yang ditentukan maka pembimbing kemasyarakatan segera melaporkan kepada pejabat untuk menindaklanjuti proses pemeriksaan.

B. Pelaksanaan Diversi di Pengadilan (Peraturan Mahakamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak)

1. Persiapan Diversi

a. Setelah menerima Penetapan Ketua Pengadilan untuk menangani perkara yang wajib diupayakan Diversi Hakim mengeluarkan Penetapan Hari Musyawarah Diversi.

b. Penetapan Hakim sebagaimana dimaksud diatas memuat perintah kepada penuntut umum yang melimpahkan perkara untuk menghadirkan :

- Anak dan orang tua/Wali atau Pendampingnya;

- Korban dan/ atau orang tua/Walinya;

- PembimbingKemasyarakatan;

- Pekerja Sosial Profesional;

- Perwakilan masyarakat; dan

- Pihak-pihak terkait lainnya yang dipandang perlu untuk dilibatkan dalam Musyawarah Diversi.

c. Penetapan Hakim sebagaimana dimaksud diatas mencantumkan hari, tanggal, waktu serta tempat dilaksanakannya Musyawarah Diversi 2. Tahapan Musyawarah Diversi

a. Musyawarah Diversi dibuka oleh Fasilitator Diversi dengan perkenalan para pihak yang hadir, menyampaikan maksud dan tujuan musyawarah diversi, serta tata tertib musyawarah untuk disepakati oleh para pihak

9 Pasal 12 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

(8)

yang hadir. Fasilitaor Diversi adalah Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan untuk menangani perkara anak yang bersangkutan.

b. Fasilitator Diversi menjelaskan tugas Fasilitator Diversi.

c. Fasilitator Diversi menjelaskan ringkasan dakwaan dan Pernbimbing Kemasyarakatan memberikan informasi tentang perilaku dan keadaan sosial Anak serta memberikan saran untuk memperoleh penyelesaian.

d. Fasilatator Diversi wajib memberikan kesempatan kepada:

- Anak untuk didengar keterangan perihal dakwaan.

- Orangtua/Wali untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan Anak dan bentuk penyelesaian yang diharapkan.

- Korban/Anak Korban/Orang tua/ Wali untuk memberi tanggapan dan bentuk penyelesaian yang diharapkan.

e. Pekerja Sosial Profesional memberikan informasi tentang keadaan sosial Anak Korban serta memberikan saran untuk memperoleh penyelesaian.

f. Bila dipandang perlu, Fasilitator Diversi dapat memanggil perwakilan masyarakat maupun pihak lain untuk memberikan informasi untuk mendukung penyelesaian.

g. Bila dipandang perlu, Fasilitator Diversi dapat melakukan pertemuan terpisah (Kaukus) dengan para pihak.

h. Fasilitator Diversi menuangkan hasil musyawarah ke dalam Kesepakatan Diversi.

i. Dalam menyusun kesepakatan diversi, Fasilitator Diversi memperhatikan dan mengarahkan agar kesepakatan tidak bertentangan dengan hukum, agama, kepatutan masyarakat setempat, kesusilaan;

atau memuat hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan Anak; atau memuat itikad tidak baik

3. Kesepakatan Diversi

(9)

a. Musyawarah Diversi dicatat dalam Berita Acara Diversi dan ditandatangani oleh Fasilitator Diversi dan Panitera/ Panitera Pengganti.

b. Kesepakatan diversi ditandatangani oleh para pihak dan dilaporkan kepada Ketua Pengadilan oleh Fasilitator Diversi.

c. Ketua Pengadilan mengeluarkan Penetapan Kesepakatan Diversi berdasarkan kesepakatan Diversi sebagaimana diatas.

d. Ketua Pengadilan dapat mengembalikan Kesepakatan Diversi untuk diperbaiki oleh Fasillitator Diversi apabila tidak memenuki syarat sebagimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (9) perma 4 tahun 2014 selambat-lambatnya dalam waktu 3 (hari)

e. Setelah menrima penetapan dari Ketua Pengadilan, Hakim menerbitkan penetapan penghentian pemeriksaan perkara.

C. Kondisi terupdate diversi pada e-Berpadu Pengadilan Negeri Adapun ceklist Penetapan Diversi versi e-Berpadu, meliputi:

1. Surat Permohonan Diversi

2. Surat Kesepakatan Diversi dari Penyidik 3. Berita Acara Diversi dari Penyidik 4. Laporan Hasil Penelitian dari Bapas 5. Identitas Anak

6. Identitas Orang tua/wali 7. Identitas Petugas Bapas 8. Identitas Penyidik

Adapun ceklist Penetapan Diversi versi Pengadilan Negeri, meliputi:

1. Permohonan Pentepan Diversi

2. SPDP (Surat Perintah Dimulai Penyidikan) 3. Laporan Polisi

4. Surat Perintah Tugas 5. Berita acara Diversi

(10)

6. Berita Acara Kesepakatan Diversi 7. Surat Perintah Penyidik

8. Surat Keputusan Diversi (kurang dari 3 hari) 9. Surat Kesepakatan Diversi

10. Risalah singkat/resume 11. Berkas Penelitian dari BAPAS 12. Foto dokumentasi

(11)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Diversi sebagai salah satu Instrumen dalam Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA), memainkan peran penting dalam mewujudkan keadilan Restoratif.

Pendekatan ini mengutamakan pemulihan korban dan perbaikan anak, dengan mengecilkan pembalasan semata. Terhadap anak yang diajukan sebagai anak yang berkonflik hukum (ABH) pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak di Pengadilan wajib diupayakan Diversi. Dalam hal kesepakatan Diversi tercapai dapat berupa: Perdamaian dengan atau ganti kerugian, penyerahan kembali kepada orang tua/wali, keikutsertaan dalam Pendidikan/pelatihan di Lembaga Pendidikan atau LPKS paling lama 3 (tiga) bulan, dan pelayanan masyarakat.

B. Saran

1. Dalam mengupayakan keadilan restoratif hendaknya setiap penegak hukum yang berperan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak mengupayakan Diversi dengan mempedomani Undang-Undang Sitem Peradilan Pidana Anak

2. Pelaksanaan Upaya Diversi pada tingkat pemeriksaan Pengadilan selain mempedomani Undang-Undang Sitem Peradilan Pidana Anak, Perma No 4 Tahun 2014 dan SOP Kepaniteraan tahun 2022 yang berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, nasionalisme Indonesia tidak bersifat mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain (chauvinisme) karena menyadari bahwa di luar bangsa Indonesia masih

a) Mengetahui dan memahami perlindungan hukum bagi konsumen terhadap daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R). b) Mengetahui

Kebutuhan akan penegakan hukum terhadap perlindungan anak tidak terlepas dari pentingnya kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Anak adalah tunas, potensi,

Saraswati (2011), dalam tesisnya yang berjudul “Budaya Gotong Royong dan Implikasinya terhadap Ketahanan Sosial Budaya di Era Globalisasi“, membahas tentang

Dokumen ini membahas tentang pentingnya bersyukur dalam kehidupan

Dokumen ini membahas tentang makna dan pentingnya Pancasila sebagai identitas bangsa

Dokumen ini membahas tentang pentingnya nilai-nilai dasar ASN di pemerintah

Dokumen ini membahas tentang protein, senyawa hidup yang penting yang terdiri dari asam amino dan memiliki berbagai fungsi dalam