• Tidak ada hasil yang ditemukan

putusan 161 pk pdt.sus 2011 20250306131452

N/A
N/A
194@ Daffa Isma

Academic year: 2025

Membagikan "putusan 161 pk pdt.sus 2011 20250306131452"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N NO. 161 PK/Pdt.Sus/2011

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus dalam peninjauan kembali telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara Kepailitan antara :

GUNAWAN TJANDRA, bertempat tinggal di Permata Hijau Blok E/89 Grogol, Kebayoran Lama, Jakarta, dalam hal ini memberi kuasa kepada Adhiguna A. Herwinda, SH., MH., Dkk, para Advokat pada Kantor Hukum FSP LAWYER (FERDIE SOETHIONO & PARTNERS), berkantor di Gedung Kreativ Haus, Suite 202, Jalan KH. Hasyim Ashari No. 48B, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 19 September 2011;

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/ Termohon Pailit;

terhadap :

PT.BANK RABOBANK INTERNATIONAL INDONESIA, berkedudukan di Plaza 89 Lantai 9 Jalan H.R Rasuna Said Kav.X-7 No.

6 Jakarta 12940,Indonesia, dalam hal ini memberi kuasa kepada Ibrahim Senen, Sh., LL.M., Dkk., Para Advokat pada Firma Hukum DNC, berkantor di Permata Kuningan Penthouse Floor, Jalan Kuningan Mulia Kav. 9C, Jakarta 12980, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 06 Oktober 2011;

Termohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi/

Pemohon Pailit;

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/ Termohon Pailit telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap putusan Mahkamah Agung No. 270 K/

Pdt.Sus/2010 tanggal 21 Oktober 2010 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi/ Pemohon Pailit dengan posita gugatan sebagai berikut :

A TENTANG KEDUDUKAN PEMOHON SEBAGAI KREDITUR DARI TERMOHON DAN TERMOHON SEBAGAI DEBITUR DARI PEMOHON

Hal. 1 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

1 Bahwa pada tanggal 15 Desember 2004, telah dibuat dan ditandatangani Sub Loan Agreement ("Perjanjian Kredit") (vide Bukti P-1) No. LA/CA/1049/2004 oleh PT Bank Rabobank International Indonesia (in casu, PEMOHON) dan PT Pratama Jaringan Nusantara ("PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA ") sebagaimana telah dilegalisasi di bawah No. 3033/Leg/2004/Duplo tertanggal 15 Desember 2004 oleh Linda Herawati, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, dan yang selanjutnya diamandemen dengan Akta Amendment To Sub Loan Agreement No. 112, tertanggal 22 Desember 2006 yang dibuat dihadapan Sugito Tedjamulja, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta ("Perubahan PK I’)(vide Bukti P-2), dan Second Amendment To Sub Loan Agreement No. LA/CA/1049/2004, tertanggal 10 Agustus 2007 ("Perubahan PK II") (vide Bukti P-3), yang pada pokoknya berisikan pengaturan mengenai pemberian loan facility (fasilitas kredit) sebesar Rp. 310.000.000.000 (tiga ratus sepuluh miliar Rupiah) oleh PEMOHON kepada PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA . (Perjanjian Kredit, Perubahan Pertama dan Perubahan Kedua secara bersama-sama selanjutnya disebut "PK dan Perubahan-perubahannya");

2 Bahwa berdasarkan Perjanjian Continuing Guarantee antara PEMOHON dan TERMOHON tertanggal 15 Desember 2004 ("Perjanjian Jaminan Perorangan") (vide BUKTI P - 4) yang telah dilegalisasi di bawah No. 3036/Leg/2004/Duplo, tertanggal 15 Desember 2004, oleh Linda Herawati, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, TERMOHON MENJAMIN secara tanpa syarat dan tanpa dapat dicabut kembali, pembayaran dan pelunasan secara tepat, layak dan tepat waktu oleh PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA atas Kewajiban-Kewajiban PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA berdasarkan PK dan Perubahan- perubahannya, dan secara tanpa syarat dan tanpa dapat dicabut kembali TERMOHON bersedia dan berjanji, sebagai suatu kewajiban berkelanjutan, untuk membayar dan menyelesaikan kewajiban-kewajiban PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA kepada PEMOHON;

3 Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 15 huruf (m) Perjanjian Jaminan Perorangan, TERMOHON telah mengesampingkan beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ("KUHPer") termasuk ketentuan pasal 1831 KUHPer, yakni ketentuan mengenai kewajiban si Penerima Jaminan (in casu, PEMOHON) untuk terlebih dahulu menagih si debitur (in casu, PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA ). Dengan demikian berdasar hukum TERMOHON WAJIB MELAKSANAKAN KEWAJIBAN PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA kepada PEMOHON sejak saat PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA tidak dapat (GAGAL) melaksanakannya;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

4 Bahwa hingga saat Permohonan Pailit a quo diajukan, PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar lunas utang-utangnya berdasarkan PK dan Perubahan-perubahannya, sehingga sebagaimana JANJI TERMOHON berdasar Perjanjian Jaminan Perorangan, TERMOHON berutang kepada PEMOHON dan WAJIB melunasi utang-utang tersebut;

5 Berdasarkan fakta tersebut di atas, terbukti PEMOHON adalah kreditur dari TERMOHON dan TERMOHON adalah debitur dari PEMOHON berdasarkan Perjanjian Jaminan Perorangan;

B TENTANG TIDAK DIBAYAR SEDIKITNYA SATU UTANG TERMOHON YANG TELAH JATUH WAKTU DAN DAPAT DITAGIH.

1 Bahwa berdasarkan PK dan Perubahan-perubahannya ditentukan bahwa jadwal pembayaran/pelunasan kredit bagi PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA adalah:

a Utang Tranche A, yaitu Utang atas Bunga Jatuh Tempo dari 15 September 2005 sampai 30 Juni 2006 yakni sebesar Rp.

31.798.356.164,- (tiga puluh satu miliar tujuh ratus sembilan puluh delapan juta tiga ratus lima puluh enam ribu seratus enam puluh empat Rupiah), jatuh tempo setiap bulannya sejak 22 Januari 2007 sampai 22 Januari 2010;

b Utang Tranche B, yaitu Utang Pokok sebesar Rp.310.000.000.000,(tiga ratus sepuluh miliar Rupiah), jatuh tempo setiap bulannya sejak 22 Januari 2007 sampai 22 Nopember 2011; dan

c Utang Tranche C, yaitu Utang atas Bunga Jatuh Tempo dari 30 Juni 2006 hingga 28 Desember 2006 dan Bunga dari Bunga Utang Jatuh Tempo sejak 28 Desember 2006 sampai pembayaran pertama Utang Tranche C oleh PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA dan Utang atas Bunga belum terbayar atas Utang Tranche A, Utang Tranche B dan Utang Tranche C terhitung sejak tanggal gagal bayar, yaitu sebesar Rp.

19.984.323.562,- (sembilan belas miliar sembilan ratus delapan puluh empat juta tiga ratus dua puluh tiga ribu lima ratus enam puluh dua Rupiah), jatuh tempo setiap bulannya sejak tanggal 10 Nopember 2008 sampai 10 Agustus 2010;

2 Bahwa PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA telah lalai melakukan kewajibannya membayar utang kepada Pemohon dan telah DITEGUR oleh Pemohon sebagaimana:

Hal. 3 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

i Notice of Default (Surat Pemberitahuan Lalai) yang disampaikan oleh Pemohon sendiri tanggal 9 Januari 2006 ("Somasi PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA I") (vide BUKTI P - 5a);

ii surat Pemohon melalui Kuasa Hukumnya Ref.:DNC/204/06/II/042 tertanggal 6 Pebruari 2006 ("Somasi PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA II") (vide BUKTI P - 5b);

iii surat Pemohon melalui Kuasa Hukumnya Ref.:

DNC/204/06//II/045 tanggal 7 Pebruari 2006 ("Somasi PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA III") (vide BUKTI P - 5c); dan

iv surat Pemohon melalui Kuasa Hukumnya Ref.:

DNC/204/06//II/051 tanggal 10 Pebruari 2006 ("Somasi PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA IV") (vide BUKTI P - 5d);

Namun PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA tidak pernah MELUNASI utangnya kepada PEMOHON;

3 Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 11 Perjanjian Kredit, perbuatan PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA yang TIDAK MEMBAYAR utangnya kepada PEMOHON meskipun telah DITEGUR adalah perbuatan WANPRESTASI sebagai berikut:

Article 11 Events of Default

"the Lender may, without prejudice to its other rights hereunder, terminate its obligation to make the Facility available whereupon the same shall be reduce to zero and declare all principal amounts outstanding under the Facility, together with all accrued interest and other moneys payable hereunder, IMMEDIATELY due and payable, whereupon the same shall either IMMEDIATELY or in accordance with such declaration become repayable, if any of the following event ( ach being separately defined as an "Event of Default"), shall occur:

a Any amount due to the Lender hereunder or under the Security Document is not paid within (5) five Business Days after the due date for payment, in the currency and in the manner specified herein or therein;

Yang diterjemahkan secara tersumpah:

PASAL 11. KEJADIAN LALAI

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Pemberi Pinjaman dapat, tanpa mengurangi hak-haknya yang lain berdasarkan perjanjian ini, mengakhiri kewajibannya untuk menyediakan Fasilitas setelah mana Fasilitas tersebut akan direduksi menjadi nol dan menyatakan semua jumlah pokok yang belum dibayar berdasarkan Fasilitas, beserta dengan semua bunga yang sudah timbul dan uang-uang lain yang harus dibayar berdasarkan perjanjian ini, SEKETIKA ITU jatuh tempo dan harus dibayar, setelah mana jumlah tersebut SEKETIKA ITU atau sesuai dengan pernyataan tersebut menjadi harus dibayar kembali, jika salah satu dari kejadian-kejadian berikut (yang masing-masing secara terpisah didefinisikan sebagai "Peristiwa Lalai") terjadi:

a. setiap jumlah yang harus dibayar kepada Pemberi Pinjaman berdasarkan perjanjian ini atau berdasarkan Dokumen Jaminan belum dibayar dalam waktu 5 (lima) Hari Usaha setelah tanggal jatuh tempo untuk pembayaran, dalam mata uang dan dengan cara yang disebutkan di dalam perjanjian ini atau di dalam Dokumen Jaminan; atau

……

……

…..”

dan karenanya seluruh Fasilitas Kredit yang masih terutang bersama bunga, denda dan/atau biaya lainnya dianggap telah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh PEMOHON;

3. Bahwa berdasarkan Perjanjian Jaminan Perorangan, TERMOHON secara sukarela bersedia untuk memenuhi segala kewajiban-kewajiban PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA yang timbul dari Perjanjian Kredit berdasarkan permintaan tertulis dari PEMOHON. Dengan telah dikesampingkannya ketentuan pasal 1831 KUHPer dalam Perjanjian Jaminan Perorangan berarti bahwa PEMOHON dapat secara langsung melakukan penagihan atas kewajiban-kewajiban PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA kepada TERMOHON yang bertindak sebagai penjamin;

4 Bahwa dengan adanya hak PEMOHON atas kewajiban TERMOHON tersebut di atas, PEMOHON melalui Firma Hukum DNC telah menyampaikan permintaan tertulis kepada TERMOHON sebagaimana Surat DNC Ref.: DNC/20423/09/VIII/216 tanggal 4 Agustus 2009 perihal Somasi (Sommatie and Letter of Demand) ("Somasi Kepada TERMOHON") (Vide Bukti P-6a), untuk memenuhi kewajiban pembayaran/pelunasan atas pinjaman kredit PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA kepada PEMOHON berdasarkan PK dan Perubahan- perubahannya, sebesar Rp. 310.000.000.000,- (tiga ratus sepuluh miliar rupiah) diluar bunga, dan biaya lainnya yang timbul sampai dengan

Hal. 5 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

PEMOHON menerima pembayaran, serta segala denda yang ditimbulkan, selambat-lambatnya pada akhir hari kerja tanggal 11 Agustus 2009;

5 Bahwa oleh karena TERMOHON tidak mengindahkan permintaan tertulis PEMOHON dan tidak melakukan pembayaran/pelunasan sebagaimana dimaksud dalam Somasi Kepada TERMOHON , maka PEMOHON melalui Firma Hukum DNC kembali menyampaikan permintaan tertulis kepada TERMOHON yang mana dituangkan dalam Surat DNC Ref.: DNC/20423/09/VIII/223 tanggal 14 Agustus 2009 perihal Somasi Akhir (Final Sommatie and Letter of Demand) ("Somasi kepada TERMOHON 2") (Vide Bukti P-6b), untuk memenuhi kewajiban pembayaran/pelunasan atas pinjaman kredit PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA kepada PEMOHON berdasarkan PK dan Perubahan- perubahannya, sebesar Rp. 310.000.000.000 (tiga ratus sepuluh miliar Rupiah) diluar bunga, dan biaya lainnya yang timbul sampai dengan PEMOHON menerima pembayaran, serta segala denda yang ditimbulkan, selambat-lambatnya pada akhir hari kerja tanggal 21 Agustus 2009;

6 Bahwa hingga tanggal diajukannya Permohonan Pailit a quo TERMOHON tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian Jaminan Perorangan dan kewajiban TERMOHON kepada PEMOHON hingga saat Permohonan Pailit a quo diajukan adalah sebesar Rp.439.099.940.905,- (empat ratus tiga puluh sembilan miliar sembilan puluh sembilan juta sembilan ratus empat puluh ribu sembilan ratus lima Rupiah) dengan rincian sebagai berikut:

Utang Tranche A

Utang Pokok : Rp. 27.798.356.164,

Bunga : Rp. 6.488.718.471,

Utang Tranche B

Utang Pokok : Rp. 306.000.00.000,

Bunga : Rp. 71.229.779.411,

Utang Tranche C

Utang Pokok : Rp. 22.394.444.085,

Bunga : Rp. 5.188.642.774,

Dengan demikian, berdasarkan Perjanjian Jaminan Perorangan TERMOHON memiliki utang kepada PEMOHON dengan jumlah yang sama, yakni sebesar Rp.

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

(7)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

439.099.940.905,- (empat ratus tiga puluh sembilan miliar sembilan puluh sembilan juta sembilan ratus empat puluh ribu sembilan ratus lima Rupiah);

6. Bahwa hingga tanggal diajukannya Permohonan Pailit a quo, TERMOHON tidak melunasi utangnya tersebut sehingga TERBUKTI bahwa TERMOHON setidaknya memiliki satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih;

C TENTANG TERMOHON YANG MEMILIKI DUA ATAU LEBIH KREDITUR 1 Bahwa dalam menjalankan usahanya, TERMOHON memperoleh

fasilitas kredit dari beberapa bank, antara lain:

a PT Bank Central Asia cabang Jakarta, beralamat di Menara BCA, Grand Indonesia , JL.MH. Thamrin No. 1, Jakarta 10310 ("BCA");

b PT Bank Danamon Indonesia Tbk cabang Jakarta, beralamat di Wisma Bank Danamon, JI. Jenderal Sudirman N0.45-46, Jakarta ("Bank Danamon");

c PT Bank Mega, Tbk cabang Jakarta, beralamat di Menara Bank Mega, JI. Kapt. Tandean Kav. 12-14A, Jakarta ("Bank Mega");

d The Hongkong Shanghai Bank Corporation cabang Jakarta, beralamat di Gedung World Trade Center, JI. Jend. Sudirman Kav. 29 - 31, Jakarta ("Bank HSBC Jakarta");

e The Hongkong Shanghai Bank Corporation cabang Batam, beralamat di Wisma Batamindo, JI. Rasamala No. 1, Batam ("Bank HSBC Batam"); and

f Citibank Singapore Limited 3 Temasek Avenue #12-00 Centennial Tower, Singapore - 039190 ("Citibank Singapore");

2 Bahwa dengan demikian Permohonan a quo telah memenuhi syarat kepailitan sebagaimana ketentuan Pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ("UU Kepailitan dan PKPU"), yaitu TERBUKTI adanya minimal dua kreditur dan satu utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;

D TENTANG PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT TERHADAP

TERMOHON

1 Bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap TERMOHON ini telah diajukan oleh PEMOHON sesuai dengan ketentuan-ketentuan UU Kepailitan dan PKPU;

2 Bahwa dari uraian tersebut di atas dan bukti-bukti yang disampaikan, terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa

Hal. 7 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

(8)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU telah terpenuhi sebagaimana kembali diterangkan di bawah ini:

a Unsur adanya Utang yang Telah Jatuh Waktu dan dapat Ditagih.

Dari uraian huruf B diatas, secara SEDERHANA TERBUKTI bahwa TERMOHON mempunyai utang kepada PEMOHON yang pokoknya sebesar Rp. 310.000.000.000,00 (tiga ratus sepuluh miliar Rupiah) diluar bunga, denda dan/atau biaya lainnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih;

b Unsur adanya 2 (dua) atau Lebih Kreditur:

Dari uraian huruf C diatas, secara SEDERHANA TERBUKTI bahwa TERMOHON memiliki 2 (dua) atau lebih kreditur yakni PEMOHON dan diantaranya BCA, Bank Danamon, Bank Mega, Bank HSBC Jakarta, Bank HSBC Batam, dan Citibank Singapore;

3 Bahwa untuk melindungi kepentingan kreditur pada umumnya dan PEMOHON pada khususnya selama penetapan atas permohonan pernyataan pailit terhadap TERMOHON belum dikeluarkan, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 10 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU, PEMOHON dengan ini mohon dengan hormat kepada Pengadilan Niaga untuk menunjuk kurator sementara guna mengawasi pengelolaan usaha TERMOHON dan mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau pengagunan kekayaan TERMOHON yang dalam rangka kepailitan memerlukan persetujuan kurator.

4 Bahwa sesuai dengan Pasal 15 UU Kepailitan, kurator sementara dan kurator kepailitan yang PEMOHON usulkan adalah:

i Suhendra Asido Hutabarat, S.H., S.E., M.M., M.H., beralamat kantor di Jalan Hayam Wuruk No. 3Q Gambir, Jakarta Pusat 10120, yang terdaftar pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dibawah No. C.HT.05.15-114 tanggal 7 Juni 2006; dan

ii Bertua Hutapea, S.H., beralamat kantor di Jalan Hayam Wuruk No. 3Q Gambir, Jakarta Pusat 10120, yang terdaftar pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dibawah No. C.HT.05.15-100 tanggal 24 Mei 2006,

dan berdasarkan keterangannya sendiri berhak untuk menjabat sebagai kurator sementara maupun kurator dan tidak ada benturan kepentingan jika diangkat sebagai

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

(9)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

kurator sementara maupun kurator sehubungan permohonan ini maupun permohonan pernyataan pailit terhadap TERMOHON ini (Lampiran 4);

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Pemohon Pailit mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar memberikan putusan sebagai berikut :

1 Mengabulkan permohonan PEMOHON untuk seluruhnya;

2 Menyatakan TERMOHON pailit dengan segala akibat hukumnya;

3 Mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat;

4 Menunjuk dan mengangkat:

i Suhendra Asido Hutabarat, S.H., S.E., M.M., M.H., beralamat kantor di Jalan Hayam Wuruk No. 3Q Gambir, Jakarta Pusat 10120; dan ii Bertua Hutapea, S.H., beralamat kantor di Jalan Hayam Wuruk No.

3Q Gambir, Jakarta Pusat 10120;

untuk secara bersama-sama bertindak sebagai kurator sementara maupun kurator dalam kepailitan tersebut; dan

5 Menghukum TERMOHON untuk membayar biaya perkara ini;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Termohon Pailit mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:

1 EKSEPSI TERHADAP SURAT KUASA

SURAT KUASA KHUSUS PEMOHON PAILIT TERHADAP KUASANYA TIDAK MEMENUHI “SYARAT FORMIL SURAT KUASA KHUSUS UNTUK MEWAKILI PEMBERI KUASA DI DEPAN PENGADILAN”.

Ketentuan mengenai syarat formil diatur dalam pasal 123 ayat (1) HIR dan SEMA No.

01 tahun 1971 (23 Januari 1971) jo. SEMA No.6 Tahun 1994 (14 Oktober 1994). Sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut, Surat Kuasa Khusus (bijzondere schriftelijke machtiging) harus dengan jelas dan tegas menyebutkan :

• secara spesifik kehendak untuk berperkara di PN tertentu sesuai dengan kompetensi relative;

• indentitas para pihak;

• menyebut secara ringkas dan konkret pokok perkara dan objek yang diperkarakan, serta;

• mencantumkan tanggal serta tanda tangan pemberi kuasa.

Semua syarat tersebut bersifat kumulatif. Oleh karena itu, apabila salah satu syarat tidak terpenuhi, surat kuasa tersebut tidak sah karena mengandung cacat formil. (M. Yahya Harahap, “Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan”, Hal. 437);

Hal. 9 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

(10)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

a Surat Kuasa dari Pemohon Pailit kepada Kuasanya tidak menyebutkan secara jelas, tegas dan secara spesifik kehendak untuk berperkara di Pengadilan tertentu sesuai dengan kompetensi relative;

Di dalam Surat Kuasa Khususnya Pemohon Pailit menyebutkan memberikan kepada Kuasanya:

“kekuasaan dan wewenang : KHUSUS untuk bertindak bagi kepentingan serta atas nama Pemberi Kuasa sebagai Pemohon Pailit dalam permohonan pernyataan pailit terhadap :

GUNAWAN TJANDRA, warga negara Indonesia, beralamat di Permata Hijau, Blok E/89, Grogol, Kebayoran Lama, Jakarta (selanjutnya disebut sebagai

“Termohon Pailit”), di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan/atau pada pengadilan niaga lainnya di Indonesia yang memiliki yurisdiksi atas Termohon Pailit”;

Melalui apa yang telah Termohon Pailit kutipkan di atas dari Surat Kuasa Khusus Pemohon Pailit kepada Kuasanya, nyata sudah bahwa di dalam Surat Kuasa Khusus tersebut tidak disebutkan dengan jelas, tegas dan secara spesifik mengenai Pengadilan mana yang berwenang secara yuridis sesuai dengan kompetensi relative;

Di dalam surat kuasa tersebut memang disebutkan mengenai Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat namun penyebutan tersebut TIDAKLAH SPESIFIK. Hal ini dikarenakan setelah penyebutan tersebut masih dengan tegas ditambahkan oleh Pemohon Pailit kata-kata, “dan/atau pada pengadilan niaga lainnya di Indonesia yang memiliki yurisdiksi atas Termohon Pailit”;

Sebenarnya domisili Termohon Pailit sudah sangat tegas dinyatakan oleh Pemohon Pailit yaitu di Permata Hijau, Blok E/89, Grogol, Kebayoran Lama, Jakarta. Ini sudah sangat jelas, berarti Pengadilan Niaga yang harus ditunjuk secara spesifik oleh Pemohon Pailit di dalam Surat Kuasa Khususnya adalah Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan bukan lainnya;

Kewenangan dari Pemohon Pailit yang diberikan kepada Kuasanya untuk dapat mengajukan Permohonan Kepailitan a quo di setiap pengadilan niaga lainnya di Indonesia adalah sesuatu yang salah dan berlebihan karena secara de facto Pemohon Pailit sudah menyebutkan dengan pasti domisili Termohon Pailit dan yurisdiksi Pengadilan Niaga mana yang berwenang atasnya. Hal ini merupakan kesalahan fatal dalam ketentuan hukum acara yang berlaku. Hal yang demikian tidak dapat dibenarkan melalui pertimbangan apapun;

Konsekuensi adanya kata-kata, “dan/atau pada pengadilan niaga lainnya di Indonesia yang memiliki yurisdiksi atas Termohon Pailit” secara hukum berarti memungkinkan diajukannya Permohonan Pailit a quo di setiap Pengadilan Niaga

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

(11)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

lainnya yang ada di Indonesia yang sesuai dengan yurisdiksi Termohon Pailit dimanapun domisili Termohon Pailit di Indonesia berada. Tentu saja hal ini berarti Surat Kuasa Khusus tersebut sebenarnya bersifat sangat umum dan dengan demikian kehilangan sifat khususnya;

Apa arti syarat “menyebutkan secara spesifik kehendak untuk berperkara di Pengadilan tertentu sesuai dengan kompetensi relatif” di dalam ketentuan syarat formil Surat Kuasa Khusus?

Ini berarti dipilih dengan tegas, kehendak untuk berperkara di pengadilan mana sesuai dengan kompetensi relatifnya. Dalam hal ini setelah ditentukan domisili Termohon Pailit maka harus dipilih dan kemudian disebutkan secara tegas pengadilannya. Sekali lagi dipilih dan disebutkan secara tegas bukan ragu-ragu atau seakan membuka opsi-opsi kemungkinan lainnya;

Sekali lagi kami kutipkan salah satu point dari syarat formil surat kuasa khusus yang telah dilanggar oleh Pemohon Pailit, yaitu “menyebutkan secara jelas, tegas dan spesifik kehendak untuk berperkara di PN tertentu sesuai dengan kompetensi relatif.” Apa yang telah diperbuat Pemohon Pailit sudah sangat nyata mencerminkan ketidak jelasan, ketidak- tegasan dan tidak spesifiknya penyebutan mengenai pengadilan yang berwenang sesuai dengan kompetensi relatif. Surat Kuasa Khusus yang demikian karena tidak sesuai dengan syarat formil mengakibatkan Surat Kuasa Khusus tersebut tidak sah, sehingga surat Permohonan Pailit yang dibuat dan ditandatangani oleh Penerima Kuasa dengan Surat Kuasa Khusus yang tidak sah haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;

b Surat Kuasa dari Pemohon Pailit kepada Kuasanya tidak menyebutkan secara jelas dan tegas “Objek yang diperkarakan”;

Syarat formil Surat Kuasa Khusus salah satunya mengisyaratkan mengenai,

“penyebutan secara ringkas dan konkret pokok perkara dan objek yang diperkarakan.” Pemohon Pailit di dalam Surat Kuasa Khususnya hanya menyebutkan secara konkret mengenai pokok perkaranya yaitu mengenai Kepailitan, namun tidak menyebutkan secara ringkas dan konkret objek yang diperkarakan;

Membaca Surat Kuasa Khusus dari Pemohon Pailit kepada Kuasanya memang sudah jelas bahwa pokok perkara sehingga diberikannya kuasa a quo adalah mengenai Permohonan Pernyataan Pailit. Namun, Pemohon Pailit di dalam Surat Kuasa Khususnya tidak menyebutkan dengan konkret mengenai objek yang diperkarakan. Baru setelah membaca Surat Permohonan pailitnya, dapat ditemukan bahwa objek yang hendak diperkarakan adalah perihal Termohon Pailit dalam kualitasnya selaku Penjamin tidak membayar utang dari PT. Pratama

Hal. 11 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

(12)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Jaringan Nusantara (PT.PRATAMA JARINGAN NUSANTARA) selaku pihak yang dijamin oleh Termohon Pailit setelah ditagih oleh Pemohon Pailit;

Jelas sudah dengan demikian Surat Kuasa Khusus dari Pemohon Pailit kepada Kuasanya adalah tidak sah karena tidak memenuhi salah satu unsur syarat formil sehingga Permohonan Pailit tersebut sudah selayaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

c Surat Kuasa dari Pemohon Pailit kepada Kuasanya adalah “SURAT KUASA UMUM” yang diberi title “KHUSUS”;

Jika diperhatikan dengan teliti, maka tak dapat dipungkiri lagi bahwa Surat Kuasa Khusus dari Pemohon Pailit kepada Kuasanya adalah bukan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksudkan di dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, melainkan adalah Surat Kuasa yang bersifat Umum sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW). Hal ini dapat dibuktikan melalui hal-hal sebagai berikut:

⇒ Di dalam Surat Kuasa yang panjangnya 3 (tiga) halaman tersebut disebutkan mengenai pemberian kewenangan yang tidak terkait dengan “Acara Kepailitan” yaitu antara lain mengenai :

i Melakukan semua tindakan dalam proses mediasi;

ii Memilih Mediator;

iii Menyerahkan segala hal kepada putusan Mediator;

iv Menolak dan/atau menyatakan keberatan atas segala dan semua keputusan, putusan dan perintah Mediator;

v Meminta penetapan dengan suatu akta perdamaian;

vi Melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses mediasi;

Dalam praktek acara persidangan perkara kepailitan tidak pernah dikenal adanya proses mediasi. Sehingga, pemberian kewenangan yang demikian di dalam Surat Kuasa Khusus Pemohon Pailit adalah sesuatu yang berada di luar proses persidangan. Dengan demikian dapat disimpulkan selain mengatur mengenai pemberian kewenangan terkait permohonan pailit, Surat Kuasa Khusus Pemohon Pailit juga mengatur hal-hal di luar proses permohonan pailit a quo. Hal tersebut dengan jelas memperlihatkan bahwa Surat Kuasa Khusus Pemohon pailit justru bersifat sangat umum, bukan khusus sebagaimana diatur dalam hukum acara perdata yang berlaku.

⇒ Bukan secara spesifik hanya mengenai kewenangan mengajukan Permohonan Kepailitan namun juga secara umum diatur mengenai pemberian kewenangan untuk:

i Mengajukan Kasasi atas setiap putusan, penetapan atau perintah kepada Mahkamah Agung;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

(13)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

ii Mempersiapkan, menandatangani dan mengajukan memori Kasasi dan/atau Kontra Memori Kasasi;

iii Mengajukan permohonan peninjauan kembali atas setiap putusan, penetapan atau perintah kepada Mahkamah Agung;

iv Mempersiapkan, menandatangani dan mengajukan memori peninjauan kembali dan/atau Kontra Memori peninjauan kembali;

Kembali terbukti bahwa Surat Kuasa Pemohon Pailit bersifat umum. Surat Kuasa Khusus untuk memohonkan Kasasi dan/atau Peninjauan kembali haruslah dibuat dalam Surat Kuasa Khusus tersendiri dan tidak dicampur dengan Surat Kuasa Khusus beracara di tingkat pertama. Jelas sudah, Surat Kuasa Khusus Pemohon Pailit terlalu luas, meliputi kewenangan untuk beracara di tingkat pertama maupun Kasasi dan Peninjauan kembali, sehingga memperlihatkan ciri/sifat yang umum dari Surat Kuasa tersebut dan bukan ciri/sifat yang khusus;

Memperhatikan hal-hal tersebut, sudah layak dan sepantasnya jika Permohonan Pailit a quo dinyatakan tidak dapat diterima;

d Kuasa Pemohon Pailit telah bertindak diluar Kuasa/Kewenangan yang diberikan oleh Pemohon Pailit/Pemberi Kuasa sebagaimana yang telah ditentukan dalam Surat Kuasa Khususnya;

Ciri yang mencolok dari Surat Kuasa Pemohon Pailit adalah menyebutkan dengan panjang lebar kuasa-kuasa/kewenangan-kewenangan apa saja yang ia berikan kepada kuasanya untuk dapat dilaksanakan. Bahkan hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan/belum diperlukan terkait dengan prosedur pengajuan permohonan pailit saja dicantumkan, antara lain mengenai mediasi, penunjukan mediator, menghadiri rapat-rapat kreditor, menyatakan Kasasi, memohonkan Peninjauan Kembali, dan sebagainya yang membuat Surat Kuasa tersebut kehilangan sifat khususnya dan menjadi umum;

Namun, walaupun telah disebutkan apa-apa saja yang dikuasakan kepada kuasanya, Kuasa dari Pemohon Pailit masih tetap melakukan hal yang tidak disebutkan di dalam Surat Kuasa. Hal tersebut adalah mengenai Permohonan kepada Pengadilan yang memeriksa perkara aquo agar menunjuk dan mengangkat Kurator tertentu dalam hal ini Suhendra Asido Hutabarat dan Bertua Hutapea;

Menurut hemat Termohon Pailit kewenangan untuk menunjuk Kurator tertentu adalah hal yang penting disebutkan secara tegas di dalam Surat Kuasa Khusus Pemohon Pailit. Hal ini mengingat bahwa Pemohon Pailit mempunyai hak untuk menunjuk Kurator “Swasta” atau Balai Harta Peninggalan sebagai Kurator yang

Hal. 13 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

(14)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

diajukan olehnya. Oleh karena itu pemakaian hak tersebut harus ditegaskan secara tegas dan jelas di dalam Surat Kuasanya, siapa yang ia usulkan sebagai Kurator. Hal ini sebenarnya untuk melindungi kepentingan Pemohon Pailit agar tidak dirugikan Karena adanya kepentingan lain yang ikut menumpang dalam kepentingan pokok Pemohon Pailit;

Tapi dengan demikian telah menjadi jelas bahwa Kuasa Pemohon Pailit telah bertindak diluar kewenangan yang diberikan didalam Surat Kuasanya. Hal ini dengan tegas melanggar Pasal 1797 KUH Perdata : “Si kuasa tidak diperbolehkan melakukan sesuatu apapun yang melampaui kuasanya.” Oleh karena itu sudah selayaknya Permohonan Pailit a quo haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;

Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 74/

Pailit/2009/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 10 Februari 2010 adalah sebagai berikut : DALAM EKSEPSI

• Menolak eksepsi termohon;

DALAM POKOK PERKARA

• Mengabulkan permohonan pernyataan pailit Pemohon untuk seluruhnya;

• Menyatakan Termohon Gunawan Tjandra pailit dengan segala akibat hukumnya;

• Menunjuk Nirwana, S.H.MH. Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri / Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;

• Mengangkat Suhendra Asido Hutabarat,SH.,SE.,M.M.,M.H.

Kurator beralamat di kantor di Jl. Hayam Wuruk Jakarta Pusat yang terdaftar pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI di bawah No. C HT 05.15.114 tanggal 7 Juni 2006 dan Bertua Hutapea ,SH Kurator ,beralamat di kantor Jln. Hayam Wuruk Jakarta Pusat yang terdaftar pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dibawah No.C HT 05.15 100 tanggal 24 Mei 2006 sebagai Kurator;

• Menetapkan imbalan jasa Kurator akan ditetapkan kemudian dengan berpedoman pada Keputusan Menteri Kehakiman RI .No. M 09 HT 05 10 Tahun 1999 setelah Kurator yang bersangkutan selesai menjelankan tugasnya selaku Kurator dalam permohonan pailit ini;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

(15)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

• Menghukum termohon untuk membayar biaya permohonan sebesar Rp.641.000,00.(enam ratus empat puluh satu ribu Rupiah) ;

Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung RI No. 270 K/Pdt.Sus/2010 tanggal 21 Oktober 2010 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut :

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: GUNAWAN TJANDRA tersebut;

Menghukum Pemohon Kasasi membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap tersebut, yaitu putusan Mahkamah Agung No. 270 K/Pdt.Sus/2010 tanggal 21 Oktober 2010 diberitahukan kepada Pemohon Kasasi/ Termohon Pailit pada tanggal 01 April 2011 kemudian terhadapnya oleh Pemohon Kasasi/ Termohon Pailit dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 19 September 2011 diajukan permohonan peninjauan kembali secara lisan pada tanggal 30 September 2011 sebagaimana ternyata dari akte permohonan peninjauan kembali No. 24 PK/Pailit/2011/

PN.Niaga.Jkt.Pst jo. No. 270 K/Pdt.Sus/2010 Jo. No. 74/Pailit/2009/PN.Niaga.Jkt.Pst yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, permohonan mana disertai dengan memori peninjauan kembali yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal itu juga ;

Bahwa setelah itu oleh Termohon Kasasi/Pemohon Pailit yang pada tanggal 30 September 2011 telah diberitahu tentang memori peninjauan kembali dari Pemohon Kasasi/ Termohon Pailit diajukan jawaban memori peninjauan kembali yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 10 Oktober 2011;

Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan- alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan peninjauan kembali tersebut formil dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali/ Pemohon Pailit dalam memori peninjauan kembali tersebut pada pokoknya ialah:

A. PENDAHULUAN

1 Bahwa Putusan Mahkamah Agung di tingkat Kasasi tersebut, telah diberitahukan secara patut kepada Pemohon PK pada tanggal 5 April 2011. Sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU Kepailitan) Pasal 295 ayat (2a) jo. Pasal 296 ayat (1) bahwa batas waktu Pengajuan Permohonan PK adalah 180 hari (6 bulan) setelah tanggal Hal. 15 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

(16)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

putusan yang dimohonkan Peninjauan kembali memperoleh kekuatan hukum tetap, dengan demikian pengajuan Permohonan PK ini masih dalam tenggang waktu yang dibenarkan oleh hukum;

2 Bahwa Pemohon PK/Pemohon Kasasi/Termohon Pailit (selanjutnya disebut,

"Pemohon PK") menyampaikan Permohonan PK terhadap putusan Kasasi tersebut karena hal-hal sebagai berikut:

Terdapat bukti baru yang menimbulkan dugaan kuat (bersifat menentukan) bahwa jika bukti itu sudah diketahui pada waktu sidang/proses pemeriksaan perkara masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan yang menolak Permohonan Pemohon Pailit, setidaknya lain dari putusan yang ada sekarang ini;

Permohonan PK berdasarkan adanya bukti baru ini sesuai dengan apa yang diatur di dalam UU Kepailitan Pasal 295 ayat (2a):

"Setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa di Pengadilan sudah ada, tetapi belum ditemukan.";

3 Bahwa adapun Amar Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 270 K/Pdt.Sus/2010, tertanggal 21 Oktober 2010 yang dimohonkan Peninjauan Kembali tersebut, adalah sebagai berikut:

MENGADILI

Menolak Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi : GUNAWAN TJANDRA tersebut;

Menghukum Pemohon Kasasi membayar biaya perkara dalam tingkat Kasasi ini sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah);

4 Bahwa adapun pertimbangan-pertimbangan yang dipakai oleh Majelis Hakim Agung dalam memutuskan perkara tersebut (dikutip secara lengkap dari hal 38 dan 39 Putusan Kasasi):

a. bahwa keberatan Kasasi Pemohon Kasasi berupa pengulangan, dan Judex Facti sudah menilai dan mempertimbangkan semua keberatan-keberatan Pemohon Kasasi dengan benar;

b. bahwa Judex Facti sudah benar dalam penilaian atas hasil pembuktian dimana berdasarkan fakta hukum dan fakta di persidangan terbukti bahwa:

• Pemohon Kasasi adalah penjamin/penanggung dari PT. Pratama Jaringan Nusantara. Penjamin tanpa syarat dan berkewajiban untuk membayar dan menyelesaikan kewajiban-kewajiban PT. Pratama Jaringan Nusantara kepada Pemohon Pailit/Termohon Kasasi;

• Bahwa PT. Pratama Jaringan Nusantara telah lalai melakukan kewajibannya untuk membayar utang kepada Pemohon Pailit/Termohon Kasasi;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

(17)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

• Bahwa PT. Pratama Jaringan Nusantara juga mempunyai hutang pada Kreditur lain;

• Bahwa Pemohon Kasasi adalah penjamin berdasarkan Continuing Guarantee tanpa syarat. Pasal 15 huruf m Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 menyatakan bahwa perjanjian mengesampingkan ketentuan dalam Pasal 1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW);

c. Bahwa dengan demikian terbukti memenuhi persyaratan/kriteria pailit terhadap Termohon Pailit/Pemohon Kasasi;

5 Bahwa berdasarkan Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor. 74/Pailit/2009/ PN.Niaga.Jkt.Pst, tertanggal 27 Oktober 2010 putusan pernyataan pailit terhadap Termohon Pailit/sekarang Pemohon PK, dinyatakan dicabut berdasarkan alasan Pasal 18 UU Kepailitan yaitu harta pailit tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;

Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1037 K/Pdt.Sus/2010, tertanggal 12 Januari 2011 menguatkan Putusan Pengadilan Niaga Tersebut;

Dengan demikian Termohon Pailit/Sekarang Pemohon PK tidak lagi dalam keadaan/status pailit;

Namun, konsekuensi telah dijatuhkannya (pernah dijatuhkannya) status pailit terhadap Pemohon PK dampaknya sampai dengan saat ini belumlah terhapuskan.

Salah satu dampaknya adalah Pemohon PK berdasarkan Pasal 93 ayat (1) huruf a Undang_undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya, "UUPT") tidak dapat diangkat menjadi anggota Direksi karena dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah dinyatakan pailit;

Hal ini membuat Pemohon PK di-"sandera" secara perdata. Status pailit yang pernah dijatuhkan terhadap Pemohon PK membuat Pemohon PK menjadi sulit untuk bekerja dan/atau berusaha walaupun sudah tidak dalam status pailit lagi;

Karena Pemohon PK berkeyakinan bahwa dirinya sedari awal memang secara hukum tidak layak/tidak dapat untuk dipailitkan, dan dengan ditemukannya bukti-bukti baru, juga karena alasan kemanusiaan dan hak asasi manusia untuk bekerja, maka Pemohon PK mengajukan Permohonan Peninjauan Kembali ini.

Alasan-alasan tersebut lebih dari cukup untuk memperlihatkan bahwa Pemohon PK mempunyai hak dan kedudukan hukum di dalam mengajukan Permohonan PK ini walaupun sejatinya saat ini tidak dalam keadaan pailit lagi. Ini juga karena yang dimintakan PK adalah Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 270 K/Pdt.Sus/2010, tertanggal 21 Oktober Jo. 74/Pailit/2009/

PN.Niaga.Jkt.Pst, tertanggal 10 Februari 2010 yang pada perkara awal mulanya mempailitkan Pemohon PK;

B. PEMBAHASAN ALASAN-ALASAN PK:

Hal. 17 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

(18)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

6 Bahwa Peninjauan Kembali ini kami ajukan untuk membuktikan bahwa pertimbangan Majelis Hakim Agung yang menguatkan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga adalah tidak tepat/salah. Secara khusus adalah pertimbangan mengenai adanya Kreditur lain dari Pemohon PK selain Termohon PK;

Melalui Permohonan PK ini Pemohon PK akan membuktikan dengan bukti-bukti baru yang telah Pemohon PK temukan, bahwa pada saat pemeriksaan perkara ini Pemohon PK tidak memiliki Kreditur-Kreditur lain sebagaimana didalilkan oleh Termohon PK. Dengan demikian syarat adanya 2 (dua) orang Kreditur atau lebih (concursus creditorum) agar seseorang dapat dinyatakan pailit (Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan) tidaklah terpenuhi, sehingga Permohonan Pailit dari Termohon PK terhadap Pemohon PK haruslah ditolak untuk seluruhnya;

7 Pemohon PK telah menemukan bukti baru yang menimbulkan dugaan kuat (bersifat menentukan) bahwa jika bukti itu sudah diketahui pada waktu sidang/proses pemeriksaan perkara masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan yang menolak Permohonan Pemohon Pailit, setidaknya lain dari putusan yang ada sekarang ini;

a BUKTI PK-1:

Bahwa Pemohon PK telah menemukan suatu bukti baru yang sifatnya sangat menentukan. Bukti ini benar-benar membuat terang segala sesuatu mengenai bukti SID (Sistem Informasi Debitur) yang digunakan oleh Termohon PK/

Termohon Kasasi/Pemohon Pailit (selanjutnya disebut, "Termohon PK") dalam upayanya membuktikan bahwa Pemohon PK mempunyai Kreditur- Kreditur lainnya (Kreditur ke-dua dan lainnya);

Bukti tersebut adalah:

"PEDOMAN OPERASIONAL SISTEM INFORMASI DEBITUR (SID) BANK UMUM (BU), yang merupakan lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/47/DPNP tanggal 23 Desember 2008, secara khusus halaman 58 tentang sifat kredit dan sandi sifat kredit" (selanjutnya disebut,

"Bukti PK-1").

KORELASI DAN PENJELASAN TERHADAP BUKTI PK-1:

Bahwa Bukti PK-1 menjadi demikian pentingnya, hal ini karena ketika Termohon PK mengajukan Permohonan Pailitnya, Termohon PK untuk membuktikan bahwa Pemohon PK memiliki 2 (dua) orang kreditur atau lebih mengajukan bukti berupa SID atas nama Pemohon PK di beberapa Bank yang ada di Bank Indonesia. Ini sebagaimana ditandai oleh Termohon PK/Pemohon Pailit dengan label Bukti P-7a, P-7b, P-7c, P-7d;

Melalui SID-SID tersebut (Bukti P-7a, P-7b, P-7c, P-7d) Termohon PK mencoba untuk mendalilkan bahwa Pemohon PK mempunyai kreditur- kreditur lainnya yaitu:

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

(19)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

• PT. Bank Central Asia, cabang Jakarta;

• PT. Bank Danamon Indonesia Tbk., cabang Jakarta;

• PT. Bank Mega, cabang Jakarta;

• The Hongkong Shanghai Bank Corporation, cabang Jakarta;

• The Hongkong Shanghai Bank Corporation, cabang Batam;

• Citibank Singapore Limited;

Di dalam Persidangan di Pengadilan Niaga, Pemohon PK telah dapat membuktikan dengan Bukti T-l (klarifikasi Bank Mega), T-4 (klarifikasi Bank Danamon), T-5 (klarifikasi Bank HSBC), dan T-6 (klarifikasi Bank BCA) bahwa Pemohon PK tidak mempunyai kredit di bank-bank tersebut.

Sedangkan untuk Citibank Singapore Limited, Pihak Termohon PK/

Pemohon Pailit tidak pernah mengajukan bukti apapun untuk menguatkan dalilnya tersebut;

Namun, Majelis Hakim Pengadilan Niaga di dalam putusannya yang kemudian dikuatkan oleh Majelis Hakim Kasasi berpendapat lain, dalam putusan Pengadilan Niaga hal 39 paragraph 1 berbunyi:

"Menimbang bahwa dari bukti-bukti yang diajukan oleh pihak Termohon tentang adanya kreditur lain, yaitu bukti Tl, T2, T3, T4, T5, dan T6 pada prinsipnya surat keterangan tentang klarifikasi kartu kredit Termohon yang sudah tidak ada tunggakan";

Pertimbangan Majelis Hakim tersebut oleh Pemohon PK ditanggapi demikian, bahwa memang bukti-bukti T-4, T-5, dan T-6 adalah keterangan dari bank-bank yang bersangkutan bahwa Termohon PK tidak lagi memiliki tunggakan kartu kredit, dan memang kenyataannya Termohon PK tidak memiliki kredit apapun lagi di bank-bank tersebut selain kartu kredit, namun itupun sudah tidak ada tunggakan, sudah tidak ada utang, dan bahkan kartu kredit di bank tersebut sudah tidak aktif atau oleh Termohon PK sudah ditutup. Sedangkan T-l sebenarnya sudah sangat jelas, pihak Bank Mega telah menyatakan bahwa Pemohon PK "tidak memiliki kewajiban atau fasilitas kredit di PT. Bank Mega, Tbk.";

1 Namun, Majelis Hakim memakai P-7a, P-7b, P-7c, P-7d yaitu SID atas nama Pemohon PK di Bank BCA, Bank Mega, Bank Danamon, Bank HSBC, untuk mengambil kesimpulan bahwa Pemohon PK memiliki utang pada Bank-Bank tersebut. Oleh Majelis Hakim, Bukti T-l (klarifikasi Bank Mega), T-4 (klarifikasi Bank Danamon), T-5 (klarifikasi Bank HSBC) dan T-6 (klarifikasi Bank BCA), dinilai hanya sebatas klarifikasi bahwa kartu kredit Pemohon PK tidak ada lagi Hal. 19 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

(20)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Tunggakan dan tidak membuktikan bahwa Pemohon PK tidak memiliki utang-utang dalam jenis lainnya kepada bank-bank tersebut sebagaimana tertulis di dalam SID. Disinilah letak kesalahan dari Majelis Hakim baik di Pengadilan Niaga maupun Majelis Kasasi dalam mempertimbangkan bukti SID (P7-a s/d P7-d). Melalui Bukti PK-1 maka kesalahan tersebut akan menjadi terang dan sangat jelas terlihat;

Bukti PK-1 pada halaman 58 diatur mengenai sifat kredit dan "SANDI SIFAT KREDIT" di dalam SID. Disana dengan jelas diatur bahwa untuk KARTU KREDIT maka SANDI SIFAT KREDITNYA adalah angka

"30";

Sehingga menjadi jelas sekarang bahwa bukti P-7a dan P-7b, maupun bukti P-7c dan P-7d, semuanya adalah SID atas nama Pemohon PK yang menjelaskan bahwa pada periode tertentu Pemohon PK memiliki tagihan kartu kredit di Bank-Bank tersebut (hanya kartu kredit saja tidak ada lain). Ini karena dengan jelas didalam SID tersebut (P-7a, P-7b, P-7c, P-7d) sandi sifat kreditnya hanya tertulis angka "30" yang berarti adalah sandi sifat kredit untuk kartu kredit;

Dan, melalui bukti T-l, T-4, T-5, dan T-6 telah dinyatakan dengan tegas oleh Bank-Bank itu sendiri bahwa Pemohon PK tidak lagi memiliki tunggakan/utang pada mereka (mereka tidak lagi memiliki piutang terhadap Pemohon PK);

Namun, mengapa di dalam SID yang diajukan sebagai bukti oleh Termohon PK masih tercantum adanya utang kartu kredit Pemohon PK kepada Bank-Bank tersebut? Ini tidak lain dan tidak bukan karena SID- SID tersebut belum diperbaharui oleh pihak bank yang bersangkutan, sehingga informasi/keterangan yang ada di dalamnya menjadi bukan keadaan sebenarnya pada waktu SID-SID tersebut digunakan sebagai bukti oleh Termohon PK. Ini sebagaimana bukti T-10, T-ll, dan T-12 yang telah Pemohon PK berikan, dan rupanya masalah terlambatnya peng-kini-an data SID ini memang sangat sering terjadi, karena di dalam pembaharuan informasi SID Bank Indonesia bersifat pasif (menunggu laporan/informasi dari pihak Bank), dan pihak Bank hanya membaharui informasi terhadap para debiturnya untuk kepentingan SID di dalam suatu waktu secara berkala (tidak serta merta setiap ada suatu perubahan informasi tentang debitur). Sehingga SID dalam praktek sangatlah bermasalah oleh karena sering kali tidak akurat;

Tapi adalah sudah jelas, bahwa informasi yang terdapat dalam T-1, T-2, T-3, T-4, T-5, dan T-6 sudah lebih kini (terbaru), lebih up date dari pada

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

(21)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

informasi yang ada pada SID-SID yang diajukan oleh Termohon PK, yang mana pastinya informasi tersebut merupakan informasi yang akurat oleh karena diberikan oleh sumbernya langsung (pihak-pihak bank yang bersangkutan). Hal ini terlihat dari tanggal diterbitkannya SID yang diajukan oleh Termohon PK, tanggal SID-SID tersebut lebih dahulu daripada tanggal surat klarifikasi dari Bank-Bank tersebut;

2 Kesalahan dari Majelis Hakim baik di Pengadilan Niaga maupun Majelis Kasasi dalam menilai dan mempertimbangkan bukti SID (P7-a s/d P7-d) yang lain adalah sebagaimana termuat di dalam Putusan Pengadilan Niaga No. 74/Pailit/2009/PN.Niaga.Jkt.Pst tertanggal 10 Februari 2010, halaman 39 paragraph 2, yang berbunyi:

"Bahwa apabila dihubungkan dengan bukti-bukti P7A dan P7B maka didapat fakta bahwa kewajiban termohon kepada Bank Central Asia Tbk baru jatuh tempo pada tanggal 31 Januari 2013 dan kewajiban pada Bank Mega jatuh tempo pada tanggal 10 Oktober 2013.";

Melalui Bukti PK-1 yang dihubungkan dengan T-6 (klarifikasi Bank BCA) dan T-l (klarifikasi Bank Mega) maka menjadi jelas sudah kekeliruan Majelis Hakim dalam mempertimbangkan Bukti P7-a dan P7-b. Sekarang menjadi terang bahwa bukti-bukti berupa SID yang ditandai P-7a dan P-7b adalah menerangkan mengenai "KARTU KREDIT" dari Pemohon PK/Termohon Pailit. Dan, bukti T-l juga T-6 yang berupa surat klarifikasi yang dikeluarkan kemudian setelah tanggal SID-SID (P-7a, P-7b), menerangkan dengan tegas bahwa Pemohon PK/

Termohon Pailit tidak lagi memiliki tunggakan kartu kredit kepada Bank-Bank tersebut. Bahkan bukti T-l dari Bank Mega menjelaskan dengan tegas bahwa Pemohon PK/Termohon Pailit tidak memiliki kewajiban atau fasilitas kredit di Bank tersebut;

Sekali lagi perlu kami tegaskan, bahwa bukti T-l, T-4, T-5, dan T-6 adalah surat klarifikasi dari Bank-Bank terkait (yang oleh Termohon PK didalilkan sebagai kreditur lainnya dari Pemohon PK) yang tanggal dikeluarkannya setelah tanggal SID-SID (P7-a s/d P7-d) yang menerangkan bahwa Pemohon PK tidak memiliki utang/tunggakan lagi pada mereka. Karena dikeluarkan setelah tanggal SID (P7-a s/d P-7d) maka dapat disimpulkan bahwa surat klarifikasi tersebut lebih akurat, lebih kini (up date), lebih dapat dipercaya, lebih bernilai sebagai bukti;

KESIMPULAN:

BUKTI PK-1 memberikan penjelasan yang tegas bahwa SID-SID yang diajukan sebagai bukti P-7a, P-7b, P-7c, dan P-7d, oleh Termohon PK adalah

Hal. 21 dari 27 hal. Put. No. 161 PK/Pdt.Sus/2011

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia sembilan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia rumah

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia 396 Data

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia transaksi

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia dan telah

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Menimbang,

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia berbuat