1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
NAMA SEKOLAH : SMAN 1 KADEMANGAN MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS/SEMESTER : XII/GENAP
MATERI POKOK : PERNIKAHAN DALAM ISLAM ALOKASI WAKTU : 3 X 45 MENIT
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1.6 Meyakini kebenaran ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam
1.6.1 Meyakini kebenaran ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam 2.6 Menunjukkan sikap bersatu dan kebersamaan
dalam lingkungan masyarakat sebagai
implementasi ketentuan pernikahan dalam Islam
2.6.1 Menunjukkan sikap bersatu dan kebersamaan dalam lingkungan masyarakat sebagai
implementasi ketentuan pernikahan dalam Islam 3.6 Menganalisis dan mengevaluasi ketentuan
pernikahan dalam Islam
3.6.1 Menjelaskan ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
3.6.2 Menjelaskan dalil-dalil tentang ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam
2 3.6.3 Mengidentifikasi ketentuan pelaksanaan
pernikahan berdasarkan syariat Islam.
3.6.4 Mengidentifikasi hikmah dan manfaat ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
3.6.5 Menjelaskan hikmah dan manfaat ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
3.6.6 Menganalisis ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
3.6.7 Mengevaluasi ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
3.6.8 Menganalisis hikmah dan manfaat ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
4.6 Menyajikan prinsip-prinsip pernikahan dalam Islam
4.6.1 Menyajikan paparan tentang ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
4.6.2 Menyajikan paparan hikmah dan manfaat ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
C. Tujuan Pembelajaran (K1-3 dan KI-4)
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan dapat : 1) KI-1 (Sikap Spiritual)
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik dapat Terbiasa membaca al- Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini kebenaran ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam
2) KI-2 ( Sikap Sosial )
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik dapat Menunjukkan sikap bersatu dan kebersamaan dalam lingkungan masyarakat sebagai implementasi ketentuan pernikahan dalam Islam
3) KI-3 ( Pengetahuan )
Setelah mengikuti pembelajaran, dengan berdiskusi peserta didik dapat Menjelaskan
Menjelaskan ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.dengan baik
3
Setelah mengikuti pembelajaran, dengan mendengarkan ceramah peserta didik dapat Menjelaskan dalil-dalil tentang ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam Dengan baik dan benar
Setelah mengikuti pembelajaran, dengan berdiskusi bersama-sama peserta didik dapat Mengidentifikasi ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam dengan baik
Setelah mengikuti pembelajaran, dengan berdiskusi peserta didik dapat Mengidentifikasi hikmah dan manfaat ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam dengan baik
Setelah mengikuti pembelajaran, dengan model discovery learning peserta didik dapat Menjelaskan hikmah dan manfaat ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam
Setelah mengikuti pembelajaran, denagn metode inquiry peserta didik dapat Menganalisis ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
Setelah mengikuti pembelajaran, denagn berdiskusi peserta didik dapat Menjelaskan Mengevaluasi ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam dengan baik
Setelah mengikuti pembelajaran, dengan ceramah plus peserta didik dapat Menganalisis Menganalisis hikmah dan manfaat ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam dengan baik dan benar
4) KI-4 (Ketrampilan)
Setelah mengikuti pembelajaran dengan model inquary peserta didik dapat Menyajikan paparan tentang ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik dapat Menyajikan paparan hikmah dan manfaat ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam.
D. Materi Pembelajaran
Prinsip-Prinsip Pernikahan dalam Islam
1. Pengertian Pernikahan
Secara bahasa, arti “nikah” berarti “mengumpulkan, menggabungkan, atau menjodohkan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”nikah” diartikan sebagai “perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi) atau “pernikahan”. Sedang menurut syari’ah,
“nikah” berarti akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing. Dalam Undang-undang
4
Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun 1974, definisi atau pengertian perkawinan atau pernikahan ialah “ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pernikahan sama artinya dengan perkawinan. Allah Swt. berfirman: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (Q.S. an-Nis±/4:3)peserta didik akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan (Q.S.Tahā/20:2-3).
2. Tujuan Pernikahan
Tujuan Pernikahan Seseorang yang akan menikah harus memiliki tujuan positif dan mulia untuk membina keluarga sakinah dalam rumah tangga, di antaranya sebagai berikut.
a. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi b. Untuk mendapatkan ketenangan hidup
c. Untuk membentengi akhlak
d. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
e.Untuk mendapatkan keturunan yang saleh
3. Hukum Pernikahan
a. Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu baik fisik, mental, ekonomi maupun akhlak untuk melakukan pernikahan, mempunyai keinginan untuk menikah, dan jika tidak menikah, maka dikhawatirkan akan jatuh pada perbuatan maksiat, maka wajib baginya untuk menikah.
b. Sunnah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada maksiat, sekiranya tidak menikah. Dalam kondisi seperti ini seseorang boleh melakukan dan boleh tidak melakukan pernikahan.
c. Mubah, bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti orang yang impoten atau lanjut usia, atau yang tidak mampu menafkahi, sedangkan wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus rasyidah (berakal)
d. Haram, yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu melaksanakan kewajiban-
kewajiban pernikahan, baik kewajiban yang berkaitan dengan hubungan seksual maupun
berkaitan dengan kewajiban-kewajiban lainnya.
5
e. Makruh, yaitu bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan menyakiti wanita yang akan dinikahinya, atau menzalimi hak-hak istri dan buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak manusia, atau tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.
E. Metode /Pendekatan/Model
Pendekatan : Saintifik TPACK Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, problem solving, dan tanya jawab F. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
a. Media :
• Audio Visual (video pembelajaran)
• Mutlimedia b. Alat :
• Laptop dan LCD
• Papan tulis c. Sumber Belajar :
• Buku Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas XII, Kemendikbud, tahun 2016
• Internet
• Buku refensi yang relevan,
• video tentang pernikahan https://www.youtube.com/watch?v=GRR-A5i4X4E
• materi lain tentang model pernikahan pada jaman jahiliyah https://islam.nu.or.id/sirah- nabawiyah/empat-macam-pernikahan-di-zaman-jahiliyah-Dj1KA
• materi lain tentang pernikahan mut’ah di bogor https://islam.nu.or.id/sirah- nabawiyah/empat-macam-pernikahan-di-zaman-jahiliyah-Dj1KA
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
NO LANGKAH PEMBELAJARAN DURASI
Pendahuluan/Kegiatan Awal
a)
Membuka pelajaran dengan salam dan berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik (ketua kelas) dengan penuh khidmat.b)
Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.15 Menit
6
c)
Guru menyampaikan apersepsi dan motivasi kepada siswad)
Guru menyampaikan pre test kepada siswa berkaitan pernikahan dalam islame)
Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.Kegiatan Inti (saintifik)
a. Mengamati
• Guru menyampiakan pengantar materi pernikahan sebagai stimulus menggunakan PPT
• Guru menyajikan materi tentang pernikahan yang bersifat kekinian dari sumber lain berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan nikah (https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/empat-macam-
pernikahan-di-zaman-jahiliyah-Dj1KA dan https://islam.nu.or.id/sirah- nabawiyah/empat-macam-pernikahan-di-zaman-jahiliyah-Dj1KA
• Guru menyajikan video terkait materi ( isi video berkaitan dengan proses kegiatan pernikahan)
https://www.youtube.com/watch?v=_lOJ05tvlLY&t=197s b. Menanya
• Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya terkait video atau gambar yang ditampilkan sesuai dengan materi pernikahan dalam islam
• Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberi tanggapan terkait tayangan video yang telah disajikan sesuai jawaban yang dimiliki
c. Mengumpulkan informasi/eksperimen
• Guru menugaskan peserta didik untuk membentuk kelompok dan masing- masing kelompok ada ketua kelompok.
• Guru menugaskan peserta didik mencari tahu dan mengumpulkan materi terkait dengan fenomena fenomena pernikahan di Indonesia
• Guru menugaskan peserta didik untuk mencari korelasi fenomena pernikahan dengan materi tentang pernikahan dalam islam
• Peserta didik bergabung dengan kelompoknya masing-masing
• Peserta didik mencari informasi berkaitan dengan tugas yang disampaikan guru
105 Menit
7 d. Mengomunikasikan/mengolah informasi
• Peserta didik berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk membahas materi tentang fenomena fenomena pernikahan di Indonesia
• Peserta didik Mencari informasi dari internet, buku dan media-media yang terkait dengan materi yang dibahas
• Peserta didik membahas hasil temuanya dengan teman kelompoknya
• Peserta didik menyatukan informasi yang diperoleh dengan kelompoknya masing-masing
e. Komunikasi
• Guru menugaskan peserta didik untuk Menyampaikan hasil pengamatan, ke depan kelas beserta kelompoknya masing-masing
• Peserta didik menyampaikan hasil yang diperoleh dari berdiskusi bersama kelompok dan dipresentasikan ke depan sesuai dengan urutan kelompoknya
• Peserta didik yang lain mengajukan pertanyaan berkaitan dari informasi yang diperoleh dari hasil presentasi kelompok yang maju kedepan
• Peserta didik yang presentasi menjawab pertanyaan dari peserta lain.
Penutup
• Memberikan kesimpulan refleksi dari materi yang telah di sampaikan.
• Guru memberikan evaluasi kepada siswa berkaitan materi terkait
• Guru memberi reward kepada kelompok atau individu yang bisa menjawab pertanyaan
• Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas secara individu berbentuk Tes Tertulis (Uraian) soal HOTS berbentuk cerita
• Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
• Guru menutup pelajaran dengan membaca doa
15 menit
8 H. Penilaian
No Teknik penilaian Bentuk Penilaian Instrumen Penilaian
1 Penilaian sikap Penilaian diri Lembar Penilaian diri ( Terlampir ) 2 Penilaian spiritual Observasi Lembar observasi ( Terlampir ) 3 Penilaian Pengetahuan Tes Tulis Lembar soal ( Terlampir )
4 Penilaian Ketrampilan Presentasi Lembar Penilaian Presentasi ( Terlampir )
I. Program remidi dan pengayaan
1. Remidi
a. Pemberian tugas mandiri untuk mempelajari materi dengan indikator yang belum tercapai b. Tugas belajar bersama tutor sebaya (dilihat dari nilai yang paling tinggi pada tes) dengan
bimbingan guru untuk mempelajari materi dengan indikator yang belum tercapai 2. Pengayaan
a. Menjadi tutor sebaya kepada teman yang belum mencapai KKM dengan bimbingan guru b. Diberikan materi tambahan sebagai bahan kajian materi yang lebih dalam untuk menambah
wawasan dan pengetahuan
Mengetahui, Kepala Sekolah
ENDAH PURWATI, M.Pd
NIP. 19650530 198703 2 010
Blitar, 5 Januari 2023 Guru Mata Pelajaran
DINUL ARIFIN, S.HI
NIP.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 123
Peta Konsep
Sumber: www.bersamadakwah.net
Bab 7
Indahnya Membangun Mahligai Rumah Tangga
Pernikahan
Hak dan Kewajiban Suami Istri
Pernikahan dalam UUPRI
Hikmah Pernikahan dalam Islam
Sikap dan Perilaku Saling Menasihati
Ketentuan Pernikahan dalam Islam Pokok bahasannya terdiri atas
untuk
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 127 Aktivitas Siswa
1. Bagaimana tanggapan kalian terhadap budaya seputar hubungan antara pria dan wanita seperti di atas?
2. Apa dampak dari model pergaulan seperti tersebut di atas? Apa solusi yang kalian tawarkan untuk dapat memperbaiki kondisi tersebut?
3. Diskusikan dengan teman sekelompokmu!
Memperkaya Khazanah
A. Tadarus al-Qurān 5-10 Menit sesuai Tema
Kewajiban untuk tadarus al-Qurān dengan sebenar-benarnya (Q.S.al-Baqarah/2:121) bertujuan menumbuhkan keinginan peserta didik untuk mentadabburi dan mengetahui manfaatnya, yaitu paham makna al-Qurān dan mengetahui rahasia keagungan-Nya. Dengan mengetahui manfaatnya, peserta didik diharapkan dapat melaksanakan dan mengikutinya karena al-Qurān sudah membekas dalam jiwa (Q.S. Taha/20:112-113, Q.S. al-Baqarah/2:38), sehingga peserta didik akan memperoleh ketentraman dan kebahagiaan (Q.S. Taha/20:2-3) Sebelum kalian memulai pembelajaran, lakukan tadarus al-Qurān secara tartil selama 5-10 menit dikelompok kalian masing-masing dipimpin oleh ketua kelompok. Ayat-ayat yang dibaca akan ditentukan oleh Bapak/Ibu guru kalian.
B. Menganalisis dan Mengevaluasi Ketentuan Pernikahan dalam Islam
Pernikahan adalah sunnatullah yang berlaku umum bagi semua makhluk Nya. Al- Qurān menyebutkan dalam Q.S. adz-ªáriy±t /51:49.
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah Swt.“
Islam sangat menganjurkan pernikahan, karena dengan pernikahan manusia akan berkembang, sehingga kehidupan umat manusia dapat dilestarikan. Tanpa pernikahan regenerasi akan terhenti, kehidupan manusia akan terputus, dunia pun akan sepi dan tidak berarti, karena itu Allah Swt. mensyariatkan pernikahan sebagaimana difirmankan dalam Q.S. an-Nahl/16:72.
Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK
128
Artinya: “ Allah Swt. menjadikan dari kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dan istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah Swt.”
Ayat tersebut menguatkan rangsangan bagi orang yang merasa belum sanggup, agar tidak khawatir karena belum cukup biaya, karena dengan pernikahan yang benar dan ikhlas, Allah Swt. akan melapangkan rezeki yang baik dan halal untuk hidup berumah tangga, sebagaimana dijanjikan Allah Swt. dalam firman-Nya:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah Swt. akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Swt. Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” ( Q.S. an-Nµr/24:32).
Rasulullah saw. juga banyak menganjurkan kepada para remaja yang sudah mampu untuk segera menikah agar kondisi jiwanya lebih sehat, seperti dalam hadis berikut.
“Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian yang sudah mampu maka menikahlah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Jika belum mampu maka berpuasalah, karena berpuasa dapat menjadi benteng (dari gejolak nafsu)”. (¦R. Al-Bukh±ri dan Muslim).
Aktivitas Siswa
Dalam masalah pernikahan kita sering mendengar istilah “pernikahan dini”.
Di sisi lain kita juga melihat adanya sebagian orang yang lebih memilih membujang, sampai melampaui usia layak nikah!
1. Berikan tanggapan terhadap kedua fenomena tersebut!
2. Berikan alasan terkait dengan kondisi pergaulan muda mudi saat ini!
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 129 C . Prinsip-Prinsip Pernikahan dalam Islam
1. Pengertian Pernikahan
Secara bahasa, arti “nikah” berarti “mengumpulkan, menggabungkan, atau menjodohkan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”nikah” diartikan sebagai “perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi) atau “pernikahan”. Sedang menurut syari’ah, “nikah” berarti akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
Dalam Undang-undang Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun 1974, definisi atau pengertian perkawinan atau pernikahan ialah “ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pernikahan sama artinya dengan perkawinan. Allah Swt. berfirman: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (Q.S. an-Nis±/4:3).
2. Tujuan Pernikahan
Seseorang yang akan menikah harus memiliki tujuan positif dan mulia untuk membina keluarga sakinah dalam rumah tangga, di antaranya sebagai berikut.
a. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi, Rasulullah saw., bersabda:
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda: “wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Nikahilah wanita karena agamanya, kalau tidak kamu akan celaka” (¦R. Al-Bukh±ri dan Muslim).
Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK
130
b. Untuk mendapatkan ketenangan hidup Allah Swt. berfirman:
Artinya: ”Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah Swt.) bagi kaum yang berpikir”. (Q.S. ar-Rµm/30:21).
c. Untuk membentengi akhlak
Rasulullah saw. bersabda: “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan).
Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”. (¦R. al-Bukh±ri dan Muslim) d. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
Rasulullah saw. bersabda:
“Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!”.
Mendengar sabda Rasulullah saw. para sahabat keheranan dan bertanya: “Wahai Rasulullah saw., seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala?” Nabi Muhammad saw. menjawab, “Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa? “ Jawab para shahabat, ”Ya, benar”. Beliau bersabda lagi, “Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!”. (¦R. Muslim).
e. Untuk mendapatkan keturunan yang saleh Allah Swt. berfirman:
“Allah Swt. telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah Swt.?”. (Q.S. an- Nahl/16:72).
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 131 f. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami
Dalam al-Qur±n disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya talaq (perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi mempertahankan keutuhan rumah tangga. Firman Allah Swt.:
Talaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah Swt., maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum- hukum Allah Swt., maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah Swt. mereka itulah orang-orang yang dzalim”. (Q.S. al-Baqarah/2:229).
Aktivitas Siswa
Ada sebagian orang yang menikah hanya karena nafsu. Di sisi lain, ada yang lebih suka berhubungan dengan lain jenis tanpa status.
Berikan analisis kalian terhadap dua model hubungan dengan lain jenis seperti di atas untuk mendapatkan sisi positif dan negatifnya!
3. Hukum Pernikahan
Para ulama menyebutkan bahwa nikah diperintahkan karena dapat mewujudkan maslahat, memelihara diri, kehormatan, mendapatkan pahala dan lain-lain. Oleh karena itu, apabila pernikahan justru membawa mudharat maka nikah pun dilarang. Karena itu hukum asal melakukan pernikahan adalah mubah.
Para ahli fikih sependapat bahwa hukum pernikahan tidak sama penerapannya kepada semua mukallaf, melainkan disesuaikan dengan kondisi masing- masing, baik dilihat dari kesiapan ekonomi, fisik, mental ataupun akhlak.
Karena itu hukum nikah bisa menjadi wajib, sunah, mubah, haram, dan makruh. Penjelasannya sebagai berikut.
a. Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu baik fisik, mental, ekonomi maupun akhlak untuk melakukan pernikahan, mempunyai keinginan untuk menikah, dan jika tidak menikah, maka dikhawatirkan akan jatuh pada perbuatan maksiat, maka wajib baginya untuk menikah. Karena menjauhi zina baginya adalah wajib dan cara menjauhi zina adalah dengan menikah.
Kelas XII SMA/MA/SMK/MAK
132
b. Sunnah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada maksiat, sekiranya tidak menikah. Dalam kondisi seperti ini seseorang boleh melakukan dan boleh tidak melakukan pernikahan. Tapi melakukan pernikahan adalah lebih baik daripada mengkhususkan diri untuk beribadah sebagai bentuk sikap taat kepada Allah Swt..
c. Mubah, bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti orang yang impoten atau lanjut usia, atau yang tidak mampu menafkahi, sedangkan wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus rasyidah (berakal). Juga mubah bagi yang mampu menikah dengan tujuan hanya sekedar untuk memenuhi hajatnya atau bersenang-senang, tanpa ada niat ingin keturunan atau melindungi diri dari yang haram.
d. Haram, yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban pernikahan, baik kewajiban yang berkaitan dengan hubungan seksual maupun berkaitan dengan kewajiban-kewajiban lainnya. Pernikahan seperti ini mengandung bahaya bagi wanita yang akan dijadikan istri. Sesuatu yang menimbulkan bahaya dilarang dalam Islam.
Tentang hal ini Imam al-Qurtubi mengatakan, “Jika suami mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menafkahi istri atau memberi mahar , dan memenuhi hak-hak istri yang wajib, atau mempunyai suatu penyakit yang menghalanginya untuk melakukan hubungan seksual, maka dia tidak boleh menikahi wanita itu sampai dia menjelaskannya kepada calon istrinya. Demikian juga wajib bagi calon istri menjelaskan kepada calon suami jika dirinya tidak mampu memberikan hak atau mempunyai suatu penyakit yang menghalanginya untuk melakukan hubungan seksual dengannya”.
e. Makruh, yaitu bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan menyakiti wanita yang akan dinikahinya, atau menzalimi hak-hak istri dan buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak manusia, atau tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 133 Aktivitas Siswa
1. Melalui diskusi kelompok, temukan manfaat dari beragamnya hukum nikah seperti di atas, bagi kehidupan manusia dengan berbagai latar belakang!
2. Presentasikan temuan kalian di hadapan kelompok lain!
4. Mahram (Orang yang Tidak Boleh Dinikahi)
Al-Qur±n telah menjelaskan tentang orang-orang yang tidak boleh (haram) dinikahi (Q.S. an-Nisā’ /4:23-24). Wanita yang haram dinikahi disebut juga mahram nikah. Mahram nikah sebenarnya dapat dilihat dari pihak laki-laki dan dapat dilihat dari pihak wanita. Dalam pembahasan secara umum biasanya yang dibicarakan ialah mahram nikah dari pihak wanita, sebab pihak laki-laki yang biasanya mempunyai kemauan terlebih dahulu untuk mencari jodoh dengan wanita pilihannya.
Dilihat dari kondisinya, mahram terbagi kepada dua; pertama mahram muabbad (wanita diharamkan untuk dinikahi selama-lamanya) seperti:
keturunan, satu susuan, mertua perempuan, anak tiri jika ibunya sudah dicampuri, bekas menantu perempuan, dan bekas ibu tiri. Kedua mahram gair muabbad adalah mahram sebab menghimpun dua perempuan yang statusnya bersaudara, misalnya saudara sepersusuan kakak dan adiknya. Hal ini boleh dinikahi tetapi setelah yang satu statusnya sudah bercerai atau meninggal dunia. Yang lain dengan sebab istri orang dan sebab iddah.
Sumber: martracho.files.wordpress.com
Gambar 7.5 Keluarga satu darah merupakan salah satu mahram yang tidak boleh dinikahi
TAMBAHAN INFORMASI MATERI DARI SUMBER LAIN
PUNCAK JADI TEMPAT KAWIN KONTRAK, KIAI FAQIH: HARAM KARENA ADA SYARAT WAKTU YANG DITENTUKAN
Jakarta, NU Online
Pendiri Mubadalah, KH Faqihuddin Abdul Kodir mengatakan bahwa kawin kontrak adalah perkawinan yang memiliki syarat waktu untuk berpisah atau bercerai mengikuti rentang waktu yang ditentukan.
"Syarat seperti ini dalam fiqih Suni di semua mazhab adalah tidak sah dan dihukumi haram," kata Kiai Faqih kepada NU Online, Selasa (22/6).
Kang Faqih sapaan akrabnya, menerangkan terdapat dua hukum yang dijelaskan oleh ulama dalam akad mut'ah (kontrak). Pertama, dihukumi sah sehingga tidak perlu mengulangi akad. Kedua, tidak sah dan perlu diulang karena ada syarat tenggat waktu. Namun, keduanya tetap dihukumi haram dan berdosa.
"Tidak sah/tidak berlaku, dan berdosa karena ada syarat waktu dalam akadnya," tegas Kang Faqih.
Di Indonesia sendiri melalui Kompilasi Hukum Indonesia (KHI), tidak dikenal istilah kawin kontrak.
Karena prinsip pernikahan, kata Kang Faqih adalah mu'abbad (selamanya), dan tidak dibenarkan bersepakat untuk berpisah atau bercerai pada waktu tertentu (mu'aqqat).
"Walaupun bisa saja berpisah karena cerai. Dan itu tentu harus disertai alasan kuat," terangnya.
Kang Faqih berpendapat bahwa kasus-kasus kawin kontrak yang marak terjadi, seperti di daerah Puncak Bogor dan Cianjur itu sejatinya merupakan bisnis prostitusi yang dilegalkan.
"Artinya, laki-laki hanya ingin berhubungan dan perempuan bersedia karena ingin mendapatkan uang dari laki-laki tersebut. Bisa juga terjadi sebaliknya, perempuan ingin berhubungan dari laki-laki yang bersedia dibayarnya. Ini praktis merupakan bisnis prostitusi," tuturnya. Hal tersebut jelas tidak bisa disebut sebagai pernikahan yang bervisi membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah sebagaimana syariat Islam. Pasalnya, ditinjau dari sudut pandang manapun perlakuan tersebut adalah haram. Hanya saja dengan sengaja dilakukan prosesi akad palsu untuk memperoleh legitimasi dari masyarakat.
"Atau bisa jadi untuk menenangkan dirinya sendiri, sehingga dilakukan prosesi akad yang sesungguhnya adalah abal-abal, bukan akad sungguhan," ujar Penulis buku Qira'ah Mubadalah ini. Apabila menggunakan kaidah fiqih, al-umuru bima qashidiha, bahwa segala sesuatu itu tergantung pada niatnya, maka menurut Kiai yang juga aktif di Majelis Musyawarah KUPI ini dengan tegas menilai bahwa akad kawin kontrak tidak dibenarkan sekalipun terlihat seperti akad nikah. "Karena niatnya adalah bisnis prostitusi, dan karena itu adalah haram hukumnya.
Apalagi, ditambah tidak sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku di Indonesia," tegas penulis buku Sunnah Monogami ini. Kendati demikian, Kang Faqih menyampaikan selain mengharamkan dan melarang, keterlibatan pemerintah juga sangat penting melakukan dan pengontrolan yang masif.
Bahkan akan lebih lebih baik lagi apabila pemerintah setempat dapat membuka peluang wisata lain yang lebih komprehensif, berbasis alam, kerajinan, kuliner, fasilitas, bukan berbasis tubuh perempuan. "Mengharamkan dan melarang bisa jadi kurang efektif karena ada suply dan ada demand.
Sebaiknya, pemerintah di samping melarang, juga melakukan pengawasan dan pengontrolan juga,"
terangnya. Meski Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa haram kawin kontrak sejak 1996, namun praktiknya masih marak dan tak dapat dikendalikan. Nikah Mut’ah (kontrak) menurut madzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hanbali itu hukumnya haram. Referensi pandangan ini merujuk di antaranya kepada kitab Al-Umm karya Imam Asy-Syafi’i (Juz 5 halaman 71), Fatawi Syar’iyyah karya Syaikh Husain Muhammad Mahluf (Juz 2 halaman 7), Rahmatul Ummah (Halaman 21), I’anatuth Thalibin (Juz 3 Halaman 278-279), Al-Mizan al-Kubraa (Juz 2 Halaman 113), dan Hasyiyah As-Syarwani ‘alat Tuhfah (Juz 7 halaman 224).
Kontributor:
SyifaArrahmah Editor:FathoniAhmad
Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/puncak-jadi-tempat-kawin-kontrak-kiai-faqih-haram-karena-ada- syarat-waktu-yang-ditentukan-QVBEE
MATERI TAMBAHAN DARI SEMBER LAIN
EMPAT MACAM PERNIKAHAN DI ZAMAN JAHILIYAH
Imam Bukhari meriwayatkan melalui istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Aisyah radhiyaallahu anha, bahwa pada masa jahiliyah, dikenal empat macam pernikahan. (Baca M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, Mizan, 2000)
Pertama, pernikahan sebagaimana berlaku kini, dimulai dengan pinangan kepada orang tua atau wali, membayar mahar dan menikah.
Kedua, adalah seorang suami yang memerintahkan kepada istrinya apabila telah suci dari haid untuk menikah (berhubungan seks) dengan seseorang, dan bila ia telah hamil, maka ia kembali untuk digauli suaminya; ini dilakukan guna mendapat keturunan yang baik.
Ketiga, sekelompok lelaki kurang dari sepuluh orang, kesemuanya menggauli seorang wanita, dan bila ia hamil kemudian melahirkan, ia memanggil seluruh anggota kelompok tersebut --tidak dapat absen-- kemudian ia menunjuk salah seorang yang dikehendakinya untuk dinisbahkan kepadanya nama anak itu, dan yang bersangkutan tidak boleh mengelak.
Keempat, hubungan seks yang dilakukan oleh wanita tunasusila, yang memasang bendera atau tanda di pintu-pintu kediaman mereka dan "bercampur" dengan siapa pun yang suka kepadanya. Kemudian Islam datang melarang cara perkawinan tersebut kecuali cara yang pertama. Setelah risalah Islam datang dibawa
Nabi Muhammad, perempuan mendapat tempat terhormat dan meningkat perannya di ruang publik. Syariat pernikahan disampaikan oleh Nabi untuk menjaga dan melindungi jiwa dan raga perempuan serta martabatnya.
Hubungan Nabi Muhammad dengan istri-istrinya adalah hubungan yang sungguh terhormat dan agung, seperti dalam keterangan Umar bin Al-Khathab. Dan contoh semacam itu akan banyak dijumpai dalam sejarah kehidupan beliau.
Semua itu akan menjadi contoh yang berbicara sendiri, bahwa belum ada seorang pun yang dapat menghormati wanita seperti yang pernah dilakukan Nabi Muhammad. Belum ada seorang pun yang dapat mengangkat martabat wanita ke tempat yang layak seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Allah berfirman: "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (QS An-Nisaa': 3) "
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS An-Nisaa': 129) Ayat-ayat ini turun pada akhir-akhir tahun kedelapan Hijrah, setelah Rasulullah menikah dengan semua istrinya, maksudnya untuk membatasi jumlah istri itu sampai empat orang, sementara sebelum turun ayat tersebut pembatasan tidak ada. Ini juga yang telah menggugurkan kata-kata orang, bahwa Rasulullaah membolehkan untuk dirinya sendiri dan melarang untuk orang lain.
Kemudian turun ayat yang memperkuat diutamakannya satu istri dan menganjurkan demikian karena dikhawatirkan takkan berlaku adil, dengan penekanan bahwa bahwa berlaku adil itu tidak akan disanggupi.
Penulis: Fathoni Ahmad Editor:Muchlishon
Sumber: https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/empat-macam-pernikahan-di-zaman-jahiliyah-Dj1KA
A. PENILAIAN DAN INSTRUMENYA 1. Penilaian Skala Sikap
Jurnal Penilaian Sikap Pada KBM
No Hari/
Tanggal Nama Kejadian/
Perilaku Tindak Lanjut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Diisi dengan catatan kejadian yang menonjol saat KBM)
2. Lembar Observasi Penilaian Sikap Pada Kegiatan Diskusi
No Nama
Aspek yang dinilai
Jumlah
Skor Nilai Kerja sama Rasa ingin
tahu Santun Komunikatif 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan: Skor 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, dan 1 = kurang.
Rubrik Penilaian
Aspek yang dinilai
Skor
1 2 3 4
1 Kerja sama Tidak bekerja sama dan Tidak memberikan kontribusi dalam mempersiapkan materi bahan diskusi
Kurang kerjasama dan kurang
memberikan kontribusi dalam mempersiapkan materi bahan diskusi
Bekerja sama dan sedikit
memberikan kontribusi dalam mempersiapkan materi bahan diskusi
Bekerja sama dan banyak
memberikan kontribusi dalam mempersiapkan materi bahan diskusi
2 Rasa ingin tahu
Pasif tidak ada rasa ingin tahu
Ada rasa ingin tahu namun sedikit dan kurang aktif
Rasa ingin tahu yang cukup dan kurang alktif
Rsa ingin tahu yang besar dan sangat aktif
3 Santun Tidak santun Kurang santun Santun Santun sekali
4 Komunikatif Tidak komunikatif
Bertanya tapi kurang relevan dengan materi diskusi
Bertanya tapi tidak menanggapi lebih lanjut
Bertanya dan menanggapi lebih lanjut
Kriteria penilaian :
Rentang jumlah skor: 13 – 16 Nilai : AB (amat baik)
10 – 12 Nilai : B (baik)
8 – 9 Nilai : C (cukup)
4 – 7 Nilai : K (kurang)
3. Penilaian pengetahuan a. Tes Tulis pilihan Ganda
No IPK Indikator Level
Kognitif
Bentuk Soal
No.
Soal 1. Mengidentifikasi mahrom Disajikan informasi mahrom C4 PG 1
2. Menganalisis hukum pernikahan
Disajikan informasi hukum
pernikahan C4 PG 2
3. Mengidentifikasi tentang
wali nikah Disajikan tentang wali nikah C4 PG 3
4 Menganalisis tentang pernikahan yang dilarang
Disajikan informasi tentang
makna qadha dan qadar C2 PG 4
5. Menganalisis tujuan pernikahan
Disajikan informasi pembagian
iman kepada qadha dan qadar C1 PG 5
6. Menganalisis hukum pernikahan
Disajikan informasi dan manfaat hikmah memahami qadha dan qadar
C2 PG 6
7. Menganalisis makna poligami
Disajikan informasi-informasi
macam tentang pernikahan C4 PG 7
8. Menganalisis hukum pernikahan
Disajikan hukum-hukum
pernikahan C4 PG 8
9. Mengidentifikasi tentang wali nikah
Disajikan informasi tentang
macam-acam wali nikah C4 PG 9
10. Mengidentifikasi tentang wali nikah
Disajikan informasi tentang
macam-acam wali nikah C4 PG 10
Soal :
1. Tidak semua wanita dapat dipinang oleh pria. Berikut adalah contoh wanita yang boleh dipinang yaitu….
A. putri paman dari pihak bapak B. wanita yang dipinang lelaki lain
C. wanita hamil yang sudah dicerai suaminya D. saudara sepersusuan
E. wanita yang dalam masa iddah
2. Bila seseorang akan menikah tetapi tidak berniat memiliki anak, tidak mempunyai keinginan untuk dapat memenuhi kewajiban sebagai suami istri yang baik, namun ia juga mampu menahan diri dari berbuat zina, maka hukum nikahnya adalah…..
A. sunah B. mubah C. haram D. mubah E. makruh
3. Seseorang yang hamil diluar nikah, maka kelak jika anaknya menikah yang menjadi wali nikah adalah…..
A. penghulu B. pamannya C. saudara laki-laki D. ayah kandungnya E. kakeknya
4. Islam melarang keras pernikahan sejenis, inces, poliandri, agar terjaga keturunannya. dibawah ini orang yang boleh dinikahi adalah….
A. ibu tiri ketika telah dicerai ayah B. mertua
C. saudara sepersusuan D. budak
E. paman
5. Tujuan pernikahan sering diungkapkan dengan istilah sakinah mawadah warohmah, maksud dari sakinah adalah….
A. cinta kasih B. kasih sayang C. persaudaraan
D. ketenangan hidup lahir batin
E. kekeluarga
6 Hukum menikah dapat berubah-ubah tergantung kepada niat dan tujuan menikah pelaku nikah.
seseorang menginginkan sekali punya anak dan tak mampu mengendalikan diri dari berbuat zina, maka hukum nikahnya adalah…..
A. sunah B. mubah C. haram D. makrum E. wajib
7.Banyak akhlak Rasulullah yang belum bisa ditiru, namun selalu mengatasnakanan mengikuti sunah nabi ketika poligami. Pengadilan dapat memberikan izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari satu, dengan syarat mengajukan permohonan kepada pengadilan setempat.
Yang bukan merupakan izin berpoligami apabila….
A. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri
B. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan C. istri tidak dapat melahirkan keturunan
D. persetujuan istri dan adanya jaminan nafkah dari suami
E. memiliki kelebihan harta untuk menolong wanita yang tidak mampu dengan cara dinikahi
8. Seseorang yang hendak menikah tetapi mampu menahan nafsunya dari berbuat zina,
sementara, ia belum berniat memiliki anak dan seandainya ia menikah ibadah sunnahnya tidak sampai terlantar.
A. sunah B. mubah C. wajib D. makruh E. haram
9. Pernikahan dianggap sah jika dihadiri oleh Wali dari pihak perempuan yang merupakan orangtua, kakek, paman maupun saudara kandung. Wali tersebut dinamakan……
A. wali murid
B. wali nasab C. wali hakim D. walimahan E. wali agung
10. Jika di dalam keluarga terdiri dari ayah tiri, ibu kandung, anak perempun, saudara laki-laki ibu, dan saudara laki-laki sebapak, anak laki-laki ayah tiri, maka yang berhak menjadi wali pernikahan bagi anak perempuan tersebut adalah ….
A. Ayah tiri B. Ibu kandung
C. Saudara laki-laki ibu D. Anak laki-laki ayah tiri E. Saudara laki-laki sebapak
Kunci Jawaban 1. A 2. E 3. A 4. D 5. A 6. D 7. E 8. B 9. B 10. E
Rubrik Penilaian Pengetahuan
NO. SOAL JAWABAN SKOR
1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0 2 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0 3 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1
Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0 4 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0 5 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0 6 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0 7 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0 8 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0 9 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0 10 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban benar 1 Soal Pilihan Ganda, jika jawaban salah 0
SKOR TOTAL 10
Nilai = (Skor yang diperoleh/Skor Total) x 100
b. Lembar Observasi Penilaian Unjuk Kerja Diskusi dan Presentasi ( penilaian Ketrampilan )
No Nama
Unsur yang Dinilai
Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7
Skor maks 2 5 2 3 2 4 3 20
1 2 3 4 5 6
7
Rubrik Penilaian Unjuk Kerja Diskusi dan Presentasi No. Unsur yang
Dinilai Kriteria Penilaian Skor Skor
Maks 1 Pelaksanaan
Presentasi
Memulai presentasi dengan menyapa, menggunakan bahasa yang benar dan jelas
2
2 Memulai presentasi dengan tidak menyapa,
menggunakan bahasa yang kurang benar dan jelas
1
2 Penyajian Materi/Jawaban
Menyajikan materi/jawaban dengan jelas, lengkap, terstruktur, dan menggunakan bahasa yang benar
5
5 Menyajikan materi/jawaban dengan kurang jelas,
lengkap, terstruktur, dan menggunakan bahasa yang benar
3
3 Waktu Memberikan waktu pada audien untuk bertanya, tidak membatasi pertanyaan, dan
menerima pertanyaan dari audien
2
2 Memberikan waktu pada audien untuk bertanya,
membatasi pertanyaan, dan menerima pertanyaan dari audien
1
4 Kerjasama Bekerjasama dalam menjawab pertanyaan audien, merespon pertanyaan audien dengan baik, benar, dan jelas
3 3
Bekerjasama dalam menjawab pertanyaan audien, merespon pertanyaan audien kurang baik, kurang benar, dan kurang jelas
1
5 Kesempatan pada Audien
Memberi kesempatan pada audien untuk menanggapi jawaban, memberi masukan, dan merespon tanggapan dari audien
2
2 Tidak memberi kesempatan pada audien untuk
menanggapi jawaban, memberi masukan, dan merespon tanggapan dari audien
1
6 Kesimpulan Materi Menyimpulkan materi presentasi dengan jelas, dan mencakup semua pertanyaan
4
4 Menyimpulkan materi presentasi dengan jelas, dan
tidak mencakup semua pertanyaan
2 7 Menutup
Presentasi
Menutup presentasi dengan bahasa yang baik, benar, dan jelas
2 2
Menutup presentasi dengan bahasa yang tidak baik, tidak benar, dan jelas
1 Nilai = (Skor yang diperoleh/20) x 100
B Remedial
Sekolah : ...
Kelas/Semester : ...
Mat Pelajaran : ...
Ulangan Harian Ke : ...
Tanggal Ulangan Harian: ...
Bentuk Ulangan Harian : ...
Materi Ulangan Harian : ...
(KD/Indikator : ...
KKM : ...
No Nama Peserta Didik Nilai Ulangan
Indikator yang Belum Dikuasai
Bentuk Tindakan
Remedial
Nilai Setelah Remedial
Ket.
1 2 3 4 dst,
C. Pengayaan
Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik yang sudah menguasai materi sebelum waktu yang telah ditentukan, diminta untuk soal-soal pengayaan berupa pertanyaan-pertanyaan yang lebih fenomenal dan inovatif atau aktivitas lain yang relevan dengan topik pembelajaran. Dalam kegiatan ini, guru dapat mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan.
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA MELAKSANAKAN TUGAS
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
ENDAH PURWATI, M.Pd.NIP : 19650530 198703 2 010
Pangkat/Gol ruang : Pembina Utama Muda, IV/c
Jabatan : Kepala Sekolah
Unit Kerja : SMAN 1 Kademangan Kabupaten Blitar.
Menerangkan bahwa yang tersebut di bawah ini:
Nama : DINUL ARIFIN, S.HI Tempat/Tgl Lahiar : Blitar, 09 Maret 1983
Alamat : JL. Penataran no 14 Nglegok Blitar
Mapel yang diampu : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Menyatakan bahwa karya berupa:
No Judul Kelas Bentuk Bulan dan tahun
pembuatan 1. RPP Tentang
Pernikahan Dalam Islam
beserta Lampiran-lampirannya
XII PDF 12 Januari 2023Merupakan karya sendiri, bukan meniru dari karya orang lain, dan karya tersebut benar dibuat / dipraktekkan pada tanggal 12 Januari 2023 di SMAN 1 Kademangan, kelurahan Kademangan, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Jika dikemudian hari terbukti karya tersebut bukan merupakan karya sendiri dan tidak benar adanya, maka saya bersedia diproses secara hukum untuk menerima sanksinya.
Mengesahkan,
Kepala SMAN 1 Kademangan
ENDAH PURWATI, M.Pd.
NIP. 19650530 198703 2 010
Blitar, 12 Januari 2023 Yang menyatakan
DINUL ARIFIN, S.HI