• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Konstruksi Model Sekolah Ramah Anak Kategori Maju: Belajar dari Praktik di SMP Kota Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Konstruksi Model Sekolah Ramah Anak Kategori Maju: Belajar dari Praktik di SMP Kota Semarang"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

42

BAB IV

KARAKTER, KOMPETENSI PIHAK INTERNAL DAN PERAN PIHAK EKSTERNAL

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, pihak internal yang terlibat meliputi: kepala sekolah, pendidik, dan peserta didik. Pihak eksternal meliputi: orang tua dan alumni. Pihak eksternal lain meliputi: perawat atau dokter dari puskesmas, personil Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), personil Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) dari unsur Kepolisian Republik Indonesia (Polri), psikolog dari Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM), Yayasan Anantaka yang peduli dengan hak anak, dan petugas dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang. Berikut uraian karakter dan kompetensi pihak internal, serta peran pihak eksternal tersebut berdasarkan hasil wawancara dan FGD yang telah dilakukan.

4.1 Karakter dan Kompetensi Kepala Sekolah

Karakter kepala sekolah sangat penting dalam mendukung terwujudnya SRA kategori maju. SRA dapat terwujud dengan peran kepala sekolah yang memiliki komitmen inklusif dalam menjalankan program yang dicanangkan. Komitmen inklusif merupakan komitmen dalam mewujudkan sekolah yang aman, nyaman dan tidak adanya perundungan. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan C.

Informan C mengemukakan bahwa:

“kepala sekolah memiliki komitmen inklusif dalam menjalankan program SRA.

Komitmen diwujudkan dalam keseriusan mewujudkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan terhindar dari tindakan perundungan. Komitmen inklusif diwujudkan dengan membuat SK tim SRA, pernyataan komitmen tertulis tentang perlindungan anak”

Dari serangkaian pendapat informan, maka kepala sekolah pada kategori maju memiliki komitmen inklusif yang sangat mendukung keberlanjutan SRA. Kepala sekolah membentuk tim SRA yang terdiri dari pendidik, peserta didik dan perwakilan orang tua.

Pembentukan tim SRA bertujuan untuk melakukan pencegahan dan penanganan perundungan dengan cepat dan tepat. Kepala sekolah membuat pernyataan tertulis tentang perlindungan anak. Tim SRA membuat mekanisme pengaduan apabila peserta didik mendapatkan masalah.

Hal ini sesuai dengan pendapat informan C.

(2)

43 Informan C mengemukakan bahwa:

“kepala sekolah membentuk tim SRA yang terdiri dari perwakilan pendidik, peserta didik, dan orang tua. Tim SRA dibuatkan surat keputusan oleh kepala sekolah yang memiliki uraian tugas melakukan pencegahan dan penanganan perundungan, Tim SRA membuat mekanisme pengaduan sebagai panduan alur penanganan masalah terkait perundungan.”

Kepala sekolah dalam mewujudkan SRA kategori maju memiliki karakter terbuka.

Karakter terbuka diwujudkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik dan orang tua untuk memberikan masukan terhadap program SRA. Kepala sekolah mengajak peserta didik dan orang tua dalam menyusun tata tertib sekolah. Kepala sekolah juga siap menerima masukan dan saran melalui kotak saran yang tersedia di berbagai tempat strategis dan mudah diakses. Hal ini senada dengan wawancara kepada informan C.

Informan C mengemukakan bahwa:

“kepala sekolah terbuka dengan masukan dan saran dari peserta didik dan orang tua. Kepala sekolah secara rutin memeriksa kotak saran untuk mencermati masukan dan saran untuk perbaikan program SRA. Kepala sekolah mengajarkan peserta didik dan orang tua dalam menyusun tata tertib di sekolah. Tata tertib yang disusun mampu memenuhi kebutuhan peserta didik.”

Karakter kepala sekolah yang lain adalah visioner. Kepala sekolah menyusun program yang berkelanjutan. Program dijabarkan dalam program jangka panjang, menengah dan pendek.

Program jangka panjang SRA yaitu mewujudkan adanya kesetaraan, tidak adanya perundungan, dan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dalam mendukung terwujudnya SRA. Hal ini sesuai dengan wawancara kepada informan C.

Informan C mengemukakan bahwa:

“kepala sekolah memiliki karakter visioner yang memandang kemajuan sekolah jauh ke depan. Saya merencanakan semua program tertuang dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.”

Karakter visioner berpengaruh pada kemajuan sekolah yang cepat dan sesuai harapan.

Kepala sekolah yang melakukan perencanaan dengan baik dapat melakukan pelaksanaan dengan baik dan terukur. Kepala sekolah juga mengadakan pelatihan konvensi hak anak dan SRA bagi seluruh warga sekolah dan orang tua Hal ini diperkuat oleh pendapat informan G.

Informan G menyampaikan bahwa:

“kepala sekolah yang memiliki karakter visioner mempercepat terselenggaranya SRA dengan baik. Kepala sekolah melakukan program yang tidak hanya untuk

(3)

44

jangka pendek melainkan bermanfaat untuk jangka panjang dan bermanfaat untuk kehidupan nyata. Kepala sekolah mengadakan pelatihan konvensi hak anak dan SRA bagi seluruh warga sekolah dan orang tua”.

Karakter kepala sekolah dalam mewujudkan SRA kategori maju adalah inovatif.

Kepala sekolah yang inovatif mampu membuat terobosan berupa program yang sesuai dengan tuntutan zaman. Kepala sekolah membuat program yang berpihak kepada hak anak. Semua program mengedepankan hak anak dan memberikan pelayanan yang prima. Inovatif kepala sekolah dalam SRA diwujudkan dengan melakukan pencegahan dan penanggulangan perundungan dengan teknologi. Kepala sekolah membuat barcode yang ditempel di tempat strategis untuk pelaporan perundungan dengan mudah dan cepat. Kepala sekolah menyediakan ruang konseling yang nyaman, ruang khusus alumni, dan fasilitas tempat anak yang kurang sehat. Hal ini sesuai dengan wawancara informan C.

Informan C mengemukakan bahwa:

“saya membuat inovasi pelaporan permasalahan perundungan berbantuan teknologi. Di tempat-tempat strategis terdapat barcode yang dapat digunakan semua warga sekolah untuk melaporkan kejadian perundungan. Bantuan teknologi sangat membantu kepala sekolah dalam memantau dan menemukan permasalahan yang terjadi. Tidak hanya terkait perundungan, masukan dan saran untuk perbaikan untuk sekolah juga dapat disampaikan melalui media ini. Selain itu, menyediakan ruang konseling yang nyaman, ruang khusus alumni, dan fasilitas tempat anak yang kurang sehat.”

Karakter inovatif kepala sekolah dapat mempercepat terwujudnya SRA. Pencegahan dan penanggulangan perundungan dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Hal ini diperkuat oleh pendapat informan G.

Informan G menyampaikan bahwa:

“kepala sekolah yang memiliki karakter inovatif dibuktikan dengan adanya program yang memperbaiki program sebelumnya dan dapat mendukung pelaksanaan program SRA. Misalnya kepala sekolah yang menggunakan teknologi kotak saran sebagai pengganti dari kotak saran manual. Kotak saran berbantuan teknologi lebih efektif menjaring keluhan dan saran dari warga sekolah”.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa karakter kepala sekolah dalam mewujudkan SRA kategori maju meliputi: komitmen inklusif, memiliki keterbukaan, visioner, dan inovatif. Keempat karakter tersebut terbukti mampu mendukung terwujudnya SRA kategori maju.

(4)

45

Selain karakter kepala sekolah dalam mewujudkan SRA kategori maju, terdapat kompetensi kepala sekolah dalam mewujudkan SRA kategori maju. Kepala sekolah memiliki kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian diwujudkan dalam sikap dan perilaku kepala sekolah yang sesuai dengan norma dan etika yang berlaku baik dalam agama maupun masyarakat. Kepala sekolah merupakan orang yang jujur, amanah, memiliki tutur kata yang baik dan perilaku yang sopan. Kepala sekolah menjadi teladan bagi seluruh warga sekolah yang lain. Hal ini sesuai dengan wawancara informan C.

Informan C mengemukakan bahwa:

“sebagai kepala sekolah, saya selalu menempatkan diri sebagai sosok yang bisa dipercaya dan menjadi panutan bagi guru dan peserta didik. Misalnya: saya tidak pernah terlambat datang ke sekolah, selalu menepati janji, dan memperlakukan semua orang termasuk bawahan dengan sopan.”

Kompetensi kepribadian kepala sekolah tercermin juga dengan sikap kepala sekolah terhadap bawahan. Kepala sekolah tidak menggunakan jabatannya untuk melakukan tindakan sewenang-wenang. Kepala sekolah merangkul semua warga sekolah untuk kemajuan sekolah terutama berkaitan dengan program SRA. Kepala sekolah juga memiliki keteladanan dalam melaksanakan tata tertib yang telah disusun bersama warga sekolah. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat informan C.

Informan C menyampaikan bahwa:

“kepala sekolah tidak boleh sombong dan merasa paling berkuasa. Dia memiliki kemampuan untuk merangkul semua pihak. Kemampuan ini dapat memberikan dukungan terlaksananya SRA dengan baik. Kepala Sekolah memiliki keteladanan dalam melaksanakan tata tertib yang telah disusun bersama warga sekolah”.

Kompetensi kepala sekolah dalam mewujudkan SRA kategori maju selain kompetensi kepribadian adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial kepala sekolah merupakan kompetensi dalam bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Kemampuan melibatkan alumni dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan SRA. Kompetensi ini berpengaruh dan mendukung terwujudnya SRA kategori maju. Berdasarkan pendapat informan C menyampaikan bahwa:

“kepala sekolah memiliki kompetensi dapat bekerjasama dengan pihak lain. Saya selalu melibatkan komite sekolah, petugas keamanan dari kepolisian dan tentara, petugas dari puskesmas, dan pihak yang terkait dengan pembinaan SRA. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) selalu dilibatkan dalam penguatan SRA di sekolah. Terdapat juga pihak dari yayasan peduli anak yaitu

(5)

46

yayasan Anantaka yang kami libatkan dalam mendukung SRA. Saya juga aktif dalam mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan. Misalnya ada tetangga di lingkungan sekolah yang terkena musibah, saya berusaha hadir untuk merasakan kesedihan.

Kepala sekolah juga memiliki kemampuan melibatkan alumni dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan SRA”.

Dengan demikian, kompetensi sosial kepala sekolah juga ditunjukkan dengan kepemilikan kepekaan terhadap orang lain. Kompetensi sosial yang dimiliki kepala sekolah dapat mendukung dan membantu terwujudnya SRA karena adanya dukungan masyarakat sekitar. Kepala sekolah memiliki kemampuan melibatkan alumni dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan SRA.

Kompetensi kepala sekolah dalam mendukung SRA kategori maju selanjutnya adalah kompetensi manajerial. Kompetensi manajerial kepala sekolah diwujudkan dalam kemampuan menyusun perencanaan sekolah, mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan, mengoptimalkan sumber daya sekolah, menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif, mengelola sumber daya manusia secara optimal, mengelola sarana dan prasarana secara optimal. Hal ini sesuai dengan keterangan dari informan C yang menyampaikan bahwa:

“kepala sekolah memiliki kompetensi manajerial meliputi: kemampuan menyusun perencanaan sekolah, mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan, mengoptimalkan sumber daya sekolah, menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif, mengelola sumber daya manusia secara optimal, mengelola sarana dan prasarana secara optimal”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan G, kompetensi manajerial juga meliputi kemampuan kepala sekolah dalam mengelola hubungan dengan masyarakat dalam memajukan sekolah, mengelola peserta didik dan pengembangannya secara optimal, dan melakukan monitoring, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut dari program SRA. Kepala sekolah juga memiliki kemampuan untuk memfungsikan guru BK, guru kelas, guru piket, dan piket anak dalam pemantauan rutin perlindungan anak. Berikut pernyataan yang disampaikan informan G:

“kompetensi manajerial kepala sekolah terkait SRA merupakan kemampuan dalam mengelola hubungan dengan masyarakat dalam memajukan sekolah, mengelola peserta didik dan pengembangannya secara optimal, dan melakukan monitoring, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut dari program SRA. Kepala sekolah juga memiliki kemampuan untuk memfungsikan guru BK, guru kelas, guru piket, dan piket anak dalam pemantauan rutin perlindungan anak”.

(6)

47

Kompetensi kepala sekolah dalam mendukung SRA kategori maju selanjutnya adalah kompetensi kewirausahaan. Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dalam SRA merupakan kompetensi menciptakan inovasi yang bermanfaat untuk pengembangan sekolah. Kepala sekolah memiliki motivasi yang kuat untuk meraih kesuksesan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Kepala sekolah memiliki sikap pantang menyerah dan senantiasa mencari solusi terbaik dalam menghadapi permasalahan terkait SRA. Kepala sekolah juga semangat dalam menjalankan program sekolah adiwiyata, sekolah sehat, dan program lain yang mendukung SRA Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap informan C yang menyampaikan:

“kompetensi kewirausahaan kepala sekolah terkait SRA merupakan kompetensi menciptakan inovasi yang bermanfaat untuk pengembangan SRA, memiliki motivasi yang kuat untuk meraih kesuksesan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, serta memiliki sikap pantang menyerah dan senantiasa mencari solusi terbaik dalam menghadapi permasalahan terkait SRA. Kepala sekolah juga semangat dalam menjalankan program sekolah adiwiyata, sekolah sehat, dan program lain yang mendukung SRA”.

Informan G menambahkan terkait dengan kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dalam mendukung SRA yaitu memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan sekolah sebagai sumber belajar peserta didik dan semangat dalam menjalankan program sekolah adiwiyata, sekolah sehat, dan program lain yang mendukung SRA. Berikut pernyataan informan G:

“kompetensi kewirausahaan kepala sekolah terkait SRA diwujudkan dengan kepemilikan naluri kewirausahaan dalam mengelola sekolah sebagai sumber belajar peserta didik. Misalnya kepala sekolah memanfaatkan ruangan yang tidak terpakai menjadi ruang podcast untuk sumber belajar”.

Kompetensi kepala sekolah dalam mendukung SRA kategori maju selanjutnya adalah kompetensi supervisi. Kompetensi supervisi seorang kepala sekolah dalam mewujudkan SRA kategori maju meliputi kemampuan dalam merencanakan program supervisi, melaksanakan supervisi akademik, dan menindaklanjuti hasil supervisi dalam rangka peningkatan profesionalisme pendidik. Kepala sekolah melakukan monitoring dan evaluasi dalam proses pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan C yaitu:

“kompetensi supervisi kepala sekolah terkait SRA merupakan kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan program supervisi, melaksanakan supervisi akademik, dan menindaklanjuti hasil supervisi dalam rangka peningkatan profesionalisme

(7)

48

pendidik. Kepala sekolah mampu melakukan monitoring dan evaluasi dalam proses pembelajaran yang menyenangkan ”.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepala sekolah dalam mewujudkan SRA kategori maju meliputi: kompetensi kepribadian, sosial, manajerial, kewirausahaan, dan supervisi. Kelima kompetensi kepala sekolah tersebut terbukti mendukung SRA kategori maju.

Dari serangkaian pendapat informan tentang karakter Kepala Sekolah dalam mendukung SRA kategori maju, dapat disimpulkan tabel 4 berikut.

Tabel 4. Karakter Kepala Sekolah Mendukung SRA Kategori Maju

No. Karakter Keterangan

1. komitmen inklusif Membuat SK tim SRA, pernyataan komitmen tertulis tentang perlindungan anak

2. terbuka Memiliki mekanisme dan alur pengaduan yang mudah diakses

3. visioner Pelatihan konvensi hak anak dan SRA bagi seluruh warga sekolah dan orang tua

4. inovatif Memiliki ruang konseling yang nyaman, ruang khusus alumni, penggunaan teknologi pelaporan perundungan dan fasilitas tempat anak yang kurang sehat

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Komitmen inklusif berkaitan dengan menciptakan organisasi yang inklusif. Karakter inklusif mencakup nilai, sikap, dan perilaku individu terhadap inklusi dalam lingkungan kerja.

Komitmen inklusif melibatkan kesediaan untuk menghormati keberagaman dan memastikan bahwa setiap organisasi merasa dihargai. Hal ini mendukung teori kelembagaan yang menekankan pentingnya nilai dan budaya dalam organisasi. Jika nilai inklusi dan keberagaman ditanamkan kuat dalam budaya organisasi, individu cenderung lebih termotivasi untuk berkomitmen pada prinsip-prinsip tersebut (Ahmed & Khan, 2023).

Seorang kepala sekolah sebagai pimpinan melibatkan kemampuan untuk memimpin secara adil, mengakui dan menghargai keberagaman, serta menciptakan lingkungan yang mendukung partisipasi semua anggota organisasi. Dalam teori kelembagaan, menyoroti peran pemimpin dalam membentuk dan mempertahankan budaya organisasi (Wang et al., 2023).

Kepemimpinan yang menerapkan nilai inklusi dapat membentuk kelembagaan yang mendukung keberagaman. Dengan demikian, kaitan antara karakter komitmen inklusif dengan

(8)

49

teori kelembagaan adalah terletak pada bagaimana nilai-nilai inklusi dan keberagaman ditanamkan dalam struktur dan budaya organisasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keberagaman dan partisipasi semua anggota.

Karakter inklusif dari seorang pimpinan merupakan karakter yang merupakan tindakan konkret dalam mewujudkan program yang telah dicanangkan. Tindakan konkret berupa keseriusan pimpinan dalam melakukan pengawalan dan memastikan program berjalan baik.

Kepala sekolah membuat SK tim SRA, pernyataan komitmen tertulis tentang perlindungan anak. Komitmen inklusif tersebut mendukung dimensi SRA pertama tentang komitmen tertulis/kebijakan SRA. Pimpinan juga memastikan dan mengajak semua organisasi mendukung program yang dibuat. Hal ini mendukung penelitian Inga et al. (2023) yang menyampaikan bahwa komitmen inklusif pimpinan dapat mengurangi segala macam bentuk diskriminasi yang berujung berkurangnya tindakan perundungan.

Karakter komitmen inklusif dalam SRA kategori maju ditunjukkan dengan dukungan kepala sekolah dalam memberikan fasilitas pelatihan tentang hak anak. Kepala sekolah membangun budaya di sekolah untuk saling menghargai dan mengedepankan disiplin positif.

Kepala sekolah mendorong adanya musyawarah dengan tim SRA secara rutin untuk melakukan monitoring dan evaluasi keterlaksanaan program SRA. Hal ini menguatkan penelitian Baker &

Clegg (2023) yang menyampaikan bahwa komitmen inklusif menghasilkan dukungan penuh dari semua anggota organisasi.

Karakter komitmen inklusif pemimpin memiliki hubungan yang erat dengan manajemen sumber daya manusia. Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam mengelola dan memotivasi tim kerja. Pemimpin bertanggung jawab untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengelola kebijakan dan praktik yang mendukung keberagaman dan inklusi (Lyra et al., 2023). Hal ini termasuk kebijakan perekrutan yang adil, pelatihan sensitivitas keberagaman, dan program-program pengembangan karyawan yang inklusif.

Dalam hal rekrutmen dan seleksi karyawan, pemimpin harus memastikan bahwa proses rekrutmen dan seleksi dilakukan secara adil dan tanpa diskriminasi. Komitmen inklusif juga mencakup kemampuan pemimpin dalam mengelola konflik dan menangani perselisihan dengan cara yang adil dan inklusif. Pemimpin memiliki prosedur yang jelas untuk menangani konflik dan perselisihan di tempat kerja. Proses ini memastikan keadilan dan mengakomodasi keberagaman pandangan dan nilai.

Karakter terbuka seorang pimpinan menekankan kepada komitmen terbuka yang mencakup integritas dan etika. Pimpinan selalu menunjukkan kejujuran, keadilan, dan kepercayaan dalam interaksi dan keputusan yang diambil. Karakter terbuka berkaitan erat

(9)

50

dengan teori kelembagaan yang menekankan pentingnya integritas dan etika dalam membentuk budaya organisasi. Integritas pimpinan dapat membentuk dan mempengaruhi norma-norma kelembagaan dalam organisasi (Sudibjo & Prameswari, 2021).

Karakter terbuka seorang pimpinan dilakukan dengan membangun hubungan yang baik dengan anggota organisasi. Kepala sekolah sebagai pimpinan memiliki mekanisme dan alur pengaduan yang mudah diakses. Karakter terbuka tersebut mendukung dimensi SRA pertama tentang komitmen tertulis/kebijakan SRA. Keterbukaan membuka peluang menguatkan kolaborasi antara anggota organisasi. Lingkungan kerja menjadi lingkungan kerja yang positif dan tidak adanya kecurigaan antara atasan dan bawahan. Lingkungan semacam ini dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman yang terus berubah. Transparansi program, anggaran dan semua kegiatan mampu memberikan kepercayaan bagi bawahan untuk terus mendukung program SRA. Hal ini melengkapi penelitian Aryawan (2019) yang menyampaikan bahwa pemimpin terbuka harus siap menghadapi berbagai macam bentuk perubahan.

Karakter terbuka berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia tampak pada kemampuan komunikasi yang baik. Pimpinan dapat berkomunikasi dengan jujur dan bersedia mendengarkan pandangan dan saran dari anggota. Komunikasi yang efektif menjadi kunci dalam manajemen sumber daya manusia. Pemimpin yang terbuka dapat membantu menyampaikan kebijakan, tujuan organisasi, harapan dengan cara yang mudah dipahami oleh seluruh tim (Peterson, 2021).

Sekolah sebagai organisasi memiliki kemampuan mengarahkan program secara efektif dan efisien. Karakter visioner juga diwujudkan dalam pemberian penghargaan terhadap bawahan yang berprestasi. Penghargaan bagi yang berprestasi mampu memberikan motivasi bagi yang lain dan mendukung adanya kaderisasi sumber daya manusia dalam organisasi.

Dengan demikian karakter visioner menguatkan teori kelembagaan yang menyampaikan bahwa pimpinan dalam sebuah lembaga atau organisasi yang memiliki karakter visioner dapat membantu dan meningkatkan ketercapaian tujuan organisasi (Alsadoon et al., 2022).

Karakter visioner seorang pimpinan dilaksanakan dengan membuat program yang bermanfaat untuk jangka panjang (Ferris et al., 2018). Karakter visioner juga ditunjukkan dengan mengadakan pelatihan konvensi hak anak dan SRA bagi seluruh warga sekolah dan orang tua. Karakter visioner tersebut mendukung dimensi SRA kedua tentang pendidik dan tenaga kependidikan terlatih konvensi hak anak dan SRA. Keterlibatan semua pihak dalam mewujudkan program menjadi tantangan bagi pimpinan. Pihak yang terlibat memahami dan sejalan dengan visi dan misi yang ditetapkan oleh organisasi.

(10)

51

Ditinjau dari segi manajemen sumber daya manusia, karakter visioner pimpinan dapat merumuskan strategi dan tujuan jangka panjang yang sesuai dengan visi mereka untuk organisasi. Manajemen sumber daya manusia mendukung visi tersebut dengan mengembangkan kebijakan dan program yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Selain itu, pimpinan visioner memiliki kemampuan untuk memotivasi dan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya (Marrewijk et al., 2023). Pimpinan dapat merancang program motivasi, pengembangan karyawan, dan strategi kepemimpinan yang mendukung budaya organisasi yang dibangun oleh visi pimpinan.

Karakter inovatif seorang pimpinan berkaitan erat dengan teori kelembagaan.

Pimpinan yang inovatif dalam sebuah lembaga dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan pasar. Pimpinan inovatif mampu menjawab tantangan dan permasalahan yang menimpa organisasi. Pimpinan membimbing organisasi melalui transformasi dengan fleksibilitas.

Pimpinan yang inovatif dapat berkomunikasi dengan efektif (Lee et al., 2023). Komunikasi tersebut membantu membangun pemahaman dan dukungan dari anggota organisasi berkaitan dengan perubahan yang diinginkan bersama. Pimpinan mampu memotivasi dan menginspirasi anggota tim untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

Karakter inovatif dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan dengan menciptakan berbagai program dan kegiatan yang baru atau memodifikasi program yang sudah ada. Kepala sekolah mengadakan sarana dan prasarana berupa ruang konseling yang nyaman, ruang khusus alumni, penggunaan teknologi pelaporan perundungan dan fasilitas tempat anak yang kurang sehat. Karakter inovatif tersebut mendukung dimensi SRA keempat tentang sarana dan prasarana yang ramah anak. Inovasi tidak selalu membuat sendiri yang berbeda dari orang lain. Inovasi dapat dimulai dengan melakukan pengamatan dan meniru program baik yang sudah ada. Hal ini sesuai dengan teori kelembagaan yang menyampaikan bahwa orang belajar dalam sebuah inovasi di lembaga dilakukan dengan mengamati dan meniru orang lain yang berhasil (Pittino et al., 2016). Inovasi program dilakukan untuk mempercepat tercapainya tujuan dari SRA. Kepala sekolah memanfaatkan sumber daya manusia yang ada untuk membantu terlaksananya program SRA. Pemanfaatan IT dalam mendukung SRA disesuaikan dan diterapkan untuk mempermudah terlaksananya kegiatan.

Karakter inovatif pimpinan berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia adalah tentang pemahaman mendalam terhadap karyawan. Pimpinan memahami kebutuhan, potensi, dan harapan karyawan secara mendalam (Tao et al., 2022). Pimpinan berusaha membangun hubungan yang kuat dengan anggota tim dan mengakui semua keunikannya. Pimpinan fokus pada pengembangan keterampilan dan kompetensi karyawan. Pimpinan menciptakan program

(11)

52

pelatihan yang relevan dan mendukung peningkatan profesional untuk meningkatkan kapabilitas tim dan individu. Pimpinan juga memberdayakan karyawan dengan memberikan tanggung jawab dan kebebasan untuk mengambil inisiatif. Terdapat umpan balik konstruktif dan mendukung upaya perbaikan. Mereka mendorong keberagaman dan inklusi di tempat kerja.

Pimpinan menciptakan lingkungan yang mendukung perbedaan dan memastikan semua karyawan merasa dihargai.

Dari serangkaian pendapat informan tentang kompetensi Kepala Sekolah dalam mendukung SRA kategori maju, dapat disimpulkan tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kompetensi Kepala Sekolah Mendukung SRA Kategori Maju

No. Kompetensi Keterangan

1. kepribadian Keteladanan dalam melaksanakan tata tertib yang telah disusun bersama warga sekolah

2. sosial Kemampuan melibatkan alumni dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan SRA

3. manajerial Memfungsikan guru BK, guru kelas, guru piket, piket anak, dan komiter dalam pemantauan rutin

perlindungan anak

4. kewirausahaan Menjalankan program sekolah adiwiyata, sekolah sehat, dan program lain yang mendukung SRA 5. supervisi Melakukan monitoring dan evaluasi dalam proses

pembelajaran yang menyenangkan Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Kompetensi kepribadian pimpinan menjadi kunci dalam teori kelembagaan karena pemimpin perlu memahami dan mengelola dinamika organisasi untuk mencapai tujuan bersama (Jokinen et al., 2023). Dengan demikian kepribadian yang baik dari seorang pimpinan dapat mempengaruhi kepribadian karyawan menjadi lebih baik. Karyawan merasa diberikan keteladan dari orang yang dihargai dan dihormati. Karyawan lebih mudah menerima keteladanan daripada hanya sekedar arahan yang bersifat teoritis.

Kompetensi kepribadian kepala sekolah menjadi hal yang mendasar bagi seorang pimpinan. Banyak organisasi yang meniru dan mengamati perilaku dan kepribadian dari pimpinannya (Cicek & Bicer, 2015). Kepala sekolah sebagai pimpinan memiliki keteladanan dalam melaksanakan tata tertib yang telah disusun bersama warga sekolah. Kompetensi

(12)

53

kepribadian tersebut mendukung dimensi SRA pertama tentang komitmen tertulis/kebijakan SRA. Pribadi pimpinan yang baik pasti ditiru anggota atau bawahannya.

Kompetensi kepribadian sangat efektif dalam mengelola sumber daya manusia secara efektif. Kompetensi kepribadian pimpinan dikaitkan dengan manajemen sumber daya manusia meliputi: empati, keterbukaan, integritas, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mendengar, keterlibatan, kesadaran diri, fleksibilitas, keberanian dan kepercayaan diri, kesatuan tim, pemecahan masalah, dan kemampuan menginspirasi dan memotivasi (Coronado-maldonado, 2023). Pimpinan yang empati mampu memahami dan merasakan perasaan, kebutuhan, dan perspektif karyawan. Pimpinan dapat menanggapi kebutuhan individu dengan sensitivitas.

Mereka meningkatkan hubungan interpersonal di tempat kerja. Pimpinan yang memiliki keterbukaan merupakan kompetensi untuk membangun kepercayaan di antara karyawan.

Pimpinan selalu terbuka dengan ide-ide baru, umpan balik, dan perubahan lingkungan budaya kerja yang mendukung inovasi dan pengembangan.

Pimpinan yang berintegritas merupakan pimpinan yang dapat memimpin dengan keteladanan dan konsistensi (Hsu & Lai, 2023). Mereka membangun kepercayaan karyawan melalui kejujuran, etika, dan nilai-nilai yang sesuai dengan visi dan misi organisasi. Pimpinan yang memiliki kemampuan berkomunikasi mampu berkomunikasi secara jelas dan taktis dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan arahan yang tepat terhadap karyawan. Pimpinan yang memiliki kemampuan mendengar adalah pimpinan yang dapat mendengarkan dengan penuh perhatian. Mereka mendengarkan semua hal sehingga memahami kebutuhan dan kekhawatiran karyawan serta dapat merespon dengan cara yang tepat. Pimpinan yang memiliki keterlibatan adalah pimpinan yang terlibat aktif dengan karyawan dalam membangun ikatan yang kuat. Mereka memberikan perhatian pada kesejahteraan karyawan dan ikut berpartisipasi dalam kehidupan organisasi.

Pimpinan yang memiliki kesadaran diri berarti pimpinan yang mampu mengenali dan memahami kekuatan, kelemahan, dan dampak perilaku mereka terhadap orang lain. Tindakan tersebut mendukung mereka untuk terus mengembangkan diri. Pimpinan yang memiliki fleksibilitas berarti pimpinan yang mampu menghadapi perubahan dalam lingkungan kerja dan kebutuhan karyawan. Pimpinan dapat menyesuaikan gaya manajemen mereka dengan situasi.

Pimpinan yang memiliki keberanian dan kepercayaan diri adalah pimpinan yang mampu menghadapi tantangan dan membuat keputusan yang sulit. Pimpinan memberikan inspirasi dan keyakinan kepada karyawan dalam menghadapi perubahan (Sha et al., 2020).

Pimpinan yang memiliki kesatuan tim dapat membangun dan memelihara kerjasama dalam tim. Mereka mendukung pembentukan tim yang efektif dan memfasilitasi kolaborasi di

(13)

54

antara anggota tim. Pimpinan yang memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah merupakan pimpinan yang seringkali melibatkan penyelesaian masalah kompleks (Green &

Jax, 2011). Pimpinan yang kompeten dapat melakukan identifikasi masalah, menganalisis, dan mengambil tindakan yang tepat. Pimpinan yang memiliki kemampuan menginspirasi dan memotivasi merupakan kemampuan dalam menginspirasi dan memotivasi karyawan dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif. Mereka membangkitkan semangat dan antusiasme untuk mencapai tujuan bersama.

Kompetensi sosial kepala sekolah sebagai pimpinan diperlukan agar tercipta hubungan yang harmonis dengan warga sekolah. Kompetensi sosial ditunjukan melalui kemampuan kepala sekolah dalam melibatkan alumni dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan SRA. Kompetensi sosial tersebut mendukung dimensi SRA keenam tentang partisipasi orang tua, alumni, ormas, dan dunia usaha. Kompetensi sosial kepala sekolah juga memotivasi warga sekolah untuk turut serta secara langsung dalam berbagai program SRA.

Dukungan dan keikutsertaan warga sekolah dapat mendukung terwujudnya SRA. Karakter sosial juga dapat meminimalkan terjadinya konflik antara kepentingan pimpinan dan bawahan.

Hal ini melengkapi penelitian Peterson, (2021) yang menyampaikan bahwa kompetensi sosial mampu menciptakan lingkungan kerja yang positif. Lingkungan kerja yang positif berdampak menurunnya tindakan perundungan.

Kompetensi sosial pimpinan dalam manajemen sumber daya manusia merupakan kemampuan pimpinan dalam negosiasi, komunikasi antar budaya, pemberdayaan, mengelola konflik, membangun jejaring, dan beradaptasi dengan perubahan sosial (Gajardo & Carmenado, 2012). Kemampuan bernegosiasi merupakan kemampuan pimpinan dalam menyelesaikan konflik. Mereka dapat mencapai kesepakatan dan menjalankan perubahan dengan lancar.

Penyelesaian konflik memuaskan semua pihak. Kemampuan komunikasi antar budaya merupakan kemampuan pimpinan dalam lingkungan kerja yang semakin global. Pimpinan memiliki komunikasi efektif di antara beragam budaya. Kemampuan pimpinan tersebut mendukung adanya keberagaman dan inklusivitas di tempat kerja.

Kemampuan pemberdayaan merupakan kemampuan pimpinan dalam memberdayakan karyawan membangun hubungan yang kuat. Pimpinan memberikan tanggung jawab dan kepercayaan kepada anggota tim untuk memunculkan motivasi dan inovasi. Kemampuan mengelola konflik merupakan kemampuan pimpinan menyelesaikan konflik secara konstruktif (Hou et al., 2023). Mereka selalu mencari solusi yang memuaskan semua pihak. Kemampuan membangun jejaring merupakan kemampuan pimpinan dalam membangun dan memelihara hubungan yang baik dengan orang-orang di dalam organisasi dan di luar organisasi. Tindakan

(14)

55

tersebut dapat membantu pimpinan dalam mendukung pertumbuhan organisasi. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan sosial merupakan kemampuan pimpinan dalam beradaptasi dengan situasi baru. Kemampuan tersebut sangat membantu pimpinan dan mengelola sumber daya manusia.

Kompetensi manajerial mendukung teori kelembagaan yang menyampaikan bahwa organisasi dapat terus bertahan apabila memiliki kebijakan yang jelas (Pradita et al., 2019).

Kebijakan tentang SRA dengan kompetensi manajerial kepala sekolah yang baik dapat mewujudkan keberlangsungan program SRA terlaksana dengan baik.Kompetensi kepala sekolah lainnya adalah kompetensi manajerial. Kompetensi kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut program SRA. Kepala sekolah memfungsikan guru Bimbingan Konseling (BK), guru kelas, guru piket, piket anak, dan komiter dalam pemantauan rutin perlindungan anak. Kompetensi manajerial tersebut mendukung dimensi SRA pertama tentang komitmen tertulis/kebijakan SRA. Kompetensi manajerial yang dimiliki oleh pimpinan dapat mewujudkan tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Hal ini mendukung dan memperkuat penelitian Jahidin & Torro (2020) yang menyampaikan bahwa kepala sekolah sebagai manajer mampu menentukan kebijakan untuk mewujudkan organisasi yang efektif.

Kompetensi manajerial pimpinan dalam manajemen sumber daya manusia merupakan kemampuan pimpinan dalam melakukan perencanaan strategis, manajemen kinerja, manajemen proyek, manajemen perubahan, dan manajemen waktu (Khanh & Tran, 2023).

Kemampuan pimpinan dalam melakukan perencanaan strategis merupakan kemampuan merencanakan strategi sumber daya manusia yang sesuai dengan visi dan tujuan organisasi.

Kemampuan melakukan perencanaan strategis mencakup pengembangan rencana jangka panjang untuk pengelolaan dan pengembangan karyawan.

Kemampuan pimpinan dalam manajemen kinerja merupakan kemampuan dalam mengelola kinerja karyawan, memberikan umpan balik, dan menetapkan tujuan yang jelas.

Pimpinan membantu karyawan dalam mencapai potensi yang maksimal. Kemampuan pimpinan dalam manajemen proyek merupakan kemampuan dalam mengembangkan program pelatihan atau implementasi sistem manajemen kinerja. Mereka memerlukan kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek secara efisien. Kemampuan pimpinan dalam manajemen perubahan merupakan kemampuan pimpinan dalam merencanakan dan memfasilitasi perubahan dengan meminimalkan resistensi dan mengoptimalkan keterlibatan karyawan. Kemampuan pimpinan dalam manajemen waktu merupakan kemampuan pimpinan

(15)

56

dalam mengelola waktu pribadi dan karyawan untuk memastikan peningkatan kinerja (Hsu &

Lai, 2023b).

Dalam konteks teori kelembagaan, kepala sekolah sebagai pemimpin utama di sebuah lembaga pendidikan perlu memiliki kompetensi kewirausahaan yang dapat membantu membangun dan memperkuat budaya organisasi yang inovatif, adaptif, dan berorientasi pada hasil (Arroyo-l & Alvarez-casta, 2017). Ketika kepala sekolah memiliki kompetensi kewirausahaan yang kuat, mereka dapat membentuk budaya organisasi yang dinamis dan responsif terhadap perubahan, serta mendorong inovasi dalam pendidikan. Ini sesuai dengan prinsip-prinsip teori kelembagaan yang menekankan pada keberlanjutan, adaptabilitas, dan efektivitas organisasi.

Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah sebagai pimpinan menghasilkan nilai-nilai kerja keras, pantang menyerah, dan bertanggung jawab terhadap program yang direncanakan.

Pimpinan selalu memiliki terobosan dan solusi setiap ada permasalahan. Kepala sekolah menjalankan program sekolah adiwiyata, sekolah sehat, dan program lain yang mendukung SRA. Kompetensi kewirausahaan tersebut mendukung dimensi SRA kedua tentang pendidik dan tenaga kependidikan terlatih konvensi hak anak dan SRA. Program SRA tidak semata berpatokan pada aturan semata akan tetapi selalu menyesuaikan dengan keadaan di sekitar sekolah. Peserta didik yang terus berganti menyebabkan kepala sekolah memiliki tantangan yang berbeda. Dengan demikian kepala sekolah selalu memiliki ide dan gagasan yang inovatif.

Keberagaman warga sekolah membuat kebijakan yang dibuat oleh pimpinan disesuaikan dengan kebutuhan. Kepala sekolah tidak membuat program yang sama setiap tahun akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Kewirausahaan pemimpin melahirkan program yang bervariasi dan berpihak kepada kebutuhan anggotanya (Mahabbati et al., 2017).

Kompetensi kewirausahaan berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia adalah kemampuan merancang dan menerapkan kebijakan SDM inovatif, pemahaman mendalam tentang pengembangan SDM, kemampuan membangun budaya organisasi yang inovatif, dan keterampilan rekrutmen dan seleksi yang efektif. Kemampuan pimpinan dalam merancang dan menerapkan kebijakan SDM inovatif merupakan kemampuan pimpinan tentang bagaimana mengelola SDM yang mendukung visi dan misi organisasi. Kemampuan pimpinan dalam pemahaman mendalam tentang pengembangan SDM meliputi pentingnya pengembangan SDM dalam konteks perubahan yang cepat dan kompleks. Pimpinan dapat mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, pengembangan karir, dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi anggota tim (Awodiji & Naicker, 2023).

(16)

57

Kompetensi supervisi kepala sekolah sebagai pimpinan diperlukan untuk memastikan program SRA berjalan dengan baik. Supervisi kepala sekolah digunakan untuk melihat ketercapaian program. Kepala sekolah melakukan monitoring dan evaluasi dalam proses pembelajaran yang menyenangkan. Kompetensi supervisi tersebut mendukung dimensi SRA ketiga proses pembelajaran yang ramah anak. Supervisi juga digunakan untuk melihat dan mencermati kekuatan dan kelemahan dari program SRA. Kekuatan digunakan pimpinan untuk memberikan penguatan positif sedangkan kelemahan digunakan pimpinan untuk memberikan penguatan negatif. Dalam konteks teori kelembagaan, kompetensi supervisi pimpinan atau pemimpin organisasi sangat penting untuk membentuk dan memelihara budaya organisasi yang efektif dan adaptif. Supervisi yang baik membantu memastikan bahwa kebijakan dan prosedur organisasi diimplementasikan secara konsisten, serta mendukung pengembangan karyawan (Ahmed & Khan, 2023).

Kompetensi supervisi pimpinan berkaitan dengan keterampilan, pengetahuan dan perilaku pimpinan dalam melakukan pengawasan, bimbingan dan mengelola kinerja bawahannya. Supervisi melibatkan interaksi langsung antara pimpinan dan bawahan. Pimpinan bertanggung jawab memastikan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pimpinan juga memastikan memberikan dukungan serta pengembangan kepada karyawan (Xu et al., 2023). Pembinaan dan pengembangan karyawan dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan pengembangan karyawan, merencanakan pelatihan, dan memberikan dukungan kepada karyawan agar dapat mencapai potensi secara maksimal.

Kompetensi supervisi pimpinan dikaitkan dengan manajemen sumber daya manusia merupakan kemampuan pimpinan dalam memberikan umpan balik yang konstruktif, kemampuan mengelola kinerja, dan mengelola konflik. Kemampuan pimpinan dalam memberikan umpan balik yang konstruktif tercermin pada tindakan pimpinan yang memberikan umpan balik terkait kinerja bawahan. Pimpinan memberikan umpan balik dalam rangka pengembangan pribadi dan pencapaian tujuan organisasi (Jokinen et al., 2023).

Kemampuan pimpinan dalam mengelola kinerja merupakan kemampuan mengelola kinerja karyawan. Pimpinan menetapkan tujuan kinerja secara jelas dan memberikan dukungan untuk mencapainya serta mengatasi masalah kinerja yang terjadi. Kemampuan pimpinan dalam mengelola konflik dan masalah karyawan dilakukan dengan mengidentifikasi potensi konflik, melakukan mediasi perselisihan, dan menangani masalah karyawan secara adil. Integrasi kompetensi supervisi pimpinan memastikan bahwa pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi dilakukan secara efektif, adil dan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi.

(17)

58 4.2 Karakter dan Kompetensi Pendidik

Karakter pendidik sangat penting dalam mendukung terwujudnya SRA kategori maju.

SRA dapat terwujud dengan karakter pendidik yang kreatif. Pendidik yang kreatif merupakan karakter yang dimiliki oleh pendidik dalam mendukung SRA tanpa adanya perintah. Pendidik memiliki berbagai cara dan metode dalam penyelesaian masalah yang mengedepankan hak anak dan menghindarkan dari tindakan kekerasan. Kreativitas pendidik juga dilihat dari karakter untuk berusaha menyelesaikan masalah secara tuntas. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan B1 dan B2.

Informan B1 dan B2 mengemukakan bahwa:

“pendidik memiliki karakter kreatif dengan mendukung SRA tanpa adanya perintah dan penuh dengan kesadaran membantu permasalahan yang terjadi di sekolah atau di luar sekolah. Pendidik juga memiliki berbagai cara dan metode dalam penyelesaian masalah. Masalah diselesaikan sampai tuntas.”

Dari serangkaian pendapat informan, maka pendidik pada kategori maju memiliki karakter kreatif sangat mendukung SRA. Selain memiliki karakter kreatif, pendidik dalam upaya mendukung SRA juga memiliki karakter peduli. Pendidik dengan karakter peduli adalah pendidik yang senantiasa mengamati keadaan di sekolah. Apabila pendidik menjumpai hal yang tidak wajar, pendidik melakukan tindakan dengan segera dan tepat. Kepedulian juga ditunjukkan dengan menindaklanjuti segala laporan terkait dengan perundungan di sekolah atau di luar sekolah. Kepedulian pendidik mampu mencegah dan menanggulangi perundungan secara cepat dan mendukung terwujudnya SRA. Hal ini sesuai dengan pendapat informan B3.

Informan B3 mengemukakan bahwa:

“pendidik dalam mendukung SRA memiliki karakter peduli dengan keadaan sekitar.

Pendidik segera merespon apabila ada kejadian yang yang tidak wajar. Pendidik juga menindaklanjuti secara cepat ketika terdapat laporan terkait perundungan sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan secara baik. Pendidik bekerjasama dengan Pendidik bimbingan konseling untuk memanggil orang tua apabila terdapat kasus yang serius”.

Selain karakter peduli, pendidik dalam mewujudkan SRA kategori maju memiliki karakter tanggung jawab. Karakter tanggung jawab diwujudkan dengan karakter pendidik dalam menuntaskan segala permasalahan terkait SRA dengan melibatkan berbagai pihak.

Pendidik tidak pernah menyalahkan pihak lain apabila terjadi masalah, akan tetapi berupaya mencari solusi terbaik. Hal ini senada dengan wawancara kepada informan B2.

Informan B2 mengemukakan bahwa:

(18)

59

“pendidik bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. Pendidik senantiasa berupaya melakukan solusi terbaik tanpa menyalahkan pihak lain.”

Karakter pendidik yang lain adalah keteladanan. Keteladanan pendidik dalam mendukung SRA kategori maju adalah keteladanan dalam bertutur kata dan bersikap. Pendidik senantiasa bertutur kata yang baik dan berperilaku yang sopan. Pendidik mengamati bahwa keteladanan yang dilakukan mampu mempengaruhi peserta didik mengikuti hal-hal baik yang dilakukan oleh pendidik. Hal ini sesuai dengan wawancara kepada informan B1 dan B3.

Informan B1 dan B3 mengemukakan bahwa:

“peserta didik senantiasa meniru sikap dan tutur kata pendidik. Pendidik yang memiliki sikap dan tutur kata yang baik diikuti oleh peserta didik. Peserta didik merasa sungkan ketika sikap dan tutur kata yang disampaikan tidak baik.”

Karakter pendidik keteladanan mendukung SRA kategori maju karena keteladanan lebih baik daripada hanya sekedar ucapan. Keteladanan yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku berdampak sangat besar untuk pembentukan karakter peserta didik. Hal ini diperkuat oleh pendapat informan F.

Informan F menyampaikan bahwa:

“pembentukan karakter peserta didik dapat dilakukan melalui keteladanan dari pendidik. Keteladanan yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku baik memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk karakter peserta didik”.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa karakter pendidik dalam mewujudkan SRA kategori maju meliputi: kreatif, tanggung jawab, dan keteladanan. Ketiga karakter tersebut terbukti mampu mendukung terwujudnya SRA kategori maju.

Selain karakter pendidik dalam mewujudkan SRA kategori maju, terdapat kompetensi pendidik dalam mewujudkan SRA kategori maju. Pendidik memiliki kompetensi kepribadian.

Kompetensi kepribadian diwujudkan dalam kepribadian yang stabil dan mantap. Pendidik bertindak secara konsisten sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini sesuai dengan wawancara informan B2.

Informan B2 mengemukakan bahwa:

“Pendidik memiliki kompetensi kepribadian yang senantiasa patuh dan taat pada norma yang berlaku di masyarakat. Pendidik senantiasa menjadi sorotan semua orang.”

Informan B1 menambahkan bahwa pendidik juga memiliki karakter dengan kepribadian yang dewasa, arif, dan berwibawa. Kepribadian yang dewasa merupakan karakter pendidik yang senantiasa menampilkan sifat mandiri dan memiliki etos kerja yang tinggi.

(19)

60

Kepribadian yang arif merupakan karakter yang menampilkan tindakan berdasarkan kebermanfaatan terhadap peserta didik, sekolah dan masyarakat. Kepribadian yang berwibawa merupakan karakter pendidik yang memberikan pengaruh positif terhadap peserta didik dan disegani oleh peserta didik. Berikut pernyataan informan B3 yang menyampaikan bahwa:

“Pendidik memiliki karakter dewasa, arif dan berwibawa. Perwujudan dewasa dengan menampilkan kemandirian dan etos kerja tinggi. Karakter arif diwujudkan dalam tindakan yang menekankan kebermanfaatan bagi orang lain. Karakter berwibawa menitikberatkan pada pengaruh positif dan disegani peserta didik.”

Kompetensi kepribadian pendidik tercermin dengan memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik. Hal ini sesuai pendapat informan F.

Informan F menyampaikan bahwa:

“pendidik yang memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dapat mewujudkan SRA dengan lebih baik”.

Kompetensi pendidik dalam mewujudkan SRA kategori maju selain kompetensi kepribadian adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik pendidik merupakan kompetensi pendidik dalam memahami peserta didik secara mendalam. Pendidik juga dapat melakukan rancangan pembelajaran sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhan peserta didik.

Pendidik memiliki kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran, merancang dan mengevaluasi pembelajaran dan memfasilitasi peserta didik untuk terus mengembangkan potensi akademik dan nonakademik. Berikut pernyataan informan B1 yang menyampaikan bahwa:

“Pendidik memiliki kemampuan dalam memahami peserta didik secara mendalam.

Pendidik mampu membuat rancangan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang dan mengevaluasi pembelajaran serta memfasilitasi peserta didik untuk terus mengembangkan potensi akademik dan nonakademik sesuai dengan bakat dan minatnya”.

Kompetensi pendidik dalam mewujudkan SRA kategori maju selain kompetensi kepribadian dan pedagogik adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial pendidik merupakan kompetensi pendidik yang memiliki sikap inklusif, bertindak obyektif dan tidak melakukan diskriminasi terhadap peserta didik. Selain itu, pendidik memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang baik secara tulisan dan lisan. Kemampuan komunikasi yang sangat diperlukan untuk menghindari adanya kesalahpahaman antara pendidik dan orang tua atau pendidik dan peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat informan B3 yang menyampaikan bahwa:

“Pendidik dalam upaya mewujudkan SRA memiliki kemampuan sosial yaitu sikap inklusif, bertindak obyektif dan tidak melakukan diskriminasi terhadap peserta didik

(20)

61

dalam memahami peserta didik secara mendalam. Pendidik juga memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar tidak terjadi kesalahpahaman”.

Kompetensi pendidik yang lain dalam mewujudkan SRA kategori maju adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional pendidik meliputi penguasaan terhadap materi yang mendukung pembelajaran, penguasaan terhadap capaian pembelajaran, melakukan pengembangan materi dengan kreatif, melakukan pengembangan diri secara berkelanjutan dan menggunakan teknologi dalam berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat informan B2 yang menyampaikan bahwa:

“Pendidik dalam upaya mewujudkan SRA memiliki kemampuan profesional yaitu penguasaan materi dan capaian pembelajaran, melakukan pengembangan materi secara kreatif, melakukan pengembangan diri secara berkelanjutan, dan menggunakan teknologi dalam berkomunikasi”.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pendidik dalam mewujudkan SRA kategori maju meliputi: kompetensi kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi pendidik tersebut terbukti mendukung SRA kategori maju.

Dari serangkaian pendapat informan tentang karakter pendidik dalam mendukung SRA kategori maju, dapat disimpulkan tabel 6 berikut.

Tabel 6. Karakter Pendidik Mendukung SRA Kategori Maju

No. Karakter Keterangan

1. kreatif Melakukan berbagai upaya untuk pencegahan dan penanganan semua bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap peserta didik termasuk peningkatan kesadaran dan kampanye pendidikan kepada seluruh warga satuan pendidikan

2. peduli Melakukan pemantauan, pengawasan, dan tindakan atas pelaksanaan kebijakan pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap peserta didik

3. Tanggung jawab Pelaksanaan pembelajaran memperhatikan hak anak termasuk inklusif dan non diskriminasi serta dilakukan dengan cara yang menyenangkan

4. keteladanan Pembiasaan dalam pembelajaran untuk pembentukan perilaku positif

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

(21)

62

Karakter kreatif pendidik dapat memainkan peran penting dalam membentuk lingkungan yang mendukung pembelajaran kreatif. Karakter kreatif pendidik berkaitan dengan teori kelembagaan mencerminkan sejalan dengan prinsip-prinsip kelembagaan yang menekankan pada adaptabilitas, inovasi, dan orientasi pada hasil dalam konteks pendidikan.

Karakter kreatif pendidik ini tidak hanya menciptakan pengalaman pembelajaran yang menarik dan memotivasi, tetapi juga mendukung pencapaian tujuan organisasi pendidikan secara keseluruhan (Snorre et al., 2023). Dalam teori kelembagaan, pendidik kreatif dapat berperan penting dalam membentuk budaya organisasi yang responsif, inovatif, dan efektif terhadap perubahan dalam dunia pendidikan.

Karakter pendidik kreatif mendukung SRA dengan munculnya berbagai cara pendidik dalam menyelesaikan permasalahan terkait SRA. Pendidik melakukan berbagai upaya untuk pencegahan dan penanganan semua bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap peserta didik termasuk peningkatan kesadaran dan kampanye pendidikan kepada seluruh warga satuan pendidikan. Karakter kreatif tersebut mendukung dimensi SRA pertama tentang komitmen tertulis/kebijakan SRA. Pendidik semakin banyak memiliki strategi dengan beragamnya peserta didik dan permasalahannya. Permasalahan yang kompleks turut serta membentuk kemampuan pendidik dalam mencegah dan menanggulangi perundungan dalam mewujudkan SRA.

Karakter kreatif mendukung teori kelembagaan yang menyampaikan bahwa dalam mendukung organisasi yang dapat diterima oleh semua pihak dibutuhkan karakter kreatif dari semua anggota organisasi. Karakter kreatif mewujudkan tindakan dan hasil kerja yang berorientasi pada kebutuhan semua pihak (Somwethee et al., 2023).

Karakter kreatif pendidik memiliki keterkaitan dengan manajemen sumber daya manusia dalam konteks pendidikan. Pendidik yang kreatif memberikan kontribusi positif terhadap pengelolaan sumber daya manusia di lembaga pendidikan. Pendidik kreatif menciptakan metode inovatif untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan pendidik dan staf pendukung. Mereka merancang program pelatihan yang memotivasi dan membangun kreativitas staf pendidikan. Pendidik yang kreatif juga berperan dalam proses pemilihan dan penempatan sumber daya manusia yang tepat di lembaga pendidikan. Mereka memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi bakat-bakat unik dan kebutuhan individual peserta didik (Taylor et al., 2023).

Teori kelembagaan dalam konteks pendidikan dapat mencakup berbagai aspek, termasuk struktur, norma, nilai-nilai, dan interaksi di dalam lembaga pendidikan. Karakter peduli pendidik dapat berperan penting dalam memahami dan membangun lembaga pendidikan yang efektif (Slaughter et al., 2024). Karakter peduli pendidik melibatkan sikap dan perilaku

(22)

63

guru atau pendidik terhadap murid dan lingkungan sekolah. Karakter peduli pendidik yang menggabungkan aspek-aspek ini dapat membantu menciptakan kelembagaan pendidikan yang berfokus pada pengembangan holistik peserta didik dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Karakter peduli pendidik membantu pencegahan dan penanggulangan perundungan menjadi lebih cepat. Pendidik melakukan pemantauan, pengawasan, dan tindakan atas pelaksanaan kebijakan pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap peserta didik. Karakter peduli tersebut mendukung dimensi SRA pertama tentang komitmen tertulis/kebijakan SRA.

Pendidik senantiasa mengamati perilaku peserta didik yang tidak seperti biasanya. Perilaku peserta didik yang berbeda dari biasanya rentan akibat dari adanya perundungan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ozer & Escartin (2023) yang menyampaikan bahwa kepedulian pendidik dapat mencegah terjadinya tindakan perundungan.

Karakter peduli pendidik memiliki keterkaitan dengan manajemen sumber daya manusia yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan staf, motivasi dan membangun budaya organisasi yang positif. Kepedulian dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung perkembangan individu dan pencapaian tujuan organisasi. Pendidik yang peduli dapat memberdayakan dan mendukung pendidik lain. Mereka memberikan tanggung jawab dan memberikan ruang bagi ide dan kontribusi pendidik lain. Pendidik peduli mendukung pemecahan masalah dan manajemen konflik (Taylor et al., 2023). Mereka memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan keadilan.

Karakter tanggung jawab seorang pendidik dalam SRA memastikan program SRA dapat diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Pendidik mendukung SRA dalam pelaksanaan pembelajaran memperhatikan hak anak termasuk inklusif dan nondiskriminasi serta dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Karakter tanggung jawab tersebut mendukung dimensi SRA ketiga tentang proses pembelajaran yang ramah anak.

Pendidik juga ikut serta dalam melakukan pengawalan dan pendampingan program SRA dengan baik. Pendidik mempengaruhi karakter pendidik dan peserta didik dengan menunjukkan tanggung jawab yang tinggi terhadap program SRA. Karakter tanggung jawab pendidik yang diintegrasikan dengan teori kelembagaan dapat menciptakan lembaga pendidikan yang efektif, berpusat pada siswa, dan responsif terhadap perubahan dalam konteks pendidikan (Jones, 2022).

Karakter tanggung jawab pendidik meliputi komitmen terhadap pembelajaran peserta didik, pengembangan rencana pembelajaran yang efektif, dan mengevaluasi kinerja peserta didik. Komitmen terhadap pembelajaran peserta didik merupakan kepedulian dan dedikasi

(23)

64

pendidik dalam membantu peserta didik mencapai potensinya (Sharma et al., 2023).

Pengembangan rencana pembelajaran yang efektif merupakan kegiatan pendidik dalam merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan peserta didik. Pendidik menyesuaikan rencana pembelajaran sesuai dengan hasil evaluasi dan umpan balik. Mengevaluasi kinerja peserta didik merupakan pemberian umpan balik yang konstruktif dan memberikan dukungan untuk pengembangan perilaku dan perkembangan akademik peserta didik.

Karakter tanggung jawab pendidik berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia dalam pengembangan profesional, pengelolaan kinerja, partisipasi dalam menyusun kebijakan, dan mendukung pengembangan karir. Pendidik dalam pengembangan profesional aktif dalam menyediakan waktu dan mencari informasi tentang pelatihan dan pengembangan profesional (Sapkota et al., 2023). Pendidik memiliki keterampilan sesuai dengan perkembangan baru.

Pendidik dalam pengelolaan kinerja mampu memberikan umpan balik kepada pimpinan atau temannya untuk memahami kekuatan dan kelemahan. Hal ini membantu pendidik dalam pengembangan kinerja menjadi lebih baik. Pendidik ikut berpartisipasi dalam kebijakan di lembaga pendidikan. Mereka memastikan kebijakan yang dilakukan oleh institusi mendukung pertumbuhan profesional pendidik dan meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidik juga turut mendukung dalam pengembangan karir. Mereka membantu pendidik lain untuk merencanakan dan mengembangkan karir mereka dengan menyediakan dukungan, arahan, dan peluang pengembangan.

Karakter keteladanan pendidik memiliki keterkaitan yang penting dengan teori kelembagaan dalam pendidikan. Teori kelembagaan menitikberatkan pada struktur, norma, nilai-nilai, dan interaksi di dalam lembaga pendidikan. Keteladanan pendidik berkontribusi dalam membentuk budaya dan atmosfer di dalam lembaga tersebut (Batista, 2023). Dengan demikian, karakter keteladanan pendidik dapat membentuk, memelihara, dan meningkatkan kelembagaan pendidikan. Keterkaitan ini menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa, serta memperkuat tujuan dan nilai-nilai lembaga pendidikan. Karakter keteladanan yang mempraktikkan perilaku positif dapat mendorong orang lain untuk melakukan hal serupa. Pendidik yang memiliki keteladanan baik dapat mempengaruhi perilaku peserta didik untuk memiliki karakter yang baik. Pendidik yang memiliki keteladanan baik menjadi model efektif dalam mempengaruhi perilaku pendidik lain dan peserta didik.

Karakter keteladanan seorang pendidik ditunjukkan tindakan selama proses pembelajaran yang dapat ditiru oleh peserta didik. Pendidik melakukan pembiasaan dalam

(24)

65

pembelajaran untuk pembentukan perilaku positif. Karakter keteladanan tersebut mendukung dimensi SRA ketiga tentang proses pembelajaran yang ramah anak. Pendidik memberikan tindakan dan praktik baik yang mendukung SRA dalam proses pembelajaran. Peserta didik memiliki perasaan yang tidak nyaman apabila melakukan pelanggaran karena segan dengan keteladanan yang dilakukan pendidik. Dengan demikian pendidik memiliki kendali dalam mewujudkan perilaku peserta didik. Hal ini memperkuat pendapat Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2015) bahwa keteladanan mempengaruhi perilaku orang lain untuk mengikuti.

Karakter keteladanan sangat relevan dalam konteks manajemen sumber daya manusia.

Pendidik sebagai anggota organisasi yang memiliki keteladanan memiliki peran penting dalam membentuk budaya organisasi, memotivasi anggota organisasi lain, dan meningkatkan produktivitas (Batool et al., 2023). Pendidik menunjukkan integritas, tanggung jawab, dan nilai- nilai etis untuk membantu membentuk budaya untuk bekerja keras, berkolaborasi, dan berkontribusi secara positif. Pendidik lain dan peserta didik yang melihat adanya karakter keteladanan cenderung termotivasi dan terinspirasi untuk melakukan yang terbaik. Keteladanan juga menciptakan lingkungan organisasi untuk mengembangkan keterampilan dan potensi anggota organisasi. Keteladanan mampu menangani dan mengelola konflik dengan bijaksana dan adil.

Dari serangkaian pendapat informan tentang kompetensi pendidik dalam mendukung SRA kategori maju, dapat disimpulkan tabel 7 berikut.

Tabel 7. Kompetensi Pendidik Mendukung SRA Kategori Maju

No. Kompetensi Keterangan

1. kepribadian Keteladanan dalam proses pembelajaran dalam rangka membentuk perilaku positif

2. pedagogik Integrasi pembelajaran dengan kesehatan dan program satuan pendidikan aman bencana

3. sosial Kemampuan berkomunikasi dengan orang tua, alumni, dan organisasi kemasyarakatan dalam pelaksanaan SRA

4. profesional Melaksanakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan bakat dan minat peserta didik

Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Kompetensi kepribadian pendidik menjadi hal yang mendasar bagi seorang pendidik.

Peserta didik menjadikan pendidik sebagai panutan. Keteladanan pendidik dalam proses pembelajaran dalam rangka membentuk perilaku positif. Kompetensi kepribadian tersebut

(25)

66

mendukung dimensi SRA ketiga tentang proses pembelajaran yang ramah anak. Pendidik yang memiliki kepribadian baik mempengaruhi pembentukan kepribadian peserta didik menjadi lebih baik. Pribadi pendidik yang baik ditiru oleh peserta didik. Hal ini menguatkan teori kelembagaan bahwa semua orang dalam sebuah lembaga melakukan pengamatan terhadap perilaku orang lain. Jika yang diamati adalah orang yang lebih tinggi dan memiliki kekuasaan sangat berpengaruh pada perubahan perilaku bawahannya (Jame et al., 2022).

Kompetensi kepribadian pendidik merupakan kompetensi yang menciptakan pengalaman pembelajaran yang positif dan membangun hubungan yang baik dengan peserta didik. Kompetensi kepribadian pendidik meliputi: empati, keterbukaan, integritas, kesabaran dan motivasi. Pendidik yang memiliki empati mampu memahami dan merasakan perasaaan dan kebutuhan peserta didik (Koslouski et al., 2023). Pendidik dapat memiliki hubungan yang baik dengan peserta didik dan mampu mendukung perkembangan emosional peserta didik. Pendidik yang memiliki keterbukaan berarti mampu menerima segala perbedaan dari segi budaya, latar belakang, dan kecerdasan. Pendidik fleksibel dan mudah beradaptasi dengan kebutuhan beragam peserta didik. Pendidik yang berintegritas merupakan pendidik yang senantiasa menjunjung tinggi integritas dan etika profesi. Integritas meliputi: kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kesabaran pendidik merupakan kemampuan pendidik dalam memberikan dukungan kepada peserta didik untuk mengatasi kesulitan secara terus menerus. Motivasi pendidik merupakan kemampuan pendidik dalam memberikan motivasi kepada peserta didik. Motivasi peserta didik merupakan kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Kompetensi kepribadian pendidik berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif, mendukung pertumbuhan staf, dan mengelola sumber daya manusia secara efektif. Pendidik yang memiliki kompetensi kepribadian memiliki kemampuan memahami dan merasakan perasaan orang lain. Pendidik memahami kebutuhan dan tantangan staf pengajar, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan, dan menanggapi kebutuhan karyawan secara positif. Kemampuan pendidik yang fleksibel dan adaptif dapat mengelola perubahan dan menyesuaikan strategi manajemen sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan yang berkembang (Mahdavi et al., 2023).

Kompetensi pedagogik adalah salah satu dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Kompetensi pedagogik mencakup kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengembangkan pembelajaran. Berkaitan dengan teori kelembagaan, kompetensi pedagogik seorang pendidik mencakup pemahaman dan kemampuan untuk beradaptasi dengan konteks kelembagaan tempat mereka mengajar (Connor

(26)

67

et al., 2023). Dengan mengintegrasikan teori kelembagaan ke dalam praktik pengajaran, pendidik dapat memastikan bahwa peserta didik memenuhi tuntutan dan dinamika khusus di lembaga pendidikan tersebut.

Kompetensi pedagogik pendidik ditunjukkan kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran. Pendidik mampu mengintegrasikan pembelajaran dengan kesehatan dan program satuan pendidikan aman bencana. Kompetensi pedagogik tersebut mendukung dimensi SRA ketiga tentang proses pembelajaran yang ramah anak. Interaksi pendidik dan peserta didik di dalam dan di luar kelas memberikan pengaruh positif terhadap karakter peserta didik. Peserta didik lebih patuh dengan pendidik daripada orang tuanya dengan kompetensi pedagogik pendidik yang baik. Hal ini melengkapi pendapat (Jame et al., 2022) yang menyampaikan bahwa perilaku seseorang dapat diubah dengan memberikan perhatian yang lebih. Perhatian yang lebih dan tepat pada kebutuhan peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik dari pendidik.

Kompetensi pedagogik pendidik berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia dalam perencanaan pembelajaran dan pengembangan sumber daya manusia. Identifikasi kebutuhan pengembangan pendidik dan staf pendidik melalui pelatihan dan pengembangan agar perencanaan yang dibuat pendidik dapat melayani kebutuhan peserta didik secara tepat.

Pendidik menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran yang kondusif diperoleh dengan manajemen sumber daya manusia yaitu membangun kerjasama tim antar pendidik dan mengelola konflik yang terjadi (Duvivier et al., 2022). Pendidik melakukan penilaian hasil belajar peserta didik dan menyusun strategi perbaikan. Pendidik dalam manajemen sumber daya manusia melakukan evaluasi kinerja dan merancang program peningkatan kinerja.

Kompetensi sosial pendidik yang berkaitan dengan teori kelembagaan mencakup kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan berbagai pihak di dalam dan di sekitar lingkungan pendidikan. Dalam konteks teori kelembagaan, kompetensi sosial pendidik membantu mereka beradaptasi dengan dinamika kelembagaan, membangun hubungan yang positif dengan berbagai stakeholder, dan mendukung pembentukan iklim pendidikan yang inklusif (Wagsas & Nagel, 2023). Kompetensi sosial pendidik yang baik sangat penting untuk menciptakan iklim kelembagaan yang positif, inklusif, dan mendukung pertumbuhan holistik peserta didik. Dengan memahami dan menerapkan konsep-konsep teori kelembagaan, pendidik dapat memperkuat hubungan mereka dengan berbagai pihak dan meningkatkan efektivitas pengajaran.

(27)

68

Kompetensi sosial pendidik menciptakan hubungan yang harmonis dengan peserta didik. Kompetensi sosial pendidik juga memotivasi peserta didik untuk turut serta secara langsung dalam berbagai program SRA. Pendidik memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang tua, alumni, dan organisasi kemasyarakatan dalam pelaksanaan SRA. Kompetensi sosial tersebut mendukung dimensi SRA keenam tentang partisipasi orang tua, alumni, ormas, dan dunia usaha. Dukungan dan keikutsertaan warga sekolah dan di luar warga sekolah dapat mendukung terwujudnya SRA. Karakter sosial meminimalkan terjadinya konflik antara pendidik dengan peserta didik dan pendidik dengan warga di luar sekolah. Hal ini melengkapi paparan Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2015) yang menyampaikan bahwa kompetensi sosial mempengaruhi perilaku seseorang menjadi lebih baik. Perilaku baik dari semua warga sekolah dan warga luar sekolah mendukung SRA.

Kompetensi sosial pendidik berkaitan dengan sumber daya manusia dalam komunikasi efektif, pengelolaan konflik, dan kemampuan membangun hubungan. Komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam mengelola sumber daya manusia. Pendidik yang memiliki kemampuan komunikasi efektif dapat membangun hubungan yang positif dan produktif dengan semua pihak dalam proses pendidikan. Pendidik dalam pengelolaan konflik mampu mengelola konflik yang muncul di antara pendidik, peserta didik dan staf pendidik lainnya. Pendidik yang memiliki pengelolaan konflik yang baik dapat menciptakan lingkungan kerja yang harmonis (Xia & Yang, 2023). Pendidik yang memiliki keterampilan dalam membangun hubungan dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan setiap anggota tim.

Kompetensi pendidik terakhir adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional dalam kemampuan menyampaikan materi yang dapat digunakan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan nyata. Kompetensi profesional diwujudkan dengan melaksanakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan bakat dan minat peserta didik.

Kompetensi profesional tersebut mendukung dimensi SRA ketiga tentang proses pembelajaran yang ramah anak. Kompetensi profesional tidak hanya melakukan transfer pengetahuan saja, akan tetapi melakukan penguatan kepada peserta didik bagaimana pengetahuan yang diperoleh bermanfaat untuk orang lain. Kompetensi profesional mendukung teori kelembagaan yang menyampaikan bahwa dalam organisasi dibutuhkan kompetensi profesional agar semua kebijakan tidak hanya didasarkan kepada asumsi akan tetapi berdasarkan data yang akurat.

Berdasarkan teori kelembagaan, keberlanjutan organisasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan profesional anggota organisasi (Quaglio et al., 2023).

Gambar

Tabel  4. Karakter Kepala Sekolah Mendukung SRA Kategori Maju
Tabel  5. Kompetensi Kepala Sekolah Mendukung SRA Kategori Maju
Tabel  7. Kompetensi Pendidik Mendukung SRA Kategori Maju
Tabel  8. Karakter Peserta Didik Mendukung SRA Kategori Maju
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah terkait dengan konteks (context) program DAK menunjukkan bahwa kebutuhan sarana dan

Tabel 3.3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan Program Kemitraan Sekolah dengan Komunitas Eksternal Tahapan Kegiatan Subyek Teknik Pengump ulan Data Instrum en Teknik

EVALUASI KEBIJAKAN ASESMEN NASIONAL PADA JENJANG SEKOLAH DASAR DI KOTA MAGELANG Oleh: DI OHANES RICHI CHRISTIAN PLENDEN 942021002 PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Dwi Setiyanti Nomor Induk Mahasiswa : 942019702 Program Studi : Magister Administrasi

vi PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Nur Wakhidah NIM : 942021025 Program Studi : Magister Administrasi Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pelanggaran Lalu Lintas Kendaraan Roda Dua Yang Dilakukan Oleh Siswa Sekolah Menengah Pertama, Studi Kasus Pada Wilayah POLRES Kabupaten Tabanan, Di Kota Tabanan.. Jurnal pendidikan

EVALUASI KINERJA SISTEM PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN APLIKASI INLISLite 3.2 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI STT SANGKAKALA DENGAN TASK TECHNOLOGY FIT Artikel Ilmiah Diajukan kepada PROGRAM