PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN MASALAH
MANFAAT PENELITIAN
LANDASAN TEORI
TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Pengendalian Resiko Usaha Pedagang Ikan Basah di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat Menurut Islamic Economic Review. Pada penelitian ini ditemukan bahwa resiko yang terjadi pada pedagang ikan basah di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Sungai Beremas adalah resiko tidak terjual, resiko ikan mudah busuk, resiko kelangkaan ikan, resiko faktor cuaca, resiko ikan menjadi langka. Ada tiga tahapan dalam manajemen risiko yang dilakukan pedagang ikan basah, yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan pengendalian risiko.
Pengelolaan yang dilakukan pedagang sudah cukup baik dan sejalan dengan ekonomi Islam, namun ada juga yang tidak sejalan dengan ajaran Islam karena ada unsur menipu dan merugikan orang lain. Pada penelitian ini diketahui bahwa pengendalian risiko yang dilakukan oleh usaha Keripik Singkong XYZ adalah risiko pada tahap input (bahan baku), pengendalian risiko dilakukan dengan cara pemilihan singkong. klasifikasi bahan baku), menjaga kemurnian bahan baku dan melaksanakan produksi hanya sesuai pesanan pelanggan. Risiko pada tahap produksi, pengendalian risiko dilakukan dengan menggunakan alat pemotong yang bersih dan dapat bekerja dengan baik serta dengan melakukan pengecekan produk secara visual.
Risiko pada tahap output Pengelolaan risiko dilakukan dengan menggunakan bahan baku (singkong) yang berkualitas, serta proses pencacahan dan penggorengan harus dilakukan dengan benar.
METODOLOGI PENELITIAN
- LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
- DATA DAN SUMBER DATA
- METODE PENGUMPULAN DATA
- TEKNIK ANALISIS DATA
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi secara langsung dengan pemilik usaha pemarut kelapa. Wawancara dilakukan dengan pemilik usaha pemarut kelapa untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian kualitatif ini. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi spesifik mengenai manajemen risiko pada sektor pemarut kelapa.
Pemilik sebelumnya memanfaatkan gedung tersebut untuk membuka usaha kelapa parut yang kemudian dikembangkan oleh Ahen. Usaha penggilingan kelapa ini sangat mudah ditemukan karena dekat dengan rumah penduduk dan dekat jalan beraspal. Kemudian usaha kelapa parut ini diserahkan kepada Ahen untuk dikelola pada tahun berjalan.
Pengelolaan risiko yang dilakukan Ahen sebagai pelaku di bidang pemarut kelapa dilakukan dengan melakukan pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalkan), yaitu meminimalkan risiko dengan upaya meminimalkan kerugian. Berikut manajemen risiko yang dilakukan pelaku usaha parutan kelapa terkait risiko yang dihadapi. Resiko yang dihadapi oleh perusahaan pemarut kelapa pada tahap bahan baku (kelapa) adalah bahan bakunya mudah busuk dan harga bahan bakunya tidak menentu.
Karena adanya risiko harga bahan baku yang tidak menentu, para pelaku usaha parut kelapa tidak dapat mengendalikan risiko tersebut karena harga bahan baku (kelapa) ditentukan oleh pasar. 2) Resiko pada proses (pengolahan bahan baku santan). Sementara karena risiko semakin banyaknya pesaing, para pelaku usaha abon kelapa mengendalikan risiko dengan memberikan diskon jika sudah berlangganan dan menjaga kualitas bahan baku. Resiko bagi operator yang memarut kelapa pada mesin (proses pengolahan bahan baku menggunakan mesin) adalah mesin yang digunakan tiba-tiba rusak atau bahan bakarnya rusak.
Akibat risiko harga bahan baku yang tidak menentu, pelaku usaha abon kelapa tidak dapat mengelola risiko tersebut karena harga bahan baku (kelapa) ditentukan oleh pasar. 2) Resiko pada proses (pengolahan bahan mentah menjadi santan). Resiko yang dihadapi oleh pelaku usaha kelapa parut pada tahap proses (pengolahan bahan mentah menjadi santan) adalah santan mudah rusak dan banyak pesaing dalam pembuatan santan. Resiko yang dihadapi oleh pelaku usaha yang menggunakan parutan kelapa pada mesin (proses pengolahan bahan baku menggunakan mesin) adalah mesin yang digunakan tiba-tiba rusak atau kehabisan bensin.
GAMBARAN UMUM USAHA
TUGAS ATAU PEKERJAAN PADA USAHA PARUT KELAPA
Nah, dapat kami sebutkan beberapa tugas pemilik usaha ini yaitu mulai dari menggiling buah kelapa dengan mesin, kemudian memeras buah kelapa dengan mesin dan mengupas tempurung kelapa. Mengelola keuangan mulai dari kelapa masuk dan keluar yang diperjualbelikan, biaya listrik, biaya air, sewa tempat, biaya mesin dan lain sebagainya merupakan tugas dari pemilik usaha yang mengelolanya. Karyawannya hanya ada satu orang dan tugas karyawan tersebut adalah membantu tugas yang sudah ditentukan oleh pemilik usaha yaitu menggiling kelapa, memeras, mengupas kelapa dan membantu menyajikannya kepada pembeli.
IDENTITAS PEMILIK USAHA
Hasil analisis penelitian ini merupakan hasil penelitian lapangan atau observasi yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara kepada pemilik usaha parut kelapa. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pelaku usaha pencacahan kelapa menghadapi risiko mulai dari risiko rendah hingga risiko cukup tinggi dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan pengukuran risiko terhadap peluang terjadinya risiko, maka risiko yang paling tinggi pada usaha kelapa parut adalah risiko pada saat kelapa dibeli namun terdapat pembusukan dan risiko yang paling rendah adalah adanya pesaing, sehingga diperlukan alternatif strategi untuk mengelolanya. risiko untuk dikurangi.
Resiko bahan baku mudah rusak ini ditanggung pembeli bila membeli dari penjual kelapa, sedangkan harga bahan baku (kelapa) tidak menentu yang bisa terjadi seminggu sekali dalam produksi. 700 hingga 800 butir kelapa dan total kerusakan atau pembusukan yang terjadi pada bahan baku (kelapa) adalah 70 hingga 80 butir kelapa dalam pembelian. Pengelola perusahaan parutan kelapa mengendalikan resiko bahan baku mudah rusak dengan melakukan pemilihan kelapa (penyortiran bahan baku), yaitu hanya kelapa yang berkualitas baik yang digunakan dalam produksi kelapa parut dan peras, agar tetap terjaga.
Resiko yang dihadapi oleh para pengusaha industri parutan kelapa pada tahap proses (pengolahan bahan baku menjadi santan) adalah santan parut menjadi basi jika tidak dikonsumsi secepatnya dan banyaknya pesaing dalam produksi santan. . Resiko pengolahan santan menjadi bahan mentah yang busuk (kelapa) mempunyai peluang terjadinya sebesar 40%, resiko terjadinya santan dalam waktu lama pada saat pesanan pembeli mempunyai peluang terjadinya sebesar 10% dan resiko terjadinya peningkatan jumlah pesaing memiliki peluang 50% untuk terjadi di pasar. Pelaku usaha kelapa parut melakukan pengendalian risiko terhadap risiko produk yang cepat kadaluarsa, pelaku usaha kelapa parut melakukan pengendalian risiko dengan memproduksi sesuai pesanan pembeli.
Pelaku usaha pemarut kelapa melakukan pengendalian risiko terhadap risiko kerusakan mesin atau kehabisan bahan bakar dengan cara melakukan pengecekan secara teliti sebelum melakukan proses penghancuran kelapa yang akan digunakan dan pengisian bahan bakar dengan bensin agar dapat menggiling kelapa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengendalian risiko yang dilakukan oleh pelaku usaha abon kelapa adalah pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalkan), yaitu minimalisasi risiko dengan melakukan upaya meminimalkan kerugian. . 1) Resiko terhadap bahan baku (kelapa). Resiko pada bahan baku (kelapa) adalah bahan baku mudah busuk dan harga bahan baku tidak menentu.
Pengendalian resiko bahan baku mudah rusak dilakukan dengan cara pemilihan buah kelapa (pemilahan bahan baku), menjaga kebersihan bahan baku dan memproduksi hanya sesuai pesanan konsumen. Pengendalian risiko pada proses pengolahan santan kelapa yang mudah rusak ini dilakukan dengan cara memarut dan memeras sesuai dengan pesanan pembeli dan dengan adanya risiko semakin banyaknya pesaing disekitarnya maka pelaku usaha parutan kelapa melakukan pengendalian risiko dengan memberikan potongan harga jika berlangganan dan tetap menjaga kualitas bahan baku. Pelaku usaha pemarut kelapa melakukan pengendalian risiko terhadap risiko mesin rusak atau kehabisan bahan bakar dengan melakukan pemeriksaan atau pengecekan secara teliti sebelum proses pengepresan kelapa yang akan digunakan dilakukan.
Pelaku usaha hendaknya memperhatikan bahan baku (kelapa) dengan jumlah, kualitas dan mutu yang terbaik, agar resiko terhadap produk kelapa parut tidak terlalu besar. Karena resiko terbesarnya adalah produk bahan baku (kelapa) menjadi busuk jika dibeli di pasar dan ada pesaing disekitarnya, maka sebaiknya pelaku usaha memberikan potongan harga kepada pelanggan tetap agar tidak berpindah ke pesaing lain.
Kelapa