PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Nilai-nilai karakter dan perilaku santun yang diajarkan di madrasah belum sepenuhnya diterapkan oleh siswa. Masih terdapat siswa yang tidak tersenyum, menyapa, dan berjabat tangan saat bertemu guru di madrasah. Masih ada siswi yang mengenakan seragam sekolah yang cukup ketat untuk membentuk tubuhnya, meski mengenakan rok panjang.
Saat guru sedang menjelaskan pelajaran, masih ada siswa yang lebih asyik bercerita dengan berbisik-bisik kepada teman sekelasnya, sehingga tidak memperhatikan materi yang dijelaskan guru.
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
LANDASAN TEORI
Guru/Pendidik
Pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai keahlian untuk melakukan kegiatan atau bekerja sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang tertentu belum bisa disebut guru.15 Untuk menjadi seorang guru diperlukan persyaratan khusus, terutama sebagai guru profesional yang harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta berbagai ilmu lain yang harus dipupuk dan dikembangkan. melalui periode pendidikan tertentu atau pendidikan pra-sekolah. Untuk menjadi seorang guru diperlukan persyaratan khusus, terutama sebagai guru profesional yang harus benar-benar menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta berbagai ilmu lainnya, yang harus dibina dan dikembangkan melalui pendidikan atau pendidikan pra sekolah tertentu.
Mengembangkan kepribadian: bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila, dan mengembangkan sifat-sifat terpuji yang diperlukan untuk jabatan guru.
Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan dan hasil pendidikan di sekolah yang berujung pada tercapainya pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan ilmunya, mengkaji dan mewujudkan nilai-nilai budi pekerti dan akhlak mulia agar terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkat institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang mendasari perilaku, tradisi, kebiasaan, kehidupan sehari-hari dan simbol-simbol yang dianut oleh seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah.
Ramli seperti dikutip Sri Haryati menjelaskan, pendidikan karakter mempunyai hakikat dan makna yang sama dengan pendidikan akhlak dan pendidikan akhlak. Oleh karena itu hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai-nilai luhur yang timbul dari kebudayaan. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi individu yang positif, berakhlak mulia, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab.
Dalam konteks kehidupan, pendidikan karakter merupakan upaya sadar untuk membentuk peserta didik menjadi individu yang positif dan berakhlak mulia sesuai standar kompetensi lulusan agar dapat diterapkan dalam kehidupan. Lebih lanjut Syarkawi menjelaskan, seperti dikutip Sri Haryati, tujuan pendidikan karakter adalah untuk mendorong kelahiran. Ketika mereka tumbuh dalam karakter yang baik, mereka akan tumbuh dengan kemampuan dan komitmen untuk melakukan yang terbaik dan melakukan semua yang benar, dan mereka cenderung memiliki tujuan hidup.
Untuk itu karakter yang berkualitas hendaknya dibentuk dan dipupuk sedini mungkin, karena jika gagal menanamkan karakter pada anak maka akan terbentuk kepribadian yang bermasalah di masa dewasanya. Tentunya dari pendidikan karakter yang digalakkan di setiap negara khususnya Indonesia, harus muncul keteguhan dan kejelasan mengenai nilai-nilai atau karakter yang harus dimiliki setiap siswa.
Karakter Rasa Hormat (Respect)
Berdasarkan pendapat di atas, hormat dapat diartikan sebagai tindakan memperlakukan orang lain dengan hormat dan menghargai dengan mengikuti aturan, bersikap toleran, menggunakan bahasa yang sopan, peduli dan tidak mengancam atau menyakiti siapapun. Menurut Mu'in seperti dikutip Diantini Nur Faridah, rasa hormat bisa ditunjukkan kepada orang lain yang tingkat kedekatannya berbeda-beda. 35 Diantini Nur Faridah, Efektivitas Teknik Modeling Melalui Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Karakter Hormat Siswa (Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Bandung Tahun Ajaran Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 05, No h. 53 .
Otonomi merupakan hasil pilihan dan harus ada alasannya, tidak bisa membuat orang lain bergantung dan memaksa orang lain seperti yang diharapkan. Tesis disusun oleh Khabib Ashidiq, dengan judul: “Implementasi pendidikan karakter religius pada siswa MTs Ma’arif Minhajut Tholabah Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga”. Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Hasil penelitian ini, secara khusus: bahwa pelaksanaan pendidikan agama pada siswa MT Ma’arif Minhajut Tholabah dilaksanakan dengan program pengembangan diri yang terdiri dari kegiatan rutin di madrasah termasuk kegiatan rutin sehari-hari (berjabat tangan dengan
38 Khabib Ashidiq, Implementasi Pendidikan Karakter Religius Siswa MTs Ma'arif Minhajut Tholabah Kembangan Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, 2017. 39 Alik Ansori, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Keagamaan di SD Islam Terpadu Harapan Umat Kembaran Kabupaten Purbalingga, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Nasional (IAIN) Purwokerto, 2017 1 Khabib Ashidiq , 2017 , Judul : “Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Beragama di MTs Ma'arif Minhajut Tholabah Kembangan Kecamatan Bukateja Kab.
Implementasi pendidikan karakter religius siswa MTs Ma'arif Minhajut Tholabah dilaksanakan dengan program pengembangan diri yang terdiri dari kegiatan rutin, meliputi kegiatan rutin sehari-hari, kegiatan rutin. Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai agama di SDIT Harapan Umat Kembaran secara umum dilaksanakan secara maksimal setiap tahunnya.
Kerangka Berpikir
Upaya guru dalam membentuk karakter disiplin siswa di MI Nurul Huda adalah dengan menggunakan metode pembiasaan, keteladanan, wacana dan simulasi.
METODE PENELITIAN
- Setting Penelitian
- Informan Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Keabsahan Data
- Teknik Analisis Data
Peneliti bertanya kepada kepala sekolah dan guru kelas V MI Nurul Huda Kota Bengkulu tentang kendala yang dihadapi guru dalam memimpin dan menumbuhkan karakter hormat. Judul Skripsi: Upaya Guru Membimbing dan Membiasakan Karakter Hormat (Respect) Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kota Bengkulu.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Temuan Khusus Penelitian
- Upaya guru dalam membimbing dan membiasakan karakter
- Hambatan yang dihadapi guru dalam membimbing dan
Upaya guru dalam membimbing dan membiasakan siswa pada karakter hormat (respect). Menghargai (respect) terhadap siswa. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru dalam membimbing dan membiasakan karakter hormat pada siswa kelas V MI Nurul Huda Kota Bengkulu. Untuk itu peneliti melakukan wawancara kepada informan yaitu kepala sekolah dan 2 (dua) orang guru Kelas V MI Nurul Huda Kota Bengkulu.
Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap cara guru memberikan keteladanan yang baik untuk membentuk karakter menghargai siswa memang benar digunakan oleh guru, misalnya pada saat guru bertemu dengan siswa, namun siswa tidak. menyapa, kemudian guru memberi salam kepada siswa sebelumnya. Seperti yang dilakukan di MI Nurul Huda di Bengkulu, para guru selalu menegur dan memperingatkan siswanya jika berperilaku tidak baik dalam hal menghormati siswa. Penghargaan terhadap perilaku siswa yang baik di MI Nurul Huda Kota Bengkulu berbentuk pujian.
Dari hasil pengamatan penulis terhadap cara guru dalam memberikan hukuman yang bertujuan untuk membentuk karakter menghargai siswa, sudah tepat jika digunakan oleh guru, karena ada siswa yang melanggar peraturan, salah satu bentuknya Hukumannya bisa berupa membuang sampah dan menyapu halaman. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti menanyakan kepada guru kelas VA MI Nurul Huda di Kota Bengkulu tentang cara yang dilakukan guru tersebut. Kendala yang dihadapi guru dalam membimbing dan mensosialisasikan sifat menghargai siswa Sifat menghargai siswa.
Peneliti bertanya kepada kepala sekolah dan guru Kelas V MI Nurul Huda Kota Bengkulu tentang kendala yang dihadapi guru dalam membimbing dan membiasakan siswa dengan karakter hormat. Peneliti juga telah melakukan observasi terhadap kendala-kendala yang dihadapi guru dalam membimbing dan membiasakan siswa berkarakter respek.
Pembahasan Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi guru dalam membimbing dan membiasakan karakter hormat pada siswa kelas V MI Nurul Huda Kota Bengkulu adalah sebagai berikut: a) Karakter siswa berbeda-beda . Artinya, setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda, unik dan memerlukan penangan yang berbeda pula; b) Adanya perkembangan teknologi yaitu adanya tayangan televisi yang kurang mendidik dan perkembangan gadget yang semakin canggih setiap tahunnya. berkembang) sistem nilai pengetahuan. Kedua, membantu anak menyadari akibat dari perilaku kasar dan menghadapi kekasaran, ketidaktaatan dan kekasaran, karena anak yang menunjukkan rasa hormat biasanya lebih sopan dan santun. Upaya guru dalam membimbing dan menanamkan sifat hormat pada siswa kelas V MI Nurul Huda Kota Bengkulu antara lain: a) Memberikan keteladanan yang baik; b) Memberi.. d) Mengondisikan kelas; dan e) Pergilah dengan hatimu.
Kendala yang dihadapi guru dalam membimbing dan mengetahui karakter hormat pada siswa kelas V MI Nurul Huda Kota Bengkulu antara lain: a) Karakter siswa berbeda-beda, yaitu setiap siswa mempunyai karakter yang unik dan memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Juga; b) Adanya perkembangan teknologi yaitu adanya tayangan televisi yang kurang mendidik dan perkembangan gadget yang semakin canggih setiap tahunnya. Harus ada perhatian lebih dari guru untuk memantau siswa dalam pembentukan karakter hormat siswa. Efektivitas teknik modeling melalui konseling kelompok untuk meningkatkan sifat respek siswa (quasi eksperimen pada siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2 Bandung tahun ajaran 2014/2015).
Pengamatan terhadap cara guru memberikan contoh yang baik untuk membentuk karakter menghargai siswa. Mengamati cara guru dalam mendekati hati dengan tujuan membentuk karakter menghargai siswa. Mengamati kendala-kendala yang dihadapi guru dalam membimbing dan membudayakan karakter menghargai siswa.
Bagaimana upaya guru dalam memberikan teladan yang baik dalam membangun karakter menghargai siswa. Bagaimana seorang guru memberikan hukuman agar dapat membentuk karakter menghargai siswa. Bagaimana seorang guru melakukan pendekatan hati agar dapat membentuk karakter menghargai siswa.
Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam membimbing dan mengenal karakter hormat kepada siswa.