Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya tidak menuntut kepada Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga (atas pemakaian jilbab dalam ijazah Sarjana saya). Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2020.
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan secara mendalam penerapan pendidikan inklusif pada pembelajaran agama Islam anak usia dini dengan aspek akidah, ibadah, dan akhlak di TK Islam Pelangi Anak Negeri Yogyakarta. Sigit Purnama, S.Pd.I., M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh studi. NAEYC (National Association for The Education Young Children) mengatakan bahwa anak usia dini atau early childhood adalah anak yang berada pada usia nol hingga delapan tahun.
Pendidikan anak usia dini dilakukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Maka nilai-nilai agama yang ditanamkan akan menjadi warna pertama dari konsep diri anak usia dini.11. Hal ini menyebabkan anak tidak dapat menempuh pendidikan di usia dini dengan baik (terutama anak yang memiliki kebutuhan khusus).
Mengingat begitu cepatnya pertumbuhan jumlah penduduk, maka pendidikan inklusif menjadi tepat untuk dapat diberikan kepada anak usia dini.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Segi Teoritis
Untuk menjabarkan dan mengkaji lebih dalam penerapan pendidikan inklusif pada pembelajaran Agama Islam Anak Usia Dini. Untuk menjabarkan faktor pendukung dan penghambat pendidikan inklusif pada pembelajaran Agama Islam Anak Usia Dini.
Segi Praktis
Kajian Pustaka
Kajian Pendidikan Inklusif
Pendapat Hidegun Olsen menjelaskan bahwa pendidikan inklusif berarti sekolah harus menampung semua anak tanpa memandang fisik, intelektual, kondisi sosial emosional, linguistik atau lainnya. Sejalan dengan pendapat di atas menurut Johnsen dan Skjorten pendidikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah- sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman seusianya. Pendidikan inklusif merupakan pendidikan terpadu yang diharapkan dapat mengakomodasi pendidikan bagi semua anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus yang selama ini masih banyak yang belum terpenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan seperti anak-anak normal lain.25.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tidak lagi menyesuaikan diri agar cocok dengan setting yang ada, tetapi harus menyesuaikan dengan kebutuhan anak.26 Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberikan kesempatan kepada seluruh siswa sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya yang menghargai keanekaragaman (tidak diskriminatif). Salah satu tujuan pendidikan inklusif yaitu: menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan.28 UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) mengemukakan bahwa tujuan praktis yang ingin dicapai dalam pendidikan inklusif meliputi: tujuan yang dapat dirasakan langsung oleh anak, oleh guru, orangtua, dan masyarakat.29. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya dan mewujudkan penyelenggaran pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif kepada semua siswa.
Pada konferensi dunia UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) berpendapat bahwa pendidikan kebutuhan khusus menganut prinsip-prinsip pedagogi yang sehat dan dapat menguntungkan semua anak. Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip pendidikan inklusif adalah semua siswa mempunyai hak bermain dan belajar bersama, mengapresiasikan keanekaragaman, dan perbedaan individu dalam pengorganisasian kelas. Prinsip pelayanan pendidikan meliputi kurikulum dan program yang harus menyesuaikan dengan kemampuan individu peserta didik.
Sekolah hendaknya memberikan kesempatan untuk menyesuaikan kurikulum dengan peserta didik yang memiliki berbagai kemampuan, bakat, dan minat yang berbeda-beda. Pengertian kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan inklusif merupakan kurikulum yang dikembangkan oleh. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Inklusif Penerapan pendidikan inklusif tidak akan lepas dari faktor pendukung dan penghambat dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berbagai kalangan diharapkan akan menjadi mitra dalam pelaksanaan pendidikan inklusif harus mempunyai konsep dan wawasan yang sama dan searah. Unsur-unsur tersebut berperan sebagai sumber daya yang potensial untuk tegaknya pendidikan inklusif dan akan memperkokoh perjalanan menuju perubahan paradigma pendidikan di Indonesia. Sekolah harus menyediakan program pendidikan yang layak dan menantang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap individu peserta didik.
Hal ini merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam menyusun program pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan individu. Pemberdayaan guru umum dan guru pembimbing khusus (GPK) yang memberikan program Pembimbingan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus, dukungan warga sekolah dan masyarakat.37 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, meliputi: faktor eksternal (kepala sekolah, guru, GPK, dan peserta didik) dan faktor internal (orangtua dan masyarakat sekitar).
Pembelajaran Agama Islam Anak Usia Dini
Fitrah manusia sebagai anugerah Allah yang tidak ternilai harganya harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi manusia yang paling sempurna (Insan al kamil). Natsir menyebutkan bahwa pengembangan fitrah adalah salah satu tugas risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW.38 Dalam Islam sendiri pembelajaran anak usia dini menjadi sangat penting karena masa anak-anak merupakan masa yang masih jernih dan bersih pemikirannya. Adapun sistem pembelajaran agama islam dalam setting inklusi merupakan serangkaian perangkat pembelajaran agama islam yang terorganisasi secara rapi dan teratur, serta saling berinteraksi dan berintolerasi dalam proses pembelajaran agama islam untuk para siswa inklusif.
Dalam konteks pendidikan agama islam selama ini sistem pembelajaran pada umumnya masih banyak ditujukan untuk anak-anak normal saja. Contohnya bagaimana sholat untuk anak-anak yang tidak bisa berdiri, bagaimana mengaji bagi anak yang tidak bisa melihat, bagaimana cara wudhu bagi anak yang tidak punya tangan, dan sebagainya. Mereka tidak diberi kesempatan bagaimana mengaktualisasikan diri mereka, pemberdayaan dan pengembangan terhadap anak berkebutuhan khusus masih sangat kurang di dalam pembelajaran agama islam.
Sedangkan Pokok-pokok pembelajaran yang harus diberikan kepada anak usia dini tiada lain adalah ajaran islam itu sendiri. Maka pembelajaran yang harus diberikan kepada anak usia dini sedikitnya harus meliputi tiga aspek tersebut. 39 Ani Mar’atul Hamidah, Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Setting Inklusi, (jurnal Didaktika Religia, Volume 3 No 2 Tahun 2015).
Dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh akidah Islamiyah anak, pendidikan anak harus dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadahi. Dengan demikian dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak usia dini dan memenuhi karakteristik yang merupakan individu unik, mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, maka perlu dilakukan usaha yaitu memberikan rangsangan-rangsangan, dorongan- dorongan, dan dukungan kepada anak. Sehingga menanamkan pengetahuan Agama Islam pada masa anak-anak akan berpengaruh sangat signifikan dalam meluruskan perilaku anak dan komitmen terhadap kebaikan pada masa mendatang.
40 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam islam, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005), hlm.. 2) Siklus belajar anak selalu berulang. 41 Depdiknas, Acuan menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik), Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2002, hlm. Penerapan Pendidikan Inklusif Pada Pembelajaran Agama IslamAnak Usia Dini Di TK Islam Pelangi Anak Negeri.
Penerapan Pendidikan Inklusif Pada Pembelajaran Agama Islam Anak Usia Dini Di TK Islam Pelangi Anak Negeri
Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Inklusif Pada Pembelajaran Agama Islam Anak Usia Dini Di TK Islam Pelangi Anak
Saran
Bagi Pendidik
Bagi Siswa
Bagi TK Lain
Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunarungu di SLB Bina Insani Depok”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2017. Pendidikan Agama Islam untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Autis) di Play Group Inklusi Klinik Idola Sleman Yogyakarta”, Skripsi, jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2012. Acuan menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik), Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
Konsep pendidikan inklusif pada lembaga pendidikan anak usia didik Di akses dari http://ejournal.uin-suka.ac.id pada tanggal 27 september 2020, jam 11:20 WIB. Mar’atul, Ani Hamidah, Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Setting Inklusi, (jurnal Didaktika Religia, Volume 3 No 2 Tahun 2015) Mudjito, dkk, 2012. Siti Farihah, “Upaya Orangtua dalam Mendidik Anak Autis: Perspektif PAI”, Skripsi, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2001.