FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA
K E LO M P O K 3
1. B a s t i n Fi t r i a t u s H ( 2 2 1 2 1 2 9 9 9 9 7 ) 2. M u h a m m a d A n s h o r i ( 2 2 1 2 1 2 9 8 0 9 9 ) 3. N u r A fi f a h ( 2 2 1 2 1 2 9 9 9 5 3 )
4. Re t n o A m a l i a W ( 2 2 1 2 1 2 9 9 9 4 1 )
5. Ro h m a h S u r y a n i ( 2 1 1 2 1 2 9 8 0 1 1 )
Modul II
SEBELUM KEMERDEKAAN
Pada tahun 1854 waktu itu ada beberapa bupati mendirikan “sekolah-sekolah kabupaten”, tetapi hanya untuk mendidik calon-calon pegawai. Lalu pada tahun yang sama didirikan
“sekolah-sekolah
bumiputera” yang hanya mempunyai 3 kelas. Rakyat hanya diberikan pengajaran membaca, menulis dan berhitung seperlunya dan hanya mendidik anak-anak
pembantu untuk
mendukung usaha mereka.
Pendidikan pada masa penajajahan Jepang.
Banyak orang Belanda diinternir oleh pemerintah militer Jepang sehingga banyak sekolah-sekolah untuk anak Belanda dan Indonesia kalangan atas lenyap. Hanya susunan sekolah untuk anak-anak Indonesia saja yang tertinggal. Sekolah rendah seperti Sekolah Desa 3 tahun, Sekolah Sambungan 2 tahun, ELS, HIS, HCS masing-masing 7 tahun, Schakel School 5 tahun, dan MULO dihapus semua. Pendidikan Sekolah Rakyat (Kokomin Gakko) 6 tahun, Sekolah Menengah Cu Gakko (laki-laki) dan Zyu Gakko (perempuan) 3 tahun yang ada di Indonesia sejak masa Jepang dan masih banyak lagi sekolah kejuruan (sekolah guru), yaitu sekolah untuk mempersipkan tenaga pendidik dalam jumlah yang besar demi memompa dan mempropagandakan semangat Jepang kepada anak didik.
Apa praktik Pendidikan saat ini yang membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaaan ?
Modul II
SETELAH KEMERDEKAAN
1. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah di kelas yang pastinya membuat siswa jenuh.
2. Peserta didik masih menjadi objek dalam belajar sehingga mereka kurang kreatif karena proses KBM masih didominasi guru.
3. Peserta didik sibuk mengerjakan berbagai tugas yang diberikan guru termasuk PR.
4. Sumber belajar yang digunakan di kelas masih sangat terbatas, umumnya baru memanfaatkan buku paket saja sehingga siswa kurang diberi peluang untuk mencari bahan dari berbagai sumber selain buku paket.
Adakah model - model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan
' belenggu ' yang belum memerdekakan peserta didik ?
Guru-guru perlu didorong untuk menerapkan berbagai model pembelajaran inovatif yang memungkinan siswa belajar
lebih merdeka sesuai kemampuan dan potensinya. Terlebih model pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan TIK yang sudah sangat berkembang pesat dan dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Model pembelajaran inovatif dengan blended learning bisa menjadi alternatif yang bisa dilaksanakan guru dalam
pembelajaran dan bisa memungkinkan siswa dapat merdeka dalam belajar karena dengan blended learning selain siswa belajar di kelas secara biasa, siswa juga secara online dapat belajar secara mandiri, bebas mencari sumber bahan dan informasi untuk menyelesaikan tugas kelas
Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan memerdekakan peserta didik?
Memberi ruang kepada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan gaya belajarnya.
Guru harus mengenal karakteristik masing -masing peserta didik Pembimbingan dilakukan sesuai dengan minat, bakat , dan potensi peserta didik.Pembelajaran
menggunakan model dan metode yang
berpusat pada peserta didik
Pendekatan pembelajaran
Blended Learning yang didukung teknologi digital dan virtual, sangat memberi peluang untuk
mengembangkan
berbagai alur merdeka belajar . Model pembelajaran seperti PBL , Inquiry Learning memberi yang cukup ruang untuk terjadi merdeka belajar.