Disusun Oleh :
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
HIV/AIDS + TB PARU + POST LIMFADENITIS TB
Faizah Attamimi Nuha Falhan Muhamad Fazdin
20360184 20360183
dr. Armon Rahimi, Sp.PD-KPTI
Laporan Kasus
Kesimpulan Diskusi
Laporan Kasus Tinjauan
Pustaka Pendahuluan
HIV + TB PARU + POST LIMFADENITIS TB
Laporan Kasus
Pendahuluan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndfrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV.
Akibat menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi oportunistik) yang sering berakibat fatal
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi paling sering menyerang jaringan paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Infeksi TB merupakan salah satu infeksi oportunistis pada penyakit HIV/AIDS. Sekitar 49 % pasien dengan HIV/AIDS ditemukan dengan kondisi koinfeksi TB. Pada pasien HIV/AIDS dengan sistem imunitas yang menurun, adanya infeksi TB laten dapat dengan mudah berkembang menjadi TB aktif Risiko pasien HIV/AIDS menderita TB adalah sebesar 10% per
tahun, sedangkan pada non-HIV/AIDS risiko untuk menderita TB hanya sebesar 10% seumur hidupnya.
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Limfadenit TB Paru s TB
HIV/AIDS
HIV/AIDS
Definisi HIV/AIDS
AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus), ditemukan dalam tubuh terutama darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu.
Virus HIV adalah suatu virus ribonucleic acid (RNA) yang
termasuk retrovirus dari famili lentivirus. Strukturnya terdiri dari selubung luar atau envelope yang terdiri atas glikoprotein gp120 yang melekat pada glikoprotein gp41. Kemudian terdapat lapisan kedua terdiri dari protein p17. Di tengahnya terdapat inti virus yang dibentuk oleh protein p24. Di dalam inti terdapat 2 buah rantai RNA dan ensim reverse transcriptase.
Etologi
Epidemiologi HIV/AIDS
Populasi terinfeksi HIV terbesar di dunia adalah di benua Afrika (25,7 juta orang)
Asia Tenggara (3,8 juta)
Amerika (3,5 juta)
Selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun
Kasus HIV dan AIDS pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Kasus HIV tahun 2019 sebanyak
Patogenesis HIV/AIDS
HIV masuk melalui darah, semen dan sekret vagina secara
seksual dan non seksual
HIV menyerang jenis sel tertentu, seperti limfosit T4 (CD4),
monosit, makrofag,
Virus yang masuk bereplikasi menjadi banyak dan akan menghancurkan sel limfosit
HIV mempunyai sejumlah gen yang dapat mengatur replikasi maupun
pertumbuhan virus yang baru
Salah satu gen tersebut dapat mempercepat replikasi virus
sedemikian hebatnya
Sehingga terjadi
penghancuran limfosit T4 secara besar-besaran
menyebabkan
sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh
mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik dan keganasan yang merupakan gejala-gejala klinis
AIDS
Manifestasi Klinis HIV/AIDS
Fase Infeksi Akut
Fase Infeksi Kronis Asimptomatk (Laten) Fase Infeksi Kronis
Simptomatk
Penurunan
Imunitas Sedang
Penurunan Imunitas Berat
Manifestasi Klinis HIV/AIDS
Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3 bulan. Gejala seperti influenza, berupa :
Demam, artralgia (nyeri sendi), malaise, anoreksia, gejala kulit (bercak merah, urtikaria), gejala saraf (sakit kepala, nyeri
retrobulber, radikulopati, gangguan kognitif serta afektif) dan, gangguan gastrointestinal (nausea, vomitus, kandidiasis
orofaringitis, diare).
Akan terjadi penurunan sel limfosit CD4 yang signifikan dalam 2-8 minggu pertama kemudian terjadi kenaikan kembali karena mulai terjadi respon imun. Perhitungan sel CD4 biasanya masih sekitar 750-1000 / mL.
Fase Infeksi Akut
Fase Infeksi Kronis Asimptomatk (Laten) Fase Infeksi Kronis
Simptomatk
Penurunan
Imunitas Sedang
Penurunan Imunitas Berat
Manifestasi Klinis HIV/AIDS
Keadaan penderita tampak baik saja meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh.
Beberapa penderita mengalami pembengkakan kelenjar limfe menyeluruh (limfadeopati generalisata persisten / LGP)
Saat ini sudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya kekebalan tubuh penderita, tetapi biasanya masih pada hitungan 500 sel / mL.
Pada fase ini secara sporadis muncul penyakit-penyakit autoimun misalnya lain idiopathic thrombocytopenia purpura (ITP). Juga sindrom Guillain-Barre akut, poliomielitis idiopatik dapat muncul.
Fase Infeksi Akut
Fase Infeksi Kronis Asimptomatk (Laten) Fase Infeksi Kronis
Simptomatk
Penurunan
Imunitas Sedang
Penurunan Imunitas Berat
Manifestasi Klinis HIV/AIDS
Keadaan yang disebut AIDS, dapat terjadi pada sub-fase ini.
AIDS Related Complex adalah keadaan yang ditandai oleh paling sedikit dua gejala dari gejala-gejala berikut:
- Demam yang berlangsung > 3 bulan - Penurunan berat badan > 10%
- Diare
- Limfadenopati berlangsung > 3 bulan - Kelelahan dan keringat malam
dengan ditambah paling sedikit 2 kelainan laboratorium berikut:
- CD4 < 400 / mL
- Ratio CD4 / CD8 < 1.0
- Leukotrombositopenia dan anemia - Peningkatan serum imunoglobulin Fase Infeksi Akut
Fase Infeksi Kronis Asimptomatk (Laten) Fase Infeksi Kronis
Simptomatk
Penurunan
Imunitas Sedang
Penurunan Imunitas Berat
Manifestasi Klinis HIV/AIDS
Jumlah virion terus meningkat dengan cepat sedangkan respon imun semakin tertekan sehingga pasien semakin rentan terhadap berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh virus, jamur, bakteri bahkan protozoa. Dikatakan bahwa tubuh sudah dalam keadaan kehilangan kekebalannya.
Jumlah sel T CD4 < 200 sel / mL.
Pada sub-fase ini terjadi infeksi oportunistik berat yang sering mengancam jiwa penderita seperti pneumocystitis carinii
(PCP), toksoplasma, cryptococcosis, tuberkulosis (TB) paru, Cytomegalovirus / CMV dan lainnya. Keganasan juga sering timbul pada sub-fase ini meskipun sering pada fase yang
lebih awal.
Fase Infeksi Akut
Fase Infeksi Kronis Asimptomatk (Laten) Fase Infeksi Kronis
Simptomatk
Penurunan
Imunitas Sedang
Penurunan Imunitas Berat
Klasifikasi HIV/AIDS
Stadium Klinis Kondisi Klinis atau Gejala Infeksi primer
HIV
Asimptomats
Sindrom retrovirus akut Infeksi
stadium I
Asimptomats
Limfadenopat generalisata persisten Infeksi
stadium II
Penurunan berat badan sedang yang tdak diketahui sebabnya (<10% dari berat badan yang terukur)
Infeksi tractus respiratorius rekuren (sinusits, bronchits, otts media, faringits)
Herpes Zoster
Cheilits angular
Ulserasi oral rekuren
Erupsi pruritc popular
Dermatts seboroik
Infeksi jamur pada kuku jari ektremitas
Pasien dimasukkan ke dalam suatu stadium ketika mereka menunjukkan minimal satu gejala yang termasuk ke dalam kriteria stadium tertentu.
Infeksi
stadium III Penurunan berat badan yang berat (>10% berat badan yang terukur)
Diare kronis tanpa diketahui penyebabnya selama >1 bulan
Kandidiasis oral
Oral hairy leukoplakia
TB paru, didiagnosis selama 2 tahun terakhir
Infeksi bakteri berat (pneumonia, empyema, piomiosits, infeksi tulang atau sendi, meningits, bakteremia)
Stomatts, gingivits / periodontts ulseratf nekrosis akut
Kondisi anemia yang tdak diketahui penyebabnya (<8 g/dl) dengan atau neutropenia (500/mm3) atau trombositopeni (<50.000/mm3) selama >1 bulan (kondisi dikonfirmasi melalui uji diagnostc)
Infeksi
stadium IV HIV wasting syndrome
Pneumonia pneumocysts
Pneumonia bakteri berat atau secara radiologi dan rekuren
Infeksi herpes simpleks kronik (orolabial, genital atau anorectal dalam durasi >1 bulan)
Kandidiasis esofageal
TB Ekstraparu
Sarkoma Kaposi
Toksoplasmosis pada sistem saraf pusat
Ensefalopat HIV
Kriptokokosis ekstrapulmoner, termasuk meningits
Infeksi stadium
IV (Lanjut) Infeksi mycobacteria non-tuberculous progresif
Progressive multfocal leukoencephalopathy (PML)
Kandidiasi pada trakea, bronkus atau paru
Kriptosporidiosis
Isosporiasis
Infeksi herpes simpleks visceral
Infeksi cytomegalovirus (rhinits atau organ lain selain hat, limpa dan kelenjar limfe)
Mikosis diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis, penicillosis)
Recurrents non typhoidal salmonella septcaemia
Limfoma (serebri atau non-Hodgkin sel B)
Karsinoma serviks invasive
Leishmaniasis visceral
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Antgen P24
• pemeriksaan ini hanya dianjurkan sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita risiko tnggi tertular HIV dengan hasil pemeriksaan serologis negatf, dan tdak
dianjurkan sebagai pemeriksaan awal yang berdiri sendiri.
Kultur HIV
• HIV dapat dikultur dengan cairan plasma, serum, peripheral blood mononuclear cells, cairan serebrospinal, saliva, semen, lendir serviks, serta ASI. Pada saat ini kultur hanya digunakan untuk kepentngan penelitan.
HIV-RNA / Viral Load
• Pemeriksaan HIV-RNA sangat berguna untuk mendiagnosis HIV pada keadaan pemeriksaan serologis belum bisa memberikan hasil (misalnya window period atau bayi yang lahir dari ibu HIV positf) atau pemeriksaan serologis memberikan hasil intermediate.
Pemeriksaan Serologi
• Metode yang paling banyak digunakan untuk pemeriksaan penapisan adalah Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), karena metode ini dianggap yang paling cocok
1. HIV/AIDS • Merupakan kumpulan gejala penyakit yang tmbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
2. Malignant Imunoblastc Lymphoma
• Adalah kelainan ganas sel B. Gejala berupa keringat malam, demam biasanya ringan, dan pasien mungkin melaporkan penurunan berat badan yang tdak disengaja lebih dari 10% dalam 6 bulan.
3. Mycobacterium Avium Complex (MAC)
• merupakan patogen paru yang menginfeksi individu yang kekebalannya terganggu (pada AIDS) bermanifestasi sebagai batuk, produksi sputum, penurunan berat badan, demam, lesu, dan keringat malam
4. Kriptokokosis • Merupakan infeksi jamur yang mengancam jiwa. Pasien terinfeksi HIV dengan Kriptokokosis paru dapat menunjukkan gejala berupa demam, batuk, dispnea, sakit kepala dan penurunan BB
5. Severe Combined Immunodeficiencies (SCID)
• Adalah gangguan medis yang dihasilkan dari cacat genetk pada imunitas seluler dan humora.
Gangguan SCID harus dircurigai pada bayi / anak gagal untuk berkembang, Infeksi saluran
pernapasan atas dan bawah berulang yang tdak merespons antbiotk yang sesuai, dan Infeksi kulit berulang dan penyembuhan luka yang tertunda
Diagnosis Banding
Diagnosis Kerja
HIV/AIDS
Tatalaksana HIV/AIDS
Secara umum penatalaksanaan ODHA terdiri atas beberapa jenis, yaitu :
Ant Retroviral (ARV) untuk menekan replikasi virus HIV
Mengobat penyakit penyerta sepert jamur, TB, Hepatts, Toksoplasma, Kanker
Pengobatan Suportf, yaitu makanan, dukungan psikososial,
Tatalaksana HIV/AIDS
Anti Retroviral (ARV)
NRTI : Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
NNRTI : Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
NRTI NNRTI
Zidovudine (ZDV) / Azidothymidine (AZT) Nevirapine (NVP)
Didanosine (ddI) Efavirenz (EFV)
Stavudine (d4T) Delavirdine (DLV)
Lamivudine (3TC) Zalcitabine (ddC) Abacavir (ABV) Emtricitabine (FTC)
Tenofovir disoproxil fumarate (TDF)
Tatalaksana HIV/AIDS
AZT + 3TC + NVP Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine ATAU AZT + 3TC + EFV Zidovudine + Lamivudine + Efavirenz ATAU
TDF + 3TC (atau FTC) + NVP
Tenofovir + Lamivudine (atau
Emtrictabine) + Nevirapine ATAU TDF + 3TC (atau
FTC) + EFV
Tenofovir + Lamivudine (atau Emitricitabine) + Efavirenz
AZT : Azidothymidine = ZDV : Zidovudine 3TC : Lamivudine
FTC : Emtricitabine NVP : Nevirapine EFV : Efavirenz
TDF : Tenofovir Disoproxil Fumarate
• Dosis zidovudine (ZDV) adalah 500-600 mg / hari dengan cara diminum 100 mg setiap 4 jam saat pasien terjaga.
• Dosis lamivudine (3TC) adalah 300 mg sehari, diminum 150 mg setiap 12 jam.
• Nevirapine (NVP) awalnya diberikan 200 mg setiap 24 jam selama 14 hari, Bila tidak ditemukan tanda toksisitas hati, dosis dinaikkan menjadi 200 mg setiap 12 jam pada hari ke-15 dan selanjutnya.
Panduan Depkes : 2 NRTI + 1 NNRTI
Tatalaksana HIV/AIDS
Terapi Antiretroviral pada populasi khusus seperti
• Pasien usia tua
• Perempuan hamil
• Kelompok pemakai obat terlarang menggunakan jarum suntik
• Keadaan ko-infeksi dengan TB
• Keadaan ko-infeksi Hepatitis B dan C
Pasien HIV / AIDS ko-infeksi TB yang belum pernah mendapat terapi ARV, mulai terapi ARV berapapun jumlah CD4. Pemberian terapi ARV diketahui dapat
menurunkan laju TB sampai 90% dan menurunkan rekurensi TB sebesar 50%.
Regimen yang dianjurkan yaitu :
Zidovudine (ZDV) + Lamivudine (3TC) + Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF
)Prognosis HIV/AIDS
Faktor-faktor tertentu berkorelasi dengan prognosis yang lebih buruk dari kondisi terkait AIDS:
• Ras campuran Afrika-Amerika
• Jumlah infeksi oportunistik
• Gizi yang buruk
• Anemia
• Penyalahgunaan zat aktif
• Jumlah CD4+ yang rendah dan
• Viral load HIV yang tinggi.
Untuk pasien yang tidak menerima ART dengan jumlah CD4 <50, kelangsungan hidup
berkisar antara 12-27 bulan; mereka dengan jumlah CD4+ <20 memiliki kelangsungan
hidup rata-rata 11 bulan.
Komplikasi HIV/AIDS
Lesi peroral • Disebabkan kandidiasis, herpes simpleks, sarcoma Kaposi, HPV
Neurologik • Demensia AIDS, Perubahan kepribadian, Kerusakan
kemampuan motoric, kelemahan, disfasia, isolasi sosial
Gastrointestnal • Diare karena bakteri dan virus menyebabkan Penurunan BB, dehidrasi
Respirasi • TB paru, Pnemocystic carinii, CMV, influenza Dermatologik • Lesi kulit stafilokokus, Herpes zoster
Sensorik • Kebutaan, Tuli
Pencegahan dan Edukasi Pencegahan konsep “ABCDE”
A (Abstinence) artinya absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah.
B (Be Faithful) artinya bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan).
C (Condom) artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom.
D (Drug No) artinya dilarang menggunakan narkoba.
E (Education) artinya pemberian edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya
Tuberkulosis
Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah sebuah penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Hal ini mempengaruhi terutama paru-paru, membuat penyakit paru-paru menjadi presentasi paling umum.
Sistem organ lain yang sering terkena meliputi sistem pernapasan,
sistem gastrointestinal, sistem limforetikuler, kulit, sistem saraf
pusat, sistem musculoskeletal, sistem reproduksi, dan hati.
Klasifikasi TB
Organ tubuh yang kena
• TB Paru
• TB Ekstraparu
BTA • TB Paru BTA Positf
• TB Paru BTA Negatf
Riwayat Pengobatan Sebelumnya
• Kasus Baru
• Kasus Kambuh (Relaps)
• Kasus Putus berobat (default)
• Kasus Gagal (Failure)
• Kasus Lain
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Bakteri Mycobacterium tuberculosa yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam) karena basil TB mempunyai sel lipoid.
Etologi
Basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit jika terkena alkohol 70% dan lisol 50%. Basil TB memerlukan waktu 12-24 jam dalam
melakukan mitosis, hal ini memungkinkan pemberian obat secara intermiten (2-3 hari sekali).
Epidemiologi TB Paru
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 1 diantara penyakit infeksi dan menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada semua umur setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran napas akut.
Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira 100.000 kematian karena TB.
Pasien TB di Indonesia terutama berusia antara 5-15 tahun, merupakan
kelompok usia produktif dan juga usia muda 15 – 44 tahun.
Manifestasi Klinik
Penderita TB paru akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti :
• Batuk berdahak kronis
• Demam
• Berkeringat tanpa sebab di malam hari
• Sesak napas
• Nyeri dada dan penurunan nafsu makan.
Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian. Pasien TB paru juga sering dijumpai konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, badan kurus atau berat badan menurun
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
2. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB yaitu
• Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah.
• Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
• Adanya kavitas, tunggal, atau ganda.
• Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
• Adanya kalsifikasi.
• Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
• Bayangan milier.
3. Pemeriksaan Sputum BTA : dapat melihat adanya basil tahan asam, dimana dibutuhkan paling sedikit 5000 batang kuman per mili sputum untuk mendapatkan kepositifan. Pewarnaan yang umum dipakai adalah pewarnaan Zielh Nielsen.
4. Tes Mantoux / Tuberkulin
Sampai saat ini, tes kulit tuberkulin adalah satu-satunya tes untuk mendeteksi infeksi laten TB yang menggunakan campuran antigen dari Mycobacterium tuberculosis.
Diagnosis Banding
• Sebuah penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Hal ini mempengaruhi terutama paru-paru, membuat penyakit paru-paru menjadi presentasi paling umum.
TBC Paru
• Adalah suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
Pneumonia
• Adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkits kronis. COPD lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.
Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD)
• Adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Bronkhits
• Adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran pernapasan, sehingga pasien yang mengalami keluhan
Asma
Diagnosis Kerja
TB Paru
Penatalaksanaan
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar mencegah perkembangan resistensi obat
Kategori I Pengobatan
• Pasien TB paru dengan sputum BTA positf dan kasus baru.
• TB dengan sputum BTA negatf tetapi kelainan parunya luas.
• Fase Intensif : 2RHZE
Sputum BTA yang awalnya positf, setelah 2 bulan terapi, diharapkan jadi negatf dan terapi TB diteruskan dengan fase lanjutan
• Fase Lanjutan : 4R3H3
Apabila sputum BTA masih tetap positf
diakhir bulan ke-2 fase awal, maka fase awal
tersebut diperpanjang selama 4 minggu lagi.
Penatalaksanaan
Kategori 2 Pengobatan
• Pasien TB paru dengan kasus kambuh atau
gagal dengan sputum BTA positf • Fase Awalnya : 2RHZES / RHZE
Bila sputum BTA menjadi negatf diakhir bulan ke-3, maka fase lanjutan bisa segera dimulai.
• Fase Lanjutan : 5H3R3.
Prognosis
Sebagian besar pasien dengan diagnosis TB memiliki prognosis yang baik. Terutama karena
pengobatan yang diberikan efektif. Tanpa pengobatan, angka kematian tuberkulosis lebih dari > 50%.
Kelompok pasien berikut ini lebih rentan terhadap prognosis buruk atau kematian setelah infeksi TB :
1. Usia ekstrem, lanjut usia, bayi, dan anak kecil.
2. Keterlambatan dalam pengobatan.
3. Bukti radiologis penyebaran luas.
4. Gangguan pernapasan berat yang membutuhkan ventilasi mekanis.
5. Imunosupresan
6. Tuberkulosis Multdrug Resistance (MDR).
Komplikasi
Komplikasi – komplikasi yang terjadi pada penderita TB paru dibedakan menjadi dua, yaitu
Komplikasi Dini
• pleurits
• efusi pleura
• empiema
• laryngits.
Komplikasi Lanjut
a. Hemoptsis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah)
b.Kolaps lobus akibat sumbatan duktus c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus
setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktf) pada paru.
d.Pneumotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain
sepert otak, tulang, sendi, ginjal, dan sebagainya.
Pencegahan dan Edukasi
Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain selama beberapa minggu
pertama pengobatan untuk TB aktif.
Tutup mulut dengan menggunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ini merupakan langkah pencegahan TB secara efektif.
Jangan lupa untuk membuang masker secara teratur.
Imunisasi BCG diberikan pada bayi Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk
secukupnya ke dalam tempat tidur.
Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
Limfadenits TB
Anatomi Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening terbungkus kapsul fibrosa yg berisi kumpulan sel pembentuk pertahanan tubuh dan tempat penyaringan antigen dari
pembuluh getah bening yang melewatinya.
Fungsinya adalah sebagai filter berbagai mikroorganisme asing dan partikel hasil degradasi sela tau metabolisme.
Terdapat kurang lebih 600 KGB, namun ada daerah yang teraba normal pada orang sehat, yaitu submandibular, axillary, dan inguinal. 50%
terdapat di kepala & leher.
Definisi
Limfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening, sedangkan limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis
Apabila peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula. Limfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah yang
biasanya paling sering terjadi.
Etologi
Limfadenitis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Basil TB adalah bakteri aerobic obligat berbentuk batang tipis
lurus berukuran 0,4 x 3 μm dan tidak berspora. Pada media buatan berbentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu
spesies ke spesies lain.
M.tuberculosis tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan gram dan hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan khusus. M. tuberculosis mudah mengikat pewarna Ziehl-Neelsen atau karbol fuchsin
Dinding bakteri Mycobacteria kaya akan lipid yang terdiri dari asam mikolat, lilin, dan fosfat.
Muramil yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan pembentukan granuloma.
Lipid inilah yang bertanggung jawab pada sifat tahan asam bakteri Mycobacteria.
Epidemiologi
Penderita TB ekstra paru di Amerika Serikat 41% dan Jerman 50%
Limfadenitis TB di Amerika Serikat sering pada usia 25-50 tahun Perbandingan antara laki-laki dengan perempuan adalah 1:1,3.
Patogenesis Limfadenits TB
Manifestasi Klinis
Pasien biasanya datang dengan keluhan :
• pembesaran kelenjar getah bening
• Pembekakan kelenjar getah bening dapat terjadi unilateral atau bilateral
• tunggal maupun multiple
• Benjolan ini biasanya tidak nyeri
• berkembang secara lambat dalam hitungan minggu sampai bulan,
• Pembesaran paling sering berlokasi di region servikalis posterior dan yang lebih jarang di region supraklavikular
• Beberapa pasien dengan limfadenitis TB dapat menunjukkan gejala sistemik yaitu seperti demam, penurunan berat badan, fatigue dan keringat malam.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Spesimen untuk pewarnaan dapat diperoleh dari sinus atau biopsi aspirasi. Kultur juga dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis limfadenitis TB. Adanya 10-100 basil/mm3 cukup untuk membuat hasil kultur positif.
Tes Tuberkulin
Uji tuberculin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT 23 2TU atau PPD S 5TU, secara intrakutan di bagian volar lengan bawah.
Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
Interpretasi Uji Tuberkulin
0 – 4 mm = Negatf 5 – 9 mm = Ragu
>10 mm = Positf
Diagnosis Banding
1. Limfadenits TB • Merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau
getah bening yang disebabkan oleh basil tuberculosis 2. Gondongan • merupakan kelenjar parotts akibat infeksi virus,
sudut bawah dapat menghilang karena bengkak 3. Kista duktus
troglosus • berada digaris tengah dan bergerak dengan menelan 4. Kista demoroid • benjolan digaris tengah dapat padat atau berisi cairan
5. Hemangioma
• kelainan pembuluh darah jadi tmbul benjolan berisi
jalinan pembuluh darah, berwarna merah atau
Diagnosis Kerja
Post Limfadenitis TB
Penatalaksanaan
Non-Farmakologis (Pembedahan)
• Biopsi eksisional
• Aspirasi
• Insisi dan Drainase
Terapi Farmakologis
• OAT Kategori 1 : 2RHZE/4R3H3
• OAT Kategori 2 :
2RHZES/HRZE/ 5H3R3E3
Prognosis
Prognosis baik jika segera diobati dengan pengobatan yang tepat. Infeksi dapat dikendalikan dalam tiga atau empat hari. Namun, dalam beberapa kasus mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan untuk pembengkakan menghilang, panjang pemulihan tergantung pada penyebab infeksi.
Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan resistensi septikemia
Komplikasi
Komplikasi pada limfadenitis tuberkulosis adalah sebagai berikut:
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.
4. Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Pencegahan dan Edukasi
Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain selama beberapa minggu
pertama pengobatan untuk TB aktif.
Tutup mulut dengan menggunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ini merupakan langkah pencegahan TB secara efektif.
Jangan lupa untuk membuang masker secara teratur.
Imunisasi BCG diberikan pada bayi Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk
secukupnya ke dalam tempat tidur.
Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
Laporan Kasus HIV/AIDS + TB Paru + Post Limfadenitis
TB
Anamnesis Pribadi
Tanggal Masuk : 11 / 11 / 2021 No. RM : 357429
Ruangan : An-Nisa B3
Nama : Muhammad Khadafi Umur : 23 tahun
Status Kawin : Belum Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Datuk Rubiah Lingk 29 Rengas Pulau Medan Marelan
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien langsung
Anamnesis Penyakit
Keluhan Utama : Batuk Berdarah Keluhan tambahan :
• Keringat malam hari (+)
• Sesak (+)
• Nyeri dada (+)
• Demam (+)
• Menggigil (+)
• Mual (+)
• Muntah (+)
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien datang ke IGD RS Umum Haji Medan dengan keluhan batuk sejak 5 hari yang lalu, batuk bersifat hilang timbul. Batuk disertai dengan dahak kental bercampur sedikit darah berwarna merah segar.
Batuk berkurang jika os meminum air putih, os merasa sering berkeringat pada malam hari.
Os juga mengeluhkan sesak dan nyeri dada sebelah kiri saat bernapas. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu dan bersifat hilang timbul. Sesak bertambah berat sejak 1 hari yang lalu saat os tertidur pada malam hari sehingga os terbangun dari tidurnya. Sesak tidak hilang pada posisi berbaring, sesak berkurang jika os duduk dan membaik saat diberi obat.
Kemudian os mengeluhkan adanya demam yang disertai dengan mengigil sejak 3 hari yang lalu, demam bersifat hilang timbul. Demam mereda saat os mengkonsumsi obat. Mual dan muntah juga dialami os sejak 3 hari yang lalu. Muntah berisi cairan jernih sebanyak 2x sehari.
Os mempunyai Riwayat TB kelenjar yang dialami sejak 1 tahun yang lalu dan sudah menyelesaikan
pengobatan TB selama 9 bulan. Namun pada saat os kontrol kembali masih terdapat benjolan pada leher.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kembali dan didapatkan hasil positif HIV. Tetapi obat HIV hanya
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat TB Kelenjar positif 2. Riwayat hipertensi disangkal
3. Riwayat diabetes mellitus disangkal 4. Riwayat asma disangkal
5. Riwayat alergi disangkal
6. Riwayat sakit jantung disangkal
7. Riwayat sakit paru disangkal
8. Riwayat gastritis positif
Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat Asam Urat diakui (Bapak) 2. Riwayat hipertensi disangkal
3. Riwayat diabetes mellitus disangkal 4. Riwayat asma disangkal.
5. Riwayat alergi disangkal.
6. Riwayat sakit jantung disangkal.
7. Riwayat sakit paru disangkal
8. Riwayat sakit serupa disangkal
Riwayat Lainnya
1. Riwayat kebiasaan : Suka berganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom dan tidak patuh minum obat anjuran dokter.
2. Riwayat penggunaan obat : Obat Anti TB, Obat Anti HIV, Antasida, Paracetamol
3. Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat operasi : disangkal
Anamnesa Umum
• Badan kurang enak : Ya
• Merasa lemas : Ya
• Merasa kurang sehat : Ya
• Menggigil : Tidak
• Nafsu makan : menurun
• Tidur : terganggu
• Berat badan : menurun
• Malas : Ya
• Demam : Ya
• Pening : Tidak
Anamnesa Organ
67
1. COR
- Dyspneu d’effort : Ya - Cyanosis : Tidak - Dyspnea d’repos : Ya - Angina
pectoris : Tidak
- Oedema : Tidak - Palpitasi
cordis : Tidak
- Nokturia : Tidak - Asma
Cardiale : Tidak 2. SIRKULASI PERIFER
- Claudicatio intermitten :
Tidak - Gangguan
tropis : Tidak - Sakit waktu istirahat : Tidak - Kebas- kebas : Tidak - Rasa mati Ujung jari : Tidak
3. TRAKTUS RESPIRATORIUS
- Batuk: Ya - Stridor : Tidak
- Berdahak : Ya - Sesak nafas : Ya
- Haemoptoe : Ya - cuping : Tidak
Anamnesa Organ
a. Lambung
- Sakit di epigastrium : Tidak - Rasa panas epigastrium :Tidak
- Muntah : Ya, 2x/hari, cair, ampas makanan - Hematemesis : Tidak
- Ructus : Tidak - Pyrosis : Tidak b. Usus
- Sakit di abdomen : Tidak - Borborygmi : Tidak
- Defekasi : Ya, 1x/ hari, lunak, kecoklatan - Obstipasi : Tidak
- Diare : Tidak c. Hati dan Saluran Empedu
- Sakit perut kanan : Tidak - Kolik : Tidak - Ikterus : Tidak
TRAKTUS DIGESTIVUS
- Sendawa : Tidak - Anoreksia : Tidak - Mual-mual : Ya - dysphagia : Tidak - Feotor ex ore : tidak
- Melena : Tidak - Tenesmi : Tidak
- Flatulensi : Tidak
- Haemorrhoid : Tidak
- Gatal dikulit : Tidak - Asites : Tidak - Oedema : Tidak
: Tidak : Tidak : Tidak : Tidak
: Ya, 5x/ hari, Kuning jernih, tuntas : Tidak
: Tidak : Tidak
: Ya, saat demam : Tidak
: Tidak : Tidak : Tidak 5. GINJAL DAN SALURAN
KEMIH
- Muka sembab - Sakit pinggang - Kolik
- Oligouria - Miksi
- Anuria - Polyuria - Polakisuria 6. SENDI
- Sakit
- Sakit digerakan - Sendi kaku
- Bengkak - Merah
- Stand abnormal 7. TULANG
- Sakit
- Fraktur spontan - Bengkak
- Deformasi
:
Tidak :
Tidak :
Anamnesa Organ
8. OTOT
- Sakit : Tidak - Kejang-kejang
:Tidak
- Kebas-kebas : Tidak - Atrof : Tidak
9. DARAH
- Sakit dimulut dan lidah : Tidak
- Muka pucat : Ya
- Mata berkunang-kunang : Tidak
- Bengkak : Tidak
- Pembengkakan kelenjar : Tidak
- Penyakit darah : Tidak
- Merah dikulit : Tidak
- Perdarahan subkutan : Tidak
10. ENDOKRIN a. Pankreas
- Polidipsi : Tidak - Pruritus : Tidak - Polifagi : Tidak -Pyorrhea : Tidak
-Poliuri : Tidak b. Tiroid
- Nervositas : Tidak
- Struma : Tidak
- Exoftalmus : Tidak
- Miksodem : Tidak
c. Hipofsis
-
Akromegali : Tidak
- Distrof Adips : Tidak
FUNGSI GENITAL
- Menarche : Tidak
- Ereksi : Tidak
ditanya
- Siklus Haid : Tidak
- Libido sexual
- Menopause : Tidak
ditanya
Anamnesa Organ
12. SUSUNAN SYARAF
- Hipoastesia : Tidak - Sakit kepala : Tidak - Parastesia : Tidak - Gerakan tics : Tidak
- Spasme : Tidak - Paralisis : Tidak
13. PANCA INDRA
- Penglihatan :Normal -Pengecapan :
Normal
- Pendengaran : Normal - Perasaan :
Normal
- Penciuman : Normal
14. PSIKIS
- Mudah Tersinggung : Tidak - Pelupa : Tidak
- Takut : Tidak - Lekas marah : Tidak
- Gelisah : Ya
15. KEADAAN SOSIAL
- Pekerjaan : Tidak berkerja
Anamnesa penyakit terdahulu : TB Kelenjar
Anamnesa pemakaian obat : Obat Anti TB, Obat Anti HIV, Antasida, Paracetamol
Anamnesa penyakit veneris : tidak ada keluhan Anamnesa intoksikasi : Tidak ada
Anamnesa makanan : Nasi : 3x sehari Ikan : Ya
Sayuran : Ya
Daging : Ya
Anamnesa family
Keadaan Umum
Sensorium : Composmentis Tekanan Darah : 110/69 mmHg Pernapasan : 28 x/i, regular,
Nadi : 128 x/i, equal, tegangan sedang, volume sedang
Temperatur : 37,1 C
Keadaan Penyakit : Anemia : Ya
Ikterus : Tidak Sianosis : Tidak
Dispeneu : Ya
Edema : Tidak
Eritema : Tidak
Turgor : Baik, CRT < 2 detik Gerakan aktif : Ya
Sikap Tidur Paksa : Tidak
Keadaan Gizi : BB : 65 kg
TB : 172 cm
���= ��
��−100 � 100 %
���= ��
��2
���= 50
150−100 �100 %
���=90,2% →���������h�
���= 65 (1,73)2
Normoweight
Status Presents
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Pertumbuhan rambut : Rontok Sakit saat dipegang : tidak
Perubahan lokal : tidak a.Muka : pucat (+)
b.Mata : konjungtiva anemis (+/+) reaksi pupil iskor (+/+)
c. Telinga : sekret (-/-) d.Hidung : sekret (-/-) e.Bibir : kering (-)
f. Gigi : pyorroe alveoloaris (-)
2. Leher
a. Inspeksi : struma (-), kelenjar bengkak (-)
b. Palpasi : Posisi Trakea medial, nyeri
tekan (-) TVJ : R-2 cm H20
Pemeriksaan Fisik
3. Thorax Depan a. Inspeksi
Bentuk fusiformis, Simetris, ketinggalan bernafas (-)
b. Palpasi
Fremitus Suara : Meningkat dikedua lapang paru
Nyeri tekan : (-)
Iktus : Tidak teraba a)Lokalisasi : Tidak b)Kuat angkat : Tidak c)Melebar : Tidak
d)Iktus negatif : Tidak
c. Perkusi
Suara perkusi paru : sonor memendek (+/+)
Batas paru hati :
a) relative : ICS V midclavicularis dextra
b) Absolut : ICS VI midclavularis dextra
Batas Jantung
a) atas : ICS III parasternal sinistra b) kanan : ICS IV parasternal dextra c) kiri : ICS V 1 cm ke media; linea
midclavicularis sinistra d. Auskultasi
Paru –paru : suara nafas Bronkial (+/+), suara tambahan Ronki basah (-/-)
Jantung (Cor) :
Heart Rate : 128 x/i reguler, intensitas sedang
Suara katup : M1 > M2 . P2>P1. A2>A1.
A2>P2 76
Pemeriksaan Fisik
4. Thorax Belakang a.Inspeksi
Bentuk : fusiformis, simetris, ketinggalan bernafas (-)
b.Palpasi
Fremitus suara: meningkat dikedua lapang paru
Nyeri Tekan : Tidak c. Perkusi
Suara perkusi : sonor memendek (+/+), batas bawah paru
d. Kanan : IX Processus Spinosus Vertebrae Thoracal
e. Kiri : X Processus Spinosus Vertebrae Thoracal
d.Auskultasi
77Pemeriksaan Fisik
5. Abdomen a.Inspeksi
Bengkak (-), Gembung (-), Sirkulasi collateral (-),
b. Palpasi
Defens muscular : (-) Nyeri tekan (-) Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba Ren : tidak teraba c. Perkusi
Pekak hati : (+) Pekak beralih : (-) d. Auskultasi
Peristaltik usus : peristaltic (+) normal, 10x/i
Pemeriksaan Fisik
6. Genitalia
Luka : tidak dijumpai Sikatrik : tidak dijumpai Nanah : tidak dijumpai Hernia : Tidak dijumpai 7. Ekstremitas
a.Atas
Bengkak : (-/-) Merah : (-/-)
Stand abnormal : (-/-) Gangguan Fungsi : (-/-) Refleks Biceps : (+/+) Refleks Triceps : (+/+)
b. Bawah
Bengkak : (-/-) Merah : (-/-) Oedema : (-/-) Pucat : (-/-)
Gangguan fungsi : (-/-)
Luka / Gangren : (-/-)
Varises : (-/-)
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Darah Rutin
Pemeriksaan Hasil Satua n
Hb 9.2 g/dl
Eritrosit 5.01 10^6 /μL
Leukosit 9.00 /μL
Hematokrit 2.87 %
Trombosit 280 /μL
Index Eritrosit
MCV 57 fL
MCH 19 Pg
MCHC 32 %
Jenis Leukosit
Eosinofl 0 %
Basofl 0 %
Neutrofl
Segmen 84 %
Limfosit 10 %
Monosit 6 %
Fungsi Hati
SGOT 21.0 μ/L
SGPT 9.0 μ/L
Fungsi Ginjal
Ureum 16.4 mg/dL
Kreatinin 0.88 mg/dL Glukosa Darah
Adrandom - mg/dL
Elektrolit
Natrium 126 mEq/
L
Kalium 4.69 mEq/
L
Klorida 88.30 mEq/
L Imunoserologi Swab antigen
covid - -
ReaktiReakti
80
Jantung dalam batas normal
Sinus costophrenicus kanan dan kiri lancip
Diaphragma kanan/kiri baik
Tampak infltratdikedua lapang paru
Pemeriksaan Radiologi
Resume
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan batuk sejak 5 hari yang lalu, batuk disertai dahak kental bercampur darah segar, berkeringat pada malam hari, sesak dan nyeri dada saat bernapas sejak 3 hari yang lalu, demam (+), mengigil (+), penurunan berat badan, mual (+), muntah (+), dan badan terasa lemas.
Pada pemeriksaan fsik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang.
Kesadaran composmentis, gizi cukup, vital sign: tekanan darah
110/69mmHg, nadi 128x/menit, respirasi rate 28x/menit, suhu 37,1 °C, mata
konjungtiva anemis (+/+), leukoplakia (+), leher: adanya bekas benjolan TB
kelenjar, Thorak: inspeksi dalam batas normal, palpasi fremitus suara
meningkat (+/+), perkusi sonor memendek (+/+), auskultasi: suara paru
bronkial (+/+), suara tambahan: ronki basah (+/+), abdomen dalam batas
normal. Hasil laboratorium menunjukkan HIV reaktif. Hasil pemeriksaan foto
thoraks ditemukan adanya infltrat (+/+). Riwayat penyakit terdahulu
menderita TB kelenjar dan Riwayat putus obat pada pengobatan HIV
83
Pemeriksaan Anjuran/Usulan
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan foto thorax
Pemeriksaan CD4
Pemeriksaan Sputum BTA
Pemeriksaan Imunoserologi
Enzyme Linked Imunosorbent Assay (ELISA)
84
Diagnosis Banding
HIV/ AIDS Stadium 3 + TB Paru + Post Limfadenitis TB
HIV/ AIDS Stadium 2 + Pneumonia + Post Limfadenitis TB
HIV/ AIDS Stadium 4 + Bronkitis Kronis + Post Limfadenitis TB
HIV/ AIDS Stadium 3 + Bronkopneumonia + Post limfadenitis TB
HIV/ AIDS Stadium 2 + Bronkiektasis + Post limfadenitis
Diagnosa Sementara :
HIV/AIDS Stage III + TB Paru + Post
Limfadenitis TB
TERAPI
IVFD RL 20 gtt/ i
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidine 1amp/12jam
Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
Sucralfat Syr 3 x 1 cth
Salbutamol 3 x 2 mg
Vitamin B6 10mg 2x1
Paracetamol 3 x 500 mg
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad Malam
Rifampisin 300 mg
Isoniazid 300 mg/ 1 hari
Etambutol 500mg 2x1
Pirazinamid 500mg 2x1
Tenofovir 300mg 1x1
Efavirenz 600mg 1x1
Pencegahan dan Edukasi HIV Pencegahan konsep
“ABCDE”
A (Abstinence) artinya absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah.
B (Be Faithful) artinya bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan).
C (Condom) artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom.
D (Drug No) artinya dilarang menggunakan narkoba.
Pencegahan dan Edukasi TB
Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain selama beberapa
minggu pertama pengobatan untuk TB aktif.
Tutup mulut dengan menggunakan masker. Jangan lupa untuk membuang masker secara teratur.
Imunisasi BCG diberikan pada bayi
Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur.
Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi
DISKUSI
KASUS
Teori Kasus
Demam + +
Faringitis + -
Mual muntah + +
Berat badan menurun + +
Anoreksia + +
Malaise + +
Mialgia + -
Nyeri Kepala + -
Letargi + -
Banyak berkeringat pada malam hari
+ +
Lesi pada mukosa berulang + +
Penyakit Infeksi berulang + +
HIV
STATUS PRESENT
Keadaan Umum Teori Kasus
Sensorium Composmentis Composmentis
Tekanan Darah 100-130/ mmHg 110/69 mmHg Heart rate 60-100 x/menit 128x/menit
Respirasi 16-24 x/ menit 28x/menit
Temperature 36,5 - 37,5 ˚ C 37, 1 ˚ C
Keadaan Penyakit Teori Kasus
Anemia Ikterus Sianosis Dyspnea Edema Eritema Turgor
Gerakan aktif
Sikap tidur paksa
Tidak Tidak Tidak Tidak Ya/Tidak
Tidak Baik
Ya Tidak
Ya Tidak Tidak
Ya Tidak Tidak Baik
Ya Tidak
Keadaan Gizi
TB TB 172 cm
BB BB 65 kg
RBW : X 100% 90-100 % 90,2%
Kesan Underweight Normoweight
IMT 18,5-22,9 kg/m² 21,9 kg/m²
Kesan Underweight Normoweight
Teori Kasus
Kepala Dalam Batas Normal
Muka pucat (+), konjungtiva anemis (+/+), lidah leukoplakia (+), tonsil kemerahan (+)
Leher
Dalam Batas Normal
Bekas benjolan di leher sebelah kiriThorax Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Abdomen Dalam Batas Normal Dalam Batas normal
Ekstremitas Dalam Batas Normal
Bekas luka pada ekstremitasPEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Teori Kasus
Darah Rutin - HB
- Eritrosit
- Hematokrit - Limfosit
Pemeriksaan tes HIV -Strategi 1
Reaktif/Negatif -Strategi 2
Reaktif/Negatif -Strategi 3
<13.2 g/dl
< 4.4 10^6/uL
< 40%
< 20%
Reaktif/Negatif Reaktif/Negatif Reaktif/Negatif
9,2 g/dl 5.01
10^6/uL 2,87%
10%
Reaktif
Reaktif
Reaktif
DIAGNOSA BANDING
Teori Kasus
1.HIV/AIDS
2.Malignant Imunoblastic Lymphoma
3.Mycobacterium Avium Complex (MAC)
4.Kriptokokosis
5.Severe Combined Immunodefciencies
1. HIV/AIDS stadium 3 2. HIV/AIDS stadium 2 3. HIV/AIDS stadium 4 4. HIV/AIDS stadium 3 5. HIV/AIDS stadium 2
DIAGNOSA KERJA
Teori Kasus
HIV/AIDS HIV/AIDS grade
TERAPI
Teori Kasus
Aktivitas : Tirah baring
Diet : Tergantung stadium dan keluhan Terapi
Medikamentosa : - Terapi ARV
Aktivitas : Tirah Baring Diet : MB
Terapi Medikamentosa :
- Lamivudine 150 mg 1x2
- Tenofovir 300 mg 1x1
- Efavirenz 600 mg 1x1
KOMPLIKASI
Teori Kasus
1.Oral Lesi (Candida, Herpes Simplek, sarcoma )
2.Neuroligik (Komplek demensia, Enselophaty,)
3.Gastrointertinal (diare, limpoma, sarcoma Kaposi, mual, muntah) 4.Respirasi (Infeksi karena
Pneumocystic Carinii,
cytomegalovirus, batuk, nyeri, keletihan)
5.Dermatologik (lesi kulit staflokokus: virus herpes
dermatitis)
+
-
+
+
PENCEGAHAN DAN EDUKASI
Teori Kasus
1. Abstinence, yaitu memilih untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko tinggi, terutama seks pranikah
2. Be faithful, yaitu saling setia pada satu pasangan (tidak berganti- ganti pasangan).
3. Condom, yaitu menggunakan kondom secara konsisten dan benar
4. Drugs , yaitu menolak penggunaan NAPZA suntikan
5. Equipment, yaitu jangan pakai jarum
1. Abstinence, yaitu memilih untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko tinggi, terutama seks pranikah
2. Be faithful, yaitu saling setia pada satu pasangan (tidak berganti-ganti pasangan).
3. Condom, yaitu menggunakan kondom secara konsisten dan benar 4. Drugs , yaitu menolak penggunaan
NAPZA suntikan
5. Equipment, yaitu jangan pakai jarum
suntik bersama
TB PARU
ANAMNESA Teori Kasus
Demam
Batuk berdahak >2 minggu
Dypsnoe
Keringat malam
Nafsu makan menurun Bb turun
Lemas
+ + + + + + +
+
+
+
+
+
+
+
STATUS PRAESENT
Keadaan Umum Teori Kasus
Sensorium Composmentis Composmen
Tekanan Darah 100-130/ mmHg 110/69 tis
mmHg
Heart rate 60-100 x/menit 128x/menit
Respirasi 16-24 x/ menit 28x/menit
Temperature 36,5 - 37,5 ˚ C 37, 1˚ C
Keadaan Penyakit Teori Kasus
Anemia Ikterus Sianosis Dyspnea Edema Eritema Turgor
Gerakan aktif
Sikap tidur paksa
Tidak Tidak
Tidak Tidak Tidak Tidak
Baik Ya Tidak
Ya Tidak Tidak
Ya Tidak Tidak Baik
Ya Tidak
Keadaan Gizi
TB TB 172 cm
BB BB 65 kg
RBW : X 100% 90-100 % 90,2%
Kesan Underweight Normoweight
PEMERIKSAAN FISIK
Teori Kasus
Kepala Dalam Batas Normal
Pembesarah KGB Suara nafas bronkial
Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Dalam Batas Normal
Leher Bekas Pembesaran
KGB
Thorax
Fremitus meningkat(+/+), sonor memendek (+/
+)
SP : Bronkhial (+/+) ST : Rhonki basah (+/+)
Abdomen Dalam batas normal
Ekstremitas Dalam Batas Normal
Jantung dalam batas normal
Sinus costophrenicus kanan dan kiri lancip
Diaphragma kanan/kiri baik
Tampak infltratdikedua lapang paru
Pemeriksaan Radiologi
DIAGNOSIS BANDING
Teor
i Kasu
s 1.TB paru
2.Pneumonia 3.COPD
4.Bronkitis
5.Asma Bronkial
1.TB paru
2.Pnumonia
3.Bronkitis Kronis
4.Bronkopneumonia 5.Bronkiektasis
DIAGNOSIS KERJA
Teor i
Kasus
TB Paru TB Paru
TERAPI
Teori Kasus
Aktivitas : Tirah baring Diet : Tergantung
keluhan Terapi Medikamentosa :
Terapi TB Paru 2RHZE 4RH
Aktivitas : Tirah Baring Diet : Diet MB
Terapi :
Rifampisin 300mg 1x1
INH 300mg 1x1
Etambutol 750mg 2x1
Pirazinamide 500mg 2x1
KOMPLIKASI
Teori Kasus
1. Pleuritis
2. Efusi pleura 3. Empiema
4. Hemoptisis massif 5. Bronkiektasis
Tidak ada
PENCEGAHAN DAN EDUKASI
Teori Kasus
a. Menjemur alat tidur,
b. Membuka pintu dan jendela setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk.
Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman TB,
c. Makan makanan bergizi,
d. Tidak merokok dan minum minuman keras,
e. Olahraga secara teratur,
f. Mencuci pakaian hingga bersih,
g. Buang air besar di jamban atau WC,
h. Mencuci tangan hingga bersih di air yang mengalir setelah selesai buang air besar, sebelum, dan sesudah makan,
a. Menjemur alat tidur,
b. Membuka pintu dan jendela setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman TB,
c. Makan makanan bergizi,
d. Tidak merokok dan minum minuman keras,
e. Olahraga secara teratur,
f. Mencuci pakaian hingga bersih,
g. Buang air besar di jamban atau WC, h. Mencuci tangan hingga bersih di air
yang mengalir setelah selesai buang air besar, sebelum, dan sesudah makan,
THANK
YOU