• Tidak ada hasil yang ditemukan

Templat tugas akhir S1

N/A
N/A
Fatah Herdyka

Academic year: 2025

Membagikan "Templat tugas akhir S1"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK FISIK TANAH PADA PENGOLAHAN TANAH DANGKAL DAN DALAM PADA PERKEBUNAN

NANAS LAMPUNG

FATAH AMIRULKAUTSAR HERDYKA WAHYUDI`

DEPARTEMEN ILMU TANAH SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2025

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Judul Karya Ilmiah Tugas Akhir” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Bulan Tahun 20XX Fatah Amirulkautsar Herdyka Wahyudi A1401211056

(4)

ABSTRAK

NAMA MAHASISWA. Judul Skripsi. Dibimbing oleh NAMA PEMBIMBING 1 dan NAMA PEMBIMBING 2.

ABSTRACT

STUDENT NAME. Title of Thesis (skripsi). Supervised by NAME of 1

st SUPERVISOR and NAME of 2nd SUPERVISOR.

Narasi disusun dalam satu paragraf, isi tidak lebih dari 200 kata, dan ditulis dalam satu halaman untuk abstrak dan abstract. Abstrak memuat latar belakang permasalahan (tentatif), tujuan penelitian, metode, hasil penelitian dengan penekanan pada temuan baru, dan implikasi yang disajikan secara informatif dan faktual. Tidak diperbolehkan mengacu pustaka, gambar, dan tabel. Singkatan hanya dikenalkan jika masih digunakan lagi dalam bagian lain Abstrak/Abstract.

Kata kunci: ditulis dalam bahasa Indonesia, disusun berdasarkan abjad, maksimum lima kata atau frasa

Keywords: ditulis dalam bahasa Inggris, disusun berdasarkan abjad, maksimum lima kata atau frasa.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2025 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(6)

KARAKTERISTIK FISIK TANAH PADA PENGOLAHAN TANAH DANGKAL DAN DALAM PADA PERKEBUNAN

NANAS

FATAH AMIRULKAUTSAR HERDYKA WAHYUDI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2025 Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan

(7)

Tim Penguji pada Ujian Skripsi:

1 Nama lengkap dan gelar 2 Nama lengkap dan gelar

(8)
(9)

Judul Skripsi : KARAKTERISTIK FISIK TANAH PADA

PENGOLAHAN TANAH DANGKAL DAN DALAM PADA PERKEBUNAN NANAS

Nama : Fatah Amirulkautsar Herdyka Wahyudi

NIM : A1401211056

Disetujui oleh Pembimbing 1:

Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro M.Sc __________________

Pembimbing 2:

Ir. Wahyu Purwakusuma M.Sc __________________

Diketahui oleh Ketua Program Studi:

Nama lengkap dan gelar

NIP __________________

Atau (pilih salah satu)

Ketua Ketua Departemen …..:

Nama lengkap dan gelar NIP

__________________

Tanggal Ujian:

(tanggal pelaksanaan ujian) Tanggal Lulus:

(tanggal penandatanganan oleh Dekan Fakultas/Sekolah …)

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2024 sampai bulan Maret 2025 ini ialah Mitigasi Kehilangan Bahan Organik di

Perkebunan Nanas PT.GGP , dengan judul

“……… ...…………”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada para pembimbing, … (nama lengkap dan gelar) yang telah membimbing dan banyak memberi saran.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pembimbing akademik, moderator seminar, dan penguji luar komisi pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada … (nama lengkap dan gelar dari lembaga/instansi/perusahaan yang telah memberi izin penelitian), (nama dan gelar atau bapak/ibu jika tidak ada gelar) beserta staf Laboratorium ….. dan seterusnya .… yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga (istri/suami/anak jika sudah menikah) yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayangnya …. dan seterusnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan..

Bogor, Bulan Tahun Fatah Amirulkautsar Herdyka Wahyudi

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

I PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

1.5 Ruang Lingkup (opsional) 3

1.6 Hipotesis (opsional) 3

II TINJAUAN PUSTAKA (OPSIONAL) 3

2.1 Contoh Subbab 3

2.2 Contoh Subbab2 3

III METODE 3

3.1 Waktu dan Tempat 3

3.2 Alat dan Bahan 3

3.3 Prosedur Kerja 3

3.4 Analisis Data 3

IV HASIL DAN PEMBAHASAN (terpisah atau gabung) 3

4.1 Hasil 3

4.2 Pembahasan 3

V SIMPULAN DAN SARAN 3

5.1 Simpulan 3

5.2 Saran 3

DAFTAR PUSTAKA 3

LAMPIRAN 3

RIWAYAT HIDUP 3

(12)

DAFTAR TABEL

1 Tingkat kekerasan dan kandungan gula buah pisang ambon pada

suhu simpan yang berbeda dan pemberian putresina 3 2 Tingkat kekerasan buah pisang raja pada suhu simpan yang berbeda

dan pemberian putresina 3

DAFTAR GAMBAR

1 Contoh gambar 3

2 Contoh judul gambar lebih dari satu baris maka baris kedua

dimulai tepat di bawah huruf pertama judul gambar 3

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran 1 Rata-rata dan simpangan baku beberapa sifat físik dan

kimia tanah dari 78 contoh tanah di Kebun Percobaan Ciheuleut 3 3 Lampiran 2 Umur, indeks luas daun, dan hasil biji kering jagung

yang ditanam pada lima ketinggian tempat 3

(13)

13

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Great Giant Pineapple merupakan salah satu perusahaan pengalengan nanas terbesar di dunia dengan luas lahan yang mencapai kurang lebih 33.000 hektar diperuntukan untuk produksi nanas kaleng dan buah segar setiap harinya (Ahmadi et al.2021). Pengolahan tanah secara intensif diikuti dengan praktik pertanian monokultur dilakukan dalam kurun waktu 53 tahun yang dilakukan untuk memastikan didapatkannya produktivitas yang tinggi.

Namun dalam keberlanjutan perkebunan ini terdapat berbagai masalah yang muncul dari pengolahan tanah intensif dan praktik pertanian monokultur salah satunya adalah penurunan kualitas tanah yang terjadi secara besar- besaran akibat hilangnya bahan organik, hal ini dapat membuat penurunan produktivitas nanas yang dapat menurun dari tahun ke tahun. Penurunan kualitas tanah yang terjadi akibat proses budidaya monokultur dan pengolahan intensif dapat membawa dampak serius terhadap keberlanjutan perkebunan nanas di GGP dengan meningkatkan resiko penurunan kualitas tanah. Penyelesaian masalah diperlukan pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam pengolahan tanah.

PT. Great Giant Pineapple (GGP) telah mengalami penurunan produktivitas dari tahun 2018 (Ahmadi et al.2021). Permasalahan ini dapat dikaitkan dengan penggunaan bajak dalam dan pertanian monokultur intensif yang sering digunakan dalam areal perkebunan yang dapat menurunkan kualitas tanah akibat terjadinya pemadatan. Pemadatan tanah dapat mengurangi produktivitas tanah dan memperburuk kondisi tanah (Shaheb et al.2021). Penggunaan bajak dalam dan pertanian monokultur intensif dapat mempercepat degradasi tanah karena terganggunya struktur tanah dan memperbesar potensi pembentukan tapak bajak yang dapat membuat efek negatif terhadap drainase air sehingga sering terjadi kekurangan atau kelebihan air di lahan yang dapat berdampak terhadap produktivitas (Suwardi et al. 2023). Masalah lain yang muncul adalah ketika diberlakukannya bajak dalam adalah munculnya lapisan kaya akan besi di permukaan tanah dan di daerah perakaran yang dapat mempengaruhi berbagai aspek dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Lapisan kaya besi dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi pertumbuhan akar, menyebabkan berkurangnya air dan nutrisi yang dapat diserap tanaman dan mengurangi tingkat fotosintesis (Harish et al.).

Pengenalan bajak dangkal di PT. Great Giant Pineapple merupakan salah satu solusi berkelanjutan dalam pengolahan tanah untuk mengatasi masalah degradasi tanah. Bajak dangkal dirancang untuk membajak tanah tanpa merusak struktur tanah, sehingga dapat mengurangi risiko pembentukan tapak bajak (Rashanov 2021) yang menghambat penetrasi akar serta mencegah lapisan kaya besi muncul ke permukaan yang dapat menurunkan kualitas tanah. Selain itu, bajak dangkal menawarkan keuntungan ekonomis karena biaya operasionalnya lebih rendah dibandingkan dengan bajak dalam, berkat penggunaan bahan bakar dan waktu yang lebih efisien. Keunggulan lainnya adalah kemampuannya

(14)

14

mempertahankan bahan organik di permukaan tanah, karena bajak dangkal hanya membenamkan bahan organik secara ringan tanpa menguburnya terlalu dalam, sehingga kontak dengan tanah tetap minimal dan bahan organik dapat lebih terjaga

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbedaan karakteristik fisik tanah antara pengolahan dangkal dan dalam pada lahan perkebunan nanas 2. Bagaimana pengaruh pengolahan tanah dangkal terhadap sifat

fisik tanah

3. Pengolahan tanah manakah yang lebih direkomendasikan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas fisik tanah pada perkebunan nanas

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. menganalisis dan membandingkan karakteristik fisik tanah pada lahan yang diolah dengan dua metode berbeda yaitu bajak dangkal (20 cm) dan bajak dalam (40 cm) di perkebunan nanas PT. Great Giant Pineapple

2. Mengevaluasi pengaruh dan dampak kedalaman pengolahan tanah terhadap sifat fisik tanah

3. Memberikan rekomendasi metode pengolahan tanah yang lebih berkelanjutan untuk mendukung implementasi pertanian berkelanjutan pada perkebunan nanas PT. Great Giant Pineapple

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki banyak manfaat. Penelitian ini dapat berguna secara akademis dalam pengelolaan tanah di lahan pertanian monokultur, khususnya dalam memahami bagaimana pengolahan tanah memengaruhi sifat fisik tanah. Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi PT. Great Giant Pineapple karena dapat menjadi dasar pertimbangan untuk memilih metode pengolahan tanah yang lebih efisien dan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas tanaman nanas. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang metode pengolahan tanah yang dapat mempertahankan kesuburan tanah dalam jangka panjang.

1.5 Hipotesis

Penerapan metode bajak dangkal diharapkan dapat membenah sifat fisik tanah sebaik bajak dalam.

(15)

15

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat fisik tanah

Sifat fisik tanah adalah ciri-ciri tanah yang bisa diamati langsung di lapangan atau diukur di laboratorium. Seperti tekstur tanah, yang menentukan jenis tekstur yang terdapat di tanah berdasarkan perbandingan partikel pasir, debu, dan liat (Shirazi dan Boersma 1984). Struktur tanah juga dapat menggambarkan bagaimana partikel-partikel yang terdapat di tanah dapat menyatu dan membentuk agregat, seperti bentuk gumpalan kecil atau lapisan padat, yang berpengaruh pada kemudahan akar tanaman menembus tanah (Richard 1939). Di samping itu, porositas tanah berkaitan dengan ruang pori yang memengaruhi kemampuan tanah menyerap air dan udara. Yang dimana semakin banyak pori, semakin baik aerasi dan drainasenya (Baver 1933).

Kepadatan tanah atau yang biasa disebut bobot isi juga penting karena menggambarkan seberapa mudah tanah tersebut saat diolah, yang berdampak pada pertumbuhan tanaman. Konsistensi tanah, seperti apakah tanah terasa plastis atau tidak, juga menentukan kemudahan dalam pengolahan lahan.

Kemudiam, drainase dan permeabilitas tanah sangat penting untuk mencegah genangan air atau kekeringan.

2.1.1 Bobot isi

Bobot isi tanah merupakan salah satu parameter penting untuk mengetahui tingkat kerapatan tanah. Semakin padat tanah, maka bobot isinya juga akan semakin tinggi. Tanah yang memiliki bobot isi tinggi biasanya mengalami pemadatan, baik akibat aktivitas alat berat, curah hujan tinggi, maupun pengolahan tanah yang tidak tepat. Pemadatan ini dapat menyebabkan pergerakan air di dalam tanah menjadi lambat, sehingga air sulit meresap ke dalam dan mudah menggenang di permukaan. Kondisi tersebut tidak ideal bagi pertumbuhan akar karena akar akan kesulitan menembus lapisan tanah yang padat. Akibatnya, tanaman menjadi rentan terhadap stres air dan kekurangan oksigen di zona akar, yang berujung pada terhambatnya pertumbuhan. Oleh karena itu, bobot isi menjadi indikator penting dalam evaluasi kesehatan tanah, khususnya di lahan perkebunan, karena menunjukkan seberapa baik tanah tersebut mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal (Hardjowigeno 1993).

2.1.2 Porositas Total

Porositas total merupakan indikator awal yang paling mudah digunakan untuk menilai apakah suatu tanah memiliki struktur yang baik atau tidak.

Porositas total mengacu pada persentase volume ruang pori di dalam tanah dibandingkan dengan volume total tanah itu sendiri (Prasetyo & Thohiron, 2013). Ruang pori ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan air dan udara yang sangat dibutuhkan oleh akar tanaman dan mikroorganisme tanah. Jika nilai porositas terlalu rendah, maka tanah menjadi padat, drainase terhambat, dan pergerakan air maupun udara menjadi terbatas. Hal ini dapat

(16)

16

menyebabkan akar kesulitan tumbuh dan menyerap unsur hara secara optimal. Sebaliknya, porositas yang tinggi cenderung menurunkan kepadatan tanah, memperbaiki aerasi, dan mendukung perkembangan akar yang lebih baik. Nilai porositas total tanah sangat penting dalam menciptakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman (Surya, Nuraini, & Widianto, 2017).

2.1.3 Air Tersedia

Air tersedia bagi tanaman merupakan kisaran kadar air di dalam tanah yang dapat diserap oleh akar tanaman secara optimal, tanpa menyebabkan kekurangan atau kelebihan air (Ratliff 1983). Kisaran ini berada di antara dua titik penting, yaitu kapasitas lapang dan titik layu permanen, di mana tanaman masih dapat memanfaatkan air dengan baik. Pada kapasitas lapang, tanah menahan air dengan gaya kapiler yang lemah sehingga akar tanaman masih mampu menyerapnya, sedangkan pada titik layu permanen, air tertahan terlalu kuat oleh partikel tanah dan tidak lagi tersedia bagi tanaman (Zhou et al.2016). Air tersedia adalah tercapainya keseimbangan antara kebutuhan tanaman terhadap air dan kemampuan tanah dalam menyediakannya secara berkelanjutan. Keseimbangan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, seperti tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik, yang menentukan kemampuan tanah dalam meretensi air. Apabila kandungan air tanah berada di luar kisaran ini, tanaman bisa mengalami stres air yang berdampak negatif pada pertumbuhannya (Mifta, 2021).

2.1.4 C-Organik

C-Organik adalah salah satu komponen penting yang berasal dari sisa- sisa bahan organik yang terdapat pada tanah seperti daun, akar, dan organisme mati yang mengalami dekomposisi (Hoffland et al. 2020). Karbon organik merupakan bagian utama dari bahan organik tanah yang berperan besar dalam memperbaiki segala sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dalam pertanian atau perkebunan kandungan C-organik yang tinggi sering dikaitkan dengan tanah yang subur dan sehat. Hal ini dikarenakan C-organik dapat membantu meningkatkan kapasitas tanah dalam meretensi air dan juga meningkatkan jerapan unsur hara dengan menambahkan koloid organik seperti gugus karboksil dan gugus fenol (Soares 2008). Karbon organik juga dapat berperan dalam membentuk agregat tanah yang baik sehingga mendukung aerasi dan pergerakan akar yang baik juga (Mirzaei 2014). Dengan kandungan C- organik yang tinggi dapat mendorong aktivitas mikroorganisme dalam tanah yang berperan dalam siklus hara, dikarenakan mikroorganisme akan membuat hara yang terdapat dalam tanah menjadi lebih mudah diserap oleh tanaman (Chang et al. 2007).

2.1.5 Tekstur

Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang menunjukkan perbandingan relatif antara partikel pasir, debu, dan liat dalam suatu massa tanah. Ketiga fraksi ini memiliki ukuran partikel yang berbeda-beda. Pasir berukuran paling besar dengan ukuran 0,05 mm – 2,00 mm, debu dengan ukuran 0,002 mm –

(17)

17 0,05 mm, dan clay dengan ukuran <0,0002 mm (Sufardi 2021). Komposisi dari ketiga partikel ini menentukan bagaimana tanah akan terasa jika disentuh dan dipilin (Shirazi 1984). Tekstur tanah sangant berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam meretensi air, unsur hara, jumlah dan jenis pori yang ada. Dikarenakan tanah bertekstur pasir akan cenderung memiliki drainase yang baik namun memiliki kemampuan retensi air yang rendah, Sedangkan tanah liat memiliki kemampuan menahan air dan unsur hara yang tinggi tetapi bisa menghambat aerasi dan pergerakan akar (Zhao 2015). Tekstur tanah sangat penting dalam pengolahan lahan pertanian karena dengan diketahui apa tekstur tanah yang diolah agar dapat membuat perencanaan pengolahan lebih baik.

2.2 Pembajakan

Pembajakan adalah proses pengolahan tanah dengan cara membalik, menggemburkan, atau memotong lapisan atas tanah menggunakan alat bajak yang dapat dilakukan secara manual oleh tenaga manusia atau dengan bantuan mesin bajak. Tujuan utama dilakukannya pembajakana adalah untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur dan mudah untuk ditanami (Kakahy et al. 2021) Dengan tanah yang lebih gembur akar tanaman akan lebih mudah tumbuh dan menyerap air serta unsur hara. Pembajakan juga dapat membantu mencampur sisa-sisa tanaman, pupuk, atau bahan organik yang terdapat di permukaan ke dalam tanah sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat (Alkoaik 2019). Pembajakan juga dapat digunakan untuk mengendalikan gulma dan hama yang bersarang di atas permukaan tanah. Pembajakan harus diatur intensitasnya, kedalamannya, dan disesuaikan dengan kondisi tanah, karena pembajakan yang berlebihan dapat merusak struktur tanah, mengurangi kadar bahan organik, dan tanah dapat mengalami pemadatan (Pekrun 2006).

2.2.1 Bajak Dangkal

Bajak dangkal adalah metode pengolahan tanah yang dilakukan dengan kedalaman bajak relatif rendah yang umumnya sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah (Schjønning & Thomsen 2013). Teknik ini bertujuan untuk menggemburkan lapisan tanah atas tanpa merusak struktur tanah yang lebih dalam dan mencegah naiknya lapisan kaya besi ke permukaan. Bajak dangkal sering digunakan untuk mempersiapkan lahan sebelum penanaman, terutama pada sistem pertanian berkelanjutan atau salah satu contoh teknik konservasi bernama LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). Salah satu keuntungan dari penggunaan bajak dangkal adalah dapat mempertahankan bahan organik di permukaan tanah, karena tidak terlalu dalam membalikkan tanah. Metode ini juga membantu mengurangi resiko terbentuknya lapisan tapak bajak yang dapat menghambat pertumbuhan akar. Dalam sisi ekonomi- pun bajak dangkal akan cenderung lebih hemat energi dan bahan bakar dibandingkan dengan bajak dalam (Yagioka et al. 2014). Cara ini merupakan salah satu jalan untuk menuju diterapkannya pertanian berkelanjutan karena tidak terlalu berefek negatif terhadap kesehatan tanah

(18)

18

2.2.2 Bajak Dalam

Bajak dalam adalah metode pengolahan tanah yang dilakukan dengan kedalaman yang biasanya mencapai 40 cm tergantung yang dibutuhkan lahan.

Tujuan dari bajak dalam adalah untuk membalik dan menghancurkan lapisan tanah yang padat agar lebih gembur dan dapat mendukung pertumbuhan akar tanaman secara optimal (Varsa et al.1997). Metode ini juga dapat digunakan untuk memotong dan mengubur sisa-sisa tanaman, gulma, atau hama ke dalam tanah agar terurai dengan baik. Bajak dalam sering digunakan pada lahan yang sudah mengalami pemadatan berat akibat penggunaan alat berat atau aktivitas pertanian intensif (Kautsar 2018). Salah satu manfaatnya dari pembajakan dalam adalah memperbaiki aerasi tanah, infiltrasi dan meningkatkan kapasitas tanah dalam meretensi air . Penggunaan bajak dalam tetapi memiliki banyak efek negatif terhadap tanah karena dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah alami dan mempercepat hilangnya bahan organik. Selain itu penggunaan bajak dalam juga memperlukan energi,tenaga, dan biaya yang lebih besar dibandingkan bajak dangkal.

(19)

19

III METODE

Penelitian ini dilakukan di lahan Research and Development (R&D) PT.

Great Giant Pineapple (GGP) pada lokasi 86 plot 97 yang dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki karakteristik pengolahan yang serupa dengan yang terjadi di areal perkebunan produksi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang masalah nyata dalam sistem pengolahan tanah yang diterapkan di Perkebunan.

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dan pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan September 2024 hingga Maret 2025 di Lahan Perkebunan Nanas Research and Development Plot 97 Lokasi 86 PT.GGP Lampung tengah. Analisis sifat fisik dari sampel yang didapatkan dilakukan pada Laboratorium Konservasi Tanah dan Air Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Gambar 1 Peta lokasi penelitian 3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan di lapangan adalah ring sampler, cangkul, garpu tanah, plastik, alumunium foil, spidol, label, dan alat yang digunakan pada laboratorium adalah ayakan 8, 4.75, 2.83, 2, 1, 0.42, 0.3, 0, mesin pengayak basah, pressure plate apparatus, erlenmeyer 500 ml, timbangan, dan pipet 10 ml. Bahan yang digunakan adalah tanah berat kering udara, tanah berat kering mutlak, tanah agregrat, K2Cr2O7, FeSO4, H2SO4 Pa, Feroin, dan aquades

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pembajakan dimulai pada tanggal 5 September 2024 di plot 97 lokasi 86, 22 hari setelah dilakukan pemberian bahan organik di lahan. Bahan organik diberikan dengan cara mencacah tamanan sisa hasil dari panen sebelumnya di lahan tersebut dan dibiarkan terdekomposisi diatas lahan

(20)

20

sebagai cara mengembalikan bahan organik ke dalam tanah. Pemilihan waktu 22 hari setelah pencacahan dikarenakan dengan bahan organik yang belum terdekomposisi diharapkan dapat memberikan kandungan bahan organik secara perlahan di dalam tanah. Pembajakan dilakukan dengan dua mesin berbeda dengan memakai mesin bajak dangkal di 6 petak dan mesin bajak dalam di 6 petak lainnya.

Gambar 2 Pembajakan dangkal Gambar 3 Pembajakan dalam

3.3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Penelitian terdiri dari 2 perlakuan yang berisi 6 dengan luas total petak 9 x 168 m. ulangan dengan desain petak penelitian disajikan dalam gambar 5.

Gambar 4 Desain petak penelitian Keterangan:

T40 : Sistem Pengolahan Tanah Bajak Dalam T20 : Sistem Pengolahan Tanah Bajak Dangkal 1, 2, 3, ..., 6 : Titik ulangan

(21)

21 3.3.2 Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tiap peta, ada tiga sampel tanah yaitu contoh tanah utuh, contoh tanah komposit, beserta contoh tanah agregrat tanah yang diambil tiap petak dengan cara yang berbeda. Pengambilan sampel contoh tanah utuh diambil pada tengah petak tiap ulangan dengan ring sampler diikuti dengan pengambilan sampel agregrat dan komposit dilakukan dengan mengambil contoh tanah dengan metode mata dadu lima yang dimana tiap petak akan diambil lima titik yang mewakili keseluruhan kondisi tanah.

Gambar ... Pengambilan sampel contoh tanah utuh

Gambar ... Pengambilan sampel contoh agregrat

3.3.3 Kemantapan Agregrat

Penetapan agregat dapat dilakukan dengan metode pengayakan kering dan basah. Metode pengayakan kering dapat mencerminkan distribusi clod dan agregrat di lapangan dan mencerminkan ketahanan tanah terhadap erosi angin. Sedangkan pengayakan basah mencerminkan stabilitas agregrat di lapangan terhadap air dihitung dengan rumus.

Stabilitas Agregrat=

(

BDK1BDB

)

x100

3.3.4 Bobot Isi

Penetapan bobot isi dilakukan menggunakan metode clod, yaitu metode yang menggunakan sampel agregat tanah utuh. Sampel tersebut akan dilapisi dengan parafin untuk menjaga kestabilan bentuk dan kadar air tanah serta mencegah pengembangan saat proses pengukuran volume. Setelah dilapisi, sampel akan direndam dalam air untuk menentukan volumenya berdasarkan prinsip perpindahan air sehingga didapatkan rumus untuk mengukur bobot isi yaitu.

BI= Volume tanah Tanah kering mutlak

(22)

22

3.3.5 Kurva Pf

Penetapan kurva pf dilakukan dengan menaruh tanah yang diambil menggunakan contoh tanah utuh dipotong dan dijenuhkan selama 24 jam, kemudian akan ditaruh di plate berpori dan dimasukkan pressure plate apparatus dengan berbagai tekanan yaitu pF 1.00, pF 2.00, pF 2.54, dan pF 4.00 yang kemudian dari tanah yang didapatkan setelah dikeluarkan akan diukur kadar airnya secara gravimetrik dan akan didapatkan kadar air pada setiap pF. Pengukuran kurva pF dapat didapatkan PAT atau pori air tersedia dengan rumus

PAT=pF2.54−pF4.2 3.3.6 Porositas

Porositas diukur menggunakan nilai bobot isi dan bobot jenis partikel.

Hasil pengukuran menggambarkan sejah mana ruang pori di dalam tanah tersedia untuk pergerakan udara dan air, nilai porositas di dapatkan dengan menggunakan rumus

Porositas=

(

1−Bobot Jenis PartikelBobot isi

)

x100 %

3.3.7 Tekstur

Pengukuran tekstur secara pipet di gunakan menggunakan tanah yang lolos ayakan 2 mm yang kemudian akan ditambahkan larutan H202 (hidrogen peroksida) untuk menghancurkan bahan organik dan kemudian panaskan, kemudian ditambahkan larutan HCL untuk menghilangkan kalsium karbonat.

Kemudian pisahkan fraksi pasir dengan ayakan 50 µm kemudian keringkan di oven. Sisa larutan 1 liter fraksi ditambahkan 50 ml Na-pirophospal dan kemudian di pipet menurut jam dan volume.

3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan bantuan minitab menggunakan uji analisis one way annova yang dilakukan perbulan untuk melihat perbedaan antar perlakuan dan excel.

(23)

23

IV HASIL

4.1 Lokasi Umum

Lokasi riset 86 merupakan petak yang berada di divisi Research and Development PT. Great Giant Pineapple dengan kemiringan lereng 2% dari ujung barat laut ke tenggara, membentuk lereng tunggal yang seragam.

Berdasarkan hasil analisis tekstur (metode pipet) yang di ambil dari profil perwakilan di dalam lahan didapatkan tekstur clay.

Gambar 6 Peta elevasi lahan Tekstur (Metode Pipet) Pasir Debu Liat

%

44.03 7.31 48.66 42.81 9.73 47.46 43.09 8.48 48.43

Tabel 1 Tekstur Profil Perwakilan

4.2 Hasil

(24)

24

Tabel 2 Bobot isi bajak dangkal dan dalam pada bulan November dan Februari

November Februari

1.20 1.25 1.30 1.35 1.40 1.45 1.50 1.55 1.60

1.35

1.50 1.38

1.57

Bobot isi

Average T20 Linear (Average T20)

Linear (Average

T20) Average T40

Linear (Average T40)

Gambar 7 Grafik rata-rata bobot isi bulan November dan Desember

Bulan November Februari

Ulangan

Bajak Dangkal

(T20)

Bajak Dalam (T40)

Bajak Dangkal

(T20)

Bajak Dalam (T40)

1 1.25a 1.24 a 1.49 a 1.53b

2 1.34a 1.25 a 1.48 a 1.54 b

3 1.39a 1.42 a 1.52 a 1.69 b

4 1.27 a 1.46 a 1.49 a 1.62 b

5 1.59 a 1.52 a 1.46 a 1.52 b

6 1.24 a 1.36 a 1.56 a 1.53 b

Rata-rata 1.35 a 1.38 a 1.50 a 1.57 b

Bulan November Februari

(25)

25

Tabel 5 Porositas bajak dangkal dan dalam pada bulan November dan Desember

November Februari 32.00

34.00 36.00 38.00 40.00 42.00 44.00 46.00

42.03

38.21 43.83

36.84

Porositas

Average T20 Linear (Average T20) Average T40 Linear (Average T40)

Gambar 8 Grafik rata-rata porositas bulan November dan Februari

Tabel 8 Stabilitas agregrat bajak dangkal dan bajak dalam Ulangan

Bajak Dangkal

(T20) Bajak Dalam (T40)

Bajak Dangkal

(T20) Bajak Dalam (T40)

1 44.66 a 45.73 a 34.89 a 36.85 a

2 39.60 a 50.59 a 39.32 a 37.27 a

3 40.30 a 39.98 a 37.62 a 31.28 a

4 44.80 a 41.68 a 39.27 a 34.38 a

5 35.40 a 39.63 a 41.32 a 39.59 a

6 47.44 a 45.37 a 36.86 a 41.65 a

Rata-rata 42.03 a 43.83 a 38.21 a 36.84 a

(26)

26

November Februari

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

38.13

45.57 39.66

48.97

Stabilitas Agregrat

Average T20 Linear (Average T20) Average T40 Linear (Average T40)

Gambar 9 Grafik rata-rata stabilitas agregrat

Tabel 11 Air tersedia bajak dangkal dan bajak dalam

Bulan November Februari

Ulangan

Bajak Dangkal

(T20)

Bajak Dalam (T40)

Bajak Dangkal

(T20)

Bajak Dalam (T40)

1 34.96 a 42.88 a 42.86 a 55.84 a

2 42.95 a 36.96 a 50.97 a 47.68 a

3 35.80 a 41.22 a 57.81 a 44.35 a

4 41.89 a 48.74 a 47.93 a 47.61 a

5 46.32 a 32.25 a 40.25 a 45.23 a

6 26.87 a 35.89 a 33.61 a 53.12 a

Rata-rata 38.13 a 39.66 a 45.57 a 48.97 a

(27)

27

November Februari 10.20

10.40 10.60 10.80 11.00 11.20 11.40

11.60 11.52

10.84 11.38

10.75

Air Tersedia

Average T20 Linear (Average T20) Average T40 Linear (Average T40)

Gambar 10 Grafik air tersedia

Tabel 11 C-Organik bajak dangkal dan bajak dalam

Bulan November Februari

Ulangan

Bajak Dangkal

(T20)

Bajak Dalam (T40)

Bajak Dangkal

(T20)

Bajak Dalam (T40)

1 14.10 a 12.68 b 8.50 a 11.66 b

2 9.43 a 12.87 b 14.35 a 10.49 b

3 10.77 a 14.87 b 13.42 a 10.48 b

4 13.11 a 10.65 b 13.04 a 9.29 b

5 9.22 a 8.77 b 6.44 a 11.01 b

6 12.51 a 8.46 b 9.26 a 11.55 b

Rata-rata 11.52 a 11.38 b 10.84 a 10.75 b

(28)

28

November Februari

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60

1.80 1.60

0.98 1.19

0.81

C- organik

Average T20 Linear (Average T20) Average T40 Linear (Average T40)

Gambar 11 Grafik air tersedia

4.3 Pembahasan

Lahan perkebunan nanas di PT.GGP merupakan contoh nyata dari sistem pertanian intensif yang telah berlangsung dalam waktu panjang tepatnya dimulai pada tahun 1979 hingga sekarang. Pengelolaan lahan dilakukan secara intensif untuk mendukung produksi skala besar. Kondisi ini

Bulan November Februari

Ulangan

Bajak Dangkal

(T20)

Bajak Dalam (T40)

Bajak Dangkal

(T20)

Bajak Dalam (T40)

1 1.28 a 1.12 b 1.11 a 0.87 b

2 1.59 a 1.19 b 1.04 a 0.79 b

3 1.74 a 1.26 b 0.96 a 0.87 b

4 1.82 a 1.18 b 0.88 a 0.80 b

5 1.60 a 1.27 b 0.88 a 0.72 b

6 1.59 a 1.10 b 1.04 a 0.79 b

Rata-rata 1.60 a 1.19 b 0.98 a 0.81 b

(29)

29 menyebabkan lahan hampir tidak pernah diberi waktu istirahat atau masa jeda tanam. Akibatnya sifat fisik pada tanah berisiko mengalami degradasi da terjadinya kehilangan bahan organik seiring waktu, terutama akibat pengolahan tanah berulang, pemadatan oleh alat berat dan praktik monokultur. Oleh karena itu dilakukan bajak dangkal sebagai praktik konservasi mengurangi intensitas pengolahan tanah dan juga mengkonservasi bahan organik dalam tanah dengan cara sisa tanaman yang telah dicacah dibiarkan sebagai mulsa dipermukaan tanah. Pengelolaan ini diharapkan dapat mempertahankan bahan organik diatas permukaan tanah menciptakan biopori meningkatkan porositas tanah dan menurunkan bobot isi tanah.

Digunakan empat parameter fisik diikuti dengan nilai c-organik yang akan dibandingkan untuk melihat perbedaan pengolahan bajak dalam dan dangkal.

Data pada tabel ... menunujukan hasil pengukuran bobot isi tanah pada dua perlakuan pengolahan tanah bajak dangkal dan bajak dalam, diamati pada dua waktu berbeda yaitu bulan November yang diambil 1 bulan setelah pengolahan dan bulan Februari 4 bulan setelah pengolahan. Didapatkan pada bulan November dua pengolahan tidak memiliki perbedaan nyata dengan nilai rata-rata pada bajak dangkal 1.35 g/cm3 dan bajak dalam 1.38 g/cm3.

Hal ini dikarenakan pada bulan pengamatan kedua perlakuan baru memiliki waktu 1 bulan setelah pembajakan dan tanah masih terpengaruhi oleh pembajakan sehingga struktur tanah masih longgar setelah pembajakan, karena selama pembajakan tanah mengalami pelonggaran dan penghancuran agregrat, pengaruh aktivitas alami belum cukup lama seperti layaknya curah hujan, dan pada bulan ini dikarenakan bahan organik belum terdekomposisi sepenuhnya maka terjadi pembuatan rongga akibat bahan organik secara fisik menahan struktur tanah yang telah di bajak. Efek pengolahan tanah akan terlihat seiring perjalanan waktu seperti pada halnya bobot isi pada bulan Februari.

Bulan Februari terjadi perubahan yang lebih mencolok terhadap bobot isi untuk rata-rata perlakuan bajak dangkal meningkat menjadi 1.50 g/cm3, sedangkan untuk bajak dalam meningkat menjadi 1.57 g/cm3. Peningkatan bobot isi ini menunjukkan tanah menjadi lebih padat empat bulan setelah pengolahan. Bulan ini menunjukan bahwa terjadi perbedaan nyata pada dua perlakuan bajak dangkal dan bajak dalam. Perlakuan bajak dalam memiliki nilai bobot isi lebih tinggi dibanding dengan bajak dangkal, hal ini dikarenakan persebaran bahan organik yang berbeda antara dua sistem bajak.

Pada sistem bajak dangkal persebaran bahan organik akan lebih terkonsentrasi di kedalaman 0-20 dikarenakan pada proses pembajakan bahan organik yang sebelumnya berada di permukaan hanya akan tersebar secara terbatas di lapisan atas tanpa mengalami pembenaman yang dalam. Hal ini menyebabkan akumulasi bahan organik yang lebih banyak di bagian permukaan dan kedalaman 20 cm. Sebaliknya pada bajak dalam bahan organik akan cenderung tersebar lebih merata pada kedalaman 0-40 sehingga tanah pada bajak dalam akan cenderung lebih padat dibanding dengan bajak dangkal

(30)

30

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan merupakan jawaban dari tujuan yang sudah ditentukan dan tidak dimaksudkan sebagai ringkasan hasil. Dalam Simpulan, penulis harus dan hanya menjawab masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Pendahuluan. Simpulan merupakan generalisasi dari hasil penelitian dan argumentasi penulis, atau pernyataan singkat yang merupakan hakikat dari bab Hasil dan Pembahasan atau hasil pengujian berbagai hipotesis yang berkaitan.

Simpulan merupakan hasil penelitian yang boleh jadi telah dikemukakan dalam perumusan masalah dan telah diberi jawaban sementara berupa hipotesis. Dalam menulis simpulan, penulis harus membedakan dugaan, temuan, dan simpulan hasil studi. Pernyataan simpulan harus dilakukan secara cermat dan hati-hati. Penyampaian simpulan ini dapat dilakukan sebanyak 3 kali, yakni dalam Pembahasan, Simpulan, dan Abstrak sehingga diperlukan kecermatan untuk menyajikannya dengan ungkapan yang berbeda-beda.

5.2 Saran

Saran seyogianya mengarah ke implikasi atau tindakan lanjutan yang harus dilakukan sehubungan dengan temuan atau simpulan penulis. Saran yang dikemukakan harus berkaitan dengan pelaksanaan atau hasil penelitian.

Dengan demikian saran ini mengemukakan hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut terutama untuk memperbaiki kelemahan atau kekurangan dalam penelitian yang dilakukan atau perbaikan asumsi yang diambil sehingga didapatkan hasil yang lebih baik. Jadi, saran tersebut harus diuraikan secara spesifik. Jangan menyarankan hal-hal yang tidak dianalisis dan dibahas dalam penelitian serta terkesan menggurui atau memuaskan keinginan peneliti.

Untuk penelitian yang berkaitan dengan permasalahan kebijakan, tidak perlu menyarankan kebijakan yang tidak berkaitan dengan hasil penelitian.

(31)

31

DAFTAR PUSTAKA

Widowati W, Jasaputra DK, Wargasetia TL, Eltania TF, Azizah AM, Subangkit M, Lister INE, Ginting CN, Girsang E, Faried A. 2020.

Apoptotic potential of secretome from interleukin-induced natural killer cells toward breast cancer cell line by transwell assay. HAYATI J Biosci . 27(3):186–196. doi:10.4308/hjb.27.3.186.

Bente AD, Rico-Hesse R. 2006. Model of dengue virus infection. Drug Discov Today Dis Models. 3(1):97-103. doi: 10.1016/j.ddmod.

2006.03.014.

Bernardo L, Izquierdo A, Prado I, Rosario D, Alvarez M, Santana E, Castro J, Martinez J, Rodriguez R, Morier L et al. 2008. Primary and secondary infections of Macaca fascicularis monkey with Asian and American genotypes of dengue virus 2. Clin Vaccine Immunol. 15(3): 439-446.

doi: 10.1128/CVI.00208-07.

Kochel TJ, Watts DM, Gonzalo AS, Ewing DF, Porter KR, Russell KL. 2005.

Cross-serotype neutralization of dengue virus in Aotus nancyme monkeys. J Infect Dis. 191(6):1000-1004. doi:10.1086/427511.

Onlamoon N, Noisakran S, Hsiao HM, Duncan A, Villinger F, Ansari AA, Perng GC. 2010. Dengue virus-induced hemorrhage in a nonhuman primate model. Blood. 115(9):1823-1834. doi:10.1182/blood-2009-09- 241990.

[WHO] World Health Organization. 2009. Dengue and dengue haemorrhagic fever [internet]. [diacu 2009 Mei 6]. Tersedia dari:

http://www.who.int /mediacentre/ factsheets/ fs117/en/ index.html.

(32)

32

LAMPIRAN

(33)

33 Lampiran 1 Rata-rata dan simpangan baku beberapa sifat físik dan kimia

tanah dari 78 contoh tanah di Kebun Percobaan Ciheuleut

Sifat Rata-rata Simpangan baku

Pasir (%) 47.66 23.81

Lempung (%) 21.80 11.94

Liat (%) 30.72 18.09

C-organik (%) 0.61 0.57

Rapatan isi (mg m-3) 1.43 0.16

KTK (mek 100 g-1 tanah)a 18.08 17.09

KAT pada KL (g g-1) 23.62 10.80

KAT pada TLP (g g-1) 11.11 9.05

aBanyaknya 70 contoh tanah; KTK: kapasitas tukar kation, KAT: kadar air tanah, KL: kapasitas lapang, TLP: titik layu permanen.

(34)

34

Lampiran 2 Umur, indeks luas daun, dan hasil biji kering jagung yang ditanam pada lima ketinggian tempat

Ketinggian (m dpl)

Umur (hari)

Indeks luas daun

Hasil (ton ha-1)

856 115 3.10 5.69

605 106 3.09 5.43

400 100 2.47 4.80

210 93 2.46 4.25

10 88 2.12 4.03

(35)

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota…. pada tanggal bulan tahun sebagai anak ke

… dari pasangan bapak … dan ibu … Pendidikan sekolah menengah atas (SMA) ditempuh di sekolah … , dan lulus pada tahun …. Pada tahun ..., penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana (S-1) di Program Studi/Fakultas/Sekolah … di IPB.

Selama mengikuti program S-1, penulis aktif menjadi ... (riwayat dan pengalaman organisasi, asisten akademik, dan sebagainya). Penulis juga pernah mengikuti lomba karya … (riwayat kegiatan ilmiah) memperoleh atau pernah terpilih sebagai … (riwayat prestasi akademik).

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian 3.2 Alat dan Bahan
Gambar 2 Pembajakan dangkal Gambar 3 Pembajakan dalam
Gambar 4 Desain petak penelitian Keterangan:
Gambar ... Pengambilan sampel contoh tanah utuh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Preferensi Berbagai Jenis Makrofauna Tanah Terhadap Sisa Bahan Organik Tanaman pada Intensitas Cahaya Berbeda.Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret... Semut Rangrang

Berdasarkan asas ini ada tiga cara pendekatan dalam teknik konservasi tanah, yaitu (1) menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman/tetumbuhan

Selain menggunakan sistem olah tanah konservasi (OTM atau TOT), pemberian bahan organik melalui pemanfaatkan sisa gulma alang-alang sebagai mulsa organik ke dalam tanah

Nilai bulk densityakan lebih rendah bahan organik penyusun tanah tinggi karena bahan organik dapat memperkecil berat (S) tanah dan dapat memperbesar porositas tanah serta

Untuk dapat digunakan sebagai mesin pengolahan tanah, maka harus dilengkapi dengan perlengkapan pengolah tanah, seperti bajak singkal, bajak pirang, garu piring, alat penyemprot

baik itu pada permukaan tanah sebagai biomassa tanaman, sisa tanaman yang.. sudah mati (nekromasa), maupun dalam tanah sebagai bahan

organik berasal dari tanah, sisa tanaman dan bahan organik yang sengaja diberikan.

Kandungan C-organik tanah pada bulan November dan Februari menunjukkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan, dengan nilai tertinggi ditemukan pada perlakuan bajak dangkal..