• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMPLATE LAPORAN PRAKTIKUM 2022

N/A
N/A
Vendo Silalahi

Academic year: 2024

Membagikan "TEMPLATE LAPORAN PRAKTIKUM 2022"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Proses Manufaktur di Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Medan Area

Disusun Oleh:

His Givendo Silalahi NIM: 218130046

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2023

(2)

PRAKTIKAN

His Givendo Silalahi NPM: 218130046

KA. LAB TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

Dr. Iswandi, ST., MT NIDN: 0104087403

DOSEN PENGAMPUH PRAKTIKUM

Tino Hermanto, ST., MSc., IPP NIDN: 0128029202

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

His Givendo Silalahi NIM: 218130046

Disetujui, 19 Januari 2023

Mengetahui,

(3)

LEMBAR ASISTENSI

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Nama Mahasiswa : His Givendo Silalahi

Modul Praktikum : Kerja Bangku (Kikir), Cutting, Drilling, Membubut, Pengelasan (Las SMAW 1F, 2F, 1G), Spot Welding.

Dosen Pengampuh : Tino Hermanto, ST., MSc., IPP

No. Hari/Tanggal/Jam Keterangan Paraf pebimbing

1.

2.

3.

4.

5.

(4)

ABSTRAK

Dalam penulisan isi abstrak ini adalah ringkasan dari Laporan Praktikum Proses Manufaktur.

Latar belakang dari Laporan Praktikum Proses Manufaktur dimulai dari lokasi laboratorium (ruangan) teknik mesin Universitas Medan Area (UMA) yang memadai untuk melakukan praktikum bagi mahasiswa/I. Maka alur kegiatan yang dilakukan di laboratorium (ruangan) teknik mesin, yaitu; Kerja Bangku (mengkikir), las (1F, 2F, 1G), cutting, drilling, bubut, dan las titik.

Dari latar belakang saya sebagai mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktekkan dari 6 modul (judul) tersebut. Metode penelitian dari tiap-tiap modul (judul), yaitu; data umum, material, tempat praktikum, alur praktikum, dan uraian praktikum. Hasil penelitian seluruhnya dari tiap-tiap judul tercapai. Kesimpulan dari Laporan Praktikum Proses Manufaktur dimana dari tiap-tiap modul (judul) dapat disimpulkan bahwasanya mahasiswa mengetahui cara penggunaannya, kelebihan dan kekurangan saat melakukan praktikum.

Kata Kunci : Latar Belakang, Metode, Hasil Penelitian, Kesimpulan.

ABSTRACT

In writing the contents of this abstract is a summary of the Manufacturing Process Practicum Report. The background of the Manufacturing Process Practicum Report starts from the location of the Medan Area University (UMA) mechanical engineering laboratory (room) which is adequate for conducting practicums for students / I. Then the flow of activities carried out in the mechanical engineering laboratory (room), namely; Benchwork (file), welding (1F, 2F, 1G), cutting, drilling, turning, and spot welding. From my background as a student, I can know and practice the 6 modules (titles). The research method of each module (title), namely; general data, material, practicum place, practicum flow, and practicum description. The overall research results from each title were achieved. The conclusion from the Manufacturing Process Practicum Report where from each module (title) it can be concluded that students know how to use it, the advantages and disadvantages when doing a practicum.

Keywords: Background, Methods, Research Results, Conclusions.

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelasaikan Laporan Praktikum Proses Manufaktur.

Dengan Selesainya Laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan – masukan, semangat dan juga bimbingan kepada penyusun, Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ahmad, ST Selaku laboran Praktikum Proses Manufaktur di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Medan Area.

2. Bapak Tino Hermanto, ST., MSc., IPP selaku Dosen Pengampuh praktikum Proses Manufaktur Universitas Medan Area.

3. Bapak Dr. Iswandi, ST., MT selaku Kepala Laboratorium Teknik Mesin Universitas Medan Area.

4. Bapak Muhammad Idris ST., MT. selaku Kaprodi Teknik Mesin Universitas Medan Area.

Dan juga kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Laporan ini yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.

Penyusun menyadari bahwa didalam laporan ini memiliki banyak kekurangan, baik dari materi atau dari penyajian data. mengingat kurangnya pengalaman dan pengetahuan penyusun, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi sempurnanya laporan ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, 19 Januari 2023 Penyusun

His Givendo Silalahi

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR ASISTENSI ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

MODUL 1 KERJA BANGKU DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 12

BAB V PENUTUP... 13

DAFTAR PUSTAKA... 14

MODUL 2 LAS SMAW (1F, 2F, 1G) DAFTAR ISI... 16

DAFTAR TABEL... 18

DAFTAR GAMBAR... 19

BAB I PENDAHULUAN... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

BAB V PENUTUP... 46

DAFTAR PUSTAKA... 48

MODUL 3 CUTTING DAFTAR ISI... 50

DAFTAR GAMBAR... 51

BAB I PENDAHULUAN... 52

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 60

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 63

BAB V PENUTUP... 64

DAFTAR PUSTAKA... 65

MODUL 4 DRILLING DAFTAR ISI... 67

DAFTAR TABEL... 69

DAFTAR GAMBAR... 70

BAB I PENDAHULUAN... 71

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 74

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 84

BAB V PENUTUP... 85

DAFTAR PUSTAKA... 86

MODUL 5 LAS SMAW (1F, 2F dan 1G)

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

BAB V PENUTUP...

DAFTAR PUSTAKA...

MODUL 6 SPOT WELDING

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

(8)

BAB V PENUTUP...

DAFTAR PUSTAKA...

(9)

DAFTAR ISI MODUL 1

DAFTAR ISI MODUL 1... viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I... 1

PENDAHULUAN... 1

1.1. LATAR BELAKANG...1

1.2. RUMUSAN MASALAH...1

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1

1.4. BATASAN MASALAH...2

1.5. MANFAAT PENELITIAN...2

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN...2

BAB II...4

TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. TINJAUAN UMUM... 4

2.1.1. Cara Memilih Tinggi Ragum...5

2.1.2. Bagian dan Jenis Kikir...6

2.2. MATERIAL UJI...7

BAB III... 9

METODOLOGI...9

3.1. DATA UMUM... 9

3.1.1. MATERIAL... 9

3.1.2. TEMPAT PRAKTIKUM...9

3.2. ALUR PRAKTIKUM... 10

3.3. METODE PRAKTIKUM... 10

3.3.1. JENIS PENELITAN... 10

3.3.2. URAIAN PENELITIAN...11

BAB IV...12

HASIL DAN PEMBAHASAN...12

4.1. HASIL YANG DIPEROLEH...12

4.2. KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA...12

BAB V... 2

PENUTUP... 2

5.1. KESIMPULAN... 2

5.2. SARAN...2

5.2.1. Saran untuk laboratorium...2

5.2.2. Saran untuk praktikan...2

(10)

DAFTAR PUSTAKA...3 LAMPIRAN... Error! Bookmark not defined.

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis ukuran dan berat besi plat.... 8

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Gambar ragum dan bagian-bagiannya... 6

Gambar 1.2. Gambar kikir dan bagian-bagiannya... 6

Gambar 1.3. Posisi kaki dan posisi badan saat melakukan pengikiran... 7

Gambar 1.4. Tempat Praktikum... 9

Gambar 1.5. Diagram Alur Pelaksanaan Praktikum... 10

Gambar 1.6. ... 13

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Latar Belakang Pekerjaan Bengkel salah satunya adalah kerja bangku. Rangkaian kegiatan kerja bangku ini diantaranya membuat pola, memotong, mengikir, melipat dan mengebor. Pekerjaan tersebut memerlukan penguasaan tentang pembelajaran secara praktis mengenai keterampilan mesin. Seorang ahli mesin tidak hanya mamapu menggunakan peralatan kerja tangan , tetapi harus terus-menerus praktik sampai mahir.

Kerja bangku merupakan pekerjaan bengkel yang menggunakan peralatan kerja tangan (hand tools) dan merupakan bagian penting dalam pekerjaan di bengkel sehingga peralatan mesin dapat bekerja secara efisien dan ekonomis. Peralatan kerja tangan harus di gunakan sesuai dengan prosedur yang bener disertai dengan perawatannya, sehingga hasil kerjanya baik dan umur dari peralatan lama. Alasan yang dapat dipertanggungjawabkan mengapa kita harus memeliharanya adalah peralatan tersebut harus selalu dalam keadaan aman dan kondisi kerja yang baik. Salah satu ahli mesin yang baiak adalah baik menjaga kondisi peralatan yang di gunakannya.

Praktikum berikut dilakukan pada Laboratorium Teknik Mesin Universitas Medan Area dengan menggunakan metode praktek Kerja Bangku (Mengkikir) yang dilakukan pada hari/tanggal Selasa, 4 Oktober 2022.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang saya paparkan pada laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Praktikum Kerja Bangku dan peralatan Kerja Bangku.

2. Jenis – jenis Kikir dan cara penggunaan Kikir.

3. K3 kerja Bangku dan K3 pada proses mengikir.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dilakukan Laporan Praktikum Proses Manufaktur ini adalah sebagai berikut:

1. Menyebutkan dan menjelaskan fungsi bagian-bagian utama mesin bubut.

1

(14)

2. Menyebutkan dan menjelaskan fungsi perlengkapan mesin bubut.

3. Menerapkan teknik dasar pengoperasian mesin bubut standar sesuai SOP

1.4. BATASAN MASALAH

Pada batasan masalah ini dilakukan untuk menghindari melebarnya permasalahan pada bembahasan adalah sebagai berikut:

1. Proses yang dilakukan adalah mengikir 2. Ragum yang digunakan adalah ragum datar 3. Kikir yang digunakan adalah kikir rata 4. Spesimen terbuat dari baja karbon rendah

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah Praktikum Proses Manufaktur di Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Medan Area dan dapat dipergunakan sebagai wawasan terhadap pembaca.

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan Laporan Praktikum yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang praktikum yang dilakukan, mengapa praktikum dilakukan (tujuan dilakukannya praktikum), manfaat dari dilakukan praktikum serta inovasi akademis secara visual yang dihasilkan setelah praktikum dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menjelaskan tentang pengertian dan dasar teori atas kegiatan yang akan dilakukan.

(15)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang sistematika penelitian dan alur penelitian yang akan dilakukan, membahas spesifikasi dan pengoperasian alat yang akan digunakan dan teknis metode tahapan dalam mengumpulkan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas tentang hasil praktikum penelitian yang dilakukan meliputi pengolahan data yang didapat saat pengujian, memberikan hasil praktikum penelitian berupa penyajian tabel, grafik, dan data – data perhitungan yang telah dinarasikan. Sehingga memudahkan pembaca untuk memahami.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran terkait dengan penelitian yang telah dilakukan.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN UMUM

Dalam pengerjaan praktikum berikut terdapat beberapa referensi yang saya gunakan sebagai acuan dalam menyusun Laporan Praktikum Proses Manufaktur. Kerja bangku adalah Teknik dasar yang harus dikuasai dalam mengerjakan benda kerja secara manual. Pekerjaan kerja bangku melekukan penekanan pada pembuatan benda kerja dengan alat tangan, dan dilakukan di bangku kerja.

Untuk mengurangi dimensi baja dengan cara dikikir, membutuhkan waktu yang cukup lama dan tenaga yang banyak. Jenis pengerjaan ini dilakukan dengan alat yang disebut sebagai kikir (dalam Bahasa Inggris, kikir adalah file).

Dalam proses mengikir terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan.

1. Jenis jenis kikir 2. Tehnik mengikir 3. K3 dalam mengikir 4. Alat pembantu

Kikir yang sering di gunakan biasanya jenis kikir bulat, kikir segitiga, kikir persegi.

Kikir memiliki gigi yang saling menyilang dan diagonal terhadap bidangnya. Kikir yang digunakan untuk menipiskan dan menghaluskan bedanya terletak pada gigi/guratan/mata kikir tersebut. Biasanya gigi kikir yang digunakan untuk menipiskan benda kerja lebih tebal dibanding kikir yang digunakan untuk menghaluskan. Serbuk Besi hasil mengiir disebut juga brem.

Tehnik mengikir yang baik sangat di butuhkan oleh para teknisi untuk melakukan proses pengerjaan benda kerja.Secara umum yang harus di perhatikan adalah posisi badan dan cara memegang kikir lalu gerakan mengikirnya. Posisi badan sebaiknya agak miring 45° dari benda kerja. Tangan kanan memegang gagang kikir dan tangan kiri memegang ujung kikir. Gerakan mengikir sebaiknya 2arah agar penipisan pada benda kerja seimbang.

Mengenai kesehatan keselamatan kerja saat mengikir tentunya harus di perhatikan.

Karena dalam dunia kerja yang paling di utamakan adalah keselamatan. Tips nya adalah .

 Gunakan kikir yang layak pakai

 Gunakan masker dan sarung tangan

(17)

 Pelajari karakteristik bahan dan jobsheet

 Perhatikan keadaan sekitar, bereskan kembali alat yang sudah di gunakan       Alat pembantu saat mengikir adalah.

 Ragum.  Digunakan untuk menjepit benda kerja.

Penggores. Digunakan untuk memberi tanda pada benda kerja

Lap kering. Digunakan untuk membersihkan brem/ampas besi

jangka sorong. Mengukur ketebalan benda kerja

Penggaris. Mempermudah saat menggores

Untuk melakukan pengikiran yang baik; hal yang harus diperhatikan sebelum mengikir adalah sebagai berikut :

 Menentukan bidang dasar: bidang yang dijadikan acuan untuk pengambilan ukuran; kesikuan dan kesejajaran terhadap bidang lain.

 Diperlukan alat pencekam yang menahan benda sehingga membantu kita dalam melakukan pengikiran.

 Alat yang digunakan biasanya adalah ragum. Mengatur ketinggian ragum

Untuk penempatan ragum ini juga harus disesuaikan dengan postur tubuh teknisi yang akan melakukan pengerjaan pengikiran. Berikut ini cara menyesuaikan posisi ragum dengan postur tubuh si teknisi.

2.1.1. Cara Memilih Tinggi Ragum

Berikut ini adalah cara memilih tinggi ragum yang sesuai a. Berdiri tegak di ragum

b. Tempelkan kepalan tangan di dagu

c. Sikut harus berada di mulut ragum, dan bila lengan kita ayunkan jangan sampai menyentuh bibir mulut ragum.

(18)

Gambar 1.1. Gambar ragum dan bagian-bagiannya.

Setelah menentukan ragum, tentukan benda apa yang akan dikikir; dengan mengetahui benda apa yang dikikir; apa yang akan dikerjakan; bentuk apa yang diinginkan dan lain-lain; kita dapat menentukan jenis kikir yang digunakan.

2.1.2. Bagian dan Jenis Kikir

Alat yang digunakan untuk mengikir adalah Kikir. Kikir adalah salah satu alat yang terdiri batang baja yang mempunyai gigi-gigi pemarut yang bahan dasarnya dibuat dari bahan baja karbon tinggi.

Adapun fungsi utama dari kikir adalah untuk membuang sebagian dari benda kerja dengan jalan memarut sehingga menjadi rata, cembung, lengkung, dll. Gambar di bawah ini adalah gambar kikir dan bagian-bagiannya

Gambar 1.2. Gambar kikir dan bagian-bagiannya.

Untuk jenis kikir dapat dibedakan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

(19)

Berdasarkan jenis gigi

Berdasarkan kode kekasaran gigi

Berdasarkan penampang

Berdasarkan ukuran panjang

Untuk cara memegang kikir dan posisi badan juga harus diperhatikan dalam pengerjaan mengikir. Ini adalah cara memegang kikir

1. Gagang kikir dipegang tangan kanan dengan ibu jari di atas gagang.

2. Ujung kikir dipegang tangan kiri dengan jari-jari mencekam bagian bawah kikir.

3. Badan agak condong ke depan dan kaki kiri berada dimuka.

Dan gambar di bawah ini adalah posisi kaki dan posisi badan saat melakukan pengikiran sehingga didapat hasil pengikiran yang baik

Gambar 1.3. Posisi kaki dan posisi badan saat melakukan pengikiran.

2.2. MATERIAL UJI

Material yang diuji berupa besi plat atau lempengan yang memanjang sehingga mudah dibentuk dan difungsikan. Besi plat adalah besi baja yang biasanya digunakan dalam perkakas. Ada banyak sekali perkakas yang bahannya dari besi plat mulai dari kendaraan sampai peralatan rumah tangga.

(20)

Ukuran Berat 10 mm × 4 × 8‵ ‵ 233,3 kg 12 mm × 4 × 8‵ ‵ 280,- kg 15 mm × 4 × 8‵ ‵ 350,- kg 16 mm × 4 × 8‵ ‵ 373,- kg 19 mm × 4 × 8‵ ‵ 443,- kg 22 mm × 4 × 8‵ ‵ 513,- kg 25 mm × 4 × 8‵ ‵ 583,- kg 28 mm × 4 × 8‵ ‵ 653,5 kg 30 mm × 4 × 8‵ ‵ 700,- kg

Tabel 1.1. Jenis ukuran dan berat besi plat.

(21)

BAB III METODOLOGI

3.1. DATA UMUM

Metodologi dalam tahapan ini merupakan sebuah prosedur dan teknik dalam melaksanakan praktikum.

3.1.1. MATERIAL

Material yang digunakan dalam melakukan pengerjaan kerja bangku (mengkikir) sudah disediakan oleh kampus.

3.1.2. TEMPAT PRAKTIKUM

Tempat Praktikum yang dilaksanakan di lab Proses Produksi Universitas Medan Area (UMA), Fakultas Teknik, Prodi Teknik Mesin.

Gambar 1.4. Tempat Praktikum.

Di laboratorium ini mempunyai alat praktikum yang lumayan lengkap, dan laboratorium ini mempunyai tempat yang sejuk dikarenakan mempunyai 2 kipas untuk mendinginkan ruangan beserta ada nya dosen yang selalu mengawasi berjalan nya kegiatan praktikum, serta tersedia nya kotak P3K yang dimana ini sangat perlu untuk pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan kerja.

(22)

MULAI

Melakukan Analisa Rencana Kebutuhan Benda Uji

Melakukan Analisa Rencana Kebutuhan Alat/Media

Praktikum

Pengambilan Material Sebagai

Benda Uji Pengumpulan Alat/Media

Praktikum

Melakukan Pencucian Material Uji

Melakukan Uji Kesiapan Alat/Media Praktikum

Melakukan Pengujian :

▪ His Givendo Silalahi

Melakukan Analisis Hasil Uji Kesimpulan

SELESAI 3.2. ALUR PRAKTIKUM

Dalam alur praktikum dijelaskan mengenai prosedur teknis pelaksanaan praktikum yang dilaksanakan menggunakan gambar bagan seperti Gambar 1.5.

Gambar 1.5. Diagram Alur Pelaksanaan Praktikum.

3.3. METODE PRAKTIKUM 3.3.1. JENIS PENELITAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak penelitian. Penelitian lapangan biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah

(23)

mana penelitiannya berdasarkan konteks.

3.3.2. URAIAN PENELITIAN 3.3.2.1. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

Kikir

Ragum

Jangka sorong

Penyiku

Meja kerja

Sikat kawat

b. Bahan

Plat besi

3.3.2.2. LANGKAH KERJA

a) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengikir b) Sebelum mengikir, ukur terlebih dahulu benda kerja yang akan kita

kikir

c) Jepit benda kerja pada ragum

d) Kikir bagian permukaan benda kerja untuk menghilangkan bekas tanda pola dan bekas jepitan ragum

e) Mulailah mengikir, benda kerja sesuai dengan ukuran yang sudah f) Bersihkan benda kerja dari bekas kikir dengan sikat kawat

g) Lepaskan benda kerja dari ragum

h) Ukur kembali benda kerja dengan menggunakan jangka sorong dan permukaan benda kerja dengan penyiku.

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL YANG DIPEROLEH

Hasil yang diperoleh dari mengikir yaitu:

a. Melatih ketelitian dan kesabaran dalam melakukan praktek mengikir b. Gambar kerja sebelum dan sesudah di kikir:

Gambar 1.6. Sebelum Gambar 1.7. Sesudah 4.2. KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA

a. Gunakan perlengkapan K3 yang diberi pada saat kita di bengkel b. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya

c. Tanyakan kepada Dosen pengajar atau Instruktur apabila kita tidak mengerti

(25)

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

a. Pada praktikum kerja bangku, dibutuhkan ketelitian, tanggung jawab, dan kedisiplinan demi tercapainya hasil yang baik.

b. Menjaga kesehatan, keselamatan kerja dan mengetahui prosedur penggunaan alat merupakan hal yang sangat ditekankan karena pada praktikum kerja semua alat yang digunakan mayoritas pengoperasiannya secara normal.

5.2. SARAN

5.2.1. Saran untuk laboratorium

a. Memperbaiki alat-alat kerja yang digunakan pada saat praktikum.

b.

Melakukan maintenance pada alat-alat kerja.

5.2.2. Saran untuk praktikan

a. Memperhatikan arahan saat melakukan praktikum agar tidak melakukan kesalahan selama proses pengerjaan.

b. Tidak bercanda selama praktikum berlangsung.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

[1] jenis jenis kikir dan kegunaanya | teknik civil (teknikcivil2.blogspot.com) [2] Kerja Kikir Dan Penggoresan | PDF (scribd.com)

[3] www.awandilangit.co.cc/2010/11/ragum.html

(27)
(28)
(29)

Daftar Isi

(30)

Daftar tabel

(31)

Daftar Gambar

(32)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Las adalah penyambungan besi dengan cara membakar. Dalam referensi- referensi teknis, terdapat beberapa definisi dari Las, Berdasarkan defenisi dari Deutsche arkan defenisi dari Deutsche Industrie Industrie  Normen (DIN) dalam Harsono dkk(1991:1), mendefinisikan bahwa “ las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair “.

Sedangkan menurut Maman Suratman (2001:1) mengatakan tentang pengertian mengelas yaitu salah satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, Las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja las adalah menyambung dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas, Untuk berhasilnya penyambungan diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, aratan yang harus dipenuhi, yakni:

 bahwa antara benda-benda padat yang disambungkan tersebut terdapat kesesuaian sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan sambungan tersebut.

 bahwa cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan penyambungannya.

 bahwa benda padat tersebut dapat cair/lebur oleh panas.

Hingga saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan yang diciptakan oleh manusia. Dari yang diciptakan oleh manusia. Dari keseluruhan jenis tersebut hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia, yakni pengelasan dengan mempergunakan busur n dengan mempergunakan busur nyala listrik ( shielded metal arc welding/SMAW ), dan las karbit (oxy acetylene welding/OAW ). Dibeberapa kegiatan industri yang mempergunakan teknologi canggih di Indonesia, telah pula dipakai pengelasan jenis T.I.G. (tungsten inert gas welding ), M.I.G. (metal gas welding  atau CO2 welding ), las tahanan listrik (electric resistance welding/ERW ), las busur terbenam ( submerged arc welding/SAW ), dan kemungkinan las sinar laser untuk keperluan pengobatan.

Teknik pengelasan semakin banyak di gunakan baik untuk penyambungan kontruksi  bangunan maupun untuk proses perbaikan, kontruksi mesin-mesin pendukung aktifitas  perusahaan. Luasnya pengembangan dan penggunaan perusahaan. Luasnya pengembangan dan penggunaan teknologi pengelasan ini di sebabkan knologi pengelasan ini di sebabkan karena proses pengoprasiannya lebih sederhana dan murah di bandingkan dengan proses  pembuatan dengan pengecoran.

Disamping untuk pembuatan, proses pengelasan dapat digunakan untuk reparasi, misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi

(33)

lainnya

1.2. RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana cara menggunakan las listrik SMAW pada praktikum ini.

 Apa saja penggunaan keselamatan pada las listrik SMAW.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Mengetahui cara penggunaan dan pengertian mesin las SMAW 2. Mengetahui Teknik dasar dan posisi pengelasan

3. Mengetahui dan kegunaan safety saat mengelas

4. Untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja saat proses pengelasan

1.4. BATASAN MASALAH

 Cara menggunakan mesin las beserta pengertian dari mesin las

 Praktikum ini dilakukan agar dapat memahami ystem dasar pengelasan beserta prosedur keselamatan kerja

1.5. MANFAAT PENELITIAN

 Melatih agar mampu melaksanakan kegiatan pengelasan sehingga terampil melaksanakannya

 Melatih kemampuan agar mampu mengoperasikan mesin las busur listrik ( Shielded metar arc welding (SMAW) dengan baik dan benar agar nanti nya dapat mengajukan sertifikasi jika mempunyai uang

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan Laporan Praktikum yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang praktikum yang dilakukan, mengapa praktikum dilakukan (tujuan dilakukannya praktikum), manfaat dari dilakukan praktikum serta inovasi akademis secara visual yang dihasilkan setelah praktikum dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menjelaskan tentang pengertian dan dasar teori atas kegiatan yang akan dilakukan.

(34)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang sistematika penelitian dan alur penelitian yang akan dilakukan, membahas spesifikasi dan pengoperasian alat yang akan digunakan dan teknis metode tahapan dalam mengumpulkan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas tentang hasil praktikum penelitian yang dilakukan meliputi pengolahan data yang didapat saat pengujian, memberikan hasil praktikum penelitian berupa penyajian yste, grafik, dan data – data perhitungan yang telah dinarasikan. Sehingga memudahkan pembaca untuk memahami.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran terkait dengan penelitian yang telah dilakukan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM

Proses pengelasan SMAW (Shield M Proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) metal Arc Welding) yang disebut Las Busur disebut Las Busur Listrik

(35)

adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk mencairkan material dasar atau logam induk dan elektroda (bahan pengisi).

Panas tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilas ). Panas yang dihasilkan dari lompatan dilas ). Panas yang dihasilkan dari lompatan ion listrik ini besarnya dapat mencapai 4000 strik ini besarnya dapat mencapai 4000 derajat C sampai 4500 derajat C. Sumber tegangan yang digunakan pada pengelasan SMAW ini ada dua macam yaitu AC (Arus bolak balik) dan D yaitu AC (Arus bolak balik) dan DC (Arus searah). C (Arus searah).

Proses terjadinya pengelasan ini karena adanya kontak antara ujung elektroda dan material dasar sehingga terjadi hubungan pendek, saat terjadi hubungan pendek tersebut tukang las (welder) harus menarik elektroda sehingga terbentuk b a terbentuk busur listrik yaitu lompatan usur listrik yaitu lompatan ion yang menimbulkan panas.

Panas akan mencairkan elektroda dan material dasar sehingga cairan material dasar akan menyatu membentuk logam lasan (weld metal). Untuk menghasilkan busur yang baik dan konstan tukang las harus menjaga jarak ujung elektroda dan permukaan material dasar tetap sama. Adapun jarak yang paling baik adalah sama dengan 1,5 x diameter elektroda yang dipakai. Pada Mesin Las SMAW Arus DC terdapat dua Polaritas yaitu :

 Polaritas Lurus (DCSP)

 Polaritas Balik (DCRP)

2.1.1. Macam Macam Polaritas Las SMAW Direct Current Elektroda Positif.

Polaritas DCEP Adalah pengelasan SMAW kutub positif dihubungkan dengan kabel yang disambungkan pada holder atau kabel elektroda. Sedangkan kutub negatif

dihubungkan dengan benda kerja, Polaritas ini juga d dengan benda kerja, Polaritas ini juga disebut deng isebut dengan DCRP (Direct Current Reverse an DCRP (Direct Current Reverse Polarity).

Gambar 1.1. Direct Current Elektroda Positif 2.1.2. Direct Current Elektroda Negatif

(36)

Polaritas DCEN adalah pengelasan SMAW kutub dihubungkan dengan kabel elektroda, sedangakan kutub positif dihubungkan dengan benda kerja, Polaritas ini juga disebut dengan DCSP (Direct Current Straight Polarity).

Gambar 1.2. Direct Current Elektroda Negatif

2.1.3. Komponen Las SMAW

Perlengkapan yang diperlukan untuk proses pengelasan SMAW adalah peralatan yang

paling sederhana dibandingkan dengan proses pengelasan listrik yang lainnya. Adapun perlengkapan las smaw adalah :

 Transformator DC/AC

 Kabel massa dan kabel elektroda

 Holder dan klem massa

 Elektroda

 Connectors

 Palu cipping

 Sikat kawat dan alat perlindungan diri yang sesuai

(37)

Gambar 1.3. Komponen las smaw

Penjelasan dan pengertian dari Gambar 2.1.3 Sumber Tegangan (power source)

Sumber tegangan diklasifikasikan sebagai mesin las AC dan mesin las DC, mesin las mesin las DC, mesin las AC biasanya berupa trafo las, sedangkam mesin l AC biasanya berupa trafo las, sedangkam mesin las DC selain trafo juga ada yang dilengkapi dengan rectifier atau diode (perubah arus bo dengan rectifier atau diode (perubah arus bolak balik menjadi arus searah) biasanya menjadi arus searah) biasanya menggunakan motor penggerak baik mesin dengan menggunakan motor penggerak baik mesin diesel, motor bensin dan motor listrik. Mesin las bensin dan motor listrik. Mesin las DC, saat ini banyak digunakan mesin las DC karena DC mempunyai beberapa kelebihan dari  pada mesin las AC yaitu busur stabil dan polaritas dapat diatur. Mesin las AC yang menggunakan transformator atau trafo las

Kabel masa dan kabel elektroda (ground cable and electrode cable)

Kabel masa dan kabel elektroda berfungsi menyalurkan aliran listrik dari mesin aliran listrik dari mesin las ke material las dan ystem lagi ke mesin las. Ukuran kabel masa dan kabel elektroda ini harus cukup besar untuk mengalirkan arus listrik, apabila kurang kurang besar akan menimbulkan panas besar akan menimbulkan panas  pada kabel dan merusak isolasi kabel yang akhirnya membahayakan pengelasan.

Holder (penjepit elektroda) dan claim masa

Pemegang berguna untuk mengalirkan arus listrik dari kabel serta sebagai pegangan sehingga pengelas tidak merasa panas pada saat mengelas. Klem masa berguna untuk menghubungan kabel masa dari mesin las dengan material biasanya klem masa mempunyai per untuk material biasanya klem masa mempunyai per untuk

(38)

penjepitnya. Klem ini sangat penting karena apabila klem longgar arus yang dihasilkan tidak stabil sehingga pengelasan tidak dapat  berjalan dengan baik.

Elektroda

Sebagian besar las SMAW dilapisi oleh lapisan flux, yang berfungsi sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari kontaminasi udara sekelilingnya.

Selain itu fluk berguna juga untuk membentuk terak las yang juga berfungsi melindungi cairan las dari udara sekelilingnya. Lapisan ini merupakan campuran kimia yang komposisisnya campuran kimia yang komposisisnya sesuai dengan kebutuhan pengelasan. Sesuai dengan kebutuhan pengelasan.Menurut AWS (American Welding Society ) diklasifikasikan dengan huruf E dan diikuti empat diklasifikasikan dengan huruf E dan diikuti empat atau lima digit sebagai berikut E xxxx (x) tau lima digit sebagai berikut E xxxx (x) ,contohnya E 6010, E 6013, E 7018 dan lain-lain.

2.1.4. Posisi Pengelasan

Sambungan pada material dasar atau logam yang berkaitan dengan pengelasan mempunyai jenis yang bervariasi,mulai dari sambungan tumpul(Butt Joint),sambungan fillet(T Joint),sambungan sudut(Corner Joint) atau sambungan (Lap Joint).

Jenis-jenis sambungan tersebut tentunya mempunyai maksud dan tujuan tersendiri.Hal ini berkaitan juga dengan posisi pengelasan. Itulah sebabnya kita mengenal berbagai jenis  posisi pengelasan.Untuk plat kita mengenal posisi pengelasan 1F,2F,3F dan 4F ada juga 1G,2G,3G dan 4G.Sedangkan pada pipa ada 1G,2G,5G dan 6G. Jenis sambungan dan posisi  pengelasan di atas dapat diaplikasikan untuk pengelasan SMAW, GTAW, GMAW dan FCAW.

Pengertian posisi las 1F, 2F, 3F dan 4F

1F = posisi pengelasan sambungan sudut/fillet posisi di bawah tangan/hand down pada pelat dengan proses las busur manual. Kemiringan elektroda sekitar 70°- 80° terhadap benda kerja.

2F = posisi pengelasan sambungan sudut atau fillet posisi horizontal pada pelat dengan proses las busur manual. Kemiringan elektroda sekitar 45° terhadap benda kerja.

3F = posisi pengelasan sambungan sudut/fillet posisi pada pelat dengan proses las busur manual. Kemiringan elektroda sekitar 10 °- 15° kebawah

4F = pengelasan sambungan sudut/fillet posisi over head/di atas kepala pada pelat dengan proses las busur manual. Kemiringan elektroda sekitar 70° - 85° tegak lurus terhadap benda kerja.

(39)

Gambar 1.4. Posisi las smaw Pengertian 1G, 2G, 5G dan 6G

Posisi 1G (bawah tangan) ,

Posisi 1G (bawah tangan )yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan elektroda las sekitar 10º – 20º terhada garis ystem  dan 70º – 80º terhadap benda kerja.

Gambar 1.5. Posis las 1G

Posisi 2G (Datar /Horisontal),

Mengelas dengan biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5º – 10º terhada garis dan 70º – 80º kearah benda kerja.

Gambar 1.6. Posisi las 2G

(40)

Posisi 3G(Tegak / Vertikal),

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda  sekitar 10º – 15º terhada garis dan 70º – 85º terhadap benda kerja

Gambar 1.7. Posisi las 3G

Posisi 4G ( Atas kepala / Over Head),

Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º – 20º terhada garis dan 75º – 85º terhadap benda kerja.

(41)

Gambar 1.8. Jenis posisi pada las 2.1.5. Teknik Dasar Pengelasan Dengan Las Busur Manual

Las busur manual (Shielded Metal Arc Welding – SMAW) adalah salah satu proses pengelasan yang panasnya diperoleh dari nyala busur listrik denganmenggunakan elektroda yang berselaput. Elektroda berselaput ini berfungsi sebagai bahan pengisi dan memberi perlindungan terhadap kontaminasi udara luar (atmosfir).

Operator las memegang tang las (holder) yang berisolasi dan menarik busur pada posisi dimana sambungan dibuat. Tanglas menjepit ujung elektroda yang tidak berselaput untuk mengalirkan arus listrik. Elektroda mencairkan logam dasar dan membentuk terak las pada waktu yang bersamaan; ujung elektroda mencair dan bercampur dengan bahan yang di las.

Arus listrik yang butuhkan untuk menghasilkan busur las antara elektroda dan benda kerja adalah untuk mencairkan permukaan benda kerja dan ujung elektroda.

Untuk itu, sangat penting menjaga kestabilan arus listrik selama menghasilkan busur listrik.

Jika elektroda terlalu jauh, maka arus yang mengalir akan terhenti sehingga berakibat terhenti pula pembentukan busur las. Sebaliknya, jika terlalu dekat atau menyentuh/ menekan benda kerja, maka busur yang terjadi terlalu pendek/ tidak ada jarak, sehingga elektroda akan menempel pada benda kerja, dan jika hal ini agak berlansung lama, maka keseluruhan batang elektroda akan mencair.

(42)

Pada saat belum terjadinya busur las disebut “sirkuit terbuka“ (open circuit voltage – OCV) mesin las akan menghasilkan tegangan sebesar 45 – 80 Volt, sedangkan pada saat terjadinya busur las, disebut “sirkuit tertutup” (close circuit voltage – CCV) tegangan akan turun menjadi 20 – 35 Volt.

Gambar 1.9. Sirkuit OCV dan CCV

Untuk memperbesar busur las adalah dengan cara menambah atau mempertinggi arus yang dapat diatur pada mesin las. Pada saat busur las terbentuk, pada tempat terjadinya busur las tersebut akan naik menjadi sekitar C, yaitu pada ujung elektroda dan pada titik pengelasan.

Bahan mencair membentuk kawah las yang kecil dan ujung elektroda mencair membentuk butir-butir cairan logam yang kemudian melebur sama-sama ke dalam kawah las pada benda kerja.

Dalam waktu yang sama salutan (flux) juga mencair, memberikan gas pelindung di sekeliling busur dan membentuk terak yang melindungi cairan logam dari

kontaminasi udara luar. Kecepatan mencair dari elektroda ditentukan oleh arus listrik yang digunakan, sehingga besarnya arus listrik berbanding lurus dengan panas yang dihasilkan

2.1.6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Las Busur Manual

Pada bahasan tentang materi K3 las busur manual ini, hanya akan difokuskan pada gangguan dan kecelakaan yang ditimbulkan oleh listrik dan sinar las, karena bahasan K3 yang lainnya adalah sama dengan bahasan pada las oksi asetilin.

2.1.6.1. Sengatan Listrik (Electric Shock)

Sengatan listrik (electric shock) merupakan kecelakaan yang dapat terjadi setiap saat pada kerja las, baik itu pada saat pemasangan peralatan, penyetelan atau pada saat pengelasan. Resiko yang akan terjadi dapat berupa luka bakar, pingsan serta dapat meninggal dunia.

Jika terjadi sengatan listrik pada seseorang, maka harus dilakukan secepat mungkin, karena keterlambatan pertolongan akan berakibat fatal kepada penderita.

(43)

Untuk itu, perlu diketahui cara-cara untuk menolong agar penderita terhindar bahaya yang lebik buruk. langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan pertolongan pada kecelakaan akibat sengatan listrik adalah sebagaiberikut:

 Matikan sumber listrik melalui sakelar/MCB (Switch ON-OFF) pada panel dengan menurunkan posisi tuasnya.

 Berikan pertolongan pertama sesuai dengan kecelakaan yangdialami oleh penderita

Apabila tidak sempat mematikan stop kontak dengan segera, maka hindarkanlah penderita dari aliran listrik dengan memakai alat-alat yang kering (karet, kayu, dan sejenisnya) yang tidak bersifat konduktor (jangan gunakan bahan logam. Adapun cara- cara mengatasinya adalah sebagai berikut:

 Tarik penderita pada bagian-bagian pakaian yang kering(jangan memegang secara langsung).

 Penolong berdiri pada bahan yang tidak bersifat konduktor(papan, menggunakan sepatu karet)

 Dorong penderita dengan sebuah batang yang tidak dapatdialiri listrik (kayu kering, palstik, dll).

Hati-hati dalam menangani penderita, karena cedera pada saatterjadi kecelakaan, dimungkinkan ada bagian tubuh yang patahatau luka yang perlu mendapat perhatian.

Untuk itu, bawalah penderita ke rumah sakit atau klinik terdekat dengan segera.

Beberapa upaya untuk mencegah kecelakaan pada mesin las busurmanual diantaranya:

1. Kabel primer harus terjamin dengan baik, mempunyai isolasi yang baik.

2. Kabel primer usahakan sependek mungkin.

3. Hindarkan kabel elektroda dan kabel masa dari goresan, loncatanbunga api dan kejatuhan benda panas, karena akan menyebabkan kabel akan terkelupas atau sobek.

4. Periksalah sambungan-sambungan kabel, apakah sudah ketat/kuat, sebab persambungan yang longgar dapat menimbulkan panas yang tinggi.

5. Jangan meletakkan tang elektroda pada meja las atau padabenda kerja.

6. Perbaikilah segera kabel-kabel yang rusak.

7. Pemeliharaan dan perbaikan mesin las sebaiknya ditangani olehorang yang telah ahli dalam listrik.

8. Jangan mengganggu komponen-komponen dari mesin las.

2.1.6.2. Sinar Las

Dalam proses pengelasan dengan proses las busur manual timbul sinar yang membahayakan operator las dan pekerja lain di daerah pengelasan. Sinar yang

(44)

membahayakan tersebut adalah cahaya tampak, sinar infra merah, dan sinar ultra violet.

1. Cahaya Tampak

Bahan las dan elektroda yang mencair pada proses las mengeluarkan cahaya tampak yang sangat terang dan menyilaukan. Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka mata akan segera menjadi yste dan sakit. Rasa yste dan sakit pada mata sifatnya hanya sementara, namun yste terjadi berulang-ulang dan dalam waktu yang lama, maka akan berpengaruh pada saraf-saraf disekitar mata, sehinggaakan dapat menimbulkan rasa pusing/ sakit kepala.

2. Sinar Infra Merah

Sinar infra merah (infra red) berasal dari busur listrik . Adanya sinar infra merah tidak segera terasa oleh mata. Karena sifatnya yang demikian, maka sinar ini lebih berbahaya, sebab tidak diketahui, dan tidak terlihat. Akibat dari sinar infra merah adalah sama dengan pengaruh panas api secara langsung.Dampak yang paling cepat dan langsung terasa adalah pada mata, yaitu akan terjadi pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea dan kerabunan. Jadi jelas akibat sinar infra merah jauh lebih berbahaya dari pada cahaya tampak. Sinar infra merah selain berbahaya pada mata juga dapat menyebabkan terbakar pada kulit berulang-ulang (mula-mula merah kemudian memar dan selanjutnya terkelupas yang sangat ringan).

3. Sinar Ultra Violet

Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besarterhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultra violet yang terserap oleh lensa melebihi jumlah tertentu, maka pada mata terasa seakan-akan ada benda asing didalamnya dalam waktu antara 6 sampai 12 jam, kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam. Terdapat beberapa upaya pencegahan kecelakaan dikarenakan sinar las diantaranya:

Menggunakan perlengkapan keselamatan dan ysteme kerjaberupa Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment (PPE) antara lain:

 pakaian kerja,sepatu kerja apron,jaket las, sarung tangan, dan helm/ kedok las.

 Buatlah batas atau pelindung daerah pengelasan agar orang laintidak terganggu, yakni menggunakan kamar las yang tertutup, atau tabir penghalang.

Adapun ukuran (tingkat kegelapan/shade) kaca penyaring tersebut berbanding lurus dengan besarnya arus pengelasan. Berikut ini ketentuan umum perbandingan antara ukuran penyaring dan besar arus pengelasan pada proses las busur manual

(45)

Tabel 1.1 : Perbandingan besaran arus las & ukuran kaca penyaring

2.2. ALAT UJI 1. Mesin Las

Alat untuk sumber arus bolak balik (mesin las AC) Alat untuk sumber arus bolak balik (mesin las AC) yang pada dasarnya merupakan ang pada dasarnya merupakan suatu transformator “step down” yang dapat mengu suatu transformator “step down” yang dapat mengubah tegangan arus listrik misalnya tegangan arus listrik misalnya permulaan (120 atau 220 Volt) menjadi tengangan kecil yang menghasilkan arus besar yang sesuai untuk pekerjaan mengelas.

Gambar 1.10. Mesin las 2. Helm Las

Helm las adalah topeng las melindungi mata d Helm las adalah topeng las melindungi mata dari pan ari pancaran busur listrik berupa sinar caran busur listrik berupa sinar

(46)

ultra violet dan infra merah yang menyala terang dan kuat. Selain itu bentuk helm atau topeng las yang menutup muka berguna melindungi kulit muka dari percikkan api busur listrik dan asap gas dari proses peleburan elektroda pad asap gas dari proses peleburan elektroda pada las l a las listrik. Helm las terbuat dari bahan ystem istrik. Helm las terbuat dari bahan ystem yang tahan panas, selain itu terdapat tiga kaca (bening, hitam, bening). Kaca las mempunyai  pengkodean nomor, yaitu nomor 6, 7, 8 , 10, 11, 12 dan 14. Semakin besar ukurannya maka . Semakin besar ukurannya maka densitas atau kegelapan kaca tersebut juga semakin tinggi. Dapat disesuaikan mana yang cocok dengan kondisi mata pengguna. Sesuaikan ukuran ampere yang digunakan, karena ampere yang besar akan menimbulkan cahaya yang lebih terang

Gambar 1.11. Helm las

3. Sarung Tangan Tahan Panas ( Heat Resistant Gloves)

Jenis sarung tangan safety Jenis sarung tangan safety ini biasanya terbuat dari leather (kulit biasanya terbuat dari leather (kulit) dan bagian ) dan bagian dalamnya terdapat lapisan kain yang halus. Hand Resistant Gloves ini lebih tebal dan berat ysteme dengan hand gloves lainnya. Karena sesuai dengan ystem, hand gloves ini  berfungsi sebagai isolator panas yang melindungi tangan kita dari panas atau suhu yang tinggi. Dipasaran sendiri hand gloves ini sering disebut sebagai sarung bagai sarung tangan las. Biasanya tangan las. Biasanya digunakan pada saat pekerjaan las, blander (cutting torch), dan berbagai pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan suhu tinggi, furnace, dll.

(47)

Gambar 1.12. Heat resistant gloves 4. Apron

Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra violet, infra red, percikan tra violet, infra red, percikan  bunga api las dan panas pengelasan. Pelindung dada ini terbuat dari kulit yang lentur

Gambar 1.13. Apron 5. Sikat Kawat

Membersihkan benda kerja yang akan dilas. Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan Torak

Gambar 1.14. Sikat kawat 6. Klem Masa

Klem massa edalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja.

Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem ysteme dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang dapat menjepit benda kerja dengan baik

(48)

Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, ran seperti karat, cat, minyak

Gambar 1.15. Klem masa 7. Pemegang Elektroda

Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.

Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan  penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak  berhubungan dengan kabel digantungkan pada ga  berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.

Gambar 1.16. Pemegang elektroda

8. Elektroda

(49)

Elektroda adalah bahan yang digunakan saat pengelasan berupa kawat yang dilapisi salutan (flux) yang saat melakukan pengelasan maka kawat akan mencair beserta flux yang mana kawat berfungsi sebagai penyambung bahan dan flux sebagai bahan kimia pendukung dalam penyambungan dan menjadi kerak saat selesai pengelasan.

Gambar 1.17. Elektroda 9. Palu terak (Chipping Hammer)

Palu terak (chipping hammer) adalah salah satu alat bantu las busur manual yang digunakan untuk membersihkan terak-terak pada setiapselesai suatu pengelasan atau pada waktu akan menyambung suatu jalur las yang terputus (Gambar 35). Palu terak mempunyai ujung- ujung yang berbentuk pahat dan runcing. Ujung yang runcing dipakai membuang rigi-rigi pada bagian yang berbentuk sudut, sedangkan ujung yang berbentuk pahat dipergunakan pada permukaan rigi-rigi yang rata

Gambar 1.18. Chipping Hammer 10. Palu Las

(50)

Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya.

Gambar 1.19. Palu las

(51)

BAB III METODOLOGI 3.4. DATA UMUM

Proses pengelasan SMAW (Shield M Proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) metal Arc Welding) yang juga disebut Las Busur. Las Busur Listrik adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk mencairkan material dasar atau logam induk dan elektroda (bahan pengisi). Panas tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilas ). Panas yang dihasilkan dari lompatan dilas ). Panas yang dihasilkan dari lompatan ion listrik ini besarnya dapat mencapai 4000 strik ini besarnya dapat mencapai 4000 derajat C sampai 4500 derajat C. Sumber tegangan yang digunakan pada pengelasan SMAW ini ada dua macam ini ada dua macam yaitu AC (Arus bolak balik) dan D yaitu AC (Arus bolak balik) dan DC (Arus searah).

3.4.1. ALAT DAN BAHAN SERTA PROSEDUR PRAKTIKUM

Alat Dan Bahan Bahan

 Plat besi

 Elektroda jenis RB-26, 3mm dan 2mm

Alat

 Mesin las atau Travo las

 Helm las

 Heat Resistant Gloves (sarung tangan tahan panas)

 Apron atau wearpack

 Safety boots (sepatu safety)

 Smeet tang (tang jepit)

 Palu las

 Sikat kawat

 Meja las

(52)

Langkah Kerja

1. Praktikum pembuatan las penyambungan 2 buah plat besi dalam bentuk V

 Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan saat praktikum.

 Menggunakan perlengkapan safety sebelum melakukan praktikum.

 Memotong plat besi dengan ukuran pajang 10mm dan lebar 7mm.

 Menyalakan mesin las atau travo las dengan besar arus 80A.

 Menaruh benda kerja pada tempat dudukan untuk melakukan pengelasan  pada benda kerja dengan berbentuk T terbalik.

 Lakukan pengelasan dengan menjepit elektroda pada penjepit elektroda, sambungkan benda kerja dengan las pada bagian ujung terlebih dahulu.

 Pengelasan pertama menggunakan metode pengelasan lurus dari sudut menuju ke sudut yang satunya.

 Pengelasan berikutnya menggunakan metode pengelasan berayun dari sudut menujut ke sudut yang satunya.

 Setelah itu gunakan palu las untuk melepaskan kerak yang terdapat pada  benda kerja yang telah dilas.

Gunakan sikat kawat untuk membersihkan sisa kerak dan debu pada  benda kerja yang telah dilas.

Gunakan tang las untuk mengambil benda kerja yang telah dilas lalu dinginkan benda kerja dengan cara menggunakan air sebagai pendinginan lebih cepat.

Gambar 3.1.1 Hasil pengelasan 1F dengan bentuk V

2. Praktikum pembuatan las penyambungan 2 buah plat besi dalam bentuk T

 Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan saat praktikum.

(53)

 Menggunakan perlengkapan safety sebelum melakukan praktikum.

 Memotong plat besi dengan ukuran yang disesuaikan

 Menyalakan mesin las atau travo las dengan besar arus 80A.

 Menaruh benda kerja pada tempat dudukan untuk melakukan pengelasan  pada benda kerja dengan berbentuk T terbalik.

 Lakukan pengelasan dengan menjepit elektroda pada penjepit elektroda, sambungkan benda kerja dengan las pada bagian ujung terlebih dahulu.

 Pengelasan pertama menggunakan metode pengelasan lurus dari sudut menuju ke sudut yang satunya.

 Pengelasan berikutnya menggunakan metode pengelasan berayun dari sudut menujut ke sudut yang satunya

 Setelah itu gunakan palu las untuk melepaskan kerak yang terdapat pada  benda kerja yang telah dilas.

 Gunakan sikat kawat untuk membersihkan sisa kerak dan debu pada  benda kerja yang telah dilas.

 Gunakan tang las untuk mengambil benda kerja yang telah dilas lalu dinginkan benda kerja dengan cara dianging- angin atau menggunakan air sebagai

pendinginan lebih cepat.

3.4.2. TEMPAT PRAKTIKUM

Tempat Praktikum yang dilaksanakan di lab Proses Produksi Universitas Medan Area (UMA), Fakultas Teknik, Prodi Teknik Mesin.

Gambar 3.1.1Lokasi Praktikum

(54)

MULAI

Melakukan Pengajuan Peminjaman alat

Menentukan Ukuran Plat Besi Yang Akan Di Las

Memotong Plat Besi Yang

Telah Ditentukan Melakukan Uji Kelayakan

Mesin Las

Menghidupkan Mesin Las Melakukan Praktikum

Melakukan Pengujian :

▪ His Givendo Silalahi

Analisis Hasil Praktikum Kesimpulan

SELESAI 3.5. ALUR PRAKTIKUM

Dalam alur praktikum dijelaskan mengenai prosedur teknis pelaksanaan praktikum yang dilaksanakan menggunakan gambar bagan seperti Gambar 3.2.

Sumber : Analisa Pelaksanaan Kegiatan Praktikum.

Gambar 3.1.2Diagram Alur Pelaksanaan Praktikum.

3.6. METODE PRAKTIKUM

 Sebelum memulai praktikum kita pertama tama harus melakukan pengajuan peminjaman alat supaya pihak kampus mengetahui ystem saja yang akan kita pakai, ini untuk mencegah ada nya alat praktikum yang hilang

 Sesudah pengajuan peminjaman alat dsetujui hal yang kita harus lakukan selanjutnya adalah menentukan ukuran plat yang akan dilas

 Setelah kita menentukan ukuran yang akan dilas kemudian potong plat

(55)

besin yang telah ditentukan ukuran nya dengan menggunakan gerindra

 Kemudian setelah memotong plat besi yang dibutuhkan kita harus melakukan uji kelayakan mesin las yang akan kita gunakan supaya mencegah terjadi nya hal yang tidak dinginkan missal nya kecelakaan kerja dan memastikan bahwa alat tersebut berjalan sesuai fungsi nya

 Kemudia hidupkan mesin las dan mulai lah mengelas plat besi tersebut setelah dosen pengawas telah memberikan perintah

 Matikan mesin las kemudian angkat hasil pengelasan yang telah di las

BAB IV PEMBAHASAN

Hasil pengelasan dalam praktikum ini belum sempurna, ada beberapa kekurangan di antaranya penumpukan logam las, yaitu bentuk penumpukan logam hasil las pada sisi jalur las, pada sisi jalur las tidak terjadi pencairan sempurna sehingga, logam hanya menempel pada permukaan ujung logam saja, penyebab nya ini disebabkan oleh kecepatan las terlalu lambat, posisi elektroda tidak benar dan las masih belum panas sempurna sehingga dapat diperbaiki dengan menunggu las beberapa menit supaya panas dan membetulkan posisi elektroda agar benar.

(56)

1. Menjelaskan ystem dasar pengelasan dengan las busur manual

 Bersihkan bahan yang akan dilas. Gunakan palu untuk membersihkan kerak pada permukaan area yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang maksimal.

 Letakkan bahan yang akan dilas pada tempat yang telah disediakan. Baik itu menggunakan meja kerja atau hanya meletakkannya di lantai. Atur kerapatan antara dua bahan. Gunakan klem jika diperlukan.

 Letakkan masa mesin las pada salah satu bagian bahan yang akan dilas.

Masukkan elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang kemiringan elektroda menyesuaikan dengan posisi bahan. Biasanya sudah ada tempat khusus kemiringan elektroda pada tang penjepit elektroda. Baik itu tegak lurus 90 derajat, 30 atau 40 derajat.

 Setelah bahan siap untuk di las, perlahan dekatkan ujung elektroda pada bahan yang akan dilas.

 Jarak antara ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangat mempengaruhi kualitas pengelasan. Jika jarak terlalu jauh, akan timbul percikan seperti hujan ystem-bintik api. Proses pengelasanpun akan tidak sempurna. Jika jarak terlalu dekat, api tidak menyala dengan sempurna. Dan tidak ada cukup jarak untuk tempat lelehan elektroda. Jarak yang baik adalah seperdelapan dari tebal elektroda.

 Dengan menggunakan masker pelindung atau kacamata las, anda dapat memperhatikan bagian elektroda yang sudah mencair yang menyatukan antara dua bahan yang dilas tersebut. Perlahan gerakkan elektroda ke sepanjang area yang dilas.

 Hasil yang baik saat proses pengelasan dapat dilihat saat permukaan yang dilas berbentuk seperti gelombang rapat dan teratur menutup sempurna bagian yang dilas.

 Setelah selesai, bersihkan kerak yang menutupi bagian yang dilas dengan menggunakan palu. Periksa ystem apakah terdapat bagian yang belum sempurna. Jika belum sempurna, ulangilah bagian yang belum tersatukan dengan baik tersebut. Pada beberapa kasus, bahan yang sudah dilas harus di gerinda lagi jika pengelasan tidak sempurna. Namun jika tidak terlalu fatal, kita cukup mengelas bagian yang belum terlas secara sempurna tersebut.

3. Menerapkan ystem dasar pengelasan dengan las busur manual

Pastikan mesin las sudah dalam kondisi siap pakai dan gunakan alat pelindung keselamatan kerja.

Pada umumnya untuk ystem digunakan elektroda E 6013 dengan diameter 3,25 mm.

Jepit ujung elektroda yang tidak berselaput pada tang penjepit elektroda.

(57)

Jika sudah dijepit maka elektroda sudah dialiri arus listrik, hati-hatilah terhadap sentuhan elektroda dengan meja kerja, karena. Bisa terjadi penyalaan.

Berdirilah pada posisi yang nyaman untuk dapat mengikuti ystem elektroda.

Jangan memegang pemegang elektroda terlalu kuat atau kakau. Dengan erakan yang rilek akan lebih memudahkan dalam penyalaan dan penarikan busur.

Arahkan ujung elektroda ke benda kerja dengan sudut elektroda kurang lebih 70 derajat terhadap permukaan benda kerja. Turunkan ujung elektroda yang akan dinyalakan sehingga mencapai 30 mm di atas permukaan benda kerja. Sekarang turunkan pelindung muka (helm las).

Nyalakan busur dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan benda kerja seperti mnggoresakan korek api atau menyentuhkannya pada permukaan benda kerja. ystem sudah mulai ystem busur, yste elektroda hingga kurang lebih 6 mm, kembalikan elektroda ke posisi penyalaan kemudian kurangi tinggi busur sampai jaraknya sebesar diameter kawat inti ysteme (muka dan mata harus selalu dilindungi oleh helm las).

Ulangi ystem ini sampai menghasilkan penyalaan busur yang baik dan tinggi busur yang tetap.

Untuk mematikan busur, elektroda harus diangkat dengan cepat, ini

dimaksudkan untuk mencegah menempelnya ujung elektroda pada permukaan benda kerja.

Bila elektroda menempel secara kuat pada benda kerja, maka mesin las segera dimatikan kemudian elektroda dapat dilepas

BAB V PENUTUP 3.1. KESIMPULAN

1. Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat sebuah busur listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda dan system kerja

2. Macam-macam gerakan elektroda Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.

Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.

3. SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power source, kabel elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable), electrode holder, work clamp, dan elektroda.

4. Kampuh digunakan untuk menyambungkan 2 buah logam dengan bentuk tertentu 5. Memotong kampuh V dengan cara di gerinda dan mempunyai kemiringan sebesar 30o 6. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan kesadaran dalam mematuhi

prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran dan keberhasilan pekerjaan.

(58)

7. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak akan membahayakan penggunanya. Jika sebuah prosedur dalam melakukan mesin las dilewati ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi, salah satunya ialah tersetrum

8. Memeriksa lingkungan sekitar sehingga tidak terjadi hal-hal yang dapat menggangu orang lain atau kita para pengguna mesin las

9. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak akan membahayakan penggunanya

B. SARAN

1. Prosedur pengelasan harus lebih diperhatikan agar hasil pengelasan baik dan tidak mengalami retak terutama pengaturan kecepatan pengelasan sebaiknya lebih rendah.

2. Pengawasan pada saat proses pengelasan perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan prosedur pada proses pengelasan tersebut.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang perlakuan panas baik sebelum pengelasan (preheat) atau sesudah pengelasan (PWHT / Post Weld Heat Treatment) untuk memperbaiki kekuatan sambungan las.

4. Menggunakan sarung tangan dan sarung lengan tangan, kedua alat ini berfungsi hampir sama dengan apron yaitu melindungi dari percikan bunga api dan efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang ditimbulkan oleh las listrik dan untuk memudahkan pemegangan elektroda.

5. Helm las listrik, helm ini dilengkapi dengan dua kaca hitam dan putih atau satu kaca hitam yang berfungsi untuk melindungi kulit muka dan mata dari efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah yang dapat merusak kulit maupun mata, dimana sinar yang ditimbulkan oleh las listrik tidak boleh dilihat langsung dengan mata telanjang sampai dengan jarak minimal 16 meter.

6. Memakai sepatu las, untuk melindungi kaki dari percikan bunga api, hal ini tidak terlalu penting apabila welder telah menggunakan celana panjang yang berbahan dasar kain tebal seperti kain levis serta memakai sepatu safety yang standar untuk pengelasan, tetapi tidak ada salahnya jika digunakan.

7. Respirator (alat bantu pernafasan), untuk menjaga pernafasan agar tetap stabil pada saat melakukan proses pengelasan las listrik dari asap las, dan untuk melindungi asap dan debu yang beracun masuk ke paru-paru, hal ini boleh tidak dilakukan apabila kamar las telah mempunyai ystem pembuangan asap dan debu-debu beracun (blower) yang baik.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

https://p4tkpertanian.kemdikbud.go.id/ pengelasan-dengan-

menggunakan-las-listrik-busur-manual/ Diakses tanggal 28-11-2022 23:48

AAA https://www.scribd.com/document/408346674/ LAPORAN- PRAKTIKUM-LAS-SMAW-docx Diakses tanggal 28-11-2022 23:48 http://deviananurwulan.blogspot.com/2017/07/modul-pengelasan-1f- 4g-pada-pelat.html

Diakses tanggal 5-11-2022 21:32

https://www.academia.edu/40336082/Laporan_Praktikum_Las_1

Diakses tanggal 6-11-2022 5:45

(60)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga makin ikut berkembang, mulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan lainnya seperti berbagai macam peralatan. Peralatan tersebut diciptakan dengan tujuan untuk  mempermudah pekerjaan dan mengefisienkan waktu dalam bekerja. Peralatan itu juga pastilah baik dan makin modern, dan biasanya dijumpai di bengkel. Bengkel sendiri merupakan suatu tempat para mekanik untuk memperbaiki, merancang bahkan

menciptakan alat-alat mekanis. Salah satu perlatan yang sering dijumpai adalah mesin pemotong (cutting grinding).

Cutting grinding digunakan sebagai pemotong logam (besi). Alat ini di desain dari gabungan alat-alat sederhana atau alat tunggal. selain itu, masih banyak yang perlu diketahui dari alat ini untuk menambah pengetahuan. Oleh karena itu untuk mengetahui lebih jelas tentang cutting grinding tersebut, maka perlu dilakukan praktikum ini.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian mesin perkakas atau ragam mesin merupakan suatu alat yang digunakan antara lain, untuk memotong benda-benda kerja atau bahan yang terbuat dari besi dan

Kami dapat pengalaman baru tentang mesin bubut ,mesin las, kami juga mengerti tentang bagaimana cara membubut secara konvensional dengan mesin bubut manual,serta dapat

Pada umumnya mesin gerinda tangan digunakan untuk menggerinda atau memotong logam, tetapi dengan menggunakan batu atau mata yang sesuai kita juga dapat menggunakan mesin gerinda

"iskositas dari !airan yang ditentukan dengan mengukur *aktu "iskositas dari !airan yang ditentukan dengan mengukur *aktu yang dibutuhkan bagi !airan tersebut untuk le*at

Mesin frais merupakan mesin menghasilkan permukaan yang datar atau berbentuk   profil pada ukuran yang ditentukan dari kehalusan atau kualitas permukaan

Cara pengerjaan : Setelah bahan tersedia kami akan mulai memotong besi sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan, pada setiap besi yang digunakan untuk tulangan memanjang dan melintang kami

Proses ini dilakukan beberapa langkah yaitu : • Plat besi berukuran 8-10 mm di potong menggunakan mesin cutting • Proses facing/pengupasan 2mm menggunakan mesin bubut • Pengeboran 4

Buat garis acuan pada plat baja menggunakan kapur, dengan ukuran 2 cm x 2 cm pada kolom paling kiri horizontal, diikuti dengan 4cm x 4cm sebanyak 4 kolom, sisa plat baja yang tidak