• Tidak ada hasil yang ditemukan

tertarik untuk mengungkap masalah yang berkaitan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "tertarik untuk mengungkap masalah yang berkaitan dengan "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

The persistence of existence Warung Causes Mosquito nets In Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis District of Koto Balingka West Pasaman

Oleh :

Novia Putri Eria1Drs. Wahyu Pramono, M.Si2Ariesta, M.Si3

*The Sosiology education student of STKIP PGRI Sumatera west.

**The Sosiology staff of sosiology education of STKIP PGRI Sumatera west

ABSTRACT

Warung mosquito nets a stall covered only by tarpaulins or banners and are relatively smaller, so the activity is in it is not visible from the outside, while the stall netting the orther a stall netting deliberately formed or built by the community as a place to sell or as a seat for tourist visitors who come to the place which does not provide stall tourist netting. So Aek Nabirong distric Koto Balingka West Pasaman. The teory used in this study is the phenomenological theory proposed by Alfred Schutz.

The study used a Qualitative method with descriptive type, data collection was done by observation, interviews and document study. Informants in numbered 10 people. Informant selection tecnique was done by using purposive sampling, the unit of analysis in the from of a group. Analysis of the that the formulation of the problem in this study is what factor cause the persistence of the presence of stalls netting in the bottom of the mangoesteen Jorong Aek Nabirong districts Koto Balingka West Pasaman. The purpose of this study is to explain the factor causing the persistence of the presence of stalls netting in Jorong data used in this study is the interactive data analysis proposes milles and hubberman.

The finndings in the field explained that there are four factors causing the persistence of stall where nettings is a) Economic pressure from stall owners netting, meeting the needs of life is one that causes a variety of problems in live. b) Does not specifically customary law in society, like warning given community to the shop owner nets during this seems not deterred them and raids were carried oud did not make them change shape place. c) For law enforcement cooperation whit the shops owner netting awareness of the proplems of local communities there are sinners who pollute their areas. But can not do anyting. This is due to the authorities there are games that work with people who provide. d) not compliance whit the rules that have been agreed between the shop owner netting whith the community first process performed by the public to the existence of netting existing stalls in the area they are sicializing, it this is done directly around the stalls netting.

Key Words: Local wisdom, ban Fish,managemen

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2Pembimbing I, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

3Pembimbing II, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

ABSTRAK

Faktor Penyebab Bertahannya Keberadaan WarungKelambu Di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat

Warung Kelambu merupakan warung yang hanya ditutupi oleh terpal atau spanduk serta berukuran relatif lebih kecil sehingga aktifitas yang ada di dalamnya tidak kelihatan dari luar, sedangkan warung kelambu yang lain merupakan warung kelambu yang sengaja dibentuk atau dibangun oleh masyarakat sebagai tempat untuk berjualan atau sebagai tempat duduk bagi para pengunjung wisatawan yang datang ketempat wisata yang tidak menyediakan warung kelambu.

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Menjelaskan Faktor Penyebab Bertahannya Keberadaan Warung Kelambu di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat. Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan faktor penyebab bertahannya keberadaan warung kelambu di Jorong Aek Nabirong Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Fenomenologi yang dikemukakan oleh Alfred Schutz.

Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif dengan Tipe Penelitian Deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan Wbservasi, wawancara, dan Studi dokumen. Informan dalam penelitiaini berjumlah 10 orang. Teknik pemilihan informan dilakukan dengan teknik Purposive sampling, unit analisisnya berupa kelompok. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data Interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman,yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kenarikan Kesimpulan.

Hasil temuan dilapangan menjelaskan bahwa ada empat faktor penyebab bertahannya keberadaan warung kelambu adalah a)Desakan ekonomi dari pemilik warung kelambu.b) tidak tegasnya hukum adat dalam masyarakat.c) adanya kerjasama aparat hukum dengan pemilik warung kelambu d) tidak ditaatinya peraturan yang telah disepakati antara pemilik warung kelambu dengan masyarakat

(5)

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, selain dari hasil alam yang berlimpahbangsa Indonesia juga tidak kalah dengan tempat pariwisata yang terkenal dengan keindahannya mulai dari wisata alam, wisata belanja, wisata budaya, dan wisata keagamaan serta tempat pariwisata yang sengaja terbentuk oleh alam maupun yang sengaja dibentuk oleh manusia. Pariwisata yang ada di Indonesia merupakan sektor penting di Indonesia pada tahun 2008, pariwisata yang ada di Indonesia menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit (Pendit,2006:5).

Kekayaan alam merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia, alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis yang sangat cocok untuk Bangsa Indonesia itu sendiri (Pendit,2006:113). Indonesia juga merupakan Negara Kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia, pantai-pantai yang ada di Indonesia kebanyakan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuka tempat pariwisata bagi masyarakat sekitar. Tetapi dengan banyaknya tempat wisata yang ada di Indonesia ada sebagian tempat pariwisata yang digunakan oleh masyarakat untuk membuat hal-hal yang melanggar aturan, nilai, dan yang ada dalam masyarakat tersebut seperti tempat wisata yanga ada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat.

Kabupaten Pasaman Barat adalah salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat Indonesia. Pada tahun 2003 terjadi pemekaran antara Kabupaten Pasaman Barat dengan Kabupaten Pasaman Timur. Sejak pemekaran ini perekonomian di Kabupaten Pasaman Barat selalu menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2003 sampai sekarang relatif lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada tahun 2002 (Sumber Data:Sumatera Barat dalam angka 2010 BPS Provinsi Sumatera Barat).

Selain dari keberadaan tempat wisata yang ada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat, tempat wisata lain juga banyak dikunjungi oleh para wisatawan seperti tempat wisata yang ada di Pantai Air Bangis, Pantai Sikabau, Pulau Panjang, Pulau Pigago, dan lain sebagainya.

Potensi terbesar Kabupaten Pasaman Barat ini jugaterletak pada sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri

Pengolahan, Listrik Gas dan Air, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Angkutan dan komunikasi, Lembaga Keuangan, Sewa Tanah dan jasa perusahaan.

Salah satu tempat wisata yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat sekarang ini khususnya muda-mudi yang berpasang- pasangan adalah tempat wisata yang ada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat.

Jumlah warung kelambu yang disediakan untuk pasangan muda-mudi yang datang ke tempat pariwisata tersebut adalah 8 serta pengunjung yang datang ketempat wisata yang ada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat ini setiap harinya ada 5 pasangan muda- mudi. Sebagai sebuah objek wisata, Lubuk Manggis memenuhi prasyarat untuk dikunjungi oleh para wisatawan karena dilihat dari keindahan alamnya, tempat wisatanya yang sangat strategis dan berada diantara dua buah perbukitan yang sangat indah dipandang mata.

Kawasan Lubuk Manggis ini juga berada di daerah sepanjang jalan menuju daerah Silaping Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat. Disamping itu sarana trasportasi ketempat ini sangat memadai, tetapi kawasan Lubuk Manggis belakangan ini tidak terkenal dengan tempat wisatanya yang sangat strategis, melainkan lebih dikenal dengan “ Warung Kelambu” nya yang dibuka pada tahun 2008.

Istilah “Warung Kelambu” yang ada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat merupakan sebutan yang diberikan oleh masyarakat sekitar, Warung Kelambu merupakan warung yang hanya ditutupi oleh spanduk atau terpal serta bentuknya yang tertutup dengan ukuran yang relatif lebih kecil banyak dimanfaatkan pasangan muda-mudi maupun pasangan yang sudah menikah (perselingkuhan) untuk berbuat maksiat.

Hal ini bisa dilihat dari pengunjung utamanya pasangan muda-mudi dan orang yang telah berumah tangga untuk melakukan perbuatan yang melanggar aturan, nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Tempat seperti “Warung Kelambu” ini sering disalah gunakan oleh setiap pasangan yang mengunjungi tempat wisata tersebut. Aktivitas yang mereka lakukan dalam tempat tersebut mengarah perzinaan seperti perpegangan tangan,

berpelukan,bahkanberciuman(Hidayat,2007:16).

Warung Kelambu yang lain merupakan warung kelambu yang sengaja dibentuk atau

(6)

dibangun oleh masyarakat serta hanya ditutupi oleh kain sebagai tempat untuk berjualan atau sebagai tempat duduk bagi para pengunjung wisatawan yang datang ketempat wisata yang tidak menyediakan warung kelambu.

Belakangan ini kawasan Lubuk Manggis sering mendapat razia dari Aparat Satpol PP Kabupaten Pasaman Barat. Pada tanggal 18 November 2014 Aparat Satpol PP kembali melakukan razia di kawasan Lubuk Manggis Aek Nabirong Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat, pada saat melakukan razia ada 4 pasangan muda mudi yang tertangkap oleh Satpol PP. Adapun sanksi yang diberikan oleh Aparat Satpol PP berupa surat perjanjian terhadap 4 pasangan muda-mudi yang terjaring razia tersebut agar tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya.

Tapi razia yang dilakukan oleh Aparat Satpol PP tidak pernah mendapatkan respon yang positif dari para pengunjung maupun orang yang menghuni tempat tersebut, bagi mereka razia yang dilakukan oleh Satpol PP hanyalah sekedar teguran bagi mereka yang melanggar aturan dan norma yang berlaku dimasyarakat.

Kegiatan razia yang dilakukan untuk menegakkan perda No.11 tahun 2001 tentang pencegahan dan pemberantasan maksiat (pekat).

Dalam perda ini setiap orang baik pribadi maupun kelompok dilarang menjadi pelindung dalam bentuk apapun terhadap kegiatan perzinaan baik sipil maupun pemerintahan.

Kenyataan sekarang tidak seperti itu, dibalik keberadaan tempat ini aparat mengambil keuntungan, seperti membekingi pengelola melanjudkan kegiatan usahanya. Walaupun Aparat Satpol PP sudah sering melakukan razia terhadap keberadaan “ Warung Kelambu ” di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat, namun setelah razia tempat ini dibuka kembali untuk pengunjung.

Masyarakat sekitar Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kabupaten Pasaman Barat telah melakukan kontrol sosial terhadap kegiatan wisata yang dianggap menyimpang oleh masyarakat. Tetapi keberadaan “Warung Kelambu” ini tetap eksis sampai sekarang. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk mengungkap masalah yang berkaitan dengan

Faktor Penyebab Bertahannya Keberadaan Warung Kelambu Di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena dianggap mampu menggambarkan suatu kenyataan atau fenomena yang ada dilapangan dan bisa menjelaskan masalah yang akan diteliti secara mendalam. Tipe penelitian adalah deskriptif, yang menggambarkan secara mendalam, faktual dan akurat tentang latar pengamatan, tindakan dan pembicaraan.

Informan penelitian diambil dengan teknik Purposivesampling dengan kriteria: 1) Tokoh masyarakat Jorong Parik, 2) Pemilik warung kelambu dan 3) Pengunjung warun g kelambu Informan penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari diantara nya 2 pemilik warung kelambu, 2 pengunjung warung kelambu, 6 tokoh masyarakat. Berikut tabel daftar informan yang peneliti teliti

Analisis Data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.Penelitian dilakukan di Jorong Aek Nabirong, Kecamatan Koto Balingka, Kabupaten Pasaman Barat. Alasan penulis memilih lokasi ini karena disinilah sering terjaring pasangan remaja yang melakukan perbuatan perilaku menyimpang oleh Satpol PP.

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Kecamatan Koto Balingka adalah kecamatan terluas di antara kecamatan lainnya di Kabupaten Pasaman Barat, Propinsi Sumatra Barat dengan luas daerah 592,17 yang terdiri hanya dari satu Nagari yakni Nagari Parik dengan 28 Jorong dengan total Jumlah penduduk 25.832 (BPS, 2008: 23). Secara geografis Kecamatan Koto Balingka terletak pada garis 03’’ Lintang Utara - 00 11’ dan 99 ’ Bujur Timur- 100 04’ Bujur Timur dan ketinggian 500-1.240 di atas permukaan laut

Masyarakat jorong Aek Nabirong terdiri dari berbagai etnis, mulai dari Melayu, Mandahiling, Minangkabau, Jawa. Dengan demikian penduduk Jorong Aek Nabirong bersifat multi etnis. Hal ini tidak mengherankan karena posisinya yang merupakan daerah perbatasan Sumatera Barat dengan Sumatera Utara.

Sedangkan jumlah penduduk yang ada di Aek Nabirong Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat adalah sebanyak 1003 jiwa dengan memilik 220 Rumah Tangga yang terdiri dari 4 jiwa dalam setiap rumah tangga dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 513 dengan jumlah penduduk

(7)

perempuan sebanyak 490 orang dengan sex ratio 105.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Perembangan Warung Kelambu Aek Nabirong Lubuk Manggis merupakan salah satu daerah yang ada di Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat yang terletak pada kawasan perbukitan.

Aek Nabirong Lubuk Manggis juga merupakan salah satu Jorong yang ada diantara 28 Jorong yang ada di Kecamatan Koto Balingka, daerah ini terdapat tempat berupa warung-warung untuk melakukan kegiatan prilaku menyimpang.

Kondisi warung kelambu yang berada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis ini berbentuk warung kecil untuk tempat bersantai bagi para pengunjung yang datang berkunjung ketempat tersebut, tetapi pada bagian belakang warung tertutup oleh terpal atu spanduk agar kegiatan yang dilakukan dalam warung kelambu tidak kelihatan dari luar seperti kamar kecil yang terpisah hanya untuk satu pasangan disitulah tempat atau lokasi bagi pasangan yang berbuat mesum atau melakukan kegiatan prilaku yang menyimpang seperti berpelukan,berpegangan tangan, dan berciuman.

Warung Kelambu tersebut sering dikunjungi oleh pasangan remaja yang ingin melakukan kegiatan prilaku menyimpang, berdasarkan hasil penelitian peneliti di Jorong aek Nabirong Lubuk Manggis Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat yaitu bagaimana warung tersebut menyediakan tempat untuk melakukan kegiatan prilaku menyimpang, tempat tersebut berukuran 2x2 meter yaitu satu (2) meter panjang dan dua (2) meter lebar.

Menurut masyarakat setempat, warung- warung ini bermunculan awalnya hanya untuk tempat nongkrong dan tempat duduk-duduk bagi para wisatawan yang datang kesana akan tetapi semakin lama banyak warung yang menyediakan tempat bagi pasangan muda-mudi untuk melakukan kegiatan perilaku menyimpang, warung yang menyediakan tempat untuk melakukan prilaku menyimpang ini kurang lebih sebanyak 5 warung, karena tempat dan kondisinya sangat strategis untuk dijadikan tempat melakukan kegiatan prilaku menyimpang.

Warung-warung yang berada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis awalnya warung tersebut hanya digunakan oleh para wisatawan yang datang kesana untuk tempat bersantai membawa keluarga mereka. Tetapi lama- kelamaan tempat tersebut sudah beralih fungsi

karena pendapatan pemilik warung meningkat semenjak mendirikan kamar-kamar yang menyediakan tempat remaja melakukan kegiatan prilaku menyimpang di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis. Lagi pula pemilik warung mendirikan tempat seperti itu dikarenakan kehiduapan yang semakin lama semakin menurun, pemilik warung mayoritas pencariannya dahulu sebagai petani, karena pekerjaan sebagai petani sekarang sudah tidak memungkinkan. Maka berfikirlah sipemilik warung membuka dan menyediakan tempat seperti itu.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pada saat ini Warung Kelambu yang ada di Lubuk Manggis berjumlah 8 buah dengan 2 orang Pemilik yang merupakan penduduk asli daerah tersebut tapi warung yang digunakan sebagai warung kelambu hanya 5 warung kelambu saja selaian itu warung yang lain digunakan sebagai tempat bersantai saja.

Tiap pemilik Warung Kelambu memiliki 4 warung kelambu umumnya warung yang dijadikan warung kelambu adalah warung yang terpisah antara satu dengan yang lainnya, bagian atap, samping, depan, dan belakang dari warung kelambu tersebut ditutupi oleh terpal atau spanduk. Selain dari warung kelambu pemilik juga memiliki warung atau kafe yang berada tepat dibelakang warung kelambunya ukurannya lebih besar dari warung kelambu itu sendiri yang dimanfaatkan oleh pemilik warung kelambu untuk menjual makanan dan minuman yang dijual disana. Waktu bukanya warung ini mulai dari jam 09.00 pagi sampai dengan jam 22.00 Malam.

Warung Kelambu merupakan warung yang hanya ditutupi oleh terpal atau spanduk serta berukuran relatif lebih kecil sehingga aktifitas yag ada didalamnya tidak terlihat dari luar.

Keberadaan Warung Kelambu sangat ditentang oleh masyarakat yang ada di Jorong Aek Nabirong Kecamatan Koto Balingaka Kabupaten Pasaman Barat.

Namun kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung tempat ini sebagai tempat wisata tidak dapat dikelola degan baik sehingga masyarakat mendirikan warung dan kafe yang bisa untuk wisatawan yang berkunjung ketempat ini namun lama-lama kelamaan kafe dan warung yang didirikan oleh masyarakat setempat berubah fungsi, hal ini disebabkan kurangnya wisatawan yang datang kelokasi ini justru yang datang ke tempat ini adalah pasangan muda-mudi saja untuk berpacaran.

Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2009-2012 tempat wisata yang ada di Jorong Aek Nabirong Kecamatan Koto

(8)

Balingka Kabupaten Pasaman Barat ini kurang dikunjungi oleh para wisatawan terutama pengunjung yang datang pada hari-hari libur seperti anggota keluarga yang datang membawa anak-anaknya untuk berlibur, tapi 3 tahun terakhir para pedagang yang membuka warung untuk berjualan disana mulai resah dengan pendapatan mereka yang selalu menurun setiap harinya.

Karena yang datang berkunjung kesana bukanlah orang-orang yang berkeluarga tapi malahan pasangan muda-mudi yang datang untuk berpacaran dengan pasangannya kerap melakukan tindakan yang tidak baik seperti berpelukan, dan berciuman tanpa mempedulikan keadaan sekitar sedangkan anak-anak masyarakat yang ada disekitar wilayah tersebut bermain dan lalu lalang ditempat wisata tersebut, akibatnya masyarakat yang berjualan ditempat wisata tersbut berinisiatif untuk merubah tempat wisata yang ada menjadi tempat untuk berpacaran bagi pasangan yang berkunjung kesana.

Selain itu yang menjadi salah satu alasan bagi para pemilik untuk mendirikan tempat ini adalah karena dirasakan cepat mendatangkan keuntungan, masyarakat yang menyediakan warung kelambu yang hanya diberi pembatas dengan terpal atau spanduk, untung yang didapatkan lumayan besar dan tidak membutuhkan modal yang besar.

a. Pemilik Warung Kelambu

Pemilik adalah orang yang membuka usaha warung kelambu, pemilik biasanya yang langsung mengurus dan menjalankan serta memanajemen usaha mereka ini. Pemilik warung kelambu dalam usahanya menjual dan menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan dari orang-orang yang datang berkunjung.

Disepanjang sungai yang ada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis terdapat 8 warung tapi dari 8 warung tersebut terdapat 5 warung yang menyediakan warung kelambu dan 3 lagi menyediakan tempat terbuka (menyediakan pondok yang tidak tetutup). Tanah tempat berdirinya warung yang ada yang disewa dari pemilik lahan tesebut. Sewa tempat yang digunakan oleh pemilik untuk mendirikan warung kelambunya dengan membayar sewa pertahun sebanyak Rp 450.000 sampai denga Rp 600.00 pertahun, itu tergantung luas tanah yang dipakai. Semua pengelola warung kelambu telah mendirikan usahanya rata-rata lebih dari dua tahun.

Informan pertama yaitu ibu Ajir yang bersuku Caniago sudah berjualan selama 6 tahun

tapi ia membuka Warung Kelambunya semenjak 3 tahun terakhir sebelumnya ibu Ajir masih membuka warung dengan pondok- pondok terbuka semua sisinya. Dari sederatan warung kelambu yang ada dilokasi ini warung yang dimiliki ibu Ajir adalah warung yang paling banyak digunakan oleh para pengunjung yang dulu datang ketempat wisata ini untuk berlibur dengan keluarga mereka karena mereka merasa tempat buk ajir ini nyaman, serta tempat buk ajit ini juga memiliki keindahan tersendiri karena memiliki kolam ikan yang bisa untuk dipancing juga menyediakan tempat pemandian bagi setiap anggota keluarga yang pergi berlibur kesana. Ia juga tinggal dengan 3 orang anak yang membantunya dulu berjualan sebelum di bukanya warung kelambu yang digunakan oleh pasangan muda-mudi untuk berbuat maksiat.

Harga sewa pondok untuk anggoat kelaurga yang datang untuk berlibur sebelum dibukanya warung kelambu sebesar Rp10.000 makanan dan minuman yang dijual disana sebelum dibukanya warung kelambu belum tergolong begitu mahal tapi setelah dibukanya warung kelambu sewa pondok menjadi Rp15.000 Makanan seperti Nasi Goreng dari Rp10.000 menjadi Rp15.000 per piring dan minuman aqua dari Rp 3.000 menjadi Rp 5.000 dalam satu botol aqua.

b. Masyarakat yang tinggal dilingkungan warung kelambu

Peneliti memilih informan dengan kriteria informan yang bertempat tinggal didekat kawasan Warung Kelambu tersebut. Di lingkungan Lubuk Manggis terdapat 5 rumah yang dihuni oleh 7 kepala keluarga, dalam satu rumah ada yang terdapat lebih dari satu kepala keluarga, itu disebabkan karena dalam satu keluarga tersebut ada anaknya yang telah berkeluarga tapi masih tinggal dengan orang tua. Peneliti memilih 3 orang saja dari kepala rumah tangga yang tinggal didekat Warung Kelambu tersebut. Umur informan tersebut antara 25 sampai dengan 50 tahun 1 orang ibu rumah tangga serta 1 orang Jorong dan 1 orang Ketua Pemuda yang ada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis tersebut.Mata pencaharian keluarga yang ada di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis umunya adalah bertani, berdagang dan penambang pasir di sungai dan sebagian kecil masyarakatnya adalah pengelola warung kelambu yang ada di jorong tersebut.

c. Pengunjung Warung Kelambu

(9)

Pengunjung atau wisatawan yang datang kelokasi tempat wisata ini di bagi dua kriteria yaitu: pertama pengunjung yang sengaja untuk memanfaatkan jasa warung kelambu dan pengunjung biasa. Dua kritea pengunjung dibedakan dari tujuan pengunjung tersebut, pegunjung biasa yaitu pengunjung yang datang untuk menikmati suasan pemandangan yang indah dari tempat wisata tersebut bersama dengan keluarga dan teman mereka, suasana tempat wisata yang ada di Jorong Aek Nabirong ini sangat indah karena memiliki kolam ikan yang besar dan sungai yang dibendung yang sengaja disediakan untuk tempat wisata tersebut.

Pengunjung yang datang ke tempat ini bervariasi mulai dari tingkat umur sampai dengan pekerjaan, bagi pasangan yang dating untuk berpacaran mulai dari umur 18 tahun sampai 28 tahun tapi bagi para anggota keluarga yang dating ketempat wisata tersebut mulai dari umur 25 sampai dengan umur 50 tahun.

Umumnya yang datang kesini adalah orang yang berpasangan antara laki-laki dan perempuan yang berpacaran, sedangkan orang yang sudah berkeluarga lebih memilih untuk duduk di pondok yang terbuka. Biasanya aktifitas pengunjung yang datang ke tempat wisata itu adalah memang untuk menikmati suasana yang ada di tempat wisata tersebut.

Suasana yang digambarkan diatas sudah menjadi pemandangan biasa bagi penduduk setempat, penduduk setempat bukan tidak tahu apa yang dilakukan pengunjung dengan pasangannya di dalam warung kelambu, dan bukan tidak ada penduduk yang protes dengan apa yang telah dilakukan pengunjung, tapi dengan alasan kejenuhan masyarakat tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi.

Informan untuk pengunjung warung kelambu ini dipilih berdasarkan jumlah kedatanganya kelokasi penelitian. Dua orang yang dipilih merupakan langganan dari warung kelambu yang ada serta sudah lebih dari dua kali datang ke warung kelambu di lubuk manggis.

Faktor Penyebab Bertahannya Keberadaan Warung Kelambu

a.Desakan Ekonomi Pemilik Warung Kelambu

Pemenuhan kebutuhan hidup merupakan salah satu yang menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan dalam hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut berbagai cara yang mereka lakukan, adapun cara yang yang dilakukan tersebut berbagai macam mulai dari mendirikan warung kelambu sebagai media

pacaran bagi pasangan muda-mudi yang menurut mereka cepat mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Cara yang dilakukan tersebut sudah mulai mengikis nilai-nilai yang ada pada dirinya ataupun yang ada pada masyarakat.

b.Tidak Tegasnya Hukum Adat Dalam Masyarakat

Selain dari faktor ekonomi, ada faktor lain yang menyebabkan bertahannya keberadaan warung kelambu yang ada di Jorong Aek Nabirong Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat yakni tidak tegasnya hukum adat yang ada dalam masyarakat tersebut. Seperti Teguran yang diberikan masyarakat kepada pemilik warung kelambu selama ini nampaknya tidak membuat mereka jera dan razia-razia yang dilakukan tidak membuat mereka mengubah bentuktempatnya.Nampaknya pemerintah disekitar lokasi khususnya Satpol PP yang ada didaerah tersebut. Setelah razia selesai mereka kembali mendirikan pondok-pondok atau yang lebih dikenal dengan sebutan warung kelambu

. c.

Adanya Kerjasama Aparat Hukum

Dengan Pemilik Warung Kelambu Kepedulian masyarakat setempat ada terhadap persoalan maksiat yang mengotori daerah mereka. Tetapi tidak bisa berbuat apa- apa. Hal ini disebabkan ada permainan aparat yang berwenang yang bekerja sama dengan orang yang menyediakan jasa, Keterangan dari ketua pemuda yang di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis ini bahwasanya terdapat kerjasama antara pengelola dengan Aparat Satpol PP yang akan melakukan razia dalam memberikan informasi pemberitahuan razia.

Bentuk kerjasa yang terjadi antara pemilik warung kelambu dengan Aparat Satpol PP bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dimana pemilik warung kelambu membayar sejumlah uang kepada Aparat Satpol PP yang memberikan informasi ketika akan diadakannya razia ketempat wisata tersebut sebesar Rp 300.000. Disini aparat mendapatkan imbalan dari pengelola warung kelambu serta sebagai jasanya kepada pemilik tempat Satpol PP memberitahukan tentang informasi razia yang akan dilakukan.

(10)

d. Tidak Ditaatinya Peraturan Antara Pemilik Warung Kelambu dengan masyarakat

Proses yang pertama dilakukan oleh masyarakat terhadap keberadaan warung kelambu yang ada di daerah mereka adalah sosialisasi, hal ini dilakukan langsung disekitar warung kelambu. Dimana anggota masyarakat seperti Jorong, Ketua Pemuda beserta anggotanya mendatangi setiap warung kelambu yang ada dan memberikan penjelasan tindakan yang dilakukan oleh pemilik warung kelambu sangat bertentangan dengan peraturan yang ada dalam masyarakat tersebut.

Peraturan tersebut dibuat oleh tokoh masyarakat dan ditaati oleh anggota masyarakat tersebut. Peraturan yang telah dibuat tersebut mengatakan bahwa setiap anggota masyarakat yang tinggal di jorong Aek Nabirong ini dilarang mendirikan tempat maksiat dan sejenis karna sangat bertentangan dengan nilai, norma dan aturan yang ada dalam masyarakt tersebut.

Tetapi walaupun sudah dibuat peraturan seperti itu namun pemilik warung kelambu tidak mengindahkan aturan yang telah disepekati tersebut sehingga aktivitas warung kelambu masih tetap saja ada sampai sekarang ini.

Dari wawancara di atas sudah jelas sekali bahwa anggota masyarakat terlebih dahulu melakukan sosialisasi tentang peraturan daerah kepada pemilik warung kelambu. Hal ini respon baik oleh masyarakt dan sebagian dari mereka menjadi mengerti tentang peraturan daerah dan juga mengerti bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah hal yang mengganggu masyarakt sekitar.

Tetapi secara fisik belum ada tindakan yang dilakukan pemilik warung kelambu terhadap usaha yang mereka miliki. Setelah tahapan sosialisasi dilakukan, akan diberikan jangka waktu satu minggu bagi pemilik warung kelambu untuk merubah bangunannya secara fisik. Jika dalam satu minggu tidak ada perubahan maka akan dilanjudkan tahapan selanjudnya dari proses ini.

Upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat terhadap keberadaan warung kelambu jugadidukung oleh aparat yang berwenang untuk menghentikan tempat maksiat tersebut. Pihak Jorong membuat aturan tata bangunan sesuai usulan kepala Jorong yang ada di Aek Nabirong Lubuk Manggis tersebut.yaitu bapak Syamsul 38 tahun bahwasanya bangunan yang ada hanya boleh ditutup setinggi 50 cm dibagian belakang yang berfungsi sebagai sandaran, dan bagian samping dan depan bangunan tidak boleh ditutup dengan apapun.

Petemuan yang dilaksanakan bersama bapak Jorong yang ada di Jorong tersebut tidak di indahkan oleh pemilik warung kelambu yang di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis tersebut.

Jadi setelah adanya pertemuan dengan pihak jorong baru pemilik warung kelambu mau mendengarkan semua aturan yang ada. Tetapi hal tersebut hanya bersifat sementara karena pada saat peneliti mewawancarai pemilik warung kelambu bapak darmis (43 tahun) menyatakan bahwa ia hanya akan memberikan tanggapan positif terhadap hal ini, karena jika sudah berurusan dengan pihak dari jorong/atau anggota dari masyarakat tidak diberkan tanggapan positif, akan panjang maslahnya KESIMPULAN

Berdasarkan permaslahan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada 4 faktor yang menjadi penyebab bertahannya keberadaan warung kelambu di Jorong Aek Nabirong Lubuk Manggis Mecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat

.

a. Desakan Ekonomi dari Pemilik warung Kelambu

Pemenuhan kebutuhan hidup merupakan salah satu yang menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan dalam hidup.

b. Tidak tegasnya hukum adat dalam masyarakat, Seperti teguran yang diberikan masyarakat kepada pemilik warung kelambu selama ini nampaknya tidak membuat mereka jera dan razia-razia yang dilakukan tidak membuat mereka mengubah bentuk tempatnya.

c. Adanya kerjasama aparat hukum dengan pemilik warung kelambu Kepedulian masyarakat setempat ada terhadap persoalan maksiat yang mengotori daerah mereka.

Tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini disebabkan ada permainan aparat yang berwenang yang bekerja sama dengan orang yang menyediakan jasa.

d. Tidak ditaatinya peraturan yang telah disepakati antara pemilik warung kelambu dengan masyarakat Proses yang pertama dilakukan oleh masyarakat terhadap keberadaan warung kelambu yang ada di daerah mereka adalah sosialisasi, hal ini dilakukan langsung disekitar warung kelambu.

SARAN

Dari kesimpulan diatas, selanjudnya disarankan agar pemerintah harus tegas dalam

(11)

memberikan sanksi terhadap pemilik warung kelambu.

a. Pemerintah harus tegas dalam memberikan sanksi terhadap pemilik warung kelambu yang dianggap dapat merusak nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.

b. Dalam pengembangan objek wisata, semua potensi harus diintegrasikan untuk suatu tujuan wisata, meningkatkan ekonomi masyarakat, pengelolaan potensi yang ada hendaknya lebih kontiniu sehingga ada sinergisitas antar satu potensi dengan potensi lain dan saling mendukung untuk tujuan yang sama.

c. Pemerintah harus lebih serius mengolah sarana pariwisata dengan membuat standar bangunan yang layak untuk pengunjung sehingga meningkatkan citra pariwisata di suatu daerah kecil yanga da di Jorong Aek Nabirong Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, 2010. Pengantar Metodologi Penelitian. Padang:Fisip Unand

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu pendekatan

praktik.Jakarta:Rineka Cipta

Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Depdiknas, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka

Henslim, M James. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Herdiasyah, Haris. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Salemba Humanika

Horton, B Paul. 1984. Sosiologi Jilid 1 Edisi Ke Enam. Jakarta: Erlangga

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 2.5 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Waktu, Jarak Dan Kecepatan Untuk Siswa Kelas V Sekolah

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V yang terdiri

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 17 Juni 2016 terhadap guru kelas V di SD Negeri Piring diperoleh informasi bahwa (1) guru masih

a) Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal, sehingga dengan membaca pokok soal siswa sudah dapat menentukan jawaban sebelum dilanjutkan membaca

Penelitian ini memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam mengembangkan sebuah produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

Pengamatan sementara di lapangan, sistem upah pekerja berfariatif antara lain, pekerja kasar, pekerja teknis, dan pekerja sambilan sementara, pekerjaan sambilan yang dimaksud yaitu