• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOPIK 1. AKSI NYATA PERSEPEKTIF SOSIOKULTURAL

N/A
N/A
Nurega Septiandi

Academic year: 2023

Membagikan "TOPIK 1. AKSI NYATA PERSEPEKTIF SOSIOKULTURAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Aksi Nyata

Topik 1. Pengantar Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik dalam Pendidikan Indonesia

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perspektif Sosiokultural Dalam Pendidikan Indonesia

Dosen Pengampu:

Dr. Erfan Yudianto., M.Pd.

Disusun Oleh:

Nur Ega Septiandi NIM. 240211105683

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER 2023

▸ Baca selengkapnya: aksi nyata pelaporan hasil belajar oleh murid

(2)

Pendidikan adalah salah satu pilar utama dalam perkembangan manusia, dan tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sosiokultural yang ada di sekitarnya. Sosiokultural merujuk pada pengaruh sosial, budaya, ekonomi dan dan politik terhadap individu, dan perannya dalam dunia pendidikan sangatlah signifikan. Dalam blog ini, kita akan menjelajahi dengan lebih dalam tentang bagaimana faktor-faktor sosiokultural seperti sosial, budaya, ekonomi dan politik berperan penting dalam membentuk cara kita belajar dan mengajar. Mari kita merenungkan bersama bagaimana pengaruh sosiokultural ini membentuk landasan pendidikan kita dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya secara positif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam blog ini kita akan membahas persepektif sosiokultural dalam pendidikan yang disajikan menggunakan alur M-E-R-D-E-K-A yaitu mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi dan aksi nyata.

1. MULAI DARI DIRI

Sebelum memasuki pembelajaran sosiokultural dalam pendidikan, mungkin kita pernah berpikir bahwa pendidikan hanyalah tentang penyampaian pengetahuan dan keterampilan tanpa terlalu memperhatikan konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Mungkin kita berpikir bahwa pendidikan adalah proses yang cukup linear, di mana guru mengajarkan, siswa belajar, dan kemudian mereka siap dengan pemahamannya untuk meyelesaikan tugas pemecahan masalah. Di awal pembelajaran kita diberi deskripsi kasus tentang siswa yang bernama Diera. Dalam deskripsi kasusnya, Diera merupakan anak pendatang yang menempuh sekolah dengan membawa latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang tidak sama dengan sekolahnya. Adapun pertanyaan yang disajikan seperti berikut ini:

a. Bagaimana pandangan Anda terhadap kasus di atas melalui sudut pandang Anda sebagai seorang pendidik? Adakah hal yang dapat Anda lakukan sebagai solusi bagi Diera?

b. Dari pengalaman pribadi Anda, apa faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang berpengaruh pada salah satu momentum penting dalam perjalanan pendidikan Anda, bisa dalam konteks keberhasilan maupun hambatan?

c. Bila pertanyaan sebelumnya berkaitan dengan level terkecil (pribadi), bila ditarik lebih luas, menurut Anda sejauh mana faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik berpengaruh dalam pendidikan dan pembelajaran di Indonesia?

d. Apa pertanyaan penting yang ingin Anda ajukan terkait perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan di Indonesia berdasarkan pemahaman dan elaborasi diri Anda?

e. Apa yang ingin Anda dapatkan dari mempelajari mata kuliah Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan ini?

Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, mungkin kita menyadari bahwa faktor- faktor sosiokultural, seperti sosial, budaya, ekonomi dan politik, memainkan peran kunci dalam bagaimana kita belajar serta sebagai seorang guru bagaimana kita menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, apa yang kita pelajari, dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia sekitar kita. Dengan memahami sosiokultural, kita dapat lebih mendalam dalam mengeksplorasi bagaimana pendidikan menjadi lebih inklusif, relevan, dan berdampak positif dalam masyarakat.

▸ Baca selengkapnya: topik 3 aksi nyata asesmen

(3)

2. EKSPLORASI KONSEP

Dalam topik ini kita akan diberikan penejelasan tentang konsep sosiokultural dalam pendidikan secara luas. Penjelasan yang di maksud disajikan dalam bentuk eksplorasi dimana terdapat 3 video yaitu video “Pendidikan Zaman Kolonial”, “Perjuangan Pendidik Dalam Sejarah Republik”, dan

Pendidikan dan Agama Pada Zaman Jepang” dari video tersebut kita mengetahui bahwa Inisiasi yang dilakukan oleh beberapa bupati pada zaman kolonial dengan mendidirkan sekolah kabupaten merupakan langkah awal yang baik. namun sangat di sayangkan pendirian sekolah tersebut hanya di tujukan untuk para calon pegawai. bahkan rakyat biasa hanya diberikan pengajaran tentang membaca, menulis dan menghitung seperlunya saja. tentu hal ini membatasi kebebasan hak rakyat biasa untuk memperoleh pendidikan yang layak. disisi lain dengan pendirian sekolah tersebut merupakan tonggak awal kebebasan dan kebudayaan khususnya di dunia pendidikan bagi bangsa ini dan bisa kita rasakan sampai saat ini. Kita telah belajar pentingnya faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan sehingga mempengaruhi bagaimana pendidikan diselenggarakan, misalnya pendidikan hanya diberikan pada kalangan tertentu, maka faktor tersebut juga mempengaruhi bagaimana pembelajaran hanya difokuskan untuk tujuan praktis kepentingan bisnis penjajah sehingga yang diajarkan membaca dan menulis dasar saja. Kemudian dari diskusi di kelas, kita belajar bagaimana perubahan penyelenggaraan pendidikan saat ini, dimana akses sudah terbuka untuk siapa saja belajar hingga setinggi mungkin. Bila melihat secara makro, faktor sosial budaya ekonomi dan politik dimana bangsa ini sudah merdeka, sejahtera, dan damai dibanding masa penjajahan, mempengaruhi bagaimana akses pendidikan sudah terbuka dan partisipasi untuk sekolah sudah tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di masa penjajahan Belanda dan Jepang antara lain:

a. Faktor Sosial

Pada masa penjajahan Belanda, pribumi tidak memiliki kebebasan untuk mengenyam pendidikan. Yang dapat mengenyam pendidikan hanyalah golongan priyayi dan orang-orang yang dapat membantu usaha dagang Hindia Belanda. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi yang bernama Persatuan Guru Hindia Belanda lahir pada tahun 1912. Tahun 1932, PGHB berubah nama menjadi PGI (Persatuan Guru Indonesia). Pada saat penjajahan Jepang, sekolah dibuka tidak hanya untuk priyayi. Walau demikian, Jepang melarang seluruh organisasi selain bentukan pemerintah Jepang termasuk organisasi guru sehingga PGI tidak dapat melakukan aktivitasnya lagi.

b. Faktor Budaya

Bahasa Belanda merupakan bahasa yang wajib diajarkan di sekolah pada zaman penjajahan Belanda yakni Holand Inlandsche School (HIS). Saat berganti kependudukan kolonial Jepang, Jepang melarang penggunaan Bahasa Belanda di Indonesia. Jepang memperbolehkan penggunaan Bahasa Indonesia, namun sekolah-sekolah juga tetap mengajarkan Bahasa Jepang.

Selain itu peserta didik mempelajari lagu-lagu Jepang dan menghormati bendera Jepang.

(4)

c. Faktor Ekonomi

Pada zaman kolonial, hanya pribumi dari golongan atas yang beruntung dapat mengenyam pendidikan. Pribumi yang berasal dari kalangan menengah ke bawah tidak memiliki kuasa untuk memperjuangan pendidikan.

d. Faktor Politik

Belanda memberikan pendidikan kepada Indonesia sebagai bentuk politik etis atau politik balas budi. Walau demikian, orang-orang yang dapat mengenyam pendidikan adalah orang-orang yang dapat menguntungkan usaha dagang Belanda. Sedangkan Jepang lebih bermurah hati mengijinkan berbagai kalangan pribumi bersekolah. Namun dengan diberi kesempatan tersebut, banyak doktrin yang diajarkan Jepang. Hal tersebut dilakukan Jepang untuk menarik simpati rakyat pribumi agar mau mendukung Jepang dalam perang Asia Timur Raya.

Berdasarkan anailis video tentang faktor-faktor yang memperngaruhi penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di masa penjajahan Belanda dan Jepang, kita juga bisa menganalisis faktor-faktor penting yang berpengaruh pada pendidikan saat ini antara lain:

a. Faktor Sosial

Saat ini masyarakat dari berbagai kalangan telah memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.

b. Faktor Budaya

Budaya yang diajarkan di sekolah saat ini beragam, mulai dari budaya daerah hingga internasional. Hal ini ditunjukkan dengan diajarkannya Bahasa Daerah dan Bahasa Inggris di sekolah-sekolah. Walau demikian, Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa utama yang digunakan.

c. Faktor Ekonomi

Pemerintah telah membuat dan melaksanakan program wajib belajar di Indonesia. Wujud nyata dukungan pemerintah adalah memberikan banyak bentuk beasiswa bagi peserta didik sehingga setiap kalangan termasuk yang terkendala faktor ekonomi dalam mendapatkan pendidikan yang layak.

d. Faktor Politik

Pendidikan di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 31. Harapannya dengan diatur secara tegas dalam UUD, kualitas dan daya saing bangsa dapat ditingkatkan melalui pendidikan.

Yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu belajar secara merdeka perlahan telah terwujud pada pendidikan saat ini. Belajar merdeka berarti merdeka atas diri sendiri, peserta didik harus merdeka untuk berkembang seluas mungkin sesuai minat dan bakatnya. Kurikulum yang diterapkan di Indonesia saat ini yakni Kurikulum Merdeka Belajar sejatinya sudah sesuai dengan konsep yang dicita-citakan Ki Hadjar Dewantara tersebut. Namun dalam pengaplikasiannya masih perlu banyak perbaikan yang tentunya memerlukan dukungan dari seluruh masyarakat.

Sebagai guru, tentu penting mempelajari perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan Indonesia. Belajar dari sejarah maupun kondisi pendidikan saat ini memberikan banyak sudut pandang dalam memaknai pendidikan. Guru menjadi lebih menyadari bahwa banyak faktor

(5)

yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan dan faktor-faktor tersebut saling terkait, membutuhkan perhatian, dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Selain itu, guru menjadi lebih terlatih menghadapi peserta didik yang berasal dari berbagai macam latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan faktor-faktor lain yang bisa jadi berpengaruh terhadap proses belajarnya.

Hal ini berkaitan dengan teori dari seorang psikolog asal Rusia yang terkenal dengan teori perkembangan anak yaitu Lev Vygotsky. Salah satu teori Vygotsky yang dikenal dengan teori belajar sosiokultural menekankan bahwa interaksi sosial dan budaya adalah cara untuk membentuk perkembangan kognitif anak. Pemikiran anak dipengaruhi oleh interaksi sosial dalam konteks budaya di mana ia dibesarkan. Konsep utama dari teori tersebut adalah Zona Perkembangan Proksimal (ZPD:

yaitu wilayah dimana pembelajaran terjadi secara optimal), Scaffolding (dukungan atau bantuan yang didapat dari orang lain), dan Internalisasi (proses individu mengubah pengetahuan yang didapat dari interaksi sosial menjadi bagian dari diri).

Semangat yang kami dapatkan sebagai calon guru dari mempelajari video tersebut semakin bertambah. Kami salut akan perjuangan guru-guru pada masa kolonial sampai pasca kemerdekaan.

Perjuangan yang semula untuk memperjuangkan hak-hak sebagai guru hingga keinginan untuk turut memperjuangkan kemerdekaan. Meneladani hal tersebut, kami ingin menjadi guru yang dapat melanjutkan cita-cita Ki Hadjar Dewantara yaitu mewujudkan belajar merdeka. Teori belajar sosiokultural membuat kami sebagai guru memiliki kesadaran untuk menghargai perbedaan latar belakang siswa dalam proses pembelajaran. Dengan begitu, kami bisa mendorong terbentuknya interkasi sosial yang positif dan kooperatif antar siswa dan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. RUANG KOLABORASI

Dalam topik ini kita diminta untuk menganalisis faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari 5 video pengajar muda melalui ruang kolaborasi bersama rekan dalam kelompok. Dari hasil diskusi kita menyadari bahwa jika kita menjadi pengajar di Desa Lombang selain melaksanakan pembelajaran seperti yang dilakukan pengajar muda tersebut. Kita pasti ingin meningkatkan kemampuan membaca peserta didik dengan teknik montessori dan membuka pojok literasi. Menurut Leonhardt, anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi dengan demikian mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik.

Melihat beberapa faktor-faktor dalam video tersebut, hal yang akan kita lakukan selain pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar muda tersebut adalah melakukan pembelajaran berbasis project.

Membuat kelompok kecil siswa untuk belajar satu sama lain serta memanfaatkan kearifan lokal dan pengalaman siswa sebagai sumber belajar. Menggunakan pembelajaran berbasis cerita, misalnya cerita rakyat, legenda, atau kisah lokal untuk mengajarkan nilai-nilai etika dan pengetahuan kepada siswa. Selain itu juga mendorong kreativitas siswa dan imajinasi siswa.

(6)

4. DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

Setelah melakukan diskusi diruang kolaborasi selanjutnya kita akan berdiskusi dengan kelompok besar dalam kelas. Kesimpulan yang bisa kita dapatkan ialah bahwa dengan mempelajari faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik sangat mempengaruhi pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung. Sebagai seorang calon pendidik jika kita dapat mengenali latar belakang peserta didik, kita akan dimudahkan dalam hal merencanakan pembelajaran yang baik dan juga sesuai dengan keadaan peserta didik, kebutuhan peserta didik, maupun karakteristik peserta didik. Seperti yang diketahui bahwasannya Indonesia terdiri dari kumpulan beberapa pulau-pulau yang memiliki beragam perbedaan SARA. Sehingga keadaan, kebutuhan dan karakteristik masyarakatnya pasti akan berbeda-beda. Karena kondisi tersebut kita harus mampu menyiapkan ataupun menerapkan pembelajaran yang efektif menyesuaikan dengan kondisi lingkungan peserta didik dan karakteristik peserta didik yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Dengan mempelajari faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya yang tersedia untuk mengadakan pembelajaran menarik dan bermakna.

5. ELABORASI PEMAHAMAN

Pendekatan pendidikan multikultural dan penerapan mediasi dalam proses pembelajaran adalah langkah yang sangat penting dalam konteks Indonesia yang kaya akan keragaman budaya, etnis, dan agama. Berikut ini beberapa poin penting yang kita dapatkan dari Topik 1. Pengantar Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik dalam Pendidikan Indonesia:

a. Pentingnya Pendidikan Multikulturalisme

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, suku, dan budaya yang berbeda. Oleh karena itu, pendidikan multikultural sangat penting untuk mengajarkan kepada peserta didik pentingnya menghargai perbedaan ini. Ini membantu membangun toleransi, pengertian, dan kerjasama antar kelompok masyarakat yang berbeda.

b. Peran Mediasi

Mediasi adalah kunci dalam pendidikan multikultural. Ini membantu peserta didik memahami proses-proses sosial dan psikologis yang mungkin terjadi ketika mereka berinteraksi dengan individu dari latar belakang yang berbeda. Mediasi membantu mengatasi konflik, mengedepankan dialog, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.

c. Penekanan pada Potensi Belajar

Melalui mediasi, pendidik dapat membantu mengidentifikasi dan mengembangkan potensi belajar masing-masing peserta didik. Setiap individu memiliki keunikan dalam cara mereka belajar dan berkembang, dan pendidikan multikultural memastikan bahwa potensi ini diakui dan diberikan kesempatan untuk berkembang.

d. Pengurangan Kesenjangan Siswa

Pendidikan multikultural juga dapat membantu mengurangi kesenjangan pendidikan antara kelompok-kelompok yang berbeda. Dengan mengakui keberagaman peserta didik dan memberikan dukungan yang tepat, pendidikan dapat menjadi lebih inklusif dan adil.

(7)

e. Peran Guru sebagai Perantara

Guru berperan penting sebagai perantara dalam pendidikan multikultural. Mereka tidak hanya mengajar materi pelajaran, tetapi juga membantu siswa memahami pentingnya toleransi, kerjasama, dan penghormatan terhadap perbedaan.

Secara keseluruhan, pendidikan multikultural dan mediasi memainkan peran kunci dalam membangun masyarakat yang inklusif, toleran, dan menerima perbedaan. Mereka membantu mempersiapkan generasi masa depan untuk hidup dalam dunia yang semakin global dan beragam.

Sebagai pendidik, kesadaran dan penerapan konsep-konsep ini dalam pengajaran Anda akan memiliki dampak yang positif pada perkembangan peserta didik Anda serta pada masyarakat secara keseluruhan.

Teori sosiokultural adalah kerangka kerja yang dikemukakan oleh Lev Vygotsky, seorang psikolog Rusia, yang menekankan peran penting interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan individu. Teori sosiokultural menyoroti pentingnya interaksi sosial dan pengaruh kebudayaan dalam perkembangan individu. Ini mengakui bahwa proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dan budaya di mana individu tumbuh dan belajar. Selain itu, faktor sosial memiliki peran penting dalam perkembangan. Seperti interaksi dengan orang lain, keluarga, teman sebaya, dan masyarakat, memiliki dampak besar pada perkembangan psikologis individu. Individu belajar melalui interaksi dengan orang lain dan melalui budaya yang mereka alami. Oleh karena itu, pendidikan perlu mempertimbangkan keragaman budaya untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang relevan dan efektif. Teori sosiokultural menyoroti peran mediasi dalam self-regulation (pengaturan diri). Ini mencakup self-planning (perencanaan diri), self-checking (memeriksa diri), dan self-evaluating (mengevaluasi diri). Mediasi dapat berupa panduan, dukungan, atau bantuan dari orang lain yang membantu individu mengembangkan kemampuan pengaturan diri. Teori sosiokultural memiliki dampak yang signifikan pada pemahaman kita tentang proses pembelajaran dan pengajaran. Ini mengingatkan kita bahwa pendidikan bukanlah proses yang terjadi dalam isolasi, melainkan dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya. Oleh karena itu, pendidik perlu memahami karakteristik setiap peserta didik dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan memahami konsep-konsep teori sosiokultural, pendidik dapat mengembangkan strategi pengajaran yang lebih efektif, mengakui peran penting interaksi sosial dan budaya dalam proses pembelajaran, dan menciptakan pengalaman belajar yang mendukung pengaturan diri dan pertumbuhan peserta didik. Ini adalah langkah penting dalam menciptakan pendidikan yang inklusif dan relevan bagi semua individu, terlepas dari latar belakang budaya mereka.

Penerapan konsep teori sosiokultural sebagai alat psikologis dan mediasi dalam pendidikan di Indonesia dapat memiliki dampak positif yang signifikan. Berikut adalah beberapa cara bagaimana teori sosiokultural dapat diterapkan dalam konteks pendidikan di Indonesia:

a. Pengembangan Kurikulum Berbasis Sosiokultural

Kurikulum pendidikan dapat dirancang dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial dan budaya yang ada di Indonesia. Kurikulum tersebut harus mencerminkan kekayaan budaya

(8)

Indonesia, mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran, dan memungkinkan siswa untuk memahami dan menghargai berbagai perspektif dan nilai dalam masyarakat mereka.

b. Penggunaan Bahasa Lokal

Bahasa adalah alat utama dalam proses pembelajaran. Dalam konteks Indonesia yang memiliki beragam bahasa daerah, menggunakan bahasa lokal dalam pembelajaran dapat memungkinkan siswa untuk lebih terlibat dan merasa relevan dengan materi pelajaran. Ini juga mendukung pelestarian budaya dan bahasa daerah.

c. Kolaborasi Siswa

Teori sosiokultural menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran.

Pendidikan di Indonesia dapat mempromosikan kolaborasi antara siswa, baik dalam kelompok kecil maupun proyek bersama. Ini membantu siswa dalam membangun pemahaman bersama dan memecahkan masalah bersama, sekaligus mengembangkan keterampilan sosial.

d. Peran Guru sebagai Mediator

Guru memiliki peran penting sebagai mediator dalam pendidikan berdasarkan teori sosiokultural. Mereka harus mampu memahami tingkat perkembangan kognitif dan sosial siswa serta memberikan dukungan yang sesuai. Guru juga dapat menggunaan pertanyaan, dialog, dan diskusi sebagai alat mediasi untuk memfasilitasi pemahaman siswa.

e. Penggunaan Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan dapat digunakan untuk mendukung pendekatan sosiokultural.

Platform online dan alat bantu pembelajaran digital dapat digunakan untuk memfasilitasi interaksi dan kolaborasi siswa, memungkinkan akses ke berbagai sumber daya, dan menyediakan ruang untuk pembelajaran mandiri yang dipandu.

f. Pengajaran Kontekstual

Pembelajaran yang kontekstual berarti mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman, budaya, dan konteks sosial siswa. Ini membantu siswa untuk melihat relevansi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari mereka.

g. Pemberdayaan Siswa

Teori sosiokultural menghargai peran aktif siswa dalam pembelajaran mereka.

Pendidikan di Indonesia dapat mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat mereka, mengambil inisiatif, dan mengambil tanggung jawab dalam proses pembelajaran.

h. Pemahaman Variabilitas Kultural

Guru dan kurikulum harus memperhitungkan keberagaman budaya di Indonesia. Ini termasuk pemahaman tentang perbedaan antar budaya, nilai-nilai, tradisi, dan cara berpikir yang beragam yang ada di negara ini.

Penerapan teori sosiokultural dalam pendidikan di Indonesia harus disesuaikan dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif, beragam, dan relevan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi siswa serta mengembangkan keterampilan sosial dan kultural yang penting.

Sebagai seorang guru, hal yang dapat saya terapkan adalah sebagai berikut:

(9)

a. Memahami secara mendalam tentang teori sosiokultural b. Mengenal karakteristik siswa secara mendalam

c. Menggunakan bahasa lokal

d. Mendukung kegiatan kolaborasi siswa dan memfasilitasinya semaksimal mungkin e. Menggunakan pertanyaan dan dialog dalam kegiatan pembelajaran

f. Mengintegrasikan konteks lokal dan budaya daerah sebagai konteks pembelajaran matematika

g. Memahami zona proksimal pengembangan siswa dan memberikan dukungan yang tepat h. Mengintegrasikan teknologi dengan bijak

i. Melaksanakan pembelajaran yang reflektif j. Mengembangkan kesadaran kultural siswa

Dengan menerapkan hal tersebut dalam praktik pembelajaran, saya yakin saya dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih berfokus pada interaksi sosial, kolaborasi, dan pengembangan siswa sebagai individu yang terlibat dalam konteks sosial dan budaya mereka.

Sebagai seorang guru, kita memandang kesiapan dari berbagai aspek diantaranya 1) pengetahuan teoritis, 2) kemampuan beradaptasi, 3) keterampilan komunikasi, 4) kemampuan kolaborasi, 4) kesadaran kultural, 5) penggunaan teknologi, 6) pemahaman inklusi, 7) pengembangan diri berkelanjutan. 7) pembelajaran reflektif dan 8) dukungan serta pelatihan.

6. KONEKSI ANTAR MATERI

Faktor-faktor sosial dalam pendidikan juga akan kita temui tidak hanya pada persepektif sosiokultural saja. Tetapi juga akan dibahas dalam konteks lain seperti dalam mata kuliah pendidikan profesi guru. Bagaimana keterkaitannya?. Berikut adalan gambaran secara singkat bagaimana faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik pada persepektif mata kuliah lain dalam bentuk mindmap:

(10)

7. AKSI NYATA

Dengan mempelajari faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik sangat mempengaruhi pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung. Sebagai seorang calon pendidik jika kita dapat mengenali latar belakang peserta didik, kita akan dimudahkan dalam hal merencanakan pembelajaran yang baik dan juga sesuai dengan keadaan peserta didik, kebutuhan peserta didik, maupun karakteristik peserta didik. Seperti yang diketahui bahwasannya Indonesia terdiri dari kumpulan beberapa pulau-pulau yang memiliki beragam perbedaan SARA. Sehingga keadaan, kebutuhan dan karakteristik masyarakatnya pasti akan berbeda-beda. Karena kondisi tersebut kita harus mampu menyiapkan ataupun menerapkan pembelajaran yang efektif menyesuaikan dengan kondisi lingkungan peserta didik dan karakteristik peserta didik yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Dengan mempelajari faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya yang tersedia untuk mengadakan pembelajaran menarik dan bermakna.

Referensi

Dokumen terkait

Kurikulum perlu berubah karena Agar pembelajaran relevan dengan perkembangan zaman digital Upaya pemenuhan bahan belajar peserta didik sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini

Tugas LK 2.3 tentang rencana aksi dalam menghadapi perkuliahan PPG tahun