• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Makalah Mata Kuliah Evaluasi dan Remedial Pembelajaran Bidang

N/A
N/A
2013@Nur Aliyah Darwis_A

Academic year: 2024

Membagikan "Tugas Makalah Mata Kuliah Evaluasi dan Remedial Pembelajaran Bidang "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Makalah Mata Kuliah Evaluasi dan Remedial Pembelajaran Bidang Akuntansi

“Penilaian Afektif”

Dosen Pengampu:

Dra. Sitti Hajerah Hasyim, M.Si.

M. Ridwan Tikollah, S.Pd.,M.SA.

Oleh Kelompok 5:

Muhammad Fatah Dinul Haq (220902502003) Rachmat Hidayat (220902502005) Zarkiyah Magfirah (220902502007)

Sukria (220902502010) Renaldi (220902502011) Regina Fortuna.A.A (220902502012)

Nur Aliyah Darwis (220902502013) Ghefira Nur Hisani (220902502015) A Nurmala Dewi (220902502016)

Irwan (220902502017)

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini sebagai tugas kami.

Dalam menjelaskan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dalam pembuatan makalah ini. Namun, dari kesulitan itu kami menyadari bahwa banyak pihak yang membantu. Demikian pula kami merasa sangat bersyukur dan mengucapkan banyak terimah kasih kepada segenap pihak yang telah membantu.

Tak lupa kami mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampuh kami serta teman-teman yang senantiasa mendukung penuh keihklasan yang membantu kami sehingga selesainya makalah ini.

Dengan judul makalah “Penilaian Afektif”. Makalah yang kami ajukan tidak lain dan tidak bukan sebagai tugas dalam mata kuliah Evaluasi dan Remedial Pembelajaran Bidang Akuntansi. Dengan selesainya makalah ini belum bisa di katakan layak untuk diajukan karena masih memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, kami hanya berharap kepada siapapun yang membaca makalah ini, kami berharap anda dapat memberikan kritikan ataupun saran kepada makalah ini.

Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. salam hangat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 06 September 2023

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB XVII ... 1

PENILAIAN AFEKTIF ... 1

Deskripsi Awal ... 1

Pembahasan ... 1

A. Pengertian Penilaian Afektif ... 1

B. Tujuan Penilaian Afektif ... 5

C. Aspek Yang Dinilai Dari Ranah Afektif ... 6

D. Penyusunan Instrumen Penilaian Afektif ... 9

Penutup ... 10

Soal Latihan ... 11

Referensi ... 11

(4)

BAB XVII

PENILAIAN AFEKTIF

Deskripsi Awal

Deskripsi singkat : Pada Bab ini dibahas tentang penilaian afektif, dimana penilaian afektif ialah metode terukur yang digunakan untuk memberikan nilai akhir pada seseorang. Penilaian ini fokus pada ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Penilaian ranah afektif digunakan untuk menilai perilaku dan sikap siswa dalam segala interaksi selama menimba ilmu disekolah.

Relevansi : Pada bagian ini dibahas tentang penilaian afektif. Dengan dasar pemahaman ini akan menjadi landasan bagi mahasiswa untuk memahami penilaian afektif.

Indikator : Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penilaian afektif.

Dimana didalam makalah ini kami menjelaskan bagaimana pengertian penilaian afektif, tujuan penilaian afektif, aspek yang dinilai dari ranah afektif serta penyusunan instrumen penilaian afektif.

Pembahasan

A. Pengertian Penilaian Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sikap seseorang mencakup perasaan (seperti suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan orang tersebut dalam merespon sesuatu atau objek tertentu.

Sikap juga merupakan suatu ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.

Penilaian afektif seringkali diartikan sebagai pengukuran kemampuan yang lebih mengutamakan emosi, perasaan serta respon-respon yang berbeda dengan penalaran. Penilaian ranah afektif ini juga erat kaitannya dengan sikap dan minat yang dimiliki peserta didik, misalnya sikap percaya diri, tanggung

(5)

jawab, sopan santun, kedisiplinan, jujur, kerjasama dan lain sebagainya Jadi, dapat dipahami bahwa penilaian afektif terfokus pada pengukuran hasil belajar yang berkaitan dengan penanaman karakter sehingga hasil penilaiannya bisa dijadikan acuan oleh guru untuk memperbaiki sistem pembelajaran maupun memaksimalkan sistem pembelajaran yang sudah baik

Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:

1. Sikap terhadap materi pembelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

2. Sikap terhadap guru atau pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan.

3. Sikap terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan.

4. Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pembelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup).

5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran.

Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu afektif, kognitif, dan konatif.

Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau

(6)

keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenan dengan kehadiran objek sikap.

Adapun penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.

Teknik-teknik tersebut antara lain berikut ini:

1. Observasi perilaku. Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam suatu hal. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.

2. Pertanyaan langsung. Kita juga dapat menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal.

Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap.

Menurut PP nomor 19 tahun 2005 pasal 65 ayat 2 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Akan tetapi, penilaian ranah afektif sepertinya belum mendapat porsi yang lebih dibandingkan dengan penilaian ranah kognitif dan psikomotor, masih banyak para pendidik yang menilai ranah ini kurang memperhatikan rambu-rambu serta pedoman yang telah diterbitkan oleh pemerintah. Oleh karena itu penilaian ranah afektif harus dilakukan secara obyektif dan proporsional yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:

1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatikan.

2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan. berpartisipasi aktif sebagai bagian dari peserta didik. Menyimak dan bereaksi terhadap suatu

(7)

fenomena tertentu. Pada tahap ini, peserta didik cukup termotivasi untuk berperan serta dan menghadapi rangsangan yang datang berupa gagasan, benda atau sitemnilai.

3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai.

4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasikan sistem suatu nilai. . Atau bisa disebut dengan adanya prioritas untuk membandingkan perbedaan nilai dan menciptakan suatu sistem nilai yang unik.

5. Karakterisasi, meliputi menyusu berbagai macam sistem nilai menjadi nilai yang mapan dalam dirinya. .yang mengontrol perilakunya, konsisten dapat diramalkan dan merupakan karakteristik dari peserta didik, sehingga tahap ini disebut juga karakterisasi nilai serta gambaran afektif peserta didik.

Dari tahapan-tahapan tersebut, Krathwohl mengemukakan bahwa pendidikan afektif merupakan proses membantu siswa meningkatkan kualitas afektifnya dari tingkat yang paling rendah pada tingkat yang paling tinggi yaitu mulai dari menerima, merespon, menilai, mengorganisirhingga mengkarakterisasi dengan sebuah nilai atau nilai yang kompleks

Terkait dengan instrumen yang dapat digunakan untuk penilaian afektif, Mardapi sebagaimana yang dikutip oleh Anggarwati dalam jurnalnya mengemukakan bahwa guru bisa menyajikan kasus dalam bentuk kuesioner yang selanjutnya peserta didik diminta untuk memberi respon. Kuesioner yang baik tentu dalam proses pembuatannya harus melalui suatu prosedur. Mc Coach, Gable dan Madura menjelaskan bahwa dalam memilih karakteristik pada pengembangan instrumen ranah afektif perlu berhati-hati dalam mempertimbangkan pemilihan teori secara konstruk. Dengan pemahaman yang baik dapat menghasilkan definisi operasional yang valid untuk masing-masing karakter pada ranah afektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam membuat

(8)

definisi operasional yang akan dikembangkan menjadi indikator-indikator sikap tidak boleh sembarangan. Seorang guru harus memahami hal tersebut dalam upaya membantu mengenali sikap yang tercermin dalam diri siswa. Selain itu, pada penyusunan butir-butir perlu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.

Validitas dilakukan untuk memastikan bahwa lembar kuesioner layak digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas bertujuan untuk memastikan bahwa instrumen telah memiliki konsistensi dalam mengukur kemampuan afektif siswa. Instrumen yang tidak melalui proses validitas maupun reliabilitas tidak layak digunakan karena menyebabkan tidak tergambarkannya kemampuan siswa secara detail.

B. Tujuan Penilaian Afektif

Suharsimi Arikunto (2003) menjelaskan pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Seorang pendidik sebaiknya mengetahui afektif peserta didik sehingga dapat diketahui status afektif peserta didik. Jika afektif tinggi maka perlu mempertahankannya, jika rendah perlu upaya untuk meningkatkannya.

Adapun tujuan penilaian afektif secara umum adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan umpan balik (feedback), baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.

2. Mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulusan tidaknya anak didik.

3. Menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

(9)

4. Mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan dan tingkah laku anak didik. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilainya. Sasaran penilaian afektif adalah perilaku peserta didik bukan pengetahuannya. Sebagai contoh, siswa bukan dituntut untuk mengetahui sebab-sebab diciptakannya malaikat, tetapi bagaimana sikapnya terhadap penciptaan malaikat tersebut.

C. Aspek Yang Dinilai Dari Ranah Afektif

Berkenan dengan ranah efektif, ada dua hal yang harus dinilai dari kompetensi efektif yang Ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi

Sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran bisa positif, negative atau netral. Hal ini tidak dapat dikategorikan benar atau salah. Guru memiliki tugas untuk membangkitkan dan meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran, serta mengubah sikap peserta didik, dari sikap negative ke sikap positif,”

Adapun tingkatan domain yang bisa dinilai ialah kemampuan peserta didik dalam:

1. memberikan respon dan reaksi terhadap nilai yang diharapkan kepadanya 2. menikmati dan menerima nilai, norma ataupun objek yang memiliki nilai

nilai etika dan estetika

3. menilai atau valuing ditinjau dari segi baik buruk, adil maupun tidak adil.

Indah ataupun tidak indah. Terhadap objek studi.

4. menerapkan serta mempraktikkan nilai norma, etika, dan estetika, dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

Adapun ranah efektif meliputi jenjang kemampuan, ialah sebagai berikut:

1. menerima atau receiving. Jenjang ini berkaitan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimuli yang khusus seperti kegiatan di dalam kelas, music, membaca dan sebagainya. Dilihat dari segi

(10)

pengajaran, jenjang ini berkaitan dengan menimbulkan, mempertahankan dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar dalam jenjang ini berjenjang mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu ada sampai pada minat khusus dari pihak siswa itu sendiri

2. menjawab atau responding. Kemampuan ini berkaitan dengan partisipasi siswa, siswa tidak hanya menhadiri suatu kejadian terntentu tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajar dalam jenjang ini dapat menekankan kemauan untuk menjawab atau kepuasan dalam menjawab

3. menilai atau valuing. Jenjang ini berkaitan dengan nilai yang dikenankan siswa terhadap suatu objek, fenomena, ataupun tingkah laku yang khusus jenjang ini berjenjang mulai dari hanya sekedar penerimaan nilai ( ingin memperbaiki keterampilan kelompok). Sampai pada tahap komitmen yang lebih tinggi atau menerima tanggung jawab untuk fungsi kelompok yang lebih efektif.

4. organisasi atau organization. Tahapan ini berkaitan dengan menyatukan nilai yang berbeda, menyelesaikan atau memecahkan masalah di antara nilai-nilai itu, kemudian mulai membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal. Jadi, memberikan penekanan pada mebandingkan, menghubungkan, dan menyintesiskan nilai-nilai.

5. karakteristik atau characterization. Aspek ini mengacu pada pembentukan pola hidup serta proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga membentuk watak yang tercermin dalam pribadinya.

Adapun lima tipe karakteristik yang juga penting, yaitu sebagai berikut:

1. sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka maupun tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati serta menirukan sesuatu yang positif, lalu kemudian melalui penguatan serta mendapat informasi verba. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

(11)

2. minat ialah suatu diposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian dan bagianya.

3. konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karier peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diir sendiri dapat dipilih alternatif karier yang tepat bagi peserta didik.

4. nilai adalah suatu objek, aktivitas, maupun ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, dan kepuasan. Target nilai cenderung menjadi ide. Target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan prilaku.

Arahan nilai dapat positif dan dapat negative.

6. moral berhubungan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain maupun perasaan terhadap Tindakan yang dilakukan diri sendiri.

Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

Aspek yang dinilai dari ranah afektif berdasarkan dari kompetensi Yang ingin dicapai, yakni sebagai berikut:

1. sikap spiritual adalah menyangkut kecakapan seseorang atau peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang segala tindakanya mencerminkan sikap yang sopan dan agamis dengan melakukan doa dan puji syukur serta taat dalam beribadah

2. social. Sikap social ialah menyangkut kecakapan seseorang peserta didik dalam bergaul atau bersosialisasi dan bertanggung jawab dalam sebuah kelompok maupun juga dalam kehidupan masyaraka. Sehingga disisni dilihat bagaimana peserta didik dapat memanfaatkan ilmu yang dia miliki dari proses pembelajaran dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

(12)

D. Penyusunan Instrumen Penilaian Afektif

Berkaitan dengan penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian terhadap sikap afektif seorang peserta didik dapat dilakukan dengan cara observai atau pengamatan, atau juga dapat menggunakan pendekatan penilaian diri (self- assessment), dan penilaian antreman (peer-assessmant)

1. Teknik pengembangan instrument observasi

Observasi merupakan Teknik peniaian yang dilakukan secara bertahap dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indicator perilaku yang diamati.

a. perencanaan penilaian melalui observasi

Hal yang harus dilakukan dalam perencanaan penilaian sikap yaitu menentukan rubrik penilaian sikap yang berupa kriteria kunci yang menunjukkan capaian indicator

b. pelaksanaan penilaian melalui observasi

Adapun yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian yaitu Menyampaikan kompetensi sikap yang perlu dicapai peserta didik c. acuan instrument penilaian melalui observasi

Adapun kriteria yang harus dipenuhi instrument penilaian sikap Melalui observasi, yaitu mengukur aspek sikap (bukan aspek Kognitif, ataupun psikomotor) yang dituntut pada kompetensi inti dan kompetensi dasar d. pemberian umpan balik hasil observasi

kriteria pemberian umpan balik hasil hasil observasi, yaitu umpan balik yang disampaikan kepada peserta didik berdasarkan observasi

2. Teknik pengembangan instrument penilain diri

Penilaian diri merupakan suatu Teknik penilaian dimana seseorang peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan kelebihan dan kekurangnya

a. perencanaan penilaian melalui Teknik penilaian diri

Hal yang harus dilakukan dalam perencanaan penilaian diri di antaranya menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai

(13)

b. pelaksanaan dan pemberian umpamn balik penilaian diri

Hal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan penilaian melalui Teknik penilaiaan diri, adalah menyampaikan kriteria penilaian kepada peserta didik.

3. Teknik pengembangan intrumen penilaian antarteman

Penilain antarteman yaitu penilaian yang dilakukan terhadap sikap atau keterampilan seorang peserta didik oleh seorang ( atau lebih) peserta didik lainya dalam suatu kelas atau rombongan belajar.

a. perencanaan penilaian antarteman

Hal yang dilakukan dalam merencanakan penilaian dengan menggunakan Teknik penilaian sebaya, yaitu menentukan kompetensi atau aspek Kemampuan yang akan dinilai

b. pelaksanaan dan pemberian umpan balik penilaian antarteman

Hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penilaian melalui Teknik penilaian antarteman yaitu menyampaikan kriteria penilaian kepada peserta didik

c. acuan kualitas instrument penilaian antarteman

Hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi beberapa acuan kualitas, yaitu instrument sesuai dengan kompetensi dan indicator yang akan diukur, kemudian indicator dapat dilakukan melalui pengamatan oleh peserta didik.

Penutup

1. Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu afektif, kognitif, dan konatif

Komponen afektif merupakan perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaianya terhadap suatru objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenan dengan kehadiran objek sikap.

(14)

2. Tujuan penilaian afektif adalah untuk memperoleh umpan balik baik guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan atau remedial program bagi anak didiknya.

3. Terdapat tingkatan domain afektif yang dinilai merupakan kemampuan peserta didik dalam memberikan responsa tau reaksi terhadap nilai-nilai yang di harapkan kepadanya.

4. Berhubungan dengan penilain hasil belajar peserta didik, penilaian terhadap sikap (afektif) seorang peserta didik dapat dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan atau juga dengan menggunakan pendekatan penilaian diri dan penilaian antrreman.

Soal Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian afektif?

2. Bagaimana guru dapat mengetahui nilai afekttif siswa dalam pembelajaran?

3. Dalam penilaian ranah afektif hal hal apa saja yang harus diperhatikan seorang guru dalam menilai siswa?

4. Cara apa saja yang bisa digunakan dalam melakukan penilaian afektif?

5. Mengapa guru perlu menilai ranaf afektif bagi setiap siswa?

Referensi

Anonim. (2023, september 8). 2009. Diakses dari Ranah Penilaian Kognitif,

Afektif, dan Psikomotorik:

https://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif- dan-psikomotorik/

Kasmir. (2016). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers.

Riscaputranti, Anggarwati dan Sri Wening. “Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Kabupaten Klaten”, Hepi (Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia), Vol. 22 No. 2 (Desember,2018): 231-242.

Sudrajat.A. (2023, september 8). Diambil dari Penilaian Afektif:

https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilaian-afektif

(15)

Sukanti. (2011). Penilaian Afektif Dalam Pembelajaran Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi, 74-82.

Referensi

Dokumen terkait

Artikel hasil kajian pemikiran ini bertujuan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran prodi pendidikan ekonomi pada mata kuliah statistika. Permasalahan yang terjadi yaitu

Tujuan penelitian ini adalah : (1) secara umum untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Struktur Beton I di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan

Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non example, diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang

Strategi yang dilakukan oleh para guru disekolah tersebut agar para siswa dapat belajar dengan baik antara lain memberi pengarahan terhadap para siswa tentang cara belajar yang

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas menggunakan suatu tindakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar agar

Guru Profesional Sebagai Ujung Tombak Implementasi Kurikulum Di Sekolah 5 Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar

Penyajian konsep jalur metabolisme secara tersendiri biasanya diberikan setelah siswa/mahasiswa memahami karakteristik senyawa organik dan organik yang terlibat dalam

Menurut Gronlund 1982 : 132 reliabilitas adalah suatu ketetapan dari skor instrumen atau seberapa jauh ketetapan skor dari satu pengukuran ke pengukuran yang lain.3 Menurut Notoatmodjo