• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS METOPEL (1)

N/A
N/A
Hawila Fidetri Todingan

Academic year: 2025

Membagikan "TUGAS METOPEL (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERBANDINGAN MUTU CPO (Crude Palm Oil) BERDASARKAN VARIETAS DURA, TENERA, DAN PSIFERA

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

(S.S.T.)

Oleh DWITA SARI

220102011

FAKULTAS VOKASI

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN MEDAN

2024/2025

(2)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil, CPO) memainkan peran krusial dalam industri minyak nabati baik secara global maupun nasional. CPO merupakan minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia karena efisiensi produksinya yang tinggi dibandingkan minyak nabati lain seperti minyak kedelai, bunga matahari, dan rapeseed. Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi minyak kelapa sawit sebesar 33.000.000 ton/tahun, lebih besar dari Malaysia di peringkat kedua dengan produksi sebesar 19.800.000 ton/tahun pada tahun 2014 (Nofrizal Amri, Mohammad Basyuni, 2015).

Secara global, CPO digunakan dalam berbagai industri mulai dari pangan, kosmetik, hingga biofuel. Industri makanan menggunakan CPO sebagai bahan dasar dalam margarin, minyak goreng, dan produk olahan lainnya karena sifatnya yang stabil pada suhu tinggi dan tahan lama. Dalam kosmetik, CPO dimanfaatkan dalam produk seperti sabun dan krim pembap karena kandungan trigliserida dan antioksidan alami seperti karotenoid. Di sektor energi, CPO digunakan sebagai bahan bakar terbarukan, yaitu biodiesel, yang membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan emisi karbon.

Dengan kehadirannya yang begitu besar, CPO memiliki dampak ekonomi dan strategis yang signifikan, baik dalam skala lokal maupun internasional. Oleh karena itu kualitas CPO adalah faktor kunci yang menentukan daya saing minyak sawit di pasar lokal dan internasional. Standar kualitas atau mutu CPO mengacu pada karakteristik fisik dan kimia yang menentukan kemurnian, kestabilan, dan kegunaan produk dalam berbagai industria. Mutu CPO dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitasnya. Produksi buah dengan kuantitas baik akan menghasilkan rendemen CPO minimal 17% dengan kadar asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA) < 3% (Azhari Rizal et al., 2022).

(3)

2

Ada beberapa parameter utama yang menjadi acuan dalam menilai kualitas CPO, antara lain: Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid), Kadar Air dan Kotoran, Stabilitas Oksidasi, Kandungan Karotenoid dan Tokoferol, serta Keindahan dan Warna.

Kualitas CPO yang tinggi akan lebih diminati di pasar global karena meningkatkan daya tahan, nilai gizi, dan keamanan produk akhir yang dihasilkan. Oleh karena itu, produsen perlu mematuhi standar kualitas ini untuk dapat bersaing di pasar internasional yang semakin ketat.

Berbagai varietas kelapa sawit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan, baik dari segi produktivitas maupun karakteristik kimianya. Beberapa varietas kelapa sawit yang umum dibudidayakan adalah Dura , Pisifera , dan Tenera , masing-masing dengan karakteristik yang berbeda-beda, terutama dalam kadar minyak, ketahanan terhadap penyakit, dan kandungan nutrisi yang mempengaruhi kualitas akhir CPO.

Perbedaan genetik pada setiap varietas mempengaruhi tidak hanya jumlah minyak yang dihasilkan per tandan, tetapi juga parameter kualitas seperti kandungan FFA, karotenoid, tokoferol, dan kestabilan terhadap oksidasi. Oleh karena itu, pemilihan varietas yang tepat sangat penting untuk memastikan produksi CPO berkualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan pasar yang kompetitif.

Penelitian mengenai perbandingan mutu Crude Palm Oil (CPO) dari berbagai varietas kelapa sawit sangat diperlukan untuk mengidentifikasi dan memahami varietas unggul yang mampu menghasilkan CPO berkualitas tinggi secara konsisten. Alasan mengapa penelitian ini sangat diperlukan yaitu untuk mengoptimalisasi produktivitas dan kualitas CPO, meningkatkan daya saing di pasar Internasional serta mengoptimalkan efisiensi ekonomi dan ketahanan terhadap tantangan lingkungan.

(4)

3 1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan kualitas CPO dari berbagai varietas kelapa sawit?

Apa saja faktor yang mempengaruhi mutu CPO berdasarkan varietasnya?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui perbandingan mutu CPO yang dihasilkan oleh berbagai varietas kelapa sawit.

Menganalisis faktor-faktor yang menentukan kualitas CPO pada setiap varietas.

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada industri mengenai varietas kelapa sawit yang menghasilkan CPO dengan kualitas terbaik.

Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya tentang pemanfaatan varietas kelapa sawit untuk kualitas CPO yang optimal

(5)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi CPO dan Faktor Penentunya

Crude Palm Oil (CPO), atau minyak kelapa sawit mentah, adalah minyak nabati yang diperoleh dari daging buah kelapa sawit ( Elaeis guineensis ). CPO diperoleh melalui proses ekstraksi daging buah kelapa sawit yang dilakukan dengan cara melakukan pemisahan daging buah kelapa sawit dan biji kelapa sawit, kemudian biji yang telah terpisah tersebut akan diolah dan menghasilkan minyak. (Yuandry

& Irdawati, 2024)

Secara keseluruhan, CPO memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan industri pangan, energi, dan produk konsumen lainnya, serta mendukung perekonomian dan ketahanan energi, terutama di negara-negara penghasil minyak sawit.

Kualitas Crude Palm Oil (CPO) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang menentukan kemurnian, kestabilan, dan daya simpan minyak tersebut. Berikut adalah penjelasan mengenai faktor-faktor utama yang menentukan kualitas CPO:

1. Asam Lemak Bebas (Asam Lemak Bebas - FFA)

Definisi dan Peran : Asam lemak bebas (FFA) adalah komponen asam lemak yang tidak terikat dan hadir sebagai hasil dari proses pemecahan trigliserida dalam minyak. Kadar FFA pada CPO biasanya dinyatakan dalam persentase (%), dengan nilai yang lebih rendah menunjukkan kualitas yang lebih baik.

Pengaruh terhadap Kualitas : Kandungan FFA yang tinggi pada CPO meningkatkan laju oksidasi minyak, yang dapat memicu ketengikan, perubahan warna, dan aroma yang tidak diinginkan.

Minyak dengan FFA tinggi lebih rentan terhadap kerusakan dan memiliki umur simpan lebih pendek. Di pasar internasional, CPO

(6)

5

dengan kadar FFA rendah (<5%) lebih dihargai karena kestabilannya lebih baik, sementara CPO dengan FFA tinggi umumnya dijual dengan harga lebih rendah dan kualitas yang dianggap lebih rendah.

2. Kadar Air dan Kotoran

Definisi dan Peran : Kadar air dan kotoran pada CPO mengacu pada jumlah udara serta material padat yang ada dalam minyak.

Kadar udara yang berlebihan dapat disebabkan oleh proses ekstraksi atau penyimpanan yang tidak optimal, sedangkan kotoran bisa berupa serat atau partikel dari buah kelapa sawit yang tidak tersaring dengan baik.

Pengaruh terhadap Kualitas : Kadar air yang tinggi meningkatkan risiko kontaminasi mikroba dan mempercepat proses oksidasi, sehingga memperpendek umur simpan minyak. Kotoran dalam minyak dapat mengganggu kemurnian dan kualitas akhir CPO, menjadikan minyak kurang stabil selama penyimpanan. Standar kualitas internasional umumnya mensyaratkan kadar udara dan kotoran di bawah 0,1% agar CPO stabil dan tahan lama selama penyimpanan. Semakin sedikit kandungan udara dan kotoran, semakin murni dan tahan lama kualitas CPO tersebut.

3. Kandungan Karotenoid dan Tokoferol

Definisi dan Peran : Karotenoid adalah pigmen alami yang memberikan warna oranye kemerahan pada CPO dan merupakan sumber utama provitamin A yang bermanfaat bagi kesehatan.

Tokoferol adalah bentuk alami vitamin E yang terkandung dalam CPO dan bertindak sebagai antioksidan, yang penting untuk mencegah oksidasi lemak.

Pengaruh terhadap Kualitas : Kandungan karotenoid dan tokoferol berperan penting dalam menjaga kestabilan CPO selama penyimpanan karena sifat antioksidan yang mencegah ketengikan.

Karotenoid juga meningkatkan nilai gizi CPO, yang menjadikannya

(7)

6

lebih bernilai di pasar sebagai minyak yang kaya nutrisi. Tokoferol membantu memperlambat degradasi minyak, sehingga minyak yang kaya akan tokoferol cenderung lebih stabil dan dapat disimpan lebih lama tanpa mengalami penurunan kualitas. Karotenoid yang tinggi juga memberikan warna khas pada CPO, yang biasanya dipertahankan pada minyak yang tidak melalui proses pemurnian lebih lanjut.

Kombinasi dari kadar FFA yang rendah, kadar udara dan kotoran minimal, serta kandungan tinggi karotenoid dan tokoferol menghasilkan CPO dengan kualitas tinggi yang tahan lama, stabil terhadap oksidasi, dan bernilai gizi baik. Dengan memahami dan mengendalikan faktor-faktor ini, produsen dapat memastikan bahwa CPO yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang diinginkan pasar.

2.2 Varietas Kelapa Sawit

Kelapa sawit memiliki berbagai varietas yang memiliki karakteristik unik, terutama dalam hal produksi dan kualitas minyak yang dihasilkan. Tiga varietas utama kelapa sawit adalah Dura , Tenera , dan Pisifera . Masing-masing varietas ini memiliki kelebihan dan kekurangannya, yang menjadikannya cocok untuk berbagai kebutuhan dalam industri kelapa sawit. Berikut adalah penjelasan dari karakteristik masing-masing varietas tersebut:

1. Dura

Ciri Fisik : Buah varietas Dura memiliki cangkang yang tebal dan daging buah yang relatif tipis, dengan ukuran biji yang besar.

Kadar Minyak : Karena daging buah yang tipis, kandungan minyak dari Dura relatif lebih rendah dibandingkan varietas lainnya. Ini menjadikannya kurang efisien untuk produksi minyak dalam jumlah besar.

Pemanfaatan dalam Industri : Dura bukan varietas yang ideal untuk pengolahan CPO dalam skala besar, tetapi merupakan salah satu varietas

(8)

7

murni yang sering digunakan sebagai induk dalam persilangan untuk menghasilkan varietas unggul.

Keunggulan : Varietas ini memiliki ketahanan yang cukup baik terhadap kondisi lingkungan dan hama tertentu, sehingga masih dimanfaatkan dalam program persilangan untuk mendapatkan varietas yang lebih unggul.

Kelemahan: Dura memiliki daging buah yang tipis dan cangkang tebal, sehingga kadar minyak per tandan lebih rendah dibandingkan varietas lainnya. Karena kadar minyak yang rendah, CPO dari varietas Dura memiliki kandungan asam lemak bebas (FFA) yang lebih tinggi, yang mempengaruhi daya simpan dan kestabilan minyak.

2. Tenera

Ciri Fisik : Tenera adalah hasil persilangan antara Dura dan Pisifera . Buahnya memiliki cangkang yang lebih tipis dibandingkan Dura namun lebih tebal dibandingkan Pisifera , dan daging buahnya lebih tebal.

Kadar Minyak : Tenera memiliki kandungan minyak yang jauh lebih tinggi dibandingkan Dura , sehingga menjadi varietas pilihan utama dalam industri kelapa sawit. Buah Tenera memiliki rasio daging buah ke cangkang yang ideal, membuatnya sangat efisien dalam produksi minyak.

Pemanfaatan dalam Industri : Karena kandungan minyak yang tinggi, varietas ini paling banyak dibudidayakan dan dominan di perkebunan komersial. Tenera menjadi standar dalam industri kelapa sawit karena produktivitasnya yang tinggi dan kualitas CPO yang lebih baik.

Keunggulan : Kombinasi karakteristik dari Dura dan Pisifera memberikan ketahanan Tenera yang baik serta produktivitas yang tinggi. Kandungan minyak yang optimal menjadikan varietas ini sangat ekonomis dan efisien, sehingga dianggap sebagai varietas unggul dalam industri.

Kelemahan: Agar mencapai produktivitas maksimal, Tenera memerlukan kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang optimal. Dalam kondisi yang tidak ideal, produktivitas dan kualitas minyaknya bisa menurun. Karena produktivitasnya yang tinggi, perkebunan Tenera membutuhkan

(9)

8

pemeliharaan yang intensif agar hasilnya tetap optimal, yang bisa meningkatkan biaya pemeliharaan.

3. Pisifera

Ciri Fisik : Buah Pisifera tidak memiliki cangkang (tanpa cangkang keras) dan memiliki daging buah yang tebal. Namun, karena ketiadaan cangkang ini, buah Pisifera mudah rusak dan kurang stabil.

Kadar Minyak : Pisifera menghasilkan minyak dalam jumlah sedang, tetapi kandungan karotenoid dan tokoferol yang tinggi memberikan stabilitas oksidasi yang baik pada minyak yang dihasilkan.

Pemanfaatan dalam Industri : Varietas Pisifera sendiri jarang dibudidayakan untuk produksi komersial karena ketiadaan cangkangPisifera sangat penting dalam program pembiakan sebagai induk untuk menciptakan varietas Tenera yang unggul.

Keunggulan : Pisifera memiliki kandungan karotenoid dan tokoferol tinggi, yang memberikan nilai antioksidan yang baik pada minyak.

Kandungan ini juga membuat minyak lebih stabil, menjadikannya sangat bernilai dalam hibridisasi untuk meningkatkan kualitas CPO dalam varietas yang dihasilkan.

Kelemahan: Karena buahnya tidak memiliki cangkang keras, Pisifera mudah rusak dan menghasilkan minyak dalam jumlah terbatas. Varietas ini tidak cocok untuk produksi komersial CPO. Meskipun memiliki kandungan antioksidan yang baik, Pisifera tidak menghasilkan minyak dalam jumlah besar per tandan, sehingga kurang ekonomis jika ditanam secara luas.

Dengan memahami karakteristik dari setiap varietas ini, industri kelapa sawit dapat memaksimalkan produktivitas dan kualitas minyak yang dihasilkan, sekaligus memilih varietas yang sesuai dengan kebutuhan produksi, tujuan pasar, serta kondisi lingkungan yang ada.

(10)

9 2.3 Pengaruh Varietas Terhadap Mutu CPO

Hubungan antara varietas kelapa sawit dengan kualitas Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan menunjukkan bahwa varietas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berbagai parameter kualitas CPO. Karakteristik fisik dan genetik masing- masing varietas berdampak pada kandungan minyak, kadar asam lemak bebas (FFA), stabilitas oksidasi, serta kandungan nutrisi seperti karotenoid dan tokoferol.

Varietas kelapa sawit secara langsung berhubungan dengan kualitas dan produktivitas CPO yang dihasilkan. Tenera dikenal sebagai varietas dengan produktivitas tertinggi dan kualitas CPO yang optimal, sedangkan Dura dan Pisifera umumnya digunakan sebagai induk untuk persilangan. Dengan adanya pemahaman mengenai perbedaan kualitas berdasarkan varietas, industri kelapa sawit dapat meningkatkan efisiensi produksi serta menghasilkan CPO yang memenuhi standar kualitas pasar internasional.

2.3.1. Perbandingan Kualitas CPO Berdasarkan Varietas

Varietas Tenera : Tenera merupakan hasil hibridisasi dari Dura dan Pisifera , umumnya menghasilkan CPO dengan kadar asam lemak bebas (FFA) yang lebih rendah, kandungan karotenoid yang tinggi, dan produktivitas minyak per tandan yang lebih besar. Sebagai varietas unggul, Tenera menghasilkan kualitas minyak yang sesuai dengan standar internasional, dan karena kandungan FFA rendah, minyak dari varietas ini memiliki umur simpan yang lebih baik. CPO dari Tenera juga lebih stabil terhadap oksidasi karena kandungan antioksidan seperti tokoferol yang lebih tinggi dibandingkan varietas lain

Varietas Dura : Dura memiliki kandungan minyak yang lebih rendah karena daging buah yang lebih tipis dan cangkang yang tebal, sehingga menghasilkan lebih banyak biji daripada minyak. CPO dari Dura biasanya memiliki kadar FFA lebih tinggi, yang dapat mempengaruhi kualitas serta mempercepat proses ketengikan. Kadar minyak yang rendah menjadikan

(11)

10

Dura tidak ekonomis untuk produksi CPO komersial tetapi lebih sering digunakan dalam program persilangan untuk meningkatkan kualitas genetik tanaman sawit.

Varietas Pisifera : Meskipun Pisifera memiliki kandungan karotenoid dan tokoferol yang sangat baik, varietas ini kurang produktif secara komersial karena buahnya tidak memiliki cangkang keras, menjadikannya lebih rentan terhadap kerusakan. CPO dari Pisifera mungkin lebih stabil karena kandungan antioksidannya yang tinggi, namun karena produktivitas minyaknya rendah, varietas ini biasanya hanya dimanfaatkan dalam pembiakan untuk menghasilkan Tenera yang lebih produktif.

2.3.2 Pengaruh Eksternal Terhadap Kualitas CPO

Berikut adalah beberapa pengaruh eksternal utama terhadap kualitas CPO:

1. Kondisi Lingkungan

Iklim dan Cuaca : Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat mempengaruhi tingkat kematangan buah dan kandungan nutrisi dalam CPO.

Kelembapan : Kelembapan udara yang tinggi dapat meningkatkan risiko pertumbuhan jamur pada buah kelapa sawit, yang pada akhirnya meningkatkan kadar asam lemak bebas (FFA) pada CPO, menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan.

Kualitas Tanah : Tanah yang kaya nutrisi mendukung pertumbuhan kelapa sawit yang sehat dan berkualitas. Kandungan mineral dalam tanah, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, akan mempengaruhi kandungan minyak dan tingkat keasaman CPO.

2. Teknik Budidaya

Pemupukan : Pemupukan yang sesuai membantu meningkatkan kandungan minyak dan mengurangi kadar asam lemak bebas dalam CPO.

(12)

11

Pola Tanam dan Kepadatan : Kepadatan penanaman yang sesuai akan mengoptimalkan akses terhadap cahaya matahari tanaman dan nutrisi tanah, sehingga membantu menghasilkan buah yang lebih berkualitas dan berdampak positif terhadap kandungan minyak dalam CPO.

Pengendalian Hama dan Penyakit : Jika hama dan penyakit tidak terkendali, kualitas CPO akan menurun karena adanya peningkatan kadar asam lemak bebas dan ketidakmurnian.

3. Proses Panen dan Pasca Panen

Kematangan Buah : Buah yang terlalu matang atau belum matang sempurna dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas (FFA), sehingga menurunkan kualitas CPO.

Waktu Tunda Pemrosesan : Semakin lama waktu tunda sebelum pemrosesan, semakin tinggi kadar FFA dalam minyak yang dihasilkan.

Metode Penyimpanan : Penyimpanan yang kurang baik dapat meningkatkan kadar udara dan kotoran dalam CPO sehingga menurunkan kualitasnya.

4. Teknik Pengolahan

Metode Ekstraksi Minyak : Proses ekstraksi minyak dari buah kelapa sawit harus dilakukan dengan benar untuk memastikan kualitas CPO.

Teknik yang baik dapat meminimalkan kadar kotoran dan meningkatkan kandungan minyak yang dihasilkan.

Kontrol Suhu dan Tekanan : Suhu dan tekanan dalam proses pengolahan harus dijaga dengan baik. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan termal pada minyak, sementara suhu yang terlalu rendah dapat mengurangi efisiensi ekstraksi.

Penerapan Standar Kualitas : mengikuti standar kualitas yang ketat, seperti memastikan kadar air, FFA, dan kandungan kotoran dalam batas yang diizinkan, sangat penting untuk menghasilkan CPO berkualitas tinggi.

(13)

12 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

1. Metode Komparatif

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan studi komparatif. Metode ini digunakan untuk membandingkan berbagai varietas kelapa sawit dan kualitas CPO yang dihasilkan. Dalam metode komparatif, dilakukan observasi dan analisis terhadap beberapa variabel yang berkaitan dengan kualitas CPO dari berbagai varietas.

Langkah-langkah dalam metode deskriptif dengan studi komparatif:

1. Memilih varietas kelapa sawit yang akan dibandingkan, yaitu Dura , Tenera , dan Pisifera .

2. Mengumpulkan data tentang kualitas CPO dari masing-masing varietas, termasuk kadar asam lemak bebas (FFA), kadar air, kandungan karotenoid, dan tokoferol.

3. Menggunakan metode statistik untuk menganalisis perbedaan kualitas CPO di antara varietas yang dibandingkan. Misalnya, uji ANOVA untuk melihat perbedaan signifikan antara rata-rata kualitas CPO dari berbagai varietas.

4. Menyusun kesimpulan berdasarkan data yang telah dianalisis dan membahas faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi perbedaan kualitas tersebut.

3.2 Sampel dan Populasi

Pemilihan sampel varietas kelapa sawit yang menjadi fokus penelitian sangat penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian dapat memberikan informasi

(14)

13

yang relevan dan bermanfaat. Berikut adalah beberapa varietas yang umumnya dipilih dan alasan di balik pemilihan tersebut:

1. Tenera

Tenera adalah varietas hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara Dura dan Pisifera . Varietas ini dikenal karena memiliki kandungan minyak yang tinggi dan kadar asam lemak bebas (FFA) yang rendah.

Alasan Pemilihan :

o Produktivitas Tinggi : Tenera umumnya menghasilkan lebih banyak minyak per tandan dibandingkan dengan varietas lainnya, menjadikannya pilihan utama dalam industri minyak sawit.

o Kualitas CPO : Kandungan FFA yang rendah dan kadar karotenoid yang tinggi membuat Tenera menghasilkan CPO yang lebih stabil dan bernilai tinggi.

o Popularitas dalam Budidaya : Varietas ini banyak ditanam di kebun kelapa sawit komersial, sehingga hasil penelitian relevan untuk praktik industri.

2. Dura

Dura adalah varietas kelapa sawit yang memiliki cangkang keras dan daging buah yang lebih tipis dibandingkan dengan Tenera .

Alasan Pemilihan :

o Karakteristik Genetik : Dura sering digunakan dalam pemuliaan untuk menghasilkan Tenera karena genetiknya yang kuat dan tahan terhadap penyakit.

o Kualitas CPO yang Berbeda : Penelitian tentang Dura memberikan gambaran tentang bagaimana varietas ini berkontribusi terhadap kualitas minyak yang dihasilkan, meskipun memiliki produktivitas yang lebih rendah.

(15)

14 3. Pisifera

Pisifera adalah varietas yang tidak menghasilkan minyak secara komersial karena buahnya tidak memiliki daging. Namun, varietas ini sangat penting dalam program pemuliaan.

Alasan Pemilihan :

o Peran dalam Hibridisasi : Pisifera digunakan untuk menciptakan varietas hibrida, seperti Tenera , yang memiliki produktivitas tinggi dan kualitas minyak yang baik.

o Kandungan Nutrisi : Meskipun tidak cocok untuk produksi CPO secara langsung, Pisifera dapat memberikan informasi tentang sifat- sifat genetik yang berkontribusi pada kualitas CPO.

3.3 Pengujian Kualitas CPO

Pengujian mutu Crude Palm Oil (CPO) dari berbagai varietas kelapa sawit dibutuhkan untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada masing-masing varietas. Berikut adalah langkah-langkah proses pengujian mutu CPO, termasuk alat dan teknik yang digunakan:

1. Pengambilan Sampel

Langkah : pengambilan sampel CPO dari setiap varietas kelapa sawit yang telah ditentukan.

Alat :

o Botol sampel bersih dan steril

o Sendok atau alat pengambil sampel lainnya

Teknik : Pastikan untuk mengambil dari beberapa sampel titik untuk mendapatkan representasi yang baik dari setiap varietas.

(16)

15 2. Analisis Kadar Air dan Kotoran

Langkah : Mengukur kadar udara dan kotoran dalam sampel CPO.

Alat :

o Oven untuk penguapan air

o Timbangan analitik

Teknik :

1. Timbang sampel CPO (misalnya 5 gram) dalam wadah bersih.

2. Panaskan dalam oven pada suhu 105 °C selama 1-2 jam.

3. Timbang kembali dan hitung kadar air berdasarkan perbedaan berat sebelum dan sesudah pemanasan.

4. Pengujian Asam Lemak Bebas (FFA)

Langkah : Mengukur kadar asam lemak bebas yang merupakan indikator kualitas minyak.

Alat :

o Buret

o Larutan NaOH (misalnya 0,1 N)

o Indikator fenolftalein

Teknik :

1. Larutkan 5 gram CPO dalam pelarut (etanol atau eter).

2. Titrasi larutan dengan NaOH hingga perubahan warna terjadi.

3. Hitung kadar FFA menggunakan rumus:

%FFA = {(mL NaOH atau KOH x N-NaoH atau KOH x Berat Molekul Asam Lemak) ÷ (Berat Sampel x 1000)} x 100%

5. Analisis Karotenoid dan Tokoferol

Langkah : Mengukur kandungan karotenoid dan tokoferol yang berfungsi sebagai antioksidan.

Alat :

(17)

16

o Spektrofotometer

o Pelarut (seperti n-heksana)

Teknik :

1. Ekstrak CPO dengan pelarut, lalu saring.

2. Ukur serapan pada panjang gelombang tertentu menggunakan spektrofotometer.

3. Hitung konsentrasi berdasarkan kurva standar.

6. Pengujian Stabilitas Oksidatif

Langkah : Menilai stabilitas CPO terhadap oksidasi yang dapat mempengaruhi kualitas dan umur simpan.

Alat :

o Rancimat atau Penguji Stabilitas Oksidasi

Teknik :

1. Uji stabilitas dengan sampel panas CPO pada suhu tertentu (misalnya 110 °C).

2. Ukur waktu hingga oksidasi terdeteksi berdasarkan pembentukan asam.

(18)

17

DAFTAR PUSTAKA

Azhari Rizal, Susilawardani, & Hartini. (2022). Analisis Rendemen Tandan Buah Sawit Berdasarkan Tahun Tanam Dan Varietas Di Provinsi Riau. Jurnal Agro Fabrica, 4(2), 74–82. https://doi.org/10.47199/jaf.v4i2.108

Nofrizal Amri, Mohammad Basyuni, L. A. P. P. (2015). Analisis Potensi Dan Pengaruh Waktu Penyimpanan Buah Terhadap Mutu Minyak Kelapa Sawit Tipe Dura, Pisifera, Dan Tenera Di Kebun Bangun Bandar, Dolok Masihul, Sumatera Utara. Peronema - Forest Science Journal., 4(2), 139–151.

Yuandry, S., & Irdawati, I. (2024). ANALISIS PENGARUH TINGKAT FREE FATTY ACID (FFA) TERHADAP KUALITAS CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PABRIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PT. Agro Muko Po. Mill.

Biocelebes, 18(1), 13–19. https://doi.org/10.22487/bioceb.v18i1.16882

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 6 terlihat bahwa CPO A memiliki nilai asam lemak bebas yang tertinggi dibandingkan sampel CPO lainnya, jika dilihat dari kadar air dan kadar

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS, KADAR AIR, DAN KADAR KOTORAN PADA CPO YANG SUDAH BERMALAM (MENGINAP) DI PTPN III PKS SEIMANGKEI.

Data kesetimbangan sistem terner: CPO-asam lemak bebas-metanol dan CPO-asam lemak bebas-etanol telah diperoleh pada temperatur 40, 45, dan 50 °C.Dari data koefisien distribusi

Pada tahap esterifikasi ini yang terjadi adalah pengolahan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terdapat dalam CPO dimana mencapai 20%., Asam lemak bebas (ALB) ini

Untuk mengetahui bagaimana karakteristikuntuk menghasilkan minyak sawit dengan kualitas tinggi yaitu dapat dilihat dari kadar asam lemak bebas (ALB) yang rendah, berwarna

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa persen kadar Asam Lemak Bebas CPO (Crude Palm Oil) setelah melalui proses Pemurnian dan Fraksinasi memiliki perbandingan 40 : 1 : 920 : 1 :

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas dalam CPO antara lain adalah kadar air dalam CPO dan enzim yang berfungsi sebagai katalis

Telah dilakukan pengamatan untuk mengetahui perubahan kandungan kadar asam lemak bebas dan kadar air dari CPO pada tangki CST dibandingkan dengan CPO setelah mengalami