• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

1

PENDAHULUAN

Islam masuk ke Minangkabau diperkirakan sekitar abad VII M. Meskipun begitu juga ada pendapat lain, yaitu pada abad ke XIII. Minangkabau selain terletak pada jalur yang strategis dalam hal perdagangan, potensi yang demikian mengundang minat para pedagang asing memasuki dan mengembangkan pengaruhnya di Minangkabau, sehubungan dengan itu mereka sudah memeluk agama Islam sekaligus berperan sebagai da’i.

Adanya interaksi dalam hal perdagangan dan pergaulan maka secara tidak langsung mereka telah menyiarkan Islam. Ini menunjukan bahwa penyiaran Islam ketika itu telah berlangsung meskipun belum terencana atau terprogram.1

Sehubungan dengan itulah banyak diantara tokoh-tokoh Minang tertarik, dengan agama yang mereka anut, apalagi praktek hidup mereka, salah satu yang mendorong dan mudahnya mereka menerima ajaran Islam adalah ajarannya yang sederhana dan mudah dipahami.2

Pada masa ini seorang putra Minangkabau Burhanudin, Putra Koto Panjang Pariaman, masuk Islam. Ia kemudian pergi ke Aceh menuntut ilmu keislaman kepada Syech Abdul Rauf.

Setelah pulang dari Aceh, ia secara intensif mulai mengajarkan Islam di daerahnya terutama di sekitar Ulakan. Ternyata apa apa yang ia usahakan itu disambut baik oleh masyarakat sekitarnya bahkan muridnya juga berdatangan dari berbagai pelosok Minangkabau.

Kehadiran Islam bagi masyarakat Minangkabau merupakan suatu rahmat karena dengan ajaran Islam adat Minangkabau semakin kokoh dan sempurna.

Dengan begitu adat minangkabau juga mengandung ajaran tentang aturan yang mengatur tentang hubungan antar manusia dengan khaliqnya dan aturan yang mengatur hubungan antar sesama manusia. Masuk dan berlakunya Islam sebagai aturan bagi kehidupan masyarakat Minangkabau, maka ajaran Islam berdasarkan pada wahyu Allah

1Abdul Rahman, Pemikiran Umat Islam di Nusantara (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), hlm. 10-11

2 Ibid, hlm. 13

itu diakui sebagai suatu yang pasti sebagaimana pastinya kenyataan yang berlaku dalam alam.3

Perkembangan Islam di daerah manapun tidak terlepas dari peranan ulama atau tokoh-tokoh agama. Ulama memiliki peranan dan pengaruh dalam masyarakat, karena ulama adalah seorang yang memiliki pengetahuan agama Islam yang luas dan berfungsi sebagai pengayom, panutan dan pembiming ditengah-tengah masyarakat.

Sebagai seorang yang mempunyai pengetahuan luas, ulama telah mengukir berbagai peran dalam masyarakat, salah satu perannya membawa pencerahan kepada masyarakat sekitarnya. Mereka juga telah berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan khususnya lewat karya-karya yang ditulis maupun melalui jalur dakwah.

Dinamakan Sufi karena hatinya tulus dan bersih dihadapan Tuhannya. Para ahli berpendapat bahwa kedatangan dan perkembangan tasawuf di Indonesia bersamaan dengan kedatangan dan berkembangnya Islam. Perkembangannya sampai sekarang masih berlanjut. Mula-mula Islam datang di pelabuhan, diperkenalkan, disebarkan, dikembangkan, dimantapkan, dan diperbaharui. Kedatangannya tentu melalui jaringan perhubungan dan berlanjut timbal balik dari generasi ke generasi, mula- mula dari dari jaringan perdagangan, berlanjut jaringan ulama, selanjutnya jaringan Tarekat.4

Tarekat naqsyabandiyah ini disebarkan oleh ulama yang terkemuka di Pesisir Selatan yang bernama Syech Abdul Munaf Bakrin. Pada pelaksanaannya masih sangat tertutup dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, pelaksanaannya masih dilakukan dikamar yang identiknya masih berbau dengan mejik. Dulunya orang yang bergabung dalam ritual Tarekat Syech Munaf Bakrin ini untuk menuntut ilmu kebatinan yang larinya ke mistik, dan dalam proses ritualnya juga memakan waktu yang

3Baktiar, Ranah Minang di Tengah Cengraman Kristenisasi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 16-18

4Musyrifa Sunanto, SejarahPeradaban Islam Indonesia (Jakarta: PT Raja Persada, 2005), hlm. 225

(3)

lama.5 Tarekat Naqsyaandiyah yang ada di Surau Nurul Yaqien ini dipimpin oleh seorang guru yang bernama Syech Ibnu Abbas. Ia terlahir di Barung-Barung Belantai Pesisir Selatan pada tanggal 27 Desember 1943. Syech Ibnu Abbas terlahir dari keluarga yang agamis dan berada, dimana ayahnya adalah seorang ulama Tarekat yang disegani di Pesisir Selatan, Yaitunya Syech Abdul Munaf Bakrin sebagai urutan ke-35 dalam silsilah ritual Tarekat Naqsyabandiyah dan ibunya adalah seorang dokter.

Sebagai guru Tarekat Syech Ibnu Abbas, tidak hanya terfokus dalam ritual Tarekat saja seperti yang dilakukan oleh Syech Abdul Munaf Bakrin. Tetapi Syech Ibnu Abbas juga mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para jemaah Tarekat dengan logika yang dikaitkan dengan Agama Islam. Karena ritual Tarekat pada saat Syech Ibnu Abbas, bukan ritual keagamaan yang anti perubahan, perkembangan cara berfikir masyarakat menyebabkan pemahaman dan praktek atau ritual Tarekat juga berubah dalam batas- batas tertentu.6

Alasan peneliti mengambil Syech Ibnu Abbas sebagai tema penelitian adalah karena Syech Ibnu Abbas pertama kali melanjutkan pengajaran Tarekat Naqsyabandiyah setelah ulama terkemuka di Pesisir Selatan yaitu Syech Munaf Bakrin, selain itu Syech Ibnu Abbas berhasil membawa pembaharuan yang mana identiknya Tarekat ini diminati kalangan pedesaan atau orang-orang yang sudah tua.

Dengan cara yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, Syech Ibnu Abbas berhasil menarik orang-orang terpelajar kedalam Tarekat Naqsyabandiyah.

Penelitian ini perlu dibatasi baik dari Batasan Temporal dan Batasan Spasial yaitu batasan Temporal dari penelitian ini diambil dari tahun 2000-2013. Tahun 2000 sebagai batasan awal karena Syech Ibnu Abbas telah dipercaya untuk memimpin ritual Tarekat. Tahun 2013 merupakan batas akhir dari penelitian ini, karena pada tahun

5Wawancara dengan Buya Zein Afizi, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 16 Februari 2015

6Wawancara dengan Buya Zein Afizi, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 25 Juni 2015

ini Syech Ibnu Abbas telah meninggal dunia dan kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah dilanjutkan oleh anak Syech Ibnu Abbas yaitunya Buya Zein Hafizi

Batasan Spasialnya adalah Surau Nurul Yaqien Lubuk Kilangan Padang yang merupakan tempat Syech Ibnu Abbas memulai kiprahnya dalam mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah.

Rumusan masalah dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana riwayat hidup Syech Ibnu Abbas sehingga menjadi pengembang Tarekat Naqsyabandiyah di Surau Nurul Yaqien Lubuk Kilangan

Padang ?

2. Bagaimana peran Syech Ibnu Abbas dalam pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah tahun 2000-2013 ?

Sesuai dengan rumusan diatas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan riwayat hidup Syech Abbas sehingga menjadi pengembang Tarekat Naqsyabandiyah di Surau Nurul Yaqien Lubuk Kilangan Padang.

2. Menjelaskan peran Syech Ibnu Abbas dalam pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah tahun 2000-2013.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis sebagai bahan informasi tambahan untuk memperkaya literatur kepustakaan tentang biografi ulama pengembang Tarekat Naqsyabandiyah serta memberi pengetahuan tentang pengamalan Tarekat Naqsyabandiyah di Lubuk Kilangan Padang.

2. Secara praktis bagi penulis untuk memperluas dan memperdalam pemahaman dan pengetahuan tentang Syech Ibnu Abbas sebagai pengembang Tatekat Naqsyabandiyah serta sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi bagi berbagai pihak untuk mengetahui tentang peran Syech Ibnu Abbas dalam pengembang Tarekat Naqsyabandiyah di Lubuk Kilangan Padang.

Tulisan-tulisan yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah:

Skripsi Wirman dengan judul

‘’Kehidupan keagamaan Jemaah

(4)

Syattariyah Pasar Lalang, Kota Padang Tinjauan Historis (1970-1995)’’. Skripsi ini mengkaji tentang kehidupan keagaan Jemaah Syattariyah, karena Jemaah Syattariyah Pasar Lalang masih mempertahankan tradisi lama (tradisional) di dalam derasnya modernisasi ini. Yang mana Tarekat Syattariyah masih bisa mempertahankan tradisinya walaupun ia adalah Tarekat tertua di Minangkabau.

Selanjutnya tulisan yang ditulis oleh Indah Permata Sari dengan bentuk tulisan mengenai, ‘’Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Kecamatan Akabilaru Kabupaten Lima Puluh Kota (1964-2010)’’.

Skripsi ini mengkaji awal masuk hingga ajaran Tarekat Naqsysabandiyah ini mengalami perkembangan, penulisan ini dilakukan karena Tarekat Naqsyabandiyah diakui keberadaannya karena berdasarkan Alqur’an dan Hadist.

Selanjutnya tulisan yang ditulis oleh Fitri Yeni dengan bentuk tulisan mengenai, ‘’Peran Syech Mustafa Kemal Ulama Lubuak Landua Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat (1980- 2011)’’. Skripsi ini mengkaji tentang kehidupan dan peranan Syech Mustafa Kemal dalam mengembangkan ajaran agama Islam di Lubuak Landua Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah sesuai dengan prosedur penulisan sejarah yaitu Louis Gottschalk, penulisan ini dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya.7

Heuristik yaitu menjajaki dan mengumpulkan data tentang Syech Ibnu Abbas yang bersifat primer atau sekunder.

Sehingga dalam penelitian ini yang menjadi sumber primer berupa wawancara dan studi arsip, wawancara dilakukan terhadap orang- orang yang dianggap mampu menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan Syech Ibnu Abbas, terutama Damsiar, Zein Hafizi, Silni, Rosna, Zulfahmi, Martin yang merupakan Istri, anak, kemenakan dan kerabat dekat Syech Ibnu Abbas. Sedangkan sumber sekunder ialah sumber dari tangan kedua, atau sumber yang tidak langsung,

7Louis Gottshalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: terj. Nogroho Notosusanto, 1986), hlm. 39

sumber sekunder yang digunakan berupa, ijazah dan sertifikat Syech Ibnu Abbas dan buku dari hasil penelitian lainnya yang relevan dengan masalah penelitian, pengumpulan dilakukan melalui studi pustaka, Universitas Negeri Padang, Pustaka Daerah dan Pustaka STKIP PGRI Padang.

Kritik Sumber yaitu melakukan pengujian data yang ditemukan dari hasil wawancara dengan anak Syech Ibnu Abbas, kerabat Syech Ibnu Abbas dan juga dari dokumen atau data-data yang didapat mengenai tarekat, dengan melakukan kritik eksternal, yaitu melakukan pengujian otensis atau keaslian. Sementara kritik internal yaitu dilakukan untuk menguji keabsahan isi informasi tentang Syech Ibnu Abbas baik yang diperoleh dari dokumen maupun hasil wawancara.

Interpretasi yaitu menghubungkan data yang memang perlu untuk dijadikan sumber atau penting dalam penulisan. Baik data yang diperoleh dilapangan maupun dari studi kepustakaan dengan cara mengkaji dan mengaitkan antara sebab dan akibat terjadinya pristiwa tersebut. Yang mana sebelumnya telah dilakukan seleksi terhadap sumber-sumber yang didapat guna menyusun pola penulisan yang logis dan sistematis.

Histriografi yaitu tahap akhir penelitian dilakukan ketika semua data telah terkumpul, dituliskan dalam bentuk laporan yang utuh sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian sejarah. Sehingga menciptakan suatu tulisan Ilmiah (skripsi) yang diharapkan dapat menghasilkan suatu karya sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Riwayat Hidup Syech Ibnu Abbas A. Masa Kanak-Kanak dan

lingkungan Keluarga

Syech Ibnu Abbas dilahirkan di Barung-Barung Belantai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 27 Desember 1943, sebagai anak pertama dari dua orang bersaudara dari pasangan, ayahnya bernama Syech Abdul Munaf Bakrin dan Ibunya bernama Siti Subuh. Kedua orang tuanya taat beribadah kepada Allah SWT. Orang tua Syech Ibnu Abbas ini berasal dari barung-barung Belantai tepatnya di Taeh Koto Pulai, masa

(5)

kecilnya dihabiskan ditempat kelahirannya sendiri.8

Syech ibnu Abbas merupakan pelanjut dari ayahnya yaitu Syech Abdul Munaf Bakrin. Masa kecil seorang ulama sangat dipengaruhi dalam kehidupan selanjutnya, karena pada masa kecil itu peranan orang tua sangat menentukan dalam membina dan mendidik anak dalam rangka mempersiapkan masa depannya.

Orang tua akan merasa bangga bila berhasil mendidik anak dengan baik sesuai dengan tuntutan adat –istiadat agama.9

Sesuai dengan sejarah masa kecil yang diwarisi keluarganya, Syech Ibnu Abbas pada waktu kecilnya mempunyai sifat yang sedikit nakal dan mempunyai sifat keras kepala. Tetapi disayangi oleh ayah dan ibunya. Apa yang diinginkan tetap tercapai tetapi Syech Ibnu Abbas merupakan anak yang pintar karena kepintarannya Syech Ibnu Abbas diangkat dan dipercaya menjadi seorang Syech setelah ayahnya meninggal dunia.10

B. Masa Remaja

Masa remaja seorang ulama merupakan suatu masa untuk menuntut ilmu, untuk mempelajari ilmu pengatahuan baik dari guru atau dari orang lain. Pada masa remaja Syech Ibnu Abbas telah menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan untuk mengarungi kehidupan ini. Sikap ini tidak terlepas dari pendidikan yang diberikan oleh keluarganya.

Semenjak sekolah rakyat minat bacanya begitu tinggi sehingga buku-buku ayahnya dari berbagai disiplin ilmu selalu ia baca. Salah satu bacaan yang sangat Syech Ibnu Abbas sukai waktu adalah buku-buku kisah rakyat, seperti buku Dang Tuanku, Magek Manindin, Cindua Mato dan buku lainnya, disamping bacaan utama tentang buku-buku agama. Syech Ibnu Abbas juga mempunyai kecerdasan yang memadai

8 Wawancara dengan Buya Zein Hafizi, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 25 Juni 2015

9Wawancara dengan Rosna, di Barung- Barung Belantai Tanggal 30 Juni 2015

10Wawancara dengan Iyen, di Barung- Barung Belantai Tanggal 20 Juni 2015

untuk memahami berbagai ilmu pengetahuan.11

Masa remaja seorang ulama merupakan suatu masa untuk ilmu, mempelajari ilmu pengetahuan baik dari guru atau dari orang lain. Pada masa remaja Syech Ibnu Abbas menuntut ilmu dengan ayahnya. Sebelum ayah Syech Ibnu Abbas wafat mengajarkan ajaran tentang Tarekat Naqsyabandiyah kepada Syech Ibnu Abbas.12

C. Masa Dewasa dan kehidupan berkeluarga

Pada usia 30 tahun Syech Ibnu Abbas menikah dengan seorang gadis yang bernama Damsiar. Yang berasal dari Pauh Lubuk Kilangan Padang. Dua laki-laki dan tiga perempuan mereka dikarunia lima orang anak yang bernama Elvi, Zein Hafizi, Isid Maksuri, Silni, Rida Wati. Syech Ibnu Abbas hidup dan dibesarkan ditengah- tengah keluarga yang beragama seperti halnya anak-anak yang lain di Pauh Bandar Buat. Syech Ibnu Abbas merupakan seorang alim ulama dan menjadi seorang guru Tarekat. Syech Ibnu Abbas menginginkan anak-anaknya menjadi orang alim yang dapat melanjutkan tugasnya sebagai ulama khususnya anak laki-lakinya.13

Dalam memberikan pendidikan kepada anaknya, Syech Ibnu Abbas selalu disiplin selalu mengajarkan tentang nilai- nilai agama Islam dan menginginkan semua anaknya mempelajari ilmu agama Islam.

Walaupun Syech Ibnu Abbas sangat keras dan disiplin dalam memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya tetapi Syech Ibnu Abbas merupakan sosok ayah yang sangat penyayang dan perhatian terhadap anak-anaknya. Dengan didikan Syech Ibnu Abbas, serta kemauan salah satu anak Syech Ibnu Abbas yang bernama Zein Hafizi yang

11Wawancara dengan rosma, di Barung-Barung Belantai Tanggal 30 Juni 2015

12Wawancara dengan Buya Zein Hafizi, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 25 Juni 2015

13Wawancara dengan Itin, di Barung-Barung Belantai Tanggal 30 Juni 2015

(6)

melanjutkan tugasnya sebagai seorang ulama dan sebagai guru Tarekat.14

D. Jenjang Pendidikan

Syech Ibnu Abbas memperoleh pendidikan yaitu berawal dari keluarganya dengan belajar mengaji, dan mempelajari ilmu tentang agama, selain belajar bersama keluarga Syech Ibnu Abbas juga bersekolah disebut Sekolah Rakyat (SR). Syech Ibnu Abbas melanjutkan pendidikannya pada Madrasah Tarbiyah Candung. Karena Syech Ibnu Abbas telah mampu membaca kitap- kitap bahasa arab dengan orang tuanya.

Sehingga Syech Ibnu Abbas langsung diterima dikelas lima (setingkat dengan kelas dua SLTA). Selama tiga tahun Syech Ibnu Abbas belajar agama langsung kepada salah seorang ulama besar dan sekaligus Pendiri Madrasah tempatnya belajar tersebut yaitu Syech Sulaiman Ar-Rasuly.15

Pada umur Limabelas Tahun setamatnya di MTI Candung, Syech Ibnu Abbas memasuki jenjang pendidikan sekolah umum di kampungnya, yaitu dari SLTP ketika berumur 17 tahun dan menyelesaikan selama dua tahun. Selesai tingkat pendidikan SLTP Syech Ibnu Abbas masuk jenjang pendidikan SLTA sebagai tingkat sekolah umum sebagaimana sekarang dan tiga tahun kemudian menamatkan pada umur 20 tahun.

Setamat SLTA, Syech Ibnu Abbas menuruskan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Andalas pada tahun 1963. Selama proses perkuliahan Syech Ibnu Abbas menempuh pendidikan tinggi ini dengan berbagai tantangan kehidupan.

Syech Ibnu Abbas pernah mengalami sakit pada masa perkuliahan, tapi Syech Ibnu Abbas bisa melalui itu semua.

Dalam masa pendidikan, Syech Ibnu Abbas sangat berminat sekali untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu, terutama yang berkaitan dengan agama. Ketika di Fakultas Hukum Syech Ibnu Abbas telah mengabdikan dirinya di masyarakat secara luas yaitunya dengan memberikan pendidikan agama di Surau, mesjid dan

14Wawancara dengan Iyen, di Barung-Barung Belantai Tanggal 30 Juni 2015

15Wawancara dengan Khalifah Muctar, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 13 Juli 2015

rumah-rumah masyarakat. Pada masa itu Syech Ibnu Abbas sudah dikenal oleh masyarakat sebagai seorang ustad, yaitunya orang yang terpandang dalam masyarakat.16

E. Pandangan Masyarakat

Didalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan bermasyarakat Syech Ibnu Abbas dikenal sebagai seorang ulama yang taat beribadah. Sikap seperti ini sudah lama bertahan pada diri Syech Ibnu Abbas.

Tujuannya untuk meningkatkan ilmu tentang agama Islam di daerah Pauah khususnya.

Syech Ibnu Abbas dalam usaha pendalaman dan pengamalan ajaran agama Islam selalu banyak berupaya mengajak masyarakat agar menjalankan Syariat agama Islam yang benar sesuai dengan Al-Quran dan Hadist.17

Dalam kehidupan masyarakat Syech Ibnu Abbas mempunyai sifat yang baik terhadap masyarakat sekitar, dan ingin membantu masyarakat yang mengalami kesusahan. Dalam keseharian Syech Ibnu Abbas juga suka bekerja keras sifat ini terlatih sejak Syech Ibnu Abbas Kuliah di Unand selain itu Syech Ibnu Abbas juga membantu masyarakat sekitar tempat tinggalnya.18

Syech Ibnu Abbas merupakan sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam, Syech Ibnu Abbas mempunyai sifat sangat bersahaja dan memiliki keteladanan dalam setiap tingkah lakunya baik dalam lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan keluarga, sehingga membuat Syech Ibnu Abbas bisa disenangi dan diterima di tengah-tengah masyarakat.19

16Wawancara dengan Buya Zein Hafizi, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 25 Juni 2015

17Wawancara dengan Iyen, di Barung-Barung Belantai Tanggal 30 Juni 2015

18Wawancara dengan Doni Nofriadi, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 25 Juni 2015

19Wawancara dengan Zulfahmi, di Barung-Barung Belantai Tanggal Juni 2015

(7)

PERANAN SYECH IBNU ABBAS DALAM PENGEMBANGAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH DI LUBUK KILANGAN PADANG

A. Sejarah Masuknya Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah

Sumatera Barat atau lebih tepatnya dataran tinggi Minangkabau telah menjadi wilayah yang penganut Naqsyabandiyah paling padat. Perkiraan Schrieke bahwa tarekat ini datang pertama kali seputar tahun 1850. Syech Ismail Sinanbur pernah kembali dari negeri asalnya, orang-orang Minang yang menerima Tarekat dari dia pastilah ketika berada di Mekeh atau mungkin juga ketika ia tinggal sebentar di Singapura.

Salah seorang dari mereka adalah Syech Tuanku Barulak (Muhammad Thahir dari Barulak di Nagari Padang Gantiang Tanah Datar.20

Sumber-sumber yang menyebutkan dari Syech Cangking Jalaluddin, sebagai Syech Naqsyabandiyah yang paling berpengaruh. Ia banyak menarik orang berpindah menjadi pengikut Naqsyabandiyah, dan oleh karena itu ia terlibat konflik dengan guru-guru Syattartiyah dan Tarekat-Tarekat lokal yang lebih kecil. Tarekat Naqsyabandiyah Jalaluddin menyebarluaskan pembaharuan tertentu yang semuanya merupakan pemutusan dengan tradisi lokal dan reorentasi ke Mekah.

Setelah Jalaluddin wafat yang menjadi Syech Naqsyabandiyah paling terkemuka di Minangkabau adalah Syech dari kumpulan dekat Bonjol. Salah seorang Khalifah yang paling penting pada tahun 1891 adalah Syech Muhammad Thaib dari Pauah Padang, Ijazah dari Sulaiman Efendi.

Yang merupakan guru Syech Munaf Bakrin bidang Tasawuf tepatnya dalam Tarekat Naqsyabandiyah.21

B. Tarekat Naqsyabandiyah Pada Masa Syech Abdul Munaf Bakrin Barung-Barung Belantai, sebuah Nagari di ujung kabupaten Pesisir Selatan, berdiri sebuah Surau yang kemudian memainkan peranan penting dalam persebaran keilmuan Islam menurut dasar

20Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung:

Mizan, 1992), hlm. 126

21 Ibid, hlm. 128

Tasawuf Tarekat Naqsyabandiyah. Hingga jauh seperti Muko-Muko, Ulama yang terkemuka disini adalah Syech Abdul Munaf Bakrin atau yang lebih dikenal dengan Tuanku Lubuk.22

Pelaksanaan Tarekat pada Syech Abdul Munaf Bakrin melakukan ritual sebulan penuh tidak boleh keluar kamar yang sudah ditentukan. Dalam proses pelaksanaan sangat memakan waktu yang sangat lama dan dilakukan harus pada malam hari dan masih kental dengan mejik.

Karena pada saat itu sangat banyaknya ilmu- ilmu sihir yang berkembang. Sehingga masyarakat yang bergabung dalam ritual Tarekat Naqsyabandiyah sebagai pelindung diri, Tarekat pada saat Syech Munaf Bakrin sangat tertutup dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi dikarenakan Syech Munaf Bakrin tidak mempunyai ijazah agama, sehingga ritual Tarekat pada saat itu dianggap menyimpang.23

C. Tarekat Naqsyabandiyah Pada Saat Syech Ibnu Abbas di Lubuk Kilangan Padang

Setelah wafatnya Syech Abdul Munaf Bakrin Tarekat Naqsyabandiyah dilanjutkan oleh Syech Ibnu Abbas, sebagai pimpinan penganti Buya Lubuk melanjutkan kegiatan mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah yang memulai kiprahnya di Pauah Lubuk Kilangan Padang.

Kegiatan Tarekat di Surau Nurul Yaqien ini hanya dilakukan pada waktu- waktu tertentu yaitu pada bulan Ramadhan dan kegiatan mingguan tersebut biasa dilakukan dua kali seminggu yaitu pada hari senin dan kamis. Tetapi karena para pengamal yang tidak mempunyai waktu karena kesibukan para pengikutnya, akhirnya kegiatan mingguan dilakukan sekali saja. Yaitu pada hari kamis.

Pada hari kamis difokuskan untuk menambah wawasan keagamaan disamping ritual Tawajjuh. Kajian utama yang dilakukan adalah pencerahan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang selama ini sering tidak tepat dan bahkan

22Wawancara dengan Khalifah Maas, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 25 Juni 2015

23Wawancara dengan Khalifah Junas, di Barung-Barung Belantai Tanggal 3 Juli 2015

(8)

menyimpang dari maksud yang sebenarnya.

Hal ni dilakukan berdasarkan pemahaman yang ada pada pimpinannya dan dicobatawarkan kepada pengamal24

Tarekat pada saat Syech Ibnu Abbas, bukan ritual keagamaan yang anti perubahan, masyarakat berubah dan ritual Tarekat juga berubah dalam batas-batas tertentu, disesuaikan dengan pola perkembangan cara berfikir masyarakat menyebabkan pemahaman dan praktik terhadap agama juga berkembang termasuk ritual Tarekat.

D. Proses Awal Syech Ibnu Abbas Bergabung Menjadi Anggota Tarekat

Syech Ibnu Abbas tertarik menjadi anggota dimulai semenjak Syech Ibnu Abbas masih kecil. Karena sejak kecil Syech Ibnu Abbas sudah bercita-cita untuk mendapatkan gelar Syech sehingga dengan kemauan yang tinggi mendorong Syech Ibnu Abbas untuk mempelajari Tarekat Naqyabandiyah.

Pengalaman-pengalaman yang didapat oleh Syech Ibnu Abbas dari masa perkuliahan serta keikutsertaan Syech Ibnu Abbas dalam berbagai kegiatan keagamaan seperti, menghadiri acara Persatuan Tarbiyah Islamiyah serta menghadiri Forum Silahturrahmi Ahlu Thariqat Naqsyabandiyah Propinsi Sumbar, Sumut, Riau, dan Jambi.25 Pada saat itu Syech Ibnu Abbas sebagai perwakilan Syech Tarekat juga menghadiri acara di istana Negara pada tanggal 22 Oktober 2001 dalam acara Munas ke VII persatuan Tarbiyah Islamiyah. Dari sinilah Syech Ibnu Abbas sudah memulai hubungan dengan orang-orang yang berpengalaman atau yang mempunyai wawasan tentang Tarekat Naqsyabandiyah.

Syech Ibnu Abbas diangkat sebagai Syech Tarekat, yang waktu itu diketui oleh Syech Jalaluddin pada tahun 1966 di Jakarta.

Yang diangkat secara defacto berdasarkan

24Wawancara dengan Buya Zein Hafizi, di Surau Nurul Yaqien Tanggal, 25 Juni 2015

25Forum Silahturrahmi Ahlu Thariqat Naqsyabandiyah Syech Ibnu Abbas Tahun 2001

kesepakatan dan juga mendapatkan peresmian secara bersama-sama.26

E. Peranan Syech Ibnu Dalam Pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah

1. Mengkoordinir para Pimpinan Tarekat Serta Menambah Cabang-Cabang Tarekat Baru (Pengkaderan)

Syech Ibnu Abbas mengkoordinir pimpinan Tarekat baru dimulai pada tahun 1966, orang-orang yang terlibat dalam mengembangkan cabang-cabang Tarekat ini adalah, H. Ilyas Yaquab, Abdul Jalil (angku Lumpo), Syech Abdurrahman Bin Abdullah seorang Ulama Besar di Surau Nurul Yaqien yang juga sangat berperan dalam menambah cabang-cabang Tarekat baru atau pengkaderan.

Disamping mengkoordinir anggota Tarekat dan memimpin pengajian di masing- masing daerah juga menambah cabang- cabang Tarekat baru (pengkaderan) di Pasaman, Limo Puluh Kota, Tanah Datar, Solok Selatan, seterusnya di Propinsi Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Bengkulu bahkan sampai ke Negara Brunai Darusalam dilakukan Syech Ibnu Abbas pada tahun 2001. Kegiatan ini dibawah pimpinan Khalifah Pangeran Masuni.

Mengkoordinir serta menambah cabang-cabang Tarekat Naqsyabandiyah ajaran Syech Abdul Munaf Bakrin, hal ini dilakukan Syech Ibnu Abbas agar cabang- cabang yang ada pada saat Syech Abdul Munaf Bakrin masih tetap berlanjut walaupun beliau sudah meninggal. Sehingga cabang-cabang Tarekat Naqsyabandiyah yang sudah ada bisa tetap dilanjutkan dan berkembang seperti yang di pimpin langsung oleh Syech Ibnu Abbas.27

2. Memperbaharui Serta Menambah Berbagai Kegiatan Keagamaan

Bertitik tolak dengan pelaksanaan Tarekat syech Muna Bakrin, yang mana pada masa itu Tarekat hanya terfokus pada suatu kegiatan yaitunya proses ritual Tarekat saja. Pada masa syech Inu Abbas pada tahun

26Wawancara dengan Buya Zein Hafizi, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 25 Juni 2015

27Wawancara dengan Buya Zein Hafizi, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 25 Juni 2015

(9)

2010, yang terlibat adalah syech Abdurrahman Bin Abdullah, sorang ulama di Surau Nurul Yaqien, Bactiar Rahmat yang merupakan orang yang berperan dalam mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah, serta keiikutsertaan Zein Hafizi yaitunya anak syech Ibnu Abbas. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak berasumsi bahwa pengamalan rirtual Tarekat tidak hanya berkaitan dengan urusan ibadah kepada Allah untuk mempersiapkan kematian saja.28

Sesuai dengan perkembangan zaman, pada tahun 2010 Syech Ibnu Abbas mengembangkan pula majelis ta’lim, majelis yasinan, group barzanji, latihan penyelenggaraan jenazah, pengajian bilang hari, serta di tambah dengan ceramah- ceramah agama untuk pencerahan jiwa.

Bahkan di surau-surau kaum dilatih persenahan adat.

3. Metode Dakwah

Syech Ibnu Abbas adalah seorang juru dakwah sekaligus figur yang menaruh perhatian besar terhadap problematika yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dakwah yang dilakoni Syech Ibnu Abbas sudah dimulai saat Syech Ibnu Abbas berada dibangku perkuliahan yaitu pada tahun 1973. Penyanpaian dakwah yang dilakukan Syech Ibnu Abbas dengan pendekatan Tarekat, pendekatan Tarekat yang dimaksud adalah (pertama) dengan pendekatan Bil Lisan. Maksudnya adalah metode dakwah yang dilakukan Syech Ibnu Abbas lewat Khotbah, ceramah-ceramah agama. (kedua) dengan pendekatan Bil Hal maksudnya adalah penyampaian dakwah yang dilakukan Syech Ibnu Abbas dengan mengdepankan perbuatan nyata hal ini dimaksud agar penerima dakwah atau jemaah bisa mengikuti jejak Syech Ibnu Abbas.29

KESIMPULAN

Syech Ibnu Abbas adalah seorang Ulama dan pemimpin Tarekat Naqsyabandiyah di Lubuk Kilangan Padang.

Masa kanak-kanak bagi seseorang sangat menentukan, sejak kecil Syech Ibnu Abbas telah dikelilingi begitu banyak Syech-Syech Tarekat karena ayah Syech Ibnu Abbas

28Wawancara dengan Syamsiar, di Surau Nurul Yaqien Tanggal 25 Juni 2015

29Wawancara dengan Junas di Barung-Barung Belantai Tanggal 30 Juni 2015

sendiri adalah ulama yang terkemuka. Dari sinilah ketertarikan seorang profil Tarekat sudah tertanam di dalam diri Syech Ibnu Abbas. Syech Ibnu Abbas mempunyai peranan penting dalam mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah di Lubuk Kilangan Padang. Dan mempunyai peranan sebagai pimpinan dan Pembina Tarekat Naqsyabandiyah dan sekaligus melaksanakan ilmu tasawuf menuju peranan ma’rifat kepada Allah SWT.

Saran

1. Diharapkan kepada anggota Tarekat khususnya Tarekat Naqsyabandiyah supaya dapat menambah wawasan keilmuan, baik ilmu yang bersifat umum serta ilmu keagamaan untuk memudahkan bagi anggota tarekat memahami, menerima dan mencerna serta menerima ajaran Tarekat yang diberikan guru atau khalifah Tarekat.

2. Disarankan juga kepada murid Tarekat Naqsyabandiyah untuk membuka diri dalam artian dapat menerima masukan kebenaran.

3. Ditujukan kepada guru Tarekat untuk dapat mencari dan menambah ilmu, terutama dalam menyampaikan pengajian, agar para murid mudah menerima dan mencerna semua ajaran Tarekat Naqsyabandiyah yang Syech Ibnu Abbas berikan dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Abdul Rahman. 2001. Pemikiran Umat Islam di Nusantara. Jakarta: PT Bumi Aksara

Baktiar. 2005. Ranah Minang di Tengah Cengraman Kristenisasi. Jakarta:

PT Bumi Aksara

Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah.

Jakarta: terj. Nogroho Notosusanto Martin Van Bruinessen. 1992. Tarekat

Naqsyabandiyah di Indonesia.

Bandung: Mizan

Musyrifa Sunanto. 2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

2. Skripsi

Indah Permata Sari. Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Kecamatan Akabilaru Kabupaten Lima Puluh Kota (1964-2010). Padang: STKIP PGRI, 2013)

(10)

Fitri Yeni. Peran Syech Mustafa Kemal Dalam Mengembangkan Ajaran Agama Islam Di Lubuak Landua Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat (1980-2011).

(Padang: STKIP PGRI, 2012) Wirman. Kehidupan Keagamaan Jema’ah

Syattariyah Pasar Lalang, Kota Padang: Tinjauan Historis 1970- 1995. (Padang: STKIP PGRI, 2008)

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kemamuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan