Judul Skripsi :“ Meningkatkan Pemahaman Himpunan Melalui PembelajaranKooperatifTeknikBertukarPasangan dengan Pendekatan Open Ended pada Peserta Didik Kelas VII-I SMPN 3 Kedungwaru Tulungagung ” Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Model PembelajaranKooperatifTeknikBertukarPasangan merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajaran tersebut siswa dapat berpartisipasi dan aktif di dalam kelas, khususnya pada mata pelajaran Matematika yang dianggap sulit oleh peserta didik. Selain itu juga, dengan menggunakan pendekatan open ended akan menambah kreatifitas peserta didik saat bekerja kelompok maupun individu. Adanya model pembelajaran yang menarik tersebut akan membuat peserta didik aktif dan semangat belajar sehingga secara tidak langsung pemahaman peserta didik meningkat.
Teknikbertukarpasangan merupakan salah satu teknik dalam pembelajarankooperatif yang melibatkan siswa secara aktif. Teknik ini diawali dengan siswa yang berpasangan dengan pasangannya untuk mendiskusikan masalah yang diberikan oleh guru, kemudian ia bertukarpasangan dengan pasangan yang baru untuk mendiskusikan kembali masalah tersebut guna menemukan temuan baru. Hasil temuan baru itu didiskusikan kembali dengan pasangan lamanya, dalam hal ini setiap siswa kembali ke pasangan lamanya untuk menyimpulkan hasil diskusinya. Siswa didorong untuk berpikir sendiri secara kreatif tanpa mendapat banyak bantuan dari guru. Teknikbertukarpasangan ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika pada peserta didik dengan cara saling bertukar pendapat dengan pasangannya masing-masing. Terlebih lagi dengan menggunakan pendekatan soal open ended (soal terbuka) yang melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Peserta didik dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban tersebut. Secara tidak langsung, hal tersebut membuat peserta didik dituntut untuk kreatif dan mampu berpikir secara aktif tanpa harus terpaku pada hanya satu jawaban saja. Apalagi materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah himpunan yang merupakan materi yang sebelumnya belum pernah diterima peserta didik di jenjang sebelumnya. Karena
Untuk memudahkan peneliti mencari tingkat keberhasilan tindakan yang diberikan sebagaimana yang dikatakan oleh E. Mulyasa bahwasanya kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak- tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaram dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak- tidaknya sebagian besar (75%). 84 Lebih lanjutnya untuk menghitung hasil pengamatan aktivitas peserta didik, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut ini:
Dewi, Mitra. 2011. Penerapan Model PembelajaranKooperatifTeknikBertukarPasangan untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII MTs Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar. Kampar: Skripsi Tidak Diterbitkan.
Setelah siswa selesai mencatat materi yang disampaikan oleh peneliti, maka peneliti memberikan latihan soal guna dikerjakan secara berpasang- pasangan. Peneliti pun membentuk siswa berpasang-pasangan untuk mengerjakan latihan soal yang sesuai dengan pendekatan open ended. Adapun soal tersebut adalah meminta siswa untuk mengamati sekitarnya, kemudian menuliskan kumpulan yang merupakan himpunan dan menentukan komplemen dari himpunan tersebut. Selama proses diskusi inilah, peneliti juga berkeliling ke setiap pasangan untuk membimbing mereka bekerja aktif secara berkelompok bukan individual dan memotivasi untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
2. Penerapan pembelajarankooperatifteknikbertukarpasangan dengan pendekatan open ended dapat meningkatan pemahaman konsep matematia siswa kelas VII-I SMPN 3 Kedungwaru Tulungagung. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada post test siklus I yakni 55,56% dengan nilai rata-rata 75,14 yang sebelumnnya pada pre test hanya 41,67% dengan nilai rata-rata 66,81 kemudian pada post test siklus II meningkat menjadi 83,33% dengan nilai rata-rata 83,61. Dengan demikian, membuktikan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan pembelajarankooperatifteknikbertukarpasangan melalui pendekatan open ended pada peserta didik kelas VII-I SMPN 3 Kedungawaru Tulungagung.
Penerapan pembelajarankooperatifteknikbertukarpasangan dengan pendekatan open ended ini telah dijelaskan di bab sebelumnya. Langkah-langkah dari penerapan pembelajarankooperatifteknikbertukarpasangan dengan pendekatan open ended dalam pembelajaran materi himpunan matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajarankooperatif adalah pembelajaran yang menekankan pada aspek kerjasama diantara para anggotanya dimana di dalamnya ada ketergantungan yang positif, interaksi, akuntabilitas serta ketrampilan individu dalam memproses kelompoknya. Tujuan pembelajaran ini juga disesuaikan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk memperoleh ilmu dan mendidik anak didik, maka tujuan pembelajarankooperatif yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan social. Dalam pembelajarankooperatif maka setiap anggota yang beragam ikut berpartisipasi secara aktif sesuai dengan setiap pandangan yang mereka miliki masing – masing. Banyak model – model pembelajarankooperatif namun secara umum proses pembelajarankooperatif adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti selama melaksanakan penelitian yang terdiri dari 2 siklus, peneliti dapat menyampaikan rangkuman hasil secara keseluruhan baik pada siklus 1, maupun siklus 2. Model pembelajaran dengan metode kooperatif yang dilakukan dalam siklus 1 maupun siklus 2 merupakan pola yang diterapkan oleh guru untuk menciptakan interaksi peserta didik dengan peserta didik, strategi pembelajaran ini dilakukan untuk membelajarkan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Lie (2002) mengungkapkan bahwa pembelajarankooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bekerjasama dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dengan adanya pembelajaran tersebut, siswa- siswa dapat menciptakan kelompok kerja yang efektif, siswa akan merasa bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing, dapat menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota, dapat berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana menyanggah pendapat orang lain tanpa menyinggung perasaannya serta dapat bekerjasama secara aktif. Kegiatan peserta didik tersebut diarahkan dengan menggunakan teknikbertukarpasangan karena teknikpembelajaran itu sendiri berarti jalan,
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar scara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara akti menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikannya apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik di ajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga Hasil Belajar Siswa dapat dimaksimalkan dan dioptimalkan. (Zaini, 2008 : xiv)
5. Jika guru menghendaki meningkatkan motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemcahan. Dalam pembelajaran ini guru hanyalah sebagai fasilitator dimana guru akan bertindak sebagai pemberi stimulus dan siswa dapat merespon stimulus tersebut. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
Farida Luthfah tentang “Implementasi Cooperative Learning dengan Metode BertukarPasangan dalam Kelompok Diskusi serta Pemanfaatan Alat Peraga pada Materi Usaha dan Energi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII A Semester Genap MTs Miftahussalam 1 Wonosalam Demak tahun pelajaran 2007/2008, Skripsi, (Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2009) h. 47. Pdf (Online 3 Maret 2014)
Potensi IPA dibawa serta oleh anak dalam serangkaian kegiatan sehari- hari, berhadapan dengan dunia IPA yang sederhana sampai yang membutuhkan pemikiran kompleks. Anak secara intirinsik terdorong ingin mengerti dan menelusuri hal-hal apa saja yang berkaitan dengan IPA, anak ingin mengerti fenomena-fenomena alam yang mengusik rasa ingin tahunya. Pembelajaran IPA sejak dini (SD) akan mengahasilkan generasi dewasa yang melek akan IPA yang dapat menghadapi tantangan hidup dalam dunia yang makin kompetitif, sehingga mereka mampu turut serta memilih dan mengolah informasi untuk digunakan dalam mengambil keputusan. Maka dari itu tugas utama pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi pembelajaran IPA secara optimal sejak dini (SD) melalui proses pembelajaran IPA yang dikelola secara professional.
Dari penerapan model pembelajarankooperatif tipe bertukarpasangan didapat siswa aktif dalam berpendapat, bersemangat dan minat mereka dalam belajar pun meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kelebihan dari model pembelajarankooperatif tipe bertukarpasangan yaitu; 1) setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi, 2) mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya, 3) siswa dilatih untuk dapat bekerjasama mempertahankan pendapat,. 4) melatih siswa untuk lebih teliti, cermat, cepat dan tepat, 5) memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain, dan 6) tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian, meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun siswa tetap antusias belajar. 103
Prestasi belajar siswa kelas IV terhadap mata pelajaran matematika pada materi operasi hitung KPK di SD Sukorejo 1 masih tergolong rendah. Hal ini dapat ditunjukkan pada hasil observasi terhadap siswa – siswi kelas IV SD sukorejo 1 tahun pelajaran 2010 / 2011 yang ternyata nilainya masih dibawah KKM yaitu 65. Dimana siswa kelas IV SD yang mencapai nilai diatas KKM hanya 14 siswa ( 47 % ) dari 30 siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah penggunaan model pembelajarankooperatifteknik mencari pasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Sukorejo 1 tahun pelajaran 2012 / 2013 yang berkaitan dengan operasi hitung KPK
Teknik cluster random sampling menurut Fraenkel (2008, hlm. 95) adalah teknik pemilihan sampel yang mirip dengan simple random sampling. Bedanya adalah teknik sampel ini yang dipilih secara acak bukan individunya melainkan kelompok yang dipilih secara acak. Keuntungan dari teknik sampling ini adalah digunakan untuk mengatasi kesulitan atau ketidakmungkinan memilih sampel individu secara acak. Hal ini sering dilakukan di sekolah-sekolah dan dapat menghemat waktu. Berdasarkan teknik sampling yang digunakan maka didapatlah kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol di sekolah SMP Negeri 1 Lemahabang.
Kegiatan dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan pada Bab III tentang metodologi Penelitian. Kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti memetakan KD, Indikator kemudian menyusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kemudian peneliti bertindak sebagai guru di kelas, guru memberi materi dengan ceramah, setelah itu guru bersama dengan siswa bertanya jawab mengenai unsur- unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen Jathil Suminten. Kemudian siswa di bagi kedalam empat kelompok asal, kelompok asal tersebut terdiri dari kelompok Mawar, Melati, Anggrek dan Lavender. Setelah terbentuk
Pembelajaran koperatif tipe bertukarpasangan termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Suyatno, 2009;68). Model pembelajarankooperatif tipe bertukarpasangan merupakan sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi dan Sekolah Dasar. Namun Perkembangannya bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika. Stavin (dalam Sharan, 2009;45) mengatakan bahwa mengadaptasi struktur dalam model pembelajaranbertukarpasangan memungkinkan untuk memajukan kefektifan dan kepraktisan pengajaran matematika sesuai dengan kebutuhan individu.
5) Perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol yaitu berbeda secara signifikan. Dari Hasil penelitian ini, peneliti menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran yang efektif dan kreatif di kelas berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik. Maka dalam hal ini, peneliti dapat membandingkan antara perbedaan penggunaan model pembelajarankooperatifteknikbertukarpasangan dengan model pembelajaran konvensional untuk hasil belajar yang diperoleh dari rata-rata hasil belajar di kelasnya berbeda secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa model pembelajarankooperatifteknikbertukarpasangan memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional metode ceramah.