Di PB. Jogjaraya yang memiliki pemain-pemain muda yang berbakat akan tetapi kurang berkembang karena kurangnya kegiatan latihan yang hanya empat kali dalam satu minggu, dan kurangnya tenaga pelatih. Akan tetapi para pemain sangat berantusias dalam mengikuti kegiatan latihan. Dari beberapa kali pertandingan uji coba tim PB. Jogjaraya mengalami kekalahan. Tentu dari hasil pertandingan tersebut tim PB. Jogjaraya mendapatkan hasil yang kurang baik dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu kurang lincahnya pemain ketika bermain. Untuk meningkatkan kemampuan kelincahan pada saat bermain bulutangkis pemain- pemain muda di PB. Jogjaraya tentu harus diberikan bentuk latihan yang mengharuskan pemain untuk bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan lincah. Menurut Harsono (2001: 22), salah satu bentuk latihan agility (kelincahan) yaitu lari bolak-balik (shuttlerun).
Hasil analisis data dapat disampaikan sebagai berikut: (1) Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut dapat diketahui bahwa masing-masing kelompok pretes shuttlerun, postes shuttlerun, pretes ladder drill, dan postes ladder drill mempunyai probabilitas 0.193, 0.115, 0.148, dan 0.170. kedua kelompok mempunyai nilai probabilitas > 0.05. berdasarkan kriteria maka H 0 diterima atau data berdistribusi normal. (2) Hasil
Latar Belakang: Kelincahan merupakan salah satu komponen yang diperlukan untuk semua aktifitas baik dalam mengubah secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh, tepat dalam melakukan gerakan, dan merubah gerakan secara mendadak maupun berhenti mendadak tanpa gangguan pada keseimbangan. Banyak metode yang digunakan untuk meningkatkan kelincahan, antara lain adalah dengan Latihan Skipping Rope dan Latiha ShuttleRun. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya perbedaan pengaruh Latihan Skipping Rope dan Latihan ShuttleRun terhadap peningkatan kelincahan pada pemain futsal usia 13-14 tahun. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan pre and post test two group design. Responden adalah siswa SMP Muhammadiyah 2 Gamping Yogyakarta yang tergabung dalam ekrakurikuler futsal sekolah yang berjumlah 22 responden. diambil secara purposive sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. kelompok perlakuan I diberikan Latihan Skipping Rope dengan intensitas 30 detik (3 set) interval 10 detik selama 4 minggu dengan frekwensi 3 kali seminggu dan kelompok perlakuan II diberikan Latihan ShuttleRun dengan jarak latihan 10 meter, Lari bolak balik dilakukan sebanyak 4 kali menggunakan parameter berupa stopwatch Selama 4 minggu dengan frekwensi 3 kali seminggu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Agility T-Test untuk pengukuran kelincahan, pengukuran kelincahan dilakukan pada awal sebelum perlakuan dan pada akhir perlakuan. Hasil : Uji hipotesis data pada kelompok I menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan nilai p-value= 0,003 (p<0.05), Uji Hipotesis data pada kelompok II menggunakan Wilcoxon menunjukkan hasil p-value = 0.003(p<0.05). Kesimpulan : Ada perbedaan pengaruh pada Latihan Skipping Rope dan Latihan ShuttleRun terhadap peningkatan kelincahanakan. Saran : Untuk peneliti selanjutnya menambah jumlah responden dan Menggontrol aktivitas sampel, apakah sebelum melakukan test sampel melakukan aktivitas berat atau tidak.
Latar Belakang: Kelincahan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk peningkatan kemampuan dalam permainan bola basket. Kelincahan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengubah posisi tubuh dan gerakan tubuh dengan cepat dan tepat saat bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Belum adanya latihan yang mengkhusus untuk kelincahan pada pemain basket siswa SMA merupakan salah satu latar belakang dilakukan penelitian ini. Berdasarkan teori bahwa zig-zag run exercise dan shuttlerun exercise dapat meningkatkan kelincahan. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan zig-zag run exercise lebih efektif dalam meningkatkan kelincahan daripada shuttlerun exercise pada pemain basket SMA Negeri 3 Denpasar. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental Pre Test-Post Test Two Group Design. Enam belas sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yang terdiri atas perlakuan 1 yaitu zig-zag run exercise 8 sampel dan perlakuan 2 yaitu shuttlerun exercise 8 sampel. Latihan dilakukan selama empat minggu dengan frekuensi tiga kali dalam satu minggu di Lapangan Basket SMA N 3 Denpasar. Illinois Agility run test digunakan sebelum dan sesudah pelatihan untuk mengukur waktu yang menunjukkan kelincahan. Selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan Saphiro Wilk dan uji homogenitas dengan Levene’s test. Hasil: Perbedaan rerata sebelum dan sesudah pelatihan kelompok 1 diuji dengan Paired Sample T- test terjadi rata-rata penurunan waktu sebesar 5,12 detik (27,70%) dengan p = 0,000 (p<0,05), dan pada Kelompok 2 diuji dengan Paired Sample T-test terjadi rata-rata penurunan waktu sebesar 3,9 detik (21,17%) dengan p = 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa pada setiap kelompok terjadi peningkatan kelincahan secara bermakna. Uji beda selisih antara kelompok 1 dan kelompok 2 dengan Independent Sampel T-Test yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna dengan hasil p = 0,000 (p<0,05). Kesimpulan: zig-zag run exercise dapat meningkatkan kelincahan, shuttlerun exercise dapat meningkatkan kelincahan dan zig-zag run exercise lebih efektif dalam meningkatkan kelincahan daripada shuttlerun exercise.
Hasil dari penelitian ini, membuktikan bahwa metode latihan shuttlerun ternyata lebih efektif untuk meningkatkan kelincahan gerak shadow 6 titik dibanding latihan lari zig-zag, meskipun dalam penelitian ini atlet diberi treatment shuttlerun dan lari zig-zag menggunakan dosis latihan yang sama selama 16 kali tatap muka. Latihan shuttlerun dan lari zig-zag merupakan komponen latihan kelincahan, sehingga peningkatan kelincahan gerak shadow 6 titik dapat terjadi dalam penelitian ini. Hal tersebut dibuktikan dengan diperolehnya data peningkatan kelompok shuttlerun memiliki mean sebesar 2.54 titik/30 detik, dan peningkatan kelompok lari zig-zag memiliki mean sebesar 1.23 titik/30 detik, atau (2.54 >1.23), sehingga dapat disimpulkan bahwa latihan shuttlerun memiliki pengaruh yang lebih efektif dari pada latihan lari zig-zag dalam upaya meningkatkan kelincahan gerak shadow 6 titik atlet bulutangkis usia 11-13 tahun di PB. Rajawali Yogyakarta.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa unsur teknik menggiring bola sangat diperlukan dalam permainan sepakbola. Sedangkan keterampilan menggiring bola memerlukan banyak unsur diantaranya adalah kelincahan. Berdasarkan pertimbangan hal di atas maka penulis perlu membuktikan dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Latihan Permainan Balap Zig-zag dan Metode Latihan Shuttlerun Terhadap Peningkatan Kelincahan Menggiring Bola Pada Pemain Sepak Bola Usia Dini (usia 10 sampai 12 tahun) Di P orbaya FC” .
Latar Belakang: Permainan futsal merupakan permainan yang cepat dengan waktu yang pendek dan ruang gerak yang sempit. Sehingga di dalam permainan futsal dibutuhkan agility. Dalam upaya meningkatkan agility perlu dilaksanakan latihan yang cermat, sistematis dan teratur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan agility pemain futsal melalui latihan core stability exercise dan shuttlerun .
Objective: To determine shuttlerun games effect on children agility ages 4-5 years. Methods: The study was a quasi experiment with pre and post test with control group design, the sample in the treatment group was given shuttlerun games with a distance of 4-5 meters in 4 weeks with frequency 3 times a week. Measurements made with the agility shuttlerun test with a distance of 10 meters using parameters such as a stopwatch. Data were analyzed using wilcoxon test to test the effect and influence of different test using mann whitney test.
Latar Belakang: Permainan futsal merupakan permainan yang cepat dengan waktu yang pendek dan ruang gerak yang sempit. Sehingga di dalam permainan futsal dibutuhkan agility. Dalam upaya meningkatkan agility perlu dilaksanakan latihan yang cermat, sistematis dan teratur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan agility pemain futsal melalui latihan core stability exercise dan shuttlerun.
Dari hasil uji-t dapat dilihat bahwa t hitung 10.487 dan t (0,05)(13) = 2.16 (df=13) dan nilai signifikansi p sebesar 0.000. Oleh karena t hiutng 10.487 > t (0,05)(13) = 2.16, dan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 maka hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada pengaruh latihan shuttlerun terhadap peningkatan keterampilan menggiring bola siswa ekstrakurikuler sepakbola SMA Negeri 1 Banguntapan diterima. Artinya latihan shuttlerun memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan menggiring bola siswa ekstrakurikuler sepakbola SMA Negeri 1 Banguntapan. Dari data pretest memiliki rerata 15.71, selanjutnya pada saat posttest rerata mencapai 13.22. Besarnya perubahan keterampilan menggiring bola tersebut dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata yaitu sebesar 2.486 lebih banyak dibandingkan sebelum diberikan latihan shuttlerun, dengan kenaikan presentase sebesar 15.82%.
Adapun nilai t hitung adalah 9,952 sedangkan t tabel pada taraf signifikan 5% d.b (N-1) = 25-1 = 24 adalah 2,064. Sehingga Ho dalam penelitian ini ditolak dan Ha diterima, yang berarti latihan shuttlerun dan lari zig-zag terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan bola basket pada siswa SMP Negeri 1 Biromaru. Oleh karenanya, latihan shuttlerun dan lari zig- zag dapat diterapkan sebagai salah satu program latihan peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan bola basket.
Dari ulasan diatas dapat diidentifikasikan masalahnya bahwa setiap pemain bulutangkis benar-benar membutuhkan berbagai kemampuan fisik yakni salah satunya kelincahan. Dengan latihan shuttlerun dapat meningkatkan tingkat kelincahan seseorang dengan program latihan yang tepat.
Dalam penelitian ini kelas yang digunakan adalah kelas A TK Taqiyya Kartasura sebagai kelompok perlakuan dengan jumlah siswa 20 orang dan kelas A TK Aisyiyah Gonilan sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa 18 orang. Sebelum mengikuti sesi latihan setiap responden mengikuti pre test untuk mengukur tingkat kelincahan anak menggunakan shuttlerun test dengan jarak 10 meter dan menggunakan parameter berupa stopwatch. Kemudian setelah mengikuti pre test pada kelompok perlakuan diberikan latihan menggunakan permainan shuttlerun sebanyak 3 kali selama 4 minggu, selanjutnya setiap responden mengikuti post test untuk mengukur seberapa besar kelincahan anak setelah diberikan latihan pada kelompok perlakuan dan tanpa diberikan latihan pada kelompok kontrol.
Sepak bola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang umumnya terat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang. Di era sepakbola modern seperti sekarang, pemain sepakbola dituntut untuk memiliki fisik yang baik serta tehnik yang mumpuni, salah satunya kelincahan. Salah satu latihan untuk meningkatkan kelincahan adalah shuttlerun dan Nebraska agility drill . ShuttleRun adalah latihan lari bolak balik untuk meningkatkan kelincahan kaki, sedangkan Nebraska agility drill adalah lari secepat-cepatnya dengan mengubah arah melewati titik yang telah ditentukan dengan menggunakan 2 cone. Untuk mengetahui pengaruh shuttlerun terhadap kelincahan pada pemain sepakbola, untuk mengetahui pengaruh nebraska agility drill terhadap kelincahan pada pemain sepakbola, untuk mengetahui perbedaan uji pengaruh shuttlerun dan nebraska agility drill terhadap kelincahan pada pemain sepakbola. Dapat mengetahui pengaruh shuttlerun terhadap kelincahan, pengaruh nebraska agility drill terhadap kelincahan, dan perbedaan uji pengaruh latihan shuttlerun dan nebraska agility drill terhadap kelincahan. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan rancangan two group pre-test and post-test design. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran kelincahan dalam penelitian ini adalah dengan Illionist Agility test . Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji non parametrik yaitu uji wilcoxon test dan Mann Whitney. Analisis statistik didapatkan hasil p pada kelompok ShuttleRun sebesar 0,001 dan pada kelompok Nebraska Agility Drill sebesar 0,001 dengan signifikan p<0,05 yang berarti ada pengaruh latihan ShuttleRun dan Nebraska Agility Drill terhadap kelincahan. Uji beda pengaruh didapatkan hasil p sebesar 0,784 dengan signifikan p>0,05 yang berarti tidak ada beda pengaruh antara latihan ShuttleRun dan Nebraska Agility Drill terhadap kelincahan. Ada pengaruh latihan ShuttleRun dan Nebraska Agility Drill terhadap kelincahan, tapi tidak ada beda perbedaan pengaruh antara latihan ShuttleRun dan Nebraska Agility Drill terhadap kelincahan.
Latar belakang: Sepak bola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang umumnya terat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang. Sepak bola merupakan olahraga yang digemari oleh lapisan masyarakat di Indonesia, baik di kota maupun di desa. Di era sepakbola modern seperti sekarang, pemain sepakbola dituntut untuk memiliki fisik yang baik serta tehnik yang mumpuni, salah satunya kelincahan. Salah satu latihan untuk meningkatkan kelincahan adalah shuttlerun dan Nebraska agility drill. ShuttleRun adalah latihan lari bolak balik untuk meningkatkan kelincahan kaki, sedangkan Nebraska agility drill adalah lari secepat-cepatnya dengan mengubah arah melewati titik yang telah ditentukan dengan menggunakan 2 cone. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh shuttlerun terhadap kelincahan pada pemain sepakbola, untuk mengetahui pengaruh nebraska agility drill terhadap kelincahan pada pemain sepakbola, untuk mengetahui perbedaan uji pengaruh shuttlerun dan nebraska agility drill terhadap kelincahan pada pemain sepakbola.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul ”Peningkatan Aspek Kebugaran Jasmani melalui Latihan Kelincahan (ShuttleRun, Zigzag Run dan Bumerang) pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Sawah Brebes Tanjung Karang Timur” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat di menjadi referensi bagi penelitian-penelitian di masa mendatang yang berhubungan dengan kelincaha, serta dapat mengetahui pengaruh latihan shuttlerun dan nebraska agility drill terhadap kelincahan dalam sepakbola.
Penulis tertarik mengadakan penelitian untuk melihat keefektifan dari dua bentuk latihan tersebut sehingga dapat meningkatkan kelincahan dan juga kemampuan siswa dalam menggiring bola dalam permainan bola basket. Maka dari hasil uraian diatas penulis tertarik menjadikan suatu judul penelitian yaitu: ” Perbedaan Pengaruh Latihan Zig-zag Drill dan Latihan ShuttleRun Terhadap
Tryananda Rossandy Nugraha. 1205416. Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Kelincahan dan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Dibimbing oleh Dosen Pembimbing: Alit Rahmat, M.pd. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh observasi awal mengenai kurangnya variasi dan modifikasi dalam pembelajaran penjas. Permasalahan yang diangkat, yaitu: Seberapa besar pengaruh permainan tradisional terhadap kelincahan siswa? Seberapa besar pengaruh permainan tradisional terhadap tingkat partisipasi belajar siswa? Tujuan ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional terhadap peningkatan kelincahan dan partisipasi belajar siswa.Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Instrument dalam penelitian ini tes pengukuran kelincahan menggunakan ShuttleRun 4x10 meter dan untuk mengukur tingkat partisipasi siswa di adaptasi dari teori Keith Davis.Populasi dalam penelitian ini berjumlah 183 siswa di SMP Negeri 2 Pamulihan.Sampel penelitian ini berjumlah 24 siswa diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.Berdasarkan hasil pengujian analis data diperoleh t-hitung kelincahan 1,903 < t-tabel 2,068 maka h 0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh
Perusahaan antar jemput Shuttle Express didirikan pada awal tahun 1979 oleh San Juan Airlines yang merupakan maskapai penerbangan komuter tertua di Amerika Serikat. Maskapai ini menghubungkan wisatawan dari seluruh Puget Sound, Vancouver, dan Victoria ke Seattle-Tacoma dan bandara Portland serta ke luar negeri. Layanan penerbangan ini melahirkan ide untuk menggunakan mobil van daripada penggunaan pesawat terbang untuk menghubungkan masyarakat, rumah, dan bisnis dari wilayah Seattle-Tacoma-Everett untuk SeaTac Airport. Setelah mempelajari model transportasi darat di seluruh Amerika Serikat, akhirnya diputuskan untuk memulai peningkatan layanan.