• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Fungsional ISS (Presiden Republik Indonesia, 2009b)

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 66-73)

LINGKUNGAN RUMAH SAKIT “DHARMAIS”

5.1. Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB) Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

5.1.3. Aktivitas Fungsional ISS (Presiden Republik Indonesia, 2009b)

Universitas Indonesia

c. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar operasi, maupun ruangan lainnya.

d. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.

e. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan perawatan pasien.

f. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan.

g. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi, maupun sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.

h. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nosokomial.

i. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi.

j. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf ISS baik yang bersifat intern maupun ekstern.

k. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

5.1.3.Aktivitas Fungsional ISS (Presiden Republik Indonesia, 2009b).

Alur aktivitas fungsional secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: a. Pembilasan: pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di

ruang perawatan.

b. Pembersihan: semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi.

c. Pengeringan: dilakukan sampai kering

d. Inspeksi dan pengemasan: setiap alat bongkar pasang harus diperiksa kelengkapannya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan densitas maksimumnya.

e. Memberi label: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses sterilisasi.

f. Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut yang kemudian akan disterilkan.

g. Sterilisasi: sebaiknya diberikan tanggun jawab kepada staf yang terlatih. h. Penyimpanan: harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi

penyimpanan yang baik.

i. Distribusi: dapat dilakukan berbagai sistim distribusi sesuai dengan rumah sakit masing-masing

5.1.4. Pelayanan ISSB di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

ISSB di RSKD membawahi 2 unit kerja yaitu unit sterilisasi dan unit binatu. Instalasi ini berada dibawah Direktorat Umum dan Operasional. Struktur organisasi ISSB dapat dilihat pada Lampiran 3. Unit Sterilisasi mempunyai 2 kegiatan pokok, yaitu:

1. Kegiatan sterilisasi, kegiatan ini dilakukan untuk mensterilkan alat dan barang yang digunakan oleh instalasi-instalasi yang membutuhkan.

2. Kegiatan produksi, yaitu memproduksi barang-barang steril, seperti kassa steril, lidi kapas, tampon, depper, kassa, alkohol dan lain-lain.

ISS dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang mendukung proses sterilisasi secara optimal, yaitu autoclave (metode sterilisasi panas basah) yang dapat dilihat pada Lampiran 4 serta alat sterilisasi plasma (metode ionisasi). Dalam rangka menjamin sterilitas produk, maka dilakukan juga monitoring proses sterilisasi dengan menggunakan indikator mekanik/fisika, kimia dan biologi. Alur pelayanan ISS dijelaskan pada Gambar 5.1.

Tanggung jawab ISS bervariasi tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, struktur organisasi dan proses sterilisasi. Tugas pokok Unit Sterilisasi Sentral adalah menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan sterilisasi alat, bahan dan linen rumah sakit. Fungsi Unit Sterilisasi Sentral adalah:

1. Melakukan proses sterilisasi alat, bahan, dan linen.

2. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar operasi, maupun ruangan lainnya.

3. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.

4. Mempertahankan stok inventori barang steril yang memadai untuk keperluan perawatan pasien.

53

Universitas Indonesia

6. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi maupun sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.

7. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi bersama dengan Tim Pengendalian Infeksi Nosokomial. 8. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah

sterilisasi.

9. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf Unit Sterilisasi Sentral baik yang bersifat intern maupun ekstern.

10. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

Keterangan: Daerah Kotor Daerah Bersih Daerah Mesin Daerah Steril Logistik

Gambar 5.1. Alur Pelayanan ISS RSKD

Alur kegiatan Unit Sentralisasi Sentral secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pembersihan: semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi.

2. Pengeringan: dilakukan sampai kering.

3. Pemeriksaan dan pengemasan: setiap alat/set instrumen harus diperiksa kelengkapannya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan densitas maksimumnya.

4. Memberi label: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses sterilisasi.

5. Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kassa, yang kemudian akan disterilkan.

6. Sterilisasi: sebaiknya diberikan tanggung jawab kepada staf yang terlatih. 7. Penyimpanan: harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi

penyimpanan yang baik.

8. Distribusi: melakukan distribusi ke ruangan-ruangan yang membutuhkan. Pembagian ruangan yang dimiliki ISS yakni sebagai berikut:

1. Ruang Penerimaan (daerah kotor) adalah ruangan yang digunakan untuk kegiatan menerima barang-barang yang akan disterilkan dengan mengisi form barang yang belum steril.

2. Daerah Dekontaminasi adalah ruangan yang digunakan untuk kegiatan pencucian alat misalnya box obat kemoterapi, pemilihan/penyortiran barang-barang yang akan disterilisasi, perendaman, pembersihan dan pembilasan. Ruangan tersebut dibatasi dengan garis berwarna merah.

3. Daerah Produksi adalah ruangan yang digunakan untuk kegiatan produksi ISS diantaranya pembuatan kassa, kapas alkohol, depper, tampon dan lain-lain. 4. Daerah Persiapan adalah ruangan yang kegiatannya mempersiapkan

barang-barang yang akan disterilkan salah satunya yaitu memberi label (labelling) dan sealing pada barang/alat yang akan disterilkan.

5. Daerah Penyimpanan/Clean Room adalah ruangan untuk menyimpan barang/alat yang sudah melalui proses sterilisasi dan untuk penyerahan permintaan barang/alat steril.

6. Ruangan penunjang adalah ruangan yang berfungsi untuk menunjang kegiatan Instalasi Sterilisasi dan Binatu, diantaranya ruang ganti, ruang istirahat, ruang pimpinan dan ruang rapat.

55

Universitas Indonesia

5.1.5.Autoclave Gettinge

Proses sterilisasi yang sering dilakukan di ISS ini adalah proses sterilisasi uap menggunakan autoclave dan proses sterilisasi ion menggunakan plasma. Sterilisasi uap digunakan untuk barang-barang yang tahan terhadap pemanasan pada suhu tinggi. Berikut ini adalah proses sterilisasi uap pada mesin autoclave Gettinge (GE 6612 AR-2):

1. Suhu 135 °C

a. Siklus sterilisasi memakan waktu 35 menit dengan waktu pemaparan uap selama 7 menit. Digunakan untuk mensterilisasi instrumen-instrumen yang telah dikemas.

b. Siklus sterilisasi memakan waktu 15 menit dengan waktu pemaparan uap selama 3,5 menit. Digunakan untuk mensterilisasi instrumen-instrumen yang dikemas.

2. Suhu 121°C

Siklus sterilisasi memakan waktu 45 menit dengan waktu pemaparan uap selama 20 menit. Digunakan untuk mensterilisasi karet dan plastik.

Untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam proses sterilisasi uap sudah dipenuhi dengan baik maka perlu dilakukan proses monitoring. Hal ini juga bertujuan untuk menjamin kualitas produk luaran (output product) 100% steril. Pengujian mutu sterilisasi dilakukan dengan menggunakan indikator. Berikut ini adalah jenis-jenis indikator sterilisasi yang digunakan:

a. Indikator Mekanik

Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi seperti

gauge, tabel dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat

sterilisasi bekerja dengan baik. Kegunaan:

i. Pengukuran temperatur dan tekanan merupakan fungsi penting dari sistem monitoring sterilisasi, maka bila indikator mekanik berfungsi dengan baik akan memberikan informasi segera temperatur, tekanan, waktu dan fungsi mekanik lainnya dari alat.

ii. Memberikan indikasi adanya masalah apabila alat rusak dan memerlukan perbaikan.

b. Indikator Kimia

Indikator kimia adalah indikator yang memadai terjadinya paparan sterilisasi (misalnya: uap panas atau gas etilen oksid) pada obyek yang disterilisasikan dengan adanya perubahan warna. Gambar contoh indikator kimia dapat dilihat pada Lampiran 5. Klasifikasi indikator kimia adalah sebagai berikut: a. Indikator Eksternal dan Indikator Internal

1) Indikator eksternal, contoh: Autoclave tape (3M), berbentuk tape dan digunakan di bagian luar kemasan. Dengan terjadinya perubahan warna, indikator ini memberikan informasi bahwa bagian luar kemasan benda yang disterilkan telah melewati proses sterilisasi.

2) Indikator internal, contoh: Comply (3M), berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan pada bagian dalam kemasan akan terlihat perubahan warna dari kuning menjadi hitam jika telah melewati proses sterilisasi. Indikator ini digunakan untuk barang yang tidak tembus pandang, misalnya tromol (box stainless).

3) Indikator untuk tes Bowie-Dick

Indikator jenis ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat sterilitasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang sterilisasi. Oleh karenanya hanya digunakan pada metode sterilisasi uap panas yang yang menggunakan sistem vakum. Jadi indikator ini sama sekali bukan untuk mengetahui kondisi sterilisasi telah tercapai.

c. Indikator Biologi (Attest)

Indikator biologi adalah sediaan yang berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan mensterilkan spora hidup mikroorganisme yang non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu. Apabila selama proses sterilisasi spora-spora tersebut terbunuh, maka dapat diasumsikan bahwa

57

Universitas Indonesia

mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan benda yang kita sterilkan bisa disebut steril.

Mikroorganisme yang digunakan yaitu Geobacillus stearethermophillus. Pada saat melakukan pengujian digunakan 2 indikator Attest, yang pertama merupakan indikator uji yang dimasukkan ke dalam autoclave bersama dengan linen, dan yang kedua merupakan indikator kontrol. Kemudian keduanya dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 56C selama 24-48 jam. Apabila Attest yang diproses (indikator uji) tidak berubah warna tetap berwarna ungu, hal itu menunjukkan bahwa spora telah terbunuh sehingga tidak ada pertumbuhan bakteri, akan tetapi apabila indikator uji Attest hasilnya bewarna kuning, menunjukkan bahwa di dalam media terjadi pembentukan asam yang menandakan masih ada pertumbuhan bakteri dalam proses sterilisasi tersebut. . Gambar contoh indikator biologi dapat dilihat pada Lampiran 6.

Berbeda dengan sterilisasi uap menggunakan autoclave yang digunakan untuk barang-barang yang tahan pemanasan pada suhu tinggi, untuk melakukan sterilisasi terhadap bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan digunakan sterilisasi plasma secara ion menggunakan alat Sterrad NX (JJ). Biasanya alat ini digunakan untuk melakukan sterilisasi terhadap alat-alat kedokteran single use yang ingin digunakan kembali dan hanya terbatas pada beberapa jenis kateter, guidel dan

body stapler (harus dengan persetujuan direksi).

Pasca sterilisasi dilakukan monitoring steril/tidaknya produk akhir dengan melakukan uji mikrobiologi pada produk akhir (produk steril) secara sampling meliputi produk habis pakai, instrumen, dan linen steril. Begitu pula dilakukan uji mikrobiologi sterilitas ruangan yang meliputi fungsi HEPA dan udara di ruang steril. Untuk mempertahankan agar ruangan sterilisasi mengandung kuman seminimal mungkin maka dilakukan fogging (pengasapan) yang dilakukan satu minggu sekali dan untuk memastikan sterilitasnya maka dilakukan juga uji mikrobiologi dengan menggunakan media agar yang pemeriksaannya dilakukan secara rutin 3 bulan sekali.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 66-73)