• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Aktivitas Farmakokinetik dan Farmakodinamik Antibiotik

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 192-196)

EVALUASI PEMBERIAN ANTIBIOTIK PASIEN RAWAT INAP DI RUANG PERAWATAN ANAK

DAFTAR TABEL

2.7. Pola Aktivitas Farmakokinetik dan Farmakodinamik Antibiotik

Universitas Indonesia

2.5.4. Dosis pemberian

Untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik, maka diperlukan antibiotik dengan dosis yang cukup tinggi. Pada jaringan target operasi kadar antibiotik harus mencapai kadar hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi.

2.5.5. Lama pemberian

Durasi pemberian adalah dosis tunggal. Dosis ulangan dapat diberikan atas indikasi perdarahan lebih 1500 ml atau operasi berlangsung lebih dari tiga jam (SIGN, 2008).

2.6. Penggunaan Antibiotik Pada Anak

Perhitungan dosis antibiotik berdasarkan perkilogram berat badan ideal sesuai dengan usia dan petunjuk yang ada dalam formularium profesi. Berikut adalah daftar tabel antibiotik yang tidak boleh diberikan untuk Anak

Tabel 2.16. Daftar Antibiotik yang Tidak Boleh Diberikan pada anak

Nama Obat Kelompok Usia Alasan

Siprofloksasin < 12 tahun Merusak tulang rawan

Norfloksasin < 12 tahun Merusak tulang rawan

Tetrasiklin < 4 tahun Disolorisasi gigi,

gangguan pertumbuhan

tulang

Kotrimoksazol < 2 bulan Tidak ada data efektivitas

dan keamanan

Kloramfenikol Nenonatus Grey baby syndrome

Tiamfenikol Nenonatus Grey baby syndrome

Linkomisin HCl Nenonatus Fatal toxic syndrome

Piperasilin-Tazobaktam Nenonatus Tidak ada data efektivitas

dan keamanan

Azitromisin Nenonatus Tidak ada data keamanan

Tigesiklin <18 tahun Tidak ada data keamanan

Spiramisin Nenonatus dan bayi Tidak ada data keamanan

[Sumber : Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011]

2.7. Pola Aktivitas Farmakokinetik dan Farmakodinamik Antibiotik

Farmakokinetik (pharmacokinetic, PK ) membahas tentang perjalanan kadar antibiotik didalam tubuh, sedangkan farmakodinamik (pharmacodynamic, PD) membahas tentang hubungan antara kadar-kadar itu dan efek antibiotiknya. Dosis antibiotik dulunya hanya ditentukan oleh parameter PK saja. Namun, ternyata PD juga memainkan peran yang sama, atau bahkan lebih penting. Pada abad resistensi antibiotika yang terus

meningkat ini, PD bahkan menjadi lebih penting lagi, karena parameter-parameter ini bisa digunakan untuk mendesain rejimen dosis yang melawan atau mencegah resistensi. Jadi walaupun efikasi klinis dan keamanan masih menjadi standar emas untuk membandingkan antibiotik, ukuran farmakokinetik dan farmakodinamik telah semakin sering digunakan. Beberapa ukuran PK dan PD lebih prediktif terhadap efikasi klinis.

Ukuran utama aktivitas antibiotil adalah Kadar Hambat Minimum (KHM). KHM adalah kadar terendah antibiotic yang secara sempurna menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme secara invitro. Walaupun KHM adalah indikator yang baik untuk potensi suatu antibiotik, KHM tidak menunjukkan apa-apa tentang perjalanan waktu aktivitas antibiotik. Parameter-parameter farmakokinetik menghitung perjalanan kadar serum antibiotika. Terdapat 3 parameter farmakokinetik yang paling penting untuk mengevaluasi efikasi antibiotik, yaitu kadar puncak serum(Cmax), kadar minimum(Cmin), dan area under curve (AUC) pada kurva kadar serum vs waktu. Walaupun parameter-parameter ini mengkuantifikasi perjalanan kadar serum, parameter-parameter-parameter-parameter teresebut tidak mendeskripsikan aktivitas bakterisid suatu antibiotik.

Aktivitas antibiotik dapat dikuantifikasi dengan mengintegrasikan parameter-parameter PK/PD dengan KHM. Parameter tersebut yaitu: rasio kadar puncak / KHM, waktu > KHM, dan rasio AUC-24 jam / KHM. Tiga sifat farmakodinamik antibiotik yang paling baik untuk menjelaskan aktivitas bakterisidal adalah time-dependence,

concentration-dependence, dan efek persisten. Kecepatan bakterisidal ditentukan oleh

panjang waktu yang diperlukan untuk membunuh bakteri (time-dependence), atau efek meningkatkan kadar obat (concentration-dependence). Efek persisten mencakup

Post-Antibiotic Effect (PAE). PAE adalah supresi pertumbuhan bakteri secara persisten

sesudah paparan antibiotik.

Tabel 2.17. .Pola Aktivitas Antibiotik berdasarkan parameter PK/PD

Pola Aktivitas Antibiotik Tujuan Terapi

Tipe I Bakterisidal Concentration-dependence dan efek persisten yang lama Aminoglikosid Fluorokuinolon Ketolid Memaksimalkan durasi paparan Tipe II Bakterisidal time-dependence dan efek persisten minimal Karbapenem Sefalosporin Eritromisin Linezolid Penicillin Memaksimalkan durasi paparan

31 Universitas Indonesia Bakterisidal time-dependence dan efek persisten sedang sampai lama Klindamisin Oksazolidinon Tetrasiklin Vankomisin

jumlah obat yang masuk sirkulasi sistemik

[Sumber : Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011]

Untuk antibiotik Tipe I, rejimen dosis yang ideal adalah memaksimalkan kadar, karena semakin tinggi kadar, semakin ekstensif dan cepat tingkat bakterisidalnya. Karena itu, rasio AUC 24 jam / KHM, dan rasio kadar puncak / KHM merupakan predictor efikasi antibiotik yang penting. Untuk aminoglikosid, efek optimal dicapai bila rasio kadar puncak / KHM minimal 8-10 untuk mencegah resistensi. Untuk fluorokuinolon vs bakteri Gram-negatif, rasio AUC 24 jam / KHM optimal adalah sekitar 125. Bilafluorokuinolon vs Gram-positif, 40 nampaknya cukup optimal. Namun, rasio AUC 24 jam / KHM untuk fluorokuinolon sangat bervariasi.

Antibiotik Tipe II menunjukkan sifat yang sama sekali berlawanan. Rejimen dosis ideal untuk antibiotic ini diperoleh dengan memaksimalkan durasi paparan. Parameter yang paling berkorelasi dengan efikasi adalah apabila waktu(t) diatas KHM. Untuk beta-laktam dan eritromisin, efek bakterisidal maksimum diperoleh bila waktu diatas KHM minimal 70% dari interval dosis. Antibiotik Tipe III memiliki sifat campuran, yaitu tergantung-waktu dan efek persisten yang sedang. Rejimen dosis ideal untuk antibiotic ini diperoleh dengan memaksimalkan jumlah obat yang masuk dalam sirkulasi sistemik. Efikasi obat ditentukan oleh rasio AUC 24 jam/ KHM. Untuk vankomisin, diperlukan rasio AUC24jam / KHM minimal 125.

2.8. Tinjauan Umum Bakteri

Bakteri merupakan uniseluler, pada umumnya tidak berklorofil, ada beberapa yang fotosintetik dan produksi aseksualnya secara pembelahan dan bakteri mempunyai ukuran sel kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5-1,0 μm kali 2,0-5,0 μm, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau Bacillus, bentuk spiral. (Dwidjoseputro,1985)

Syarif dan Halid (1993) menyatakan bahwa : identifikasi jenis bakteri berdasarkan sifat morfologi, biokimia, fisiologi dan serologi adalah sebagai berikut : a. Bakteri gram positif : Staphylococcus, Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus,

b. Bakteri Gram Negatif : Proteus, Eschericia coli, Enterobacter, Pseudomonas,

Alcaligenes

Tersedianya oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, bakteri diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut keperluan oksigennya.

a. Aerob Obligat (hanya dapat tumbuh jika terdapat oksigen yang banyak) b. Aerob Fakultatif (tumbuh dengan baik jika oksigen cukup, tetapi juga dapat

tumbuh sacara anaerob)

c. Anaerob Fakultatif (tumbuh dengan baik jika tidak ada oksigen, tetapi juga dapat tumbuh secara aerob)

33 Universitas Indonesia BAB 3

METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 192-196)