• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran dan Kegiatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” “Dharmais”

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 54-65)

TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT KANKER “DHARMAIS”

4.4. Peran dan Kegiatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” “Dharmais”

4.4. Peran dan Kegiatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Peran Instalasi Farmasi RSKD adalah untuk menegakkan pelayanan farmasi secara profesional di RSKD. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSKD, meliputi:

1. Menyelenggarakan pelayanan farmasi dalam fungsi manajemen.

2. Menyelenggarakan kegiatan produksi, baik produksi steril maupun produksi nonsteril.

3. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik. 4.4.1. Manajemen Farmasi

Manajemen farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari proses perencanaan dan pemilihan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan hingga pendistribusian, penghapusan, pengendalian dan penggunaan perbekalan farmasi, hingga evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

4.4.1.1. Pemilihan

Pemilihan dilakukan untuk menetapkan jumlah dan jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan di rumah sakit agar tercapai penggunaan obat yang rasional. Proses pemilihan perbekalan farmasi di rumah sakit dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) melalui penyusunan, pengembangan, dan evaluasi formularium rumah sakit yang dilakukan secara

berkala. Penyusunan formularium di RSKD menggunakan pola 1:2:1 (1 original: 2

me too : 1 generik)

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) RSKD dibentuk berdasarkan SK Direksi utama RSKD No.HK.00.06/1/0021 tanggal 4 Januari 2010. PFT secara fungsional bertugas dalam mengawasi dan membantu pengelolaan perbekalan farmasi di instalasi farmasi. Susunan personalia PFT di RSKD berdasarkan Keputusan Direksi RSKD No.HK.01.01/1/02234/2013, yaitu:

1. Pengarah: Direktur Utama

2. Ketua: Dokter spesialis medik, ketua komite medika 3. Sekretaris: Apoteker (kepala instalasi farmasi) 4. Seksi-seksi:

a. Seksi pelayanan dan informasi obat b. Seksi pendidikan dan penelitian Kewajiban PFT meliputi:

1. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan rumah sakit untuk mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.

2. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain.

3. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat terhadap pihak-pihak yang terkait.

4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.

Tugas Khusus PFT RSKD:

1. Seksi Pelayanan dan Informasi Obat

a. Melaksanakan evaluasi penulisan obat dengan nama generik, kesesuaian dengan formularium dan DOEN.

b. Membuat pedoman penggunaan antibiotik.

c. Menyusun daftar obat-obatan untuk gawat darurat. d. Menentukan standar minimal order obat.

e. Melaksanan pelayanan informasi obat secara aktif dan pasif:

1) PKMRS

41

Universitas Indonesia

3) Menjawab pertanyaan 2. Seksi Pendidikan dan Penelitian

a. Melaksanakan pendidikan tentang penggunaan obat secara rasional. b. Mengatur jadwal presentasi prinsipal.

c. Melaksanakan pemantauan rasionalitas, efek samping, dan keamanan obat.

d. Melaksanakan pengkajian penggunaan obat. e. Melaksanakan audit tentang obat.

4.4.1.2. Perencanaan

Perencanaan dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk menentukan jumlah dan waktu pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan agar terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, serta efisien. Proses dalam perencanaan meliputi pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran rumah sakit. Terdapat tiga metode perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yakni pola penyakit, pola konsumsi, dan kombinasi antara pola konsumsi dan penyakit. Perencanaan perbekalan farmasi di RSKD menggunakan metode konsumsi. Perencanaan perbekalan farmasi (obat dan alat kesehatan) di RSKD dilakukan secara komputerisasi menggunakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang terhubung dengan unit-unit di Rumah Sakit terkait dengan kegiatan perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi.

4.4.1.3. Pengadaan

Setelah dilakukan tahap pemilihan dan perencanaan perbekalan kefarmasian, tahap selanjutnya adalah melakukan pengadaan. Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perencanaan yang telah disetujui oleh pihak rumah sakit. Pengadaan perbekalan farmasi di RSKD dilakukan oleh Instalasi Layanan Pengadaan (ILP). Pengadaan dilakukan berdasarkan Material Request (MR) yang diajukan oleh Instalasi Farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi di RSKD terdiri dari dua jenis, yaitu perbekalan yang dapat langsung digunakan pasien dan perbekalan yang harus diproses terlebih dahulu di bagian produksi atau pembuatan sediaan farmasi, baik produksi steril maupun nonsteril.

4.4.1.4. Penerimaan

Perbekalan farmasi yang datang dari distributor atau PBF (Pedagang Besar Farmasi) diterima oleh Unit Penerimaan Barang (UPB). Kegiatan ini meliputi penerimaan perbekalan farmasi yang telah diadakan oleh ILP sesuai dengan aturan kefarmasian dan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan. Perbekalan farmasi yang diterima kemudian diperiksa kondisi (barang dan kemasan tidak cacat), jenis dan jumlah, waktu kadaluarsa (minimal dua tahun), dan kesesuaian nama perbekalan farmasi yang diterima dengan yang dipesan (kesesuaian barang dengan faktur dan juga Purchasing Order (PO) dari rumah sakit). UPB juga memeriksa kesesuaian nomor PO yang tertera pada faktur dengan nomor PO yang tertera pada SPB (Surat Pesanan Barang) atau pada lembar PO dari rumah sakit. Pemeriksaan kesesuaian antara barang yang datang dengan barang yang dipesan juga diperiksa oleh petugas koordinator bagian perbekalan farmasi ketika pengambilan barang dari UPB ke koordinator bagian perbekalan farmasi.

4.4.1.5. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan menata dan memelihara dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik dan dapat merusak mutu obat. Kegiatan penyimpanan harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan sifat dan stabilitas perbekalan farmasi. Hal tersebut bertujuan agar kualitas, kuantitas, dan keamanan perbekalan farmasi dapat terjaga, serta mempermudah pencarian barang yang disimpan sehingga dapat terjaminnya pelayanan yang cepat dan tepat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan penyimpanan yaitu suhu dan kelembaban ruangan yang tepat sesuai dengan sifat dan stabilitas perbekalan farmasi, serta keamanannya. Perbekalan farmasi yang telah diserahkan ke petugas Bagian Perbekalan Farmasi akan disimpan dalam tempat penyimpanan, dan disusun berdasarkan jenis, bentuk sediaan, alfabetis, serta status obat.

4.4.1.6. Pendistribusian

Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan atau kepada pasien. Sistem pendistribusian obat dan alat kesehatan di

43

Universitas Indonesia

Instalasi Farmasi RSKD meliputi pendistribusian perbekalan farmasi dasar, perbekalan farmasi individu, dan paket tindakan. Untuk pendistribusian perbekalan farmasi individu dilakukan melalui beberapa satelit farmasi di rumah sakit, yakni Satelit Farmasi Rawat Inap (SAFARI), Satelit Farmasi Rawat Jalan (SAFARJAN). Untuk pendistribusian perbekalan farmasi dasar dilakukan secara langsung ke unit-unit atau ruangan yang memerlukan, demikan pula dengan pendistribusian paket tindakan.

4.4.1.7. Pelayanan Pasien Rawat Inap

Pelayanan obat pasien rawat inap dilakukan di depo farmasi yang berada di tiap ruangan rawat inap di RSKD, yaitu di kelas VIP/VVIP, kelas I, kelas II, kelas III, dan ruang anak. Tujuan dari adanya depo farmasi adalah untuk memberikan kemudahan dalam penyiapan dan pendistribusian obat kepada pasien, sehingga pelayanan kepada pasien dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap dilakukan secara Unit Dose

Dispensing (UDD) dengan menyiapkan obat untuk tiap waktu pemberian (dosis

satu kali pemberian) untuk penggunaan selama 24 jam (sesuai dosis obat dan aturan pakai). Selain itu, juga terdapat lemari khusus untuk penyimpanan obat-obat dan perbekalan kesehatan lain yang bersifat life safing (obat-obat-obat-obatan

emergency) dengan sistem distribusi floor stock.

4.4.1.8. Pengendalian

Pengendalian merupakan kegiatan pengawasan perbekalan farmasi untuk mencegah terjadinya penumpukan barang atau barang berlebih, baik melalui metode VEN, ABC, atau kombinasi keduanya. Analisis pengendalian yang dilakukan di RSKD adalah analisis ABC. Analisis ABC dapat mengetahui jenis-jenis perbekalan farmasi yang dapat diidentifikasi berdasarkan nilai nominal dalam rupiah. Prinsip utama analisa ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalan farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaran atau rupiah terbanyak. Berikut adalah kategori-kategori perbekalan farmasi berdasarkan analisis ABC:

1. Perbekalan Farmasi kategori A menyerap anggaran sebesar 75-80% 2. Perbekalan Farmasi kategori B menyerap anggaran 10-20%

4.4.1.9. Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan pemusnahan terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, atau mutu tidak memenuhi standar. Proses penghapusan barang yaitu barang yang sudah kadaluarsa atau rusak diusulkan oleh bagian IFRS ke tim penghapusan untuk dimusnahkan. Tim pemusnahan barang mengajukan izin untuk pemusnahan barang kepada Kementerian Kesehatan. Apabila sudah disetujui, pihak Kementerian Kesehatan akan membuat berita acara bahwa barang boleh dimusnahkan, selanjutnya dilakukan pemusnahan yang disertai saksi dari pihak Kementerian Kesehatan dan pihak Rumah Sakit.

Penghapusan merupakan kegiatan atau usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan atau undang-undang yang berlaku. Kegiatan penghapusan di rumah sakit juga dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang sudah tidak digunakan lagi. Barang-barang yang dihapuskan adalah barang yang telah kadaluwarsa dan yang rusak. Barang-barang tersebut dikumpulkan oleh bagian farmasi untuk kemudian dilaporkan ke Panitia Penghapusan Barang. Panitia Penghapusan Barang di rumah sakit bertugas untuk melaporkan barang-barang yang akan dihapuskan ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Direktorat Lelang. Jika laporan penghapusan barang telah disetujui, maka dilakukan penghapusan.

4.4.2. Produksi

Produksi farmasi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, maupun mengemas kembali sediaan farmasi yang dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan pasien. Produksi tersebut meliputi produksi steril dan produksi nonsteril. Tujuan dilakukan produksi adalah: a. Menyediakan produk yang tidak terdapat di pasaran.

b. Memproduksi sediaan penunjang untuk menegakkan proses diagnosis.

c. Memproduksi sediaan farmasi dengan harga yang lebih terjangkau untuk pasien.

d. Mengerjakan produk yang dibutuhkan dengan segera dan memerlukan penanganan khusus seperti rekonstitusi obat kanker dan IV admixture.

45

Universitas Indonesia

4.4.2.1. Produksi Non-Steril

Produksi nonsteril dilakukan setiap hari, sesuai perencanaan yang telah dibuat atau dapat juga sesuai dengan permintaan dari bagian perbekalan farmasi. Pendistribusian produk non steril dilakukan oleh bagian koordinator perbekalan farmasi. Apabila stok barang di koordinator perbekalan farmasi sudah mencapai stok minimal, bagian koordinator perbekalan farmasi akan membuat permintaan ke bagian produksi. Produk nonsteril yang dihasilkan di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, meliputi Dharmeza powder, Dharmezin ointment, Dharwash

Mouthwash, saliva substitusi (air liur buatan), solutio poli etilen glikol (PEG)

elektrolit, boraks gliserin, larutan asam cuka, garam inggris, H2O2 3%, tetes telinga fenol 4% (karbo gliserin), larutan NaHCO3, obat batuk OBH, handrub, basis emulgid 5-FU krim 1%, dan indigo carmin.

4.4.2.2. Produksi Steril dan PIVAS (Pharmacy Intravenous Admixture Service) PIVAS (Pharmacy Intravenous Admixture Service) merupakan pelayanan Farmasi Rumah Sakit Kanker “Dharmais” yang bertujuan untuk :

1. Mendapatkan sediaan dengan sterilitas terjamin.

2. Mendapatkan sediaan dengan mutu terjamin (kompatibel dengan pelarut, obat lain, material kontainer, serta stabilitas terjamin).

3. Mengurangi medication error (kesalahan dalam pemberian obat).

4. Meningkatkan efisiensi dengan mengurangi terbuangnya kelebihan obat. 5. Penghematan waktu perawat.

6. Memberi perlindungan kepada petugas dan lingkungan, khusus untuk obat atau sediaan yang berbahaya (obat kanker).

Kegiatan produksi steril noninjeksi diantaranya pembuatan krim efudix yang mengandung 5-FU dan titriplex. Kegiatan PIVAS meliputi pencampuran obat injeksi nonkanker (IV admixture) dan pencampuran obat kanker (handling

cytotoxic). Obat injeksi kanker maupun obat injeksi non kanker (IV admixture)

harus terjamin sterilitas dan mutunya mulai dari produksi sampai diberikan kepada pasien. Oleh karena itu, peralatan yang terjamin mutu dan kualitasnya serta petugas yang terampil.

4.4.3. Pelayanan Farmasi Klinik

Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan farmasi klinik pada dasarnya mengatur dan memberikan informasi mengenai cara penggunaan perbekalan farmasi yang efektif, efisien, aman, dan bertanggung jawab untuk mencapai rasionalitas penggunaan obat dengan mengutamakan kepentingan pasien. Untuk melaksanakan kegiatan ini apoteker harus memiliki pengetahuan (knowledge), keahlian dan ketrampilan (skill), perilaku (attitude), serta kemampuan kerjasama dengan profesi terkait lainnya di rumah sakit.

Adapun tujuan dari kegiatan pelayanan farmasi klinik adalah : 1. Meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kefarmasian.

2. Meningkatkan kerjasama dengan dokter, perawat dan profesi kesehatan terkait lainnya.

3. Meningkatkan rasionalisasi penggunaan obat yaitu penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat dosis regimen dan waspada terhadap efek samping obat.

Kegiatan farmasi klinik yang diselenggarakan di Instalasi Farmasi RSKD, meliputi:

1. Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian resep dilakukan oleh apoteker terhadap resep yang ditulis oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Resep yang ada dikaji ke dalam formulir pengkajian resep. Data pasien yang dikumpulkan diantaranya nama pasien, umur, nomor MR, dan ruang perawatan. Sedangkan, pengkajian resep yang dilakukan dari segi administratif (nama dokter, tanggal, tanda tangan/paraf dokter, nama pasien, ruang, dan no. MR); farmasetik (bentuk sediaan dan aturan pemakaian); dan klinis (alergi, interaksi, dan dosis). Kegiatan pengkajian resep bertujuan agar tercapainya pengobatan yang rasional.

2. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi obat merupakan kegiatan penelusuran riwayat/sejarah pengobatan pasien oleh apoteker sebelum pasien masuk ke ruang perawatan maupun saat pasien berpindah kelas perawatan (seperti perpindahan dari ICU/HCU ke ruang rawat inap). Riwayat pengobatan baik obat resep dan obat non resep (produk

47

Universitas Indonesia

OTC, herbal, dll) maupun riwayat alergi pasien didokumentasikan ke dalam formulir rekonsialisi obat. Kegiatan rekonsiliasi obat bertujuan untuk menghindari terjadinya drug related problem (DRP) dan masalah terkait pengobatan lainnya (seperti, peresepan obat yang sama).

3. Pemantauan Pengobatan

Kegiatan ini dilakukan dengan memantau penggunaan obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien yang di rawat inap. Pemantauan penggunaan obat dengan harapan tercapainya rasionalisasi pengunaan obat oleh pasien. Profil penggunaan obat yang didapatkan pasien dan masalah yang berkaitan dengan penggunaaan obat didokumentasikan ke dalam formulir pemantauan obat. 4. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. MESO dilakukan jika ada pelaporan dari pasien, perawat ataupun dokter. Tujuan dilakukan monitoring efek samping obat adalah untuk mengetahui Efek Samping Obat (ESO) yang belum terdokumentasi dalam literatur, sebagai upaya melengkapi informasi ESO obat secara objektif dan mengetahui tindakan yang diperlukan untuk menangani kejadian ESO.

5. Ronde/visite

Ronde/Visite adalah suatu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara bersama oleh tim dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dilakukannya ronde/visite adalah untuk memantau kondisi pengobatan harian pasien secara seksama dan menyeluruh sehingga dapat tercapai pengobatan pasien yang rasional, menilai kemajuan pasien, dan meningkatkan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

6. PIO (Pelayanan Informasi Obat)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) ini dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lain, dan pasien di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Kegiatan PIO dapat dilakukan secara pasif maupun secara aktif. Informasi yang diberikan dapat bersifat segera (CITO) maupun ditunda. Tujuan

dilakukan PIO adalah untuk memberikan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dengan cepat dan akurat, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat terutama kebijakan bagi PFT, meningkatkan profesionalisme apoteker, dan menunjang terapi obat yang rasional.

7. Konseling

Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan cara penggunaan obat yang diresepkan kepada pasien. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai obat dan pengobatan kepada pasien serta memberikan motivasi kepada pasien. Informasi yang dapat diberikan dalam konseling meliputi: nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, interaksi yang mungkin terjadi, cara penyimpanan obat, serta hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengobatan pasien tersebut.

4.4.4. Pencatatan dan Pelaporan

Kegiatan ini merupakan dokumentasi dari setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh semua unit di Instalasi Farmasi Rumah Saki Kanker “Dharmais” yang meliputi:

1. Koordinator Bagian Perbekalan Farmasi a. Pencatatan barang masuk dan keluar b. Pencatatan kartu stok

c. Pencatatan barang expire date dan rusak d. Pencatatan pendistribusian barang farmasi e. Pencatatan perencanaan barang farmasi f. Pencatatan lain-lain yang dibutuhkan 2. Unit produksi

a. Pencatatan permintaan produksi, handling cytotoxic, IV-admixture b. Pencatatan identitas pasien, dokter dan asal permintaan

c. Pengisian form permintaan

49

Universitas Indonesia

3. Unit Pelayanan

a. Pencatatan permintaan obat/alkes dalam kardeks b. Dispensing dan delivery obat

c. Serah terima obat dengan perawat

d. Pencatatan obat yang tidak terlayani dan kasus lainnya 4. Administrasi dan pelaporan

a. Pencatatan surat masuk dan keluar

b. Pembuatan laporan sesuai kebutuhan dan lain-lain 5. Farmasi klinik

a. Pencatatan kegiatan konseling

b. Pencatatan kegiatan pelayanan informasi obat

c. Permintaan handling cytotoxic, IV-admixture, dan lain-lain

Pelaporan ini dilakukan secara rutin setiap bulan, enam bulan dan tahunan. Hasil laporan tersebut akan menunjukkan semua kegiatan yang telah dilakukan yang meliputi kegiatan rutin, perkembangan dan cakupan pelayanan. Hal ini diperlukan untuk mengevaluasi dan menilai pencapaian target kinerja Instalasi Farmasi RSKD, Kemudian dari kesimpulan ini dibuat rencana tidak lanjut danpenanganan masalah yang diperlukan.

BAB 5

INSTALASI PENUNJANG: INSTALASI STERILISASI SENTRAL DAN

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 54-65)