• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instalasi Kesehatan Lingkungan (IKL) dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Kerja (K3) Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 76-87)

LINGKUNGAN RUMAH SAKIT “DHARMAIS”

5.3. Instalasi Kesehatan Lingkungan (IKL) dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Kerja (K3) Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Instalasi Kesehatan Lingkungan (IKL) dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bertanggung jawab terhadap pengelolaan seluruh limbah rumah sakit., keamanan dan keselamatan baik untuk pasien maupun anggota rumah sakit lain seperti petugas kesehatan, karyawan, dan lain-lain. IKL bertugas mengelola limbah padat maupun cair yang berasal dari seluruh kegiatan yang dilakukan di rumah sakit.

5.3.1. Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat RSKD merupakan limbah rumah sakit yang berbentuk padat berasal dari seluruh kegiatan di rumah sakit. Pengelolaan limbah padat dilakukan setiap hari oleh petugas kebersihan dan dipisahkan berdasarkan limbah padat medis, non medis, dan domestik. Limbah padat dari setiap ruangan dikumpulkan dalam satu kantong plastik dengan warna yang sesuai dengan jenis limbahnya. 1. Limbah medis padat

a. Sumber

Sumber limbah padat medis RSKD berasal dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah

kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah kandungan logam berat tinggi.

b. Pewadahan

Limbah padat medis ditampung dalam wadah yang berbeda berdasarkan kategori limbah yang dihasilkan.Wadah yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan tertutup dengan dilapisi kantong plastik yang berbeda warna. Untuk kategori limbah infeksius patologi dan anatomi menggunakan kantong plastik berwarna kuning, limbah sitotoksis menggunakan kantong plastik kuning yang diberi label bertuliskan “limbah sitotoksis” dan logo, limbah kimia dan farmasi dengan kantong plastik warna kuning yang diberi label dan logo dan limbah radioaktif dengan kantong plastik warna merah, sedangkan untuk limbah benda tajam ditampung dalam satu wadah yang anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya dan dilapisi dengan kantong plastik berwarna kuning.

c. Pengangkutan

Pengangkutan limbah medis dilakukan sebanyak 2- 3 kali dalam sehari, yaitu pada siang, sore dan dini hari atau apabila telah mencapai 2/3 bagian telah terisi limbah. Alat angkut yang digunakan berupa troli tertutup, namun dalam proses pengangkutan masih ada petugas yang menggunakan troli terbuka dan limbah yang diangkut tidak dipisahkan serta tidak menggunakan jalur khusus.

d. Pengolahan

Tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan limbah medis padat, seluruh limbah medis padat yang dihasilkan akan dibakar dengan menggunakan insinerator (Lampiran 13). Insinerator tersebut terdiri dari 2 tungku (chamber) dengan kapasitas 800 kg. Pembakaran dilakukan selama 1 jam per 100 kg, untuk lebih efektif pembakaran dilakukan setiap 15 menit dengan berat limbah sebanyak 25 kg. Hal ini merupakan strategi yang dilakukan untuk mencapai hasil pembakaran yang optimal. Proses pembakaran dimulai dengan memasukkan limbah medis padat kedalam

63

Universitas Indonesia

chamber 1 dengan suhu 500 – 600oC, chamber ini digunakan untuk membakar fisik limbah. Selanjutnya hasil pembakaran berupa gas/ emisi buangan dari chamber 1 dibakar di chamber 2 dengan suhu 600 – 1000oC, hal tersebut menghasilkan emisi yang keluar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pembakaran dilakukan terus menerus selama jam kerja (per 8 jam kerja). Untuk limbah yang datang setelah jam kerja maka akan ditampung di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) untuk dibakar keesokan harinya. Limbah hasil pembakaran limbah di insinerator akan dipindahkan ke dalam TPS Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) setiap 7 hari sekali.

Abu insinerator hasil pembakaran akan dikirim ke PPLI apabila kapasitas limbah yang dihasilkan mencapai 2 ton. Setiap rumah sakit yang memiliki insinerator dan TPS harus memiliki surat izin dan memperpanjang surat izin setiap 3 tahun untuk TPS yang dikeluarkan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta dan setiap 5 tahun untuk insinerator yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Uji emisi insinerator dilkukan setiap 3 bulan oleh PT. Unilab Perdana atau Lab yang telah memiliki izin dari KLH. Untuk limbah radioaktif Rumah Sakit Kanker “Dharmais” menggunakan sistem re-export, limbah tersebut dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributor yakni BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional).

2. Limbah padat non medis a. Sumber

Limbah padat non medisyang dihasilkan oleh Rumah Sakit Kanker “Dharmais adalah limbah B3 non medis berupa baterai bekas, lampu bekas dan oli bekas.

b. Pewadahan

Wadah yang digunakan untuk penyimpanan sementara limbah B3 non medis berbeda berdasarkan jenis limbahnya. Limbah baterai bekas dan lampu ditampung dalam kontainer berupa drum berbahan dasar plastik dan dilengkapi dengan tutup sedangkan limbah oli bekas ditampung

dalam wadah berupa drum kaleng yang tertutup, wadah tersebut diberi label bertuliskan “Limbah B3”

c. Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan setiap hari dengan menggunakan troli tertutup apabila jumlah limbah yang dihasilkan tidak banyak maka petugas yang mengangkut limbah tersebut tidak menggunakan alat pengangkut khusus menuju TPS, khusus oli bekas diangkut ke TPS B3 non medis yang berada di ruang genset.

d. Pengolahan

Limbah B3 non medis berupa baterai bekas akan dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributor, sedangkan untuk lampu bekas dan oli bekas akan diangkut oleh PPLI atau perusahaan yang mempunyai izin. 3. Limbah Domestik

a. Sumber

Limbah domestik ialah limbah yang berasal dari kegiatan di dapur, perkantoran, taman dan halaman.

b. Pewadahan

Pewadahan untuk limbah domestik dikelompokkan menjadi dua yaitu wadah untuk sampah organik dan sampah anorganik. Pada kontainer yang digunakan diberikan label bertuliskan jenis sampah dan warna untuk kontainer sampah organik dan sampah anorganik juga dibedakan guna mempermudah dalam proses pemilahan serta kontainer dilapisi oleh kantong plastik berwarna hitam.

c. Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan setiap hari sebanyak 2-3 kali dalam sehari, atau apabila 2/3 bagian telah terisi limbah. Alat angkut yang digunakan berupa troli tertutup namun tidak terpisah.

d. Pengolahan

Seluruh limbah domestik (organik dan anorganik) Rumah Sakit Kanker “Dharmais” ditampung di TPS berupa bangunan tertutup dengan panjang 8 meter, lebar 2 meter dan tinggi 2 meter, yang dilengkapi saluran untuk cairan lindi, selanjutnya limbah domestik akan diangkut oleh Petugas

65

Universitas Indonesia

Dinas Kebersihan PEMDA DKI Jakarta setiap hari. Selain itu RSKD melakukan pemilahan terhadap sampah kardus, yang nantinya sampah kardus tersebut akan dijual ke pengepul. RSKD melakukan upaya minimalisasi limbah dengan cara 3R namun upaya tersebut tidak berjalan sejak tahun 2011 sebab keterbatasan SDM, sehingga saat ini upaya minimalisasi yang dilakukan ialah composting. Bahan baku composting adalah daun-daun kering yang ada di sekitar halaman RSKD. Upaya ini cukup efektif untuk meminimalisasi sampah dedaunan karena dapat mengurangi timbunan sampah dedaunan sebanyak 60 – 70 kg per hari. Kompos yang dihasilkan mencapai 420 kg per bulan, yang selanjutnya kompos tersebut akan digunakan kembali untuk pemeliharaan tanaman. Secara ringkas alur pengolahan limbah padat di RSKD dapat dilihat pada Gambar 6.2.

Gambar 5.2.. Alur Pengolahan Limbah Padat

5.3.2. Pengelolaan Limbah Cair

RSKD memiliki 2 buah unit IPAL yang masing-masing memiliki fungsi dan sistem berbeda.

1. Instalasi Pengolahan Air Limbah 1 (IPAL 1)

RSKD memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah sendiri yang telah ada sejak pertama dibangunnya rumah sakit ini. IPAL 1 memiliki fungsi untuk

mengolah air limbah yang bersumber dari semua kegiatan rumah sakit kecuali kegiatan yang bersumber dari pencucian laundri, instalasi gizi, kantin, gedung MK (asrama dan kantor IPS-RS) dan dari limbah pembersihan insinerator. Sistem pengolahan limbah cair STP (Sewage Treatment Plant) RSKD adalah Modifikasi

Extended Aeration dengan Contact Stabilization. Kapasitas yang dimiliki IPAL 1

sebesar 725 m3/hari. Aktual air limbah yang diolah adalah rata-rata 200-300 m3/hari.

RSKD memiliki 4 buah sewage (tempat penampungan sementara) yang akan disalurkan ke IPAL 1, yang mana salah satu sewage digunakan khusus untuk air limbah radioaktif yang berasal dari buangan urine dan feces pasien di RIRA (Ruang Isolasi Radioaktif). Sewage tersebut menggunakan sistem paruh waktu diharapkan dengan sistem ini dapat menghilangkan kandungan radioaktif yang ada pada limbah cair (Zero Radioactive). Selanjutnya air limbah dari sewage akan dialirkan menuju IPAL 1 menggunakan pompa. Berikut ialah proses pengolahan limbah cair di IPAL 1:

a. Grit Chamber

Air limbah yang berasal dari Sewage pertama kali akan masuk ke bak Grit

Chamber. Di bak ini terjadi proses penyaringan. Air limbah di grit chamber

akan disaring pertama kali di screen kasar. Sampah-sampah dengan berat jenis lebih besar dari air akan mengendap, contohnya pasir, batu, dan lain-lain. Sedangkan yang berat jenis lebih ringan dari air akan ditahan.disaring dengan bar screen yang ukurannya 3 – 4 cm, conohnya plastik, pembalut, handuk, dan lain-lain. Selanjutnya sampah yang masih terbawa dari screen kasar akan dicacah menggunakan communitor agar menjadi ukuran yang lebih kecil (hancur).

b. Aeration Tank (Bak Aerasi)

Air yang berasal dari grit chamber akan mengalir ke bak aerasi. Di bak aerasi ini disuplai oksigen dengan menggunakan mesin blower. Fungsi O2 yang dihasilkan adalah untuk metabolisme bakteri aerob. Bakteri tersebut digunakan untuk memecah polutan yang terkandung dalam air limbah tersebut, sehingga di bak ini terjadi penurunan kadar pencemaran oleh bakteri aerob dan di bak aerasi terjadi penurunan BOD, COD dan amoniak.

67

Universitas Indonesia

c. Sedimentation Tank (Bak Sedimentasi)

Air limbah dari aerasi akan mengalir ke bak sedimentasi. Di bak ini lumpur yang terkandung dalam air limbah akan diendapkan. Pada bak terjadi pembentukan flok yang kemudian akan disatukan oleh mesin scrapper. Flok-flok yang terbentuk akan diangkat secara manual. Lalu air limbah akan menuju distribution tank menggunakan air lift.

d. Distribution Tank (Bak Distribusi)

Pada bak distribusi, air limbah akan dipecah menjadi dua tempat yaitu air yang tidak mengandung lumpur akan mengalir ke bak penampungan akhir, sedangkan air yang masih mengandung lumpur akan mengalir ke bak stabilisasi.

e. Stabilitation Tank (Bak Stabilisasi)

Bak ini berfungsi sebagai tempat untuk pembibitan bakteri. Air limbah dari bak sedimentasi akan mengalir secara overflow ke aeration tank.

f. Sand Filter

Air limbah yang berasal dari bak penampungan akhir akan dipompa menuju

sand filter. Polutan yang terkandung dalam air limbah akan disaring

menggunakan pasir silika. g. Carbon Filter

Air yang sudah disaring dengan sand filter selanjutnya dialirkan ke carbon

filter. Di sini air juga akan disaring kembali, tujuan penyaringan ini adalah

untuk menghilangkan warna dan bau yang terkandung dalam air limbah tersebut, air limbah kemudian akan mengalir ke outlet.

Limbah cair yang telah diolah di IPAL 1 akan dibuang ke saluran kota melalui pipa outlet. Petugas IPAL 1 melakukan pencatatan debit dan swapantau setiap hari. Kegiatan swapantau berupa pengukuran suhu, pH, DO, dan TSS. Selain melakukan kegiatan swapantau RSKD juga melakukan uji kualitas limbah cair terolah (effluent) pada outlet IPAL 1 & 2. Pengujian dilakukan dengan cara mengirimkan sampel limbah cair ke PT. Unilab Perdana setiap 1 bulan sekali dan ke BPLHD setiap 3 bulan sekali, pada kegiatan tersebut diharapkan kualitas dan kuantitas air limbah yang diolah memenuhi persyaratan yang berlaku. Izin pembuangan limbah cair (IPLC) dikeluarkan oleh BPLHD. Perizinan tersebut

harus diperpanjang selama 5 tahun sekali, dan pada kurun waktu 5 tahun dari tahun 2010-2015 limbah cair maksimum yang diperbolehkan dibuang oleh IPAL 1 ke saluran kota ialah 407 m3/hari.

2. Instalasi Pengolahan Air Limbah 2 (IPAL 2)

Unit IPAL 2 didirikan pada tahun 2010 dengan kapasitas 100 m3/hari, dengan aktual limbah cair yang diolah setiap harinya sebesar 20-40 m3/ hari. Unit IPAL 2 digunakan untuk pengolahan limbah cair yang berasal dari kegiatan pencucian laundri, instalasi gizi, kantin, gedung MK (asrama dan kantor IPS-RS) dan dari limbah pembersihan insinerator. Sistem yang digunakan ialah aerob and

anaerob system. Air limbah yang akan diolah di IPAL 2 sebelumnya ditampung

terlebih dulu di sewage yang berjumlah 4 buah yakni sewage instalasi gizi, sewage laundry, sewage insenerator dan kantin, dan sewage gedung MK. Selanjutnya air limbah dari sewage akan dialirkan menuju IPAL 2 menggunakan pompa. Berikut ialah proses pengolahan limbah cair di IPAL 2:

a. Grease Trap

Air limbah yang bersumber dari instalasi gizi, insinerator dan kantin serta asrama yang berasal dari masing-masing sewage akan dialirkan menuju

grease trap yang berfungsi untuk menangkap minyak dan lemak yang

dihasilkan dari kegiatan instalasi gizi, insinerator dan kantin serta asrama. Air mengandung minyak dan dalam waktu beberapa hari di permukaan air akan membentuk grease/lemak yang kemudian ditahan di grease trap. Grease

Trap ini harus dikontrol setiap hari, jika ada penumpukan grease yang

berlebihan, maka grease harus diangkat dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.

b. Solid & Separation Chamber

Chamber ini menerima air limbah yang mengalir dari grease trap dan

berfungsi untuk menahan/menyaring partikel non organik (padat, seperti plastik, kain, dan lainnya) yang besar supaya tidak masuk ke dalam proses berikutnya. Hanya partikel kecil yang masuk ke chamber berikutnya untuk di

69

Universitas Indonesia

c. Flow Equalization

Pada tahap ini, limbah yang berasal dari solid and separation chamber akan dihomogenkan agar mempermudah dalam proses berikutnya.

d. Anaerobic Digestion

Air limbah yang ada pada equalization chamber akan mengalir ke anaerobic

chamber. Pada tahap ini dilengkapi Enpiro-Ball Bio-Media, tetapi tidak

dibutuhkan oksigen karena proses ini adalah anaerob. Pada tahap ini terjadi penurunan parameter-parameter pencemar air limbah yang dilakukan oleh bakteri anaerob.

e. Sump/Collecting Pit

Air yang sudah melalui anaerobic chamber akan mengalir menuju sump/collecting pit, dari unit ini air limbah akan di transfer dengan pipa

submersible menuju system aerobic.

f. Aerobic Equalization Chamber

Chamber ini menerima air limbah dari anaerobic chamber melalui Sump/Collecting Pit. Pada tahap ini di pasang fine bubble difusser dan

dioksidasi dengan air blower sehingga mikroorganisme aerobik akan hidup dan berkembang biak dengan sempurna. Selain itu unit ini berfungsi untuk menurunkan BOD, COD, SS dan menghilangkan bau. Chamber ini menerima pengembalian lumpur (return sludge) yang berasal dari sedimentasi dengan menggunakan air lift pump.

g. Clarifier (Sedimentation)

Chamber ini menerima aliran air limbah dari aerobic chamber yang berfungsi

untuk memisahkan air yang bersih dengan sludge/lumpur. Lumpur yang mengendap akan dikembalikan ke aerobic equalization chamber.

h. Aerobic Chamber with Biofilm

Chamber ini dilengkapi dengan plate settler berupa media honey comb. Mekanisme proses metabolisme di dalam system biofilm merupakan system biofilm yang terdiri dari media penyangga, lapisan biofilm yang melekat pada media honey comb. Pada tahap ini terjadi proses penurunan polutan dengan biofilm. Setelah ini proses ini air akan mengalir secara gravitasi ke unit

i. Electrocoagulation

Sama seperti pengolahan konvensional secara kimia dengan menggunakan koagulan dan flokulan, disini air limbah juga mengalami hal serupa. Namun proses ini menggunakan energi listrik. Pada tahap ini unsur-unsur polutan terutama seperti warna, kandungan organik maupun anorganik dipecahkan ikatannya dari air limbah dengan menggunakan energi listrik. Pada tahap ini terjadi pengikatan ion negatif oleh ion positif, ikatan tersebut akan membentuk polutan yang berat jenisnya lebih dari air, polutan tersebut akan mengendap dan endapan tersebut akan diangkat secara manual.

j. Sand filter

Sebelum menuju sand filter, air limbah akan mengalir ke bak penampungan, lalu dari bak penampungan air limbah akan dipompa menuju sand filter. Tujuan penyaringan pada unit sand filter adalah untuk menyaring polutan yang masih terdapat dalam air limbah dengan menggunakan pasir silika. k. Carbon filter

Tujuannya penyaringan pada unit carbon filter adalah untuk menghilangkan materi dari cairan terutama komponen yang berkontribusi atas adanya warna dan bau dalam air limbah. Banyak sekali absorben yang digunakan untuk aplikasi lapangan, namun karbon aktif merupakan bahan yang sering digunakan karena lebih ekonomis dan sifarnya non polar.

l. Ultra Violet (UV) Desinfection

Pada proses ini, air limbah dari carbon filter akan didesinfeksi menggunakan radiasi Ultra Violet (UV). Air yang akan di desinfeksi dialirkan diantara tabung sinar merkuri dan tabung reflektor yang dilapisi metal dengan waktu pemaparan beberapa detik, namun energi yang diperlukan cukup tinggi sekitar 10-20 watt/m3/jam.

m. Treated Water Tank

Chamber ini untuk menampung air yang sudah diproses dan siap untuk di

gunakan kembali atau dibuang ke saluran kota secara gravitasi.

IPAL 2 RSKD dirancang untuk dapat menghasilkan olahan air limbah yang dapat memenuhi persyaratan air bersih, sehingga diharapkan dapat digunakan kembali untuk kebutuhan rumah sakit, antara lain untuk menyiram

71

Universitas Indonesia

tanaman dan digunakan untuk sumber air dalam pencucian laundri dan lain-lain. Sama halnya dengan IPAL 1, Instalasi Kesehatan Lingkungan RSKD juga melakukan pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) IPAL 2 secara rutin setiap harinya untuk swapantau serta pengiriman sampel limbah cair ke ke PT. Unilab Perdana setiap 1 bulan sekali dan ke BPLHD setiap 3 bulan sekali untuk diperiksa kualitas dan kuantitas limbah cair yang dihasilkan dengan peraturan yang berlaku. Perizinan IPAL 2 dikeluarkan oleh BPLHD. Perizinan tersebut harus diperpanjang selama 5 tahun sekali, dan pada kurun waktu 5 tahun dari tahun 2011-2016 limbah cair maksimum yang diperbolehkan dibuang oleh IPAL 2 ke saluran kota ialah 36 m3/hari.

BAB 6 PEMBAHASAN

RSKD memiliki beberapa instalasi sebagai penunjang pelayanan kesehatan. Salah satu instalasi tersebut adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). IFRS bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh kegiatan kefarmasian. IFRS menjalankan fungsi kefarmasian yang mencakup tiga aspek utama, yaitu aspek manajemen, produksi, dan farmasi klinik. Pelayanan IFRS RSKD berdasarkan sistem pelayanan farmasi satu pintu (one bin system) yang berarti satu kebijakan, satu SOP, satu pengawasan operasional, dan satu sistem informasi.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 76-87)