• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Farmasi

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 87-158)

LINGKUNGAN RUMAH SAKIT “DHARMAIS”

6.1. Manajemen Farmasi

6.1.1. Pemilihan

Tujuan pemilihan perbekalan farmasi di RSKD yaitu untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar diperlukan sesuai jumlah pasien atau jumlah kunjungan dan memenuhi kriteria efektif, aman, bermutu, dan terjangkau. Pemilihan perbekalan farmasi yang akan masuk ke dalam formularium RSKD menggunakan sistem 1:2:1. Pada sistem tersebut, berlaku ketentuan yaitu untuk setiap zat aktif terdiri atas 1 produk paten (original), 2 produk me too, dan 1 nama generik. Pemilihan obat dan alat-alat kesehatan di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Obat-obat baru yang akan masuk ke dalam formularium harus melalui tahapan seleksi oleh PFT. Tahapan pengajuan obat yang akan masuk ke dalam formularium yaitu :

1. User (dokter) melakukan permintaan obat baru yang ditawarkan distributor pabrik farmasi dengan cara mengisi Formulir Permintaan Obat Baru di Luar Standar Rumah Sakit Kanker “Dharmais” yang harus ditandatangani oleh tiga dokter spesialis (Lampiran 14).

2. Pengisian formulir tersebut dilengkapi dengan informasi produk yang terdiri dari nama obat, bentuk sediaan dan kekuatan, indikasi, efek samping utama obat baru yang pernah dilaporkan, literatur yang menjadi referensi, dan harga per unit.

73

Universitas Indonesia

3. PFT melakukan pengecekan kelengkapan formulir dan menganalisis kebutuhan obat tersebut dan membandingkan dengan formularium yang sudah ada.

4. Pihak distributor yang menawarkan obat baru melakukan presentasi mengenai produk baru tersebut didepan PFT dan dokter pengguna (user), kemudian PFT menganalisa kembali informasi yang didapat dari presentasi distributor.

5. Jika obat tersebut disetujui maka formulir permintaan obat baru ditandatangani oleh ketua PFT dan kepala IFRS kemudian dilakukan negosiasi harga antara distributor dengan IFRS dan Instalasi Layanan Pengadaan (ILP).

6. Apabila kesepakatan harga telah tercapai maka dilakukan penandatanganan Ikatan Kerja Sama (IKS). Status obat tersebut berupa obat konsinyasi secara sistem.

7. PFT melihat pola pemakaian obat tersebut selama tiga bulan pertama. Dari data yang ada, dilakukan pengkategorian obat menurut pemakaiannya: fast

moving, slow moving,atau middle moving.

8. Obat yang dimasukkan kedalam suplemen formularium yang digunakan di RSKD adalah kategori fast moving dan hasil pertimbangan terhadap segala aspek obat menunjukkan bahwa obat tersebut layak dimasukkan ke dalam formularium. Obat tersebut akan dimasukkan ke dalam formularium pada periode berikutnya. Namun, jika kategori obat tersebut berupa middle atau

slow moving maka dilakukan pengamatan selama tiga bulan kedua. Masuk

atau tidaknya obat tersebut ke dalam formularium berdasarkan beberapa persyaratan yang sudah ditetapkan oleh PFT.

9. Setelah obat baru masuk ke dalam formularium, PFT mengevaluasi frekuensi pemakaian obat baru tersebut secara berkala.

Prosedur penambahan dan pengurangan daftar obat dalam formularium: 1. Melakukan evaluasi terhadap obat yang sudah masuk formularium setiap tiga

bulan sekali terkait dengan efektifitas dan frekuensi penggunaannya di RSKD 2. Obat yang jarang digunakan (slow moving) setelah waktu tiga bulan akan

diingatkan kepada principal terkait atau dokter yang meminta obat tersebut. Apabila pada 3 bulan berikutnya tetap tidak atau kurang jalan, maka obat

tersebut dikeluarkan dari buku formularium dan posisinya digantikan oleh obat

me too berikutnya atau lainnya.

3. Bila pada hasil evaluasi dalam 3 bulan pertama, ternyata ada obat-obat yang tidak jalan atau tidak digunakan, maka obat tersebut langsung dikeluarkan dari buku formularium dan kesempatan diberikan kepada obat me too berikutnya untuk menggantikan posisi obat yang dikeluarkan tersebut.

4. Untuk obat yang bersifat life saving dan dibutuhkan namun tidak terdapat dalam formularium, maka harus mendapat persetujuan dari ketua komite medik atau direktur medik dan keperawatan.

Formularium di RSKD selalu dievaluasi dan diperbaharui setiap enam bulan sekali. Dalam melakukan evaluasi formularium, dilihat persentase penggunaan obat oleh dokter yang berasal dari formularium. Semakin besar persentase keterpakaian obat oleh dokter yang ada di dalam formularium menunjukan semakin tinggi tingkat kepatuhan dokter dalam meresepkan obat-obatan yang termasuk ke dalam formularium tersebut.

6.1.2. Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan menyusun daftar kebutuhan perbekalan farmasi yang disesuaikan dengan anggaran dengan tujuan mencegah terjadinya kekurangan (underestimate) atau kelebihan (overestimate) perbekalan farmasi. Perencanaan perbekalan farmasi di RSKD mengacu pada Formularium 1:2:1,

e-katalog, DPHO, dan Formularium Nasional. Perencanaan di Instalasi Farmasi

RSKD menggunakan metode konsumsi yang dimodifikasi dengan data kecenderungan pemakaian tiga bulan sebelumnya. Instalasi Farmasi Rumah Sakit melakukan perencanaan untuk periode satu tahun.

Perencanaan perbekalan farmasi di RSKD sudah dilakukan melalui sistem komputerisasi yaitu dengan proses Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang dilihat pada jumlah stok maksimal dan minimal. Dasar penetapan stok minimal dan maksimal diperoleh dengan mempertimbangkan analisis penjualan selama tiga bulan (pola konsumsi), kemudian di lihat rata-rata per bulannya, trend pemakaian, lead time, dan stok pengaman.

Perencanaan dilakukan oleh bagian kepala unit perbekalan farmasi. Apabila telah mencapai stok minimum, maka secara otomatis akan keluar

75

Universitas Indonesia

Material Request (MR) yang ada di SIRS dan menunjukkan perbekalan farmasi

yang harus segera dipesan (Lampiran 15). MR berisi nama obat/alkes, distributor, harga, diskon, dan jumlah yang akan dipesan. MR diverifikasi dengan mempertimbangkan kecenderungan pemakaian, kelangkaan barang farmasi, slow

moving, dan middle stock. Selanjutnya, koordinator bagian perbekalan farmasi

membuat print out MR tersebut yang diverifikasi terlebih dahulu oleh Kepala IFRS, lalu akan dibawa ke bagian Instalasi Layanan Pengadaan (ILP). Data digital MR terhubung langsung dengan ILP dan juga dalam bentuk tercetak diserahkan kepada ILP untuk memastikan MR sesuai. Perencenaan ini biasanya dilakukan sebanyak satu bulan sekali.

Keuntungan dari penggunaan SIRS pada proses perencanaan obat adalah saat stok obat di komputer telah menyentuh batas stok minimal, obat tersebut akan langsung tertera dalam MR untuk kemudian ditindaklanjuti oleh ILP, sehingga akan menyederhanakan serta mempercepat proses perencanaan dan permintaan ke ILP. Kekurangan dari sistem ini yaitu jika terjadi kesalahan sistem atau instalasi listrik padam maka akan terjadi hambatan dalam prosesnya.

6.1.3. Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi di RSKD dilakukan oleh Instalasi Layanan Pengadaan (ILP). Pengadaan dilakukan dengan dua metode, yaitu penunjukkan langsung dan lelang harga. Lelang harga dilakukan untuk pengadaan obat generik, obat me-too dan alat kesehatan, sedangkan penunjukkan langsung dilakukan untuk pengadaan obat narkotika dan psikotropika, serta untuk obat original. Proses lelang dilakukan terhadap penawaran harga oleh distributor dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Tugas ILP terkait dengan pelelangan dan pengadaan barang yaitu membuat dokumen pengadaan, membuat jadwal lelang, melaksanakan lelang, menginformasikan hasil lelang, dan melakukan input data ke koordinator bagian perbekalan farmasi farmasi.

Prinsip lelang di RSKD adalah lelang harga yang mana harga tersebut merupakan harga yang terikat selama satu tahun. Metode lelang di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” adalah pelelangan pasca kualifikasi yaitu untuk semua rekanan yang terdaftar dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh ILP

dalam dokumen pengadaan. Proses lelang diikuti oleh Farmasi, ILP, dan pejabat komitmen lelang.

Proses lelang meliputi pengumuman lelang terbuka, pendaftaran peserta lelang, pengajuan dokumen, pembukaan dokumen, evaluasi dokumen, penetapan pemenang, pengumuman pemenang dan masa sanggah. Setelah melewati masa sanggah, pemenang yang telah ditetapkan menandatangani Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan ILP RSKD.

Alur pengadaan barang dimulai dari koordinator bagian perbekalan farmasi mengeluarkan MR, kemudian MR tersebut dikirim ke ILP. ILP membuat Surat Pesanan Barang (Lampiran 16) atau Purchasing Order (PO) sesuai dengan MR, lalu melakukan pemesanan barang ke distributor melalui fax atau telepon. PO hanya berlaku lima hari hingga barang datang, apabila barang tidak dalam kurun waktu 5 hari harus membuat PO baru. Untuk pemesanan narkotika dan psikotropika, terdapat blanko surat pemesanan khusus MR yang digunakan terpisah dengan jenis obat lain. Dalam pemesanannya, selain menggunakan MR, disertakan juga lampiran form Surat Pesanan (SP) khusus. SP narkotika (Lampiran 17) ada 4 lembar (putih, merah, hijau, kuning) dan SP psikotropika (Lampiran 18) ada 3 lembar (putih, kuning, merah) yang ditandatangani oleh kepala instalasi.

Surat Pesanan Barang (SPB) dibuat dua rangkap oleh ILP, lembar pertama untuk distributor dan lembar kedua untuk arsip Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. SPB diserahkan ke perusahaan farmasi sebagai bukti pemesanan barang. Untuk pemesanan narkotik dan psikotropik, MR yang digunakan terpisah dengan jenis obat lain. Dalam pemesanannya, selain menggunakan MR, disertakan juga lampiran form surat pesanan (SP) khusus. SP narkotik yang terdiri dari 4 lembar (putih, merah, hijau, kuning) dan SP psikotropikter diri dari 3 lembar (putih, kuning, merah) yang ditandatangani oleh kepala instalasi.

6.1.4. Penerimaan

Barang yang dikirim oleh distributor ke Instalasi Farmasi diterima oleh Unit Penerimaan Barang (UPB) disertai empat faktur. Dua faktur untuk distributor dan 2 faktur untuk UPB. UPB memeriksa jenis barang yang datang dan jumlahnya serta daftar barang yang ada dalam faktur. Selanjutnya, dicocokkan dengan daftar barang yang ada dalam MR apakah telah sesuai pesanan atau tidak. Selain

77

Universitas Indonesia

memeriksa jenis barang dan jumlahnya, UPB juga melakukan pemeriksaan terhadap kualitas fisik barang, tanggal kadaluwarsa, dan kondisi penyimpanan pada saat pengiriman.

Apabila telah sesuai, UPB membuat surat Delivery Order (DO) sebanyak dua lembar, satu lembar untuk UPB dan satu lembar untuk koordinator bagian perbekalan farmasi. Setelah itu pihak koordinator bagian perbekalan farmasi datang ke UPB untuk mengambil barang. Sebelum mengambil barang, pihak koordinator bagian perbekalan farmasi melakukan pemeriksaan ulang terhadap kelengkapan barang yang disesuiakan dengan faktur. Saat barang diambil oleh koordinator bagian perbekalan farmasi, UPB membuat berita acara penyerahan (BAP) barang dari UPB ke pihak koordinator bagian perbekalan farmasi. BAP (Lampiran 19) ditandatangani oleh dua orang dari pihak UPB dan satu orang dari pihak koordinator bagian perbekalan farmasi. BAP tersebut kemudian diserahkan ke distributor untuk penagihan ke bagian keuangan.

6.1.5. Penyimpanan

Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi di koordinator bagian perbekalan farmasi adalah memelihara mutu barang dan menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan dalam pencarian, memudahkan pengawasan persediaan (stok), kerusakan dan kadaluarsa, serta menjamin pelayanan yang tepat dan cepat. Penyimpanan perbekalan farmasi yang dilakukan di ruang penyimpanan/gudang (bagian koordinator bagian perbekalan farmasi) IFRS menggunakan sistem kombinasi, yaitu FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). FIFO merupakan sistem penyimpanan barang yang pertama kali masuk akan menjadi yang pertama kali dikeluarkan pada saat ada permintaan. Sedangkan, FEFO (First Expired First Out) merupakan sistem penyimpanan barang yang masa kadaluarsanya terdekat akan pertama kali dikeluarkan pada saat ada permintaan. Penyimpanan perbekalan farmasi oleh bagian bagian perbekalan farmasi farmasi di RSKD terbagi menjadi:

1. Gudang obat reguler 2. Gudang obat generik

3. Gudang obat kanker, narkotika dan psikotropika

5. Gudang obat Infus

6. Gudang Cairan dan B3 (Bahan Beracun Berbahaya).

Ruang penyimpanan dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan kelembapan udara. Hal ini berguna untuk pengawasan dan penjaminan kondisi penyimpanan barang. Petugas Koordinator Bagian perbekalan farmasi mengontrol dan mencatat suhu dan kelembapan ruangan dua kali sehari pada pagi dan sore (Lampiran 20).

Pengecekan kesesuaian jumlah fisik barang dengan kartu stok obat (Lampiran 21) dan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dilakukan hanya untuk obat-obatan narkotika dan psikotoprika. Sedangkan, untuk obat-obatan lainnya pengecekan hanya dilakukan berdasarkan SIRS dengan jumlah fisik obat di ruang penyimpanan. Pengecekan kesesuaian jumlah fisik barang secara rutin dilakukan, karena apabila terjadinya ketidaksesuaian antara jumlah fisik barang dengan kartu stok obat atau SIRS dapat berakibat pada terhambatnya proses pendistribusian barang.

Penyimpanan gudang perbekalan farmasi di RSKD dikelompokkan berdasarkan kelompoknya, misalnya kelompok penyimpanan obat, alat kesehatan, bahan baku, dan cairan infus. Penyimpanan juga dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu sediaan parenteral, padat, setengah padat, dan cair, disimpan secara terpisah. Setiap kelompok dan bentuk sediaan disusun secara alfabetis dan suhu stabilitas penyimpanannya, yaitu suhu kamar 25oC atau dalam lemari pendingin 2-8oC. Obat-obat narkotika dan psikotropika, disimpan dalam lemari khusus sesuai dengan ketentuan pengelolaan yang ditetapkan. Sedangkan, bahan beracun berbahaya dan mudah terbakar disimpan terpisah dari obat dan alat kesehetan lainnya.

6.1.6 Pendistribusian

Pendistribusian perbekalan farmasi dari IFRS dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pendistribusian perbekalan farmasi individu (termasuk satelit farmasi rawat inap, satelit farmasi rawat jalan, satelit farmasi obat tradisional), perbekalan farmasi dasar, dan paket tindakan.

79

Universitas Indonesia

SAFARI merupakan bagian dari Instalasi Farmasi yang melaksanakan kegiatan pelayanan farmasi berupa pelayanan resep dari ruang rawat inap, RIIM, HCU, dan pasien rawat jalan khusus peserta JKN. Berdasarkan status pasien, SAFARI melayani 4 jenis pasien yaitu pasien tunai/reguler/deposit, pasien Jaminan Perusahaan asuransi, pasien JKN tipe PBI dan pasien JKN non-PBI. Alur pelayanan resep secara umum di SAFARI yaitu resep dari dokter dibawa ke SAFARI untuk di-billing (diberi harga) dan dicetak etiket (Lampiran 22), selanjutnya obat disiapkan oleh petugas SAFARI termasuk dilakukan peracikan obat. Kemudian dilakukan pengemasan untuk obat yang telah disiapkan atau diracik. Setelah, dilakukan pengemasan, dilakukan penyerahan obat dengan memeriksa 7B (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian, benar informasi, dan benar pendokumentasian).

Gambar 6.1. Alur Pelayanan Resep Pasien Rawat Inap Tunai

Pada pelaksanaan pelayanan mulai dari obat dihargai, diracik, dikemas, dan diserahkan, dilakukan oleh petugas yang berbeda dan setiap petugas harus memberi paraf pada kolom HRKP (hargai, racik, kemas, penyerahan) dan 7B sesuai dengan tugasnya. Pelaksanaan HRKP di SAFARI sudah berjalan, namun pelaksanaannya belum optimal karena petugas yang melaksanakan pada umumnya

Resep dari Depo Farmasi UDD

Petugas SAFARI menerima kelengkapan resep

R/ di-billing dan dicek kembali kelengkapan R/ sesuai dengan status pasien dan petugas paraf pada kolom HRKP

Menyiapkan obat sesuai R/ dengan prinsip 7B (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian, benar informasi,

dan benar pendokumentasian). Depo Farmasi UDD

tidak mengisi kolom HRKP dan 7B yang ada pada resep. Pengisian kolom HRKP bertujuan untuk memastikan bahwa obat yang akan diserahkan sudah benar dan menghindari medication erorr pada tahap penyiapan obat. Selanjutnya, dalam pendistribusian obat ke ruangan untuk pasien rawat inap, obat diantarkan ke ruang perawatan oleh petugas farmasi.

Untuk pasien rawat inap tunai dan jaminan perusahaan, resep diberikan langung oleh petugas UDD (Unit Dose Dispensing) ke SAFARI. Sedangkan untuk pasien rawat inap JKN, resep diserahkan oleh petugas UDD ke keluarga pasien untuk diantarkan sendiri ke SAFARI dan diverifikasi. Selanjutnya akan dilakukan pelayanan resep sesuai alur pelayanan resep secara umum di SAFARI, kemudian obat diantarkan ke petugas UDD ruangan oleh petugas SAFARI.

Gambar 6.2. Alur Pelayanan Resep Pasien JKN

Permintaan barang dari SAFARI ke Bagian Perbekalan Farmasi dilakukan dengan mengisi langsung permintaan barang melalui Sistem Informasi Rumah Sakit yang dilakukan oleh petugas SAFARI. Selanjutnya, petugas bagian perbekalan farmasi mencetak dalam bentuk bon mutasi barang. Lembar mutasi barang dapat dilihat pada Lampiran 23.

Resep dari Depo Farmasi UDD

Pasien

R/ di-billing oleh petugas SAFARI Diverifikasi petugas jaminan

Pasien diberi SKP (Surat Keabsahan Jaminan)

81

Universitas Indonesia

b. Satelit Farmasi Rawat Jalan (SAFARJAN)

SAFARJAN merupakan bagian dari instalasi farmasi yang melaksanakan pelayanan farmasi berupa pelayanan resep obat untuk pasien rawat jalan. Adapun pasien yang dilayani di SAFARJAN adalah pasien tunai/reguler, pasien HIV, dan pasien jaminan perusahaan, dan pasien di luar RSKD.

Gambar 6.3. Alur Pelayanan Resep SAFARJAN

Alur pelayanan resep untuk pasien tunai/reguler yaitu resep dari dokter dibawa oleh pasien ke SAFARJAN untuk di-billing, setelah di-billing obat disiapkan oleh bagian SAFARJAN termasuk dilakukan peracikan obat. Kemudian dilakukan pengemasan untuk obat yang telah disiapkan atau diracik. Setelah dilakukan pengemasan, dilakukan penyerahan obat dengan memeriksa 7B (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian, benar informasi, dan benar pendokumentasian). Pada pelaksanaan pelayanan mulai dari obat dihargai, diracik, dikemas, dan diserahkan, dilakukan oleh petugas yang

Resep dari dokter dibawa oleh pasien

Petugas SAFARJAN menerima kelengkapan resep

R/ di-billing

Pasien membayar di kasir (untuk pasien tunai/reguler)

Pasien menyerahkan bukti pembayaran Menyiapkan obat sesuai R/ dengan prinsip 7 benar (benar obat, benar pasien, benar waktu,

bedar dosis dan benar cara pemberian

Obat diserahkan ke pasien dengen disertai pemberian informasi obat

berbeda dan setiap petugas harus memberi paraf pada kolom HRKP (hargai, racik, kemas, penyerahan) dan 7B sesuai dengan tugasnya (Lampiran 24).

Pengisian HRKP dan 7B ini bertujuan untuk memastikan bahwa obat yang akan diserahkan sudah benar. Di SAFARJAN, pelaksanaan HRKP sudah berjalan, namun pelaksanaannya belum optimal karena petugas yang melaksanakan pada umumnya tidak selalu mengisi kolom HRKP dan 7B yang ada pada resep, sehingga kemungkinan terjadinya medication erorr masih dapat terjadi. Kemudian obat diserahkan langsung ke pasien oleh petugas disertai dengan pemberian informasi mengenai obat (PIO) yang diserahkan

Alur pelayanan resep jaminan perusahaan yaitu resep dari dokter dibawa oleh pasien ke SAFARJAN untuk di-billing, kemudian resep tersebut dibawa ke bagian jaminan perusahaan untuk mengetahui apakah biaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan atau tidak. Setelah disetujui, resep kemudian dibawa kembali ke SAFARJAN, kemudian di SAFARJAN obat disiapkan dan langsung diberikan kepada pasien oleh petugas. Adapun untuk pasien HIV, obat-obatan untuk pasien HIV diberikan secara gratis karena merupakan program pemerintah, namun untuk suplemen makanan atau vitamin biayanya dibebankan ke pasien. c. Satelit Farmasi Obat Tradisional

Satelit Obat Tradisional melayani resep pasien rawat inap dan rawat jalan RSKD, selain itu dapat melayani resep dari luar rumah sakit. Selain melayani resep dari dokter, pembelian obat tradisional tanpa resep juga dapat dilayani dengan disertai konseling dan pemberian informasi obat tradisional oleh apoteker. Alur pelayanan farmasi yang ada di Satelit Obat Tradisional terdiri dari dua pelayanan yaitu pelayanan dengan resep dan pelayanan tanpa resep, untuk pelayanan dengan resep alur pelayanannya yaitu resep dari dokter diterima oleh petugas farmasi dan dilakukan pengecekkan kelengkapannya, selanjutnya resep hargai dan pasien melakukan pembayaran secara tunai di kasir, kemudian pasien menyerahkan bukti pembayaran dan petugas farmasi menyerahkan obat tradisional tersebut disertai dengan informasi yang jelas. Untuk alur pelayanan obat tradisional pasien tanpa resep dokter, petugas farmasi melakukan swamedikasi terhadap keluhan yang disampaikan oleh pasien, diawali dengan menggali informasi dari keluhan pasien tersebut dan memilihkan obat yang tepat,

83

Universitas Indonesia

selanjutnya obat tersebut hargai dan pasien membayar secara tunai di kasir, obat tradisional diserahkan oleh petugas farmasi disertai dengan informasi obat yang jelas serta cara penggunaan obat yang benar dan rasional. Alur pelayanan resep Satelit Obat Tradisional dapat dilihat pada Gambar 6.4.

Gambar 6.4. Alur Pelayanan Resep Satelit Obat Tradisional

d. Perbekalan Farmasi Dasar

Perbekalan farmasi dasar merupakan perbekalan farmasi yang sering digunakan untuk kebutuhan bersama di tiap-tiap ruangan dan permintaanya dilakukan satu kali dalam seminggu. Setiap ruangan menuliskan permintaan barang yang diminta pada form Bon Permintaan Barang (Lampiran 25) yang diserahkan kepada bagian koordinator logistik farmasi. Kemudian dari bagian koordinator logistik farmasi akan mendistribusikan permintaan barang yang diminta. Pendistribusian dilakukan ke rawat inap, rawat jalan, dan ruangan lain yang juga menggunakan barang-barang farmasi dasar (Instalasi Rehabilitasi Pasien tanpa resep dokter Resep dari dokter dibawa oleh pasien

Obat diserahkan ke pasien dengen disertai pemberian informasi obat

Petugas farmasi melakukan swamedikasi (mendengarkan keluhan pasien dan memilihkan obat

yang tepat untuk pasien) Petugas farmasi mengecek

kelengkapan resep

R/ di-billing

Pasien membayar di kasir

Medik, IGD, poli rawat jalan, ICU, dll). Contoh perbekalan farmasi dasar yaitu: alkohol 70%, alcohol swab, kassa, masker, sarung tangan, micropore tape dll. e. Paket Tindakan

Paket tindakan didistribusikan ke Instalasi Bedah Sentral dan prosedur diagnostik. Paket tindakan disiapkan oleh petugas depo sesuai dengan permintaan tindakan yang akan dilakukan. Alur persiapannya yaitu satu hari sebelum tindakan, perawat meminta perbekalan farmasi perpaket ke depo farmasi, kemudian petugas di depo farmasi menyiapkan paket tindakan. Perawat mengambil paket tindakan yang sudah disediakan oleh depo farmasi yang kemudian digunakan untuk tindakan diagnostik. Perbekalan farmasi yang terpakai di-billing dan barang yang tidak digunakan dikembalikan lagi ke petugas depo prosedur atau bedah sentral.

6.1.7 Pelayanan Obat Pasien Rawat Inap

Pelayanan obat pasien rawat inap dilakukan di depo farmasi yang berada di tiap ruangan rawat inap di RSKD, yaitu di kelas VIP/VVIP, kelas I, kelas II, kelas III, ruang anak, dan ruang teratai (JKN). Tujuan dari depo farmasi di setiap ruangan adalah untuk memberikan kemudahan pemberian obat pada pasien sehingga memudahkan pasien dalam menjalani terapi. Tugas asisten apoteker di depo farmasi rawat inap RSKD:

a. Menyiapkan obat-obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien

b. Menyiapkan obat oral, obat injeksi, dan alat kesehatan sebagai persediaan untuk masing-masing pasien dan dicatat di kardeks (kartu indeks).

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 87-158)