• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTANSI PENGHIMPUN DANA SYARIAH KETENTUAN SYARIAH

Dalam dokumen Akuntansi Syariah Di Indonesia (Halaman 125-128)

Penghimpun dana masyarakat di perbankan syariah menggunakan instrumen yang sama dengan penghimpun dana pada perbankan konvensional, yaitu instrumen giro, tabungan, dan deposito. Ketiga jenis instrumen ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK) kendati menggunakan instrumen yang sama, mekanisme kerja masing-masing instrumen penghimpunan bank konvensional. Perbedaan mendasar mekanisme kerja instrumen penghimpunan dana syariah terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunakan oleh bank konvensional dalam mem berikan keuntungan kepada nasabah.

TABUNGAN

Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah

Beberapa transaksi terkait tabungan mudharabah dapat mengakibatkan bertambah nya saldo tabungan mudharabah. Transaksi tersebut antara lain adalah setoran tunai nasabah, transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah, transfer dari bank lain ke rekening nasabah, dan penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening nasabah.

Contoh :

02 Sept 20XA Bank Syariah Saniah (BSS) cabang Medan menerima setoran tunai pem bukaan tabungan Mudharabah atas nama Fathir sebesar Rp. 4.500.000. 08 Sept 20XA Fathir menerima transfer dari nasabah BSS cabang Padang sebesar Rp.

1.000.000.

17 Sept 20XA Fathir menerima kiriman dari nasabah Bank Syariah Nadia (BSN) sebesar Rp. 2.000.000.

31 Sept 20XA Fathir menerima bagi hasil tabungan mudharabah dari BSS sebesar Rp. 40.000.

Jurnal untuk kasus tersebut adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

02/09/XA Db Kas 4.500.000

Kr Tab. Mudharabah-Fathir 4.500.000

08/09/XA Db RAK cabang Padang 1.000.000

Kr Tab. Mudharabah-Fathir 1.000.000

Kr Tab. Mudharabah-Fathir 2.000.000 31/09/XA Db Hak pihak ketiga atas bagi hasil 40.000

Kr Tab. Mudharabah-Fathir 40.000

Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah

Beberapa transaksi yang dapat mengakibatkan berkurangnya saldo tabungan mudharabah adalah penarikan tunai oleh nasabah, transfer ke rekening lain pada bank yang sama, transfer kepada nasabah bank lain, serta penarikan biaya administrasi tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank.

Akuntansi Tabungan Wadiah

Perbedaan akuntansi tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah adalah dalam hal insentif yang diterima oleh nasabah. Insentif yang diberikan kepada nasabah tabungan mudharabah disebut dengan hak pihak ketiga atas bagi hasil yang dihitung dalam persentase tertentu yang harus dibayar oleh bank secara periodik sesuai dengan tingkat keuntungan bank syariah.

Contoh :

Pada tanggal 5 Maret 20XA, Nadia nasabah tabungan wadiah Bank Syariah Sania (BSS), menerima bonus wadiah sebesar Rp 30.000. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

05/03/XA Db Beban bonus tabungan wadiah 30.000

Kr Tab. Wadiah - Nadia 30.000

GIRO

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan meng gunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Dalam perbankan syariah, mekanisme giro yang dibenarkan ada dua jenis, yaitu wadiah dan mudharabah. Dengan demikian, dikenal istilah giro wadiah dan giro mudharabah. Dalam praktik perbankan, skema yang umum diguna kan adalah giro wadiah.

Giro Wadiah

Giro wadiah adalah giro yang harus mengikuti fatwa DSN tentang wadiah. Akad wadiah adalah akad penitipan dana dengan ketentuan penitip dana mengizinkan kepada bank untuk memanfaatkan dana yang dititipkan tersebut dan bank wajib mengembalikan apabila sewaktu-waktu penitip mengambil dana tersebut. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai penitip dana (mudi’) dan bank bertindak sebagai penerima dana titipan (muda’). Bank berkewajiban menjaga dana titipan dan bertanggung jawab atas pengembaliannya bila sewaktu-waktu ditarik oleh nasabah pemilik dana titipan.

1. Transaksi Penambahan Rekening Giro Wadiah

Rekening giro wadiah dapat bertambah melalui transaksi penyetoran tunai, transfer dari tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang sama, penerimaan cek dari nasabah bank lain yang diuangkan oleh nasabah suatu bank dan penerimaan bonus giro wadiah dari bank syariah.

Contoh :

01 Mar 20XA Bank Syariah Ilma (BSI) cabang Aceh menerima setoran tunai pembukaan giro wadiah atas nama Rafa sebesar Rp. 45.000.000.

05 Mar 20XA Rafa menerima transfer dari BSI cabang Aceh sebesar Rp. 4.000.000. 10 Mar 20XA Rafa menerima bilyet giro dari nasabah Bank Syariah Alya (BSA) yang pernah

membeli sesuatu dari Rafa seharga Rp. 25.000.000. bilyet giro tersebut di cairkan oleh Rafa ke BSA untuk dimasukkan ke rekening giro wadiah Rafa di BSI.

31 Mar 20XA Rafa menerima bonus giro wadiah dari BSI sebesar Rp. 70.000. Jurnal untuk transaksi diatas adalah:

Tanggal Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)

01/03/XA Db Kas 45.000.000

Kr Gio wadiah-Rafa 45.000.000

05/03/XA Db RAK cabang Aceh 4.000.000

Kr Giro wadiah-Rafa 4.000.000

10/03/XA Db Giro pada bank Indonesia 25.000.000

Kr Giro wadiah-Rafa 25.000.000

31/03/XA Db Beban bonus giro wadiah 70.000

Kr Giro wadiah-Rafa 70.000

2. Transaksi Pengurangan Giro Wadiah

Beberapa transaksi yang berakibat terjadinya berkurangnya saldo giro wadiah antara lain penarikan cek oleh nasabah giro wadiah untuk ditukar secara tunai, penarikan bilyet giro untuk ditransfer ke cabang lain bank yang sama atau ke nasabah bank lain, serta potongan administrasi dan pajak tabungan.

Contoh :

03 Mar 20XA Rafa menggunakan cek untuk mencairkan dana di rekening giro wadiah nya di Bank Syariah Alya (BSA) secara tunai sebesar Rp. 22.000.000. 07 Mar 20XA Rafa menggunakan bilyet giro untuk mentransfer sejumlah dana ke

nasabah giro wadiah BSA cabang Bandung sebesar Rp. 7.000.000. 12 Mar 20XA Rafa menggunakan bilyet giro untuk pembayaran pembelian sebuah

mesin kepada nasabah giro bank lain sebesar Rp. 20.000.000.

31 Mar 20XA Dipotong giro wadiah Rafa untuk administrasi tabungan sebesar Rp. 15,000 dan untuk pajak sebesar Rp. 10.000 (20% dari bonus giro wadiah yang diterima sebesar Rp.50.000).

Jurnal untuk transaksi di atas adalah:

Tanggal Uraian Debit(Rp) Kredit(Rp)

03/04/XA Db Giro wadiah-Rafa 22.000.000

Kr Kas 22.000.000

07/04/XA Db Giro wadiah-Rafa 7.000.000

Kr RAK cabang Bandung 7.000.000

12/04/XA Db Giro wadiah-Rafa 20.000.000

Kr Giro pada Bank Indonesia 20.000.000

Kr Pendapatan administrasi giro wadiah

15.000

Db Giro wadiah-Rafa 10.000

Kr Titipan kas Negara-pajak giro 10.000

Giro Mudharabah

Giro mudharabah merupakan instrumen penghimpunan dana melalui produk giro yang menggunakan akad mudharabah. Giro mudharabah harus mengikuti fatwa DSN tentang mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang digunakan dalam perjanjian antara pihak penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Contoh :

5 Mar 20XA Alya adalah nasabah Bank Syariah Nadia (BSN) yang menerima imbalan bagi hasil sebesar Rp. 45.000.

Jurnalnya adalah:

Tanggal Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)

05/03/XA Db Hak pihak ketiga atas bagi hasil 45.000

Kr Giro mudharabah-Alya 45.000

Dalam dokumen Akuntansi Syariah Di Indonesia (Halaman 125-128)