• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPOSITO MUDHARABAH

Dalam dokumen Akuntansi Syariah Di Indonesia (Halaman 128-131)

Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak berten-tangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpanan dan bank syariah dan/atau Unit Usaha Syariah (UUS). Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 menyata kan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana

(mudharib). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan ber

bagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengem-bangkannya, termasuk mudharabah dengan pihak lain.

Modal yang didepositokan harus dinyatakan dalam bentuk tunai dan bukan piutang. Adapun pembagian piutang harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam pembukaan rekening. Sebagai mudharib, bank menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi hak nya dan bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.

Siklus kegiatan deposito dimulai dari transaksi pembukaan deposito oleh nasabah. Pada saat itu, antara nasabah dan bank sudah menyepakati nisbah bagi hasil dasar dan jangka waktu deposito (tanggal pencairan deposito). Selama jangka waktu deposito, saldo deposito bersifat tetap, karena pengambilan atau penamba han deposito hanya dilakukan saat jatuh tempo atau saat penutupan jika ingin diambil sebelum jatuh tempo, bagi hasil yang diterima oleh nasabah dimasukkan ke

rekening yang lain, dan pajak yang mesti dibayar langsung diambil dari bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah.

01 Sep 20XA Bank Syariah Ilma (BSI) menerima setoran atas nama Lala Rp. 10.000.000 sebagai investasi deposito mudharabah untuk jangka waktu satu bulan dengan nisbah 70% untuk nasabah dan 30% untuk BSI.

30 Sep 20XA Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang akan dibayar untuk kelompok deposito mudharabah adalah sebesar Rp. 20.000.000. 4 Okt 20XA Dibayarkan bagi hasil deposito mudharabah kepada Lala sebesar Rp. 60.000

dan artas pembayaran tersebut dipotong pajak sebesar 20%. Pembayaran bagi hasil dilakukan ke rekening tabungan mudharabah atas nama pemilik yang sama*.

5 Okt 20XA Lala mencairkan deposito mudharabah. Pencairan dilakukan secara tunai.

*Dalam praktik perbankan, bagi hasil deposito dapat dibayarkan ke berbagai rekening sesuai permintaan nasabah deposito, antara lain ke tabungan mudaharabah, giro wadiah, penambah saldo deposito, periode berikut atau rekening nasabah di bank yang lain.

Jurnal untuk transaksi kasus di atas:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

01/09/XA Db kas 10.000.000

Kr Deposito mudharabah–Lala 10.000.000

30/09/XA Hak pihak ke-3 atas bagi ahsil-deposito mudharabah*

20.000.000

Kr bagi hasil belum dibagikan-deposito 20.000.000 04/09/XA Db bagi hasil belum dibagikan-deposito 60.000

Kr Tabungan mudharabah-Lala 45.000

Kr Titipan kas negara-pajak deposito 15.000 05/09/XA Db Deposito mudharabah-Lala 7.000.000

Kr Kas 7.000.000

Sumber: Rizal Yaya (2009)

*Hak pihak ke-3 atas bagi hasil dicadangkan sebagai beban yang masih harus dibayar setiap bulan. Besar pencadangan ini mempunyai dua alternative. Pertama, dicadang kan sebesar total bagi hasil yang akan dibayarkan selam satu bulan penuh pada bulan jatuh tempo. Kedua, dicadangkan sebagai porsi bagi hasil yang hanya menjadi beban pada akhir bulan pencatatan. Kemudian saat pembayaran bagi hasil pada saat jatuh tempo, mengakui adanya tambahan hak pihak ke-3 (biaya bagi hasil).

**Terdapat sedikit perbedaan dalam mekanisme penyaluran bagi hasil tabungan bagi hasil deposito. Pada tabungan, bank memasukkan semua bagi hasil untuk tabungan terlebih dahulu sebelum memotong pajak PPh Pasal 4(2) agar nasabah dapat melihat besar masing-masing bagi hasil dan pajak,. Adapun bagi hasil deposito yang disalur kan kepada nasabah bersifat neto karena sudah dipotong langsung.

RANGKUMAN

Bank syariah adalah bank yang sistem perbankannya menganut prinsip-prinsip dalam Islam. Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan bank syariah yang diterima maupun yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian yang dilakukan oleh pihak nasabah

dan pihak bank. Pengembangan perbankan syariah di Indonesia didukung secara intensif oleh tiga lembaga, yaitu BI, Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), dan Komite Akuntansi Syariah-Ikatan Akuntan Indonesia (KAS-IAI).

Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan bagian dari MUI yang membuat fatwa terkait produk keuangan syariah. Sedangkan Komite Akuntansi Syariah (KAS) merupakan komite yang dibentuk oleh IAI untuk merumuskan standar akuntansi syariah. KAS sampai akhir tahun 2006 telah menghasilkan konsep Bangun Prinsip Akuntansi Syariah yang berlaku umum. Kerangka Dasar Penyusu-nan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, serta 6 exposure draf PSAK syariah. Draf yang telah dihasilkan KAS-IAI selanjutnya disahkan oleh DSAK pada tahun 2007.

Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank konvensional maupun bank syariah dilakukan dengan menggunakan instrumen tabungan, deposito, dan giro yang secara total biasa disebut dengan dana pihak ketiga. Akan tetapi, pada bank syariah, klasifikasi penghimpunan dana bank syariah tidak didasarkan pada nama instrumen tersebut melainkan berdasarkan pada prinsip yang digunakan. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), prinssip penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.

Penyaluran dana bank syariah dilakukan dengan menggunakan skema jual beli, skema investasi, dan skema sewa. Skema jual beli memiliki beberapa bentuk, yaitu murabahah, salam dan istihna’. Skema investasi terdiri atas dua jenis, yaitu mudharabah dan musyarakah. Sementara itu, skema atas ijarah terdiri atas ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik.

SOAL TEORI

1. Jelaskan apa yang disebut dengan sistem perbankan syariah? 2. Jelaskan apa saja prinsip dasar bank syariah?

3. Jelaskan perbedaan antara penghimpun dana pada bank syariah dengan penghim-punan dana pada bank konvensional?

4. Coba Anda uraikan bagaimana sistem operasional bank syariah? 5. Bagaimana prinsip-prinsip dalam penghimpunan dana bank syariah?

6. Uraikan bagaimana prinsip-prinsip dalam pelaksanaan fungsi jasa keuangan perban kan?

7. Bagaimana pencatatan akuntansi penghimpun dana syariah? 8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tabungan wadiah? 9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tabungan mudharabah?

10. Jelaskan perbedaan antara tabungan dengan prinsip wadiah dan tabungan dengan prinsip mudharabah?

11. Jelaskan perbedaan mekanisme transfer antarkantor baik yang sama dengan antar bank yang berbeda?

12. Jelaskan akad apakah yang bisa digunakan untuk giro di bank syariah di Indonesia. Jelaskan kelebihan dan kekurangannya dari masing-masing akad tersebut.

13. Jelaskan akad apakah yang bisa digunakan untuk deposito di Indonesia. Jelaskan kelebihan dan kekurangannya.

SOAL KASUS

Dalam dokumen Akuntansi Syariah Di Indonesia (Halaman 128-131)