• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBATALAN AKAD MUDHARABAH

Dalam dokumen Akuntansi Syariah Di Indonesia (Halaman 155-159)

Ulama fiqih menyatakan bahwa akad mudharabah dinyatakan batal apabila masing-masing pihak membatalkan akadnya, atau mudharib dilarang untuk bertindak hukum terhadap modal yang diberikan, atau pemilik modal menarik modalnya. Disamping itu akad batal apabila salah seorang yang berakad meninggal dunia. Jumhur ulama berpendapat bahwa akad mudharabah tidak boleh diwariskan. Akan tetapi, ulama Malikiyah berpendapat bahwa akad mudharabah bisa diteruskan kepada ahli waris. Akad batal apabila salah seorang yang berakad kehilangan kecakapan bertindak hukum, seperti gila, dll. Juga apabila modal habis di tangan

shohibul mal sebelum dipindahtangankan kepada mudharib. Akad Mudharabah

akan berakhir jika:

1. Salah satu pihak menghentikan akad;

2. Mudharrib meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini mudharrib yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh salah seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat) apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dalam mitra lainnya;

3. Modal mudhrabah hilang atau habis, Apabila modal hilang atau habis dalam hal ini modal tersebut habis sebelum sampai pada mudharrib.

RANGKUMAN

Konsep mudharabah antara Fiqih muamalah dengan prakteknya pada perbankan syariah di Indonesia tidak seratus persen sesuai, ada beberapa perbedaan berdasarkan ijtihad yang dilakukan melalui Dewan Syariah Nasional (DSN). Diantaranya adalah jangka waktu dan jaminan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.105 tentang akuntansi mudharabah, menyebutkan bahwa mudharabah adalah akad kerja

sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Pengertian mudharabah secara teknis adalah suatu akad kerja sama untuk suatu usaha antara dua belah pihak dimana pihak pemilik dana memercayakan sejumlah modal kepada pihak pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha. Keuntungan dari usaha tersebut akan dibagi hasilnya dengan metode persentase atau nisbah menurut kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal. Dimana karakteristiknya adalah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka (PSAK No. 59, paragraf 6). Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemililk dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana (PSAK No. 59, paragraf 7).

Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah (inves-tasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat). (PSAK No. 59, paragraf 8), Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. (PSAK No. 59, paragraf 9), Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan obyek investasi. Kerja sama, baik dalam Mudharabah atau Musyarakah adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam agar kita dapat saling membantu dalam menanggung resiko usaha tentu yang sesuai dengan syariah. Mudharabah yang termasuk salah satu jenis kerjasama, yang saat ini memiliki banyak kendala dalam perkembangannya sehingga shahibul mal/bank enggan memakai skema kontrak ini. Nilai-nilai yang terkandung dalam Islam dapat menjadi satu keunggulan preferensi individu muslim.

SOAL TEORI

1. Jelaskan apa pengertian mudharabah?

2. Jelaskan masing-masing landasan hukum mudharabah? 3. Apa saja karakteristik akad mudharabah?

4. Bagaimana penyajian dan pengungkapan transaksi mudharabah, jelaskan? 5. Sebutkan jenis – jenis mudharabah?

6. Jelaskan rukun transaksi mudharabah?

7. Coba Anda uraikan bagaimana alur tansaksi mudharabah? 8. Bagaimana perhitungan tabungan mudharabah?

9. Coba Anda jelaskan apa yang disebut deposito mudharabah? 10. Coba Anda uraikan bagaimana akuntansi tabungan mudharabah? 11. Coba Anda uraikan bagaimana akuntansi deposito mudharabah? 12. Coba Anda uraikan bagaimana akuntansi investasi mudharabah? 13. Coba Anda uraikan bagaimana pembatalan akad mudharabah?

SOAL KASUS

Kasus 1

Bapak Lubis sepakat melakukan akad mudharabah dengan Bapak Yasir untuk keperluan modal kerjanya Rp100.000.000. penyerahan modal dilakukan sekaligus sedangkan pengembalian modal dilakukan secara bertahap 4 kali masing-masing sebesar Rp25.000. 000. Berdasarkan informasi yang diperoleh, penjualan selama setahun sebesar Rp200. 000.000, sedangkan untuk pembelian bahan baku sebesar Rp100.000.000, pembayaran biaya tenaga kerja dan biaya lainnya sebesar Rp50.000.000. Bapak Lubis mengharapkan keuntungan setara dengan 15% per tahun.

Berdasarkan laporan yang diterima, realisasi hasil usaha bapak Yasir selama tiga bulan adalah sebagai berikut.

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3

Penjualan 20 juta 30 juta 25 juta

HPP 12 juta 18 juta 15 juta

Laba Kotor 8 juta 12 juta 10 juta

Diminta :

1. Prinsip apa yang dipergunakan dalam transaksi tersebut.

2. Perhitungan dan jurnal yang berhubungan dengan transaksi tersebut.

Kasus 2

Tanggal 26 Mei Agustus 2018 Bank Negara Islam (BNI) menyetujui pemberian fasilitas mudharabah pada pak Selamat dengan kesepakatan sebagai berikut : Plafon : Rp2.000.000.000

Objek Bagi Hasil : Pendapatan (gross profit sharring) Nisbah : 80% pak Selamat dan 20% BNI

Jangka Waktu : 10 bulan (jatuh tempo tanggal 7 Maret 2019) Biaya Administrasi : Rp 20.000.000 (dibayar saat akad ditandatangani) Pelunasan : Pengembalian pokok di akhir priode

Keterangan : Modal dari BNI diberikan secara tunai tanggal 29 Mei dan pembayaran bagi hasil oleh nasabah dilakukan setiap tanggal 7 mulai bulan Juni.

Dari hasil penjualan produk di dalam dan di luar negeri. Pak Selamat memperoleh hasil usaha sebesar Rp1.800.000.000 setahun.

Kasus 3

Pada tanggal 1 September 2018 Bank Negara Islam (BNI) menyetujui pemberian fasilitas mudharabah muthlaqah kepada PT. Mandiri yang bergerak dibidang industri garmen dengan kesepakatan sebagai berikut:

Plafon : Rp250.000.000

Objek Bagi Hasil : Laba bersih usaha (net profit sharring) Nisbah : 60% PT Mandiri dan 20% BNI

Jangka Waktu : 10 bulan (jatuh tempo tanggal 1 April 2019) Biaya Administrasi : Rp5.000.000 (dibayar saat akad ditandatangani) Pelunasan : Pengembalian pokok di akhir priode

Keterangan : Modal dari BNI diberikan secara tunai tanggal 10 September 2018.

Pembayaran bagi hasil : Dilakukan setiap tanggal 10 mulai bulan Oktober Diminta:

1. Buatkan jurnal yang harus dibuat BNI atas penandatanganan akad pada tanggal 1 September 2018.

2. Buatkan jurnal yang harus dibuat BNI atas pencairan dana pada tanggal 10 September 2018.

3. Apabila tanggal pelaporan sama dengan tanggal pembayaran bagi hasil, buatkan jurnal yang harus dibuat oleh BNI apabila laba bersih usaha PT. Mandiri bulan Nopember 2018 sebesar Rp1.250.000, (pertimbangan nisbah yang telah disepakati di awal).

4. Apabila tanggal pelaporan berbeda dengan tanggal pembayaran bagi hasil, buatkan jurnal yang harus dibuat oleh BNI apabila laba bersih usaha PT. Mandiri bulan Desember 2018 sebesar Rp1000.000. tanggal pelaporan adalah Januari 2019, sedangkan tanggal pembayaran bagi hasil adalah 20 Januari 2019.

AKUNTANSI ATAS AKAD

Dalam dokumen Akuntansi Syariah Di Indonesia (Halaman 155-159)