• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT MUSYARAKAH Audit syariah dalam masa kini memiliki kunci penting karena mulai ada kesada-ran

Dalam dokumen Akuntansi Syariah Di Indonesia (Halaman 183-186)

yang tumbuh dikalangan lembaga keuangan Islam yang setiap lembaga tersebut mulai sadar untuk dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan Hukum Islam yang Maq’asid Ash-Syariah (Shahul dan Yaya, 2005). Dalam kaitannya dengan hal ini, ada kebutuhan dari lembaga tersebut untuk memiliki audit dalam tataran syariah yang teratur dan independen. Konsep audit syariah harus diperluas ke berbagai kegiatan yang berkaitan dengan sistem, produk, karyawan, lingkungan, dan masyarakat, yang keseluruhannya terkait dengan suatu lembaga (Syed Alwi, 2007). Ada suatu kebutuhan untuk mengembangkan audit syariah yang berguna untuk memastikan efektivitas tujuan dari hukum kepatuhan terhadap prinsip syariah yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi positif terhadap ummat (masyarakat) pada umumnya. Karena itu, disini mencoba untuk memeriksa apakah praktek audit syariah saat ini telah sesuai dengan perspektif Islam bila dibanding kan dengan apa yang diharapkan.

Menyadari konsekuensi mengadopsi kerangka audit konvensional yang dibatasi dalam ruang lingkup praktek audit dilembaga-lembaga Islam harus memiliki perspektif yang berbeda. Keberadaan lembaga-lembaga ini didasarkan pada prinsip-prinsip Islam dengan tujuan utama mencapai maslahah kepada umat melalui keadilan sosial dan ekonomi. Dikatakan bahwa peran auditor syariah, berbeda dan lebih luas daripada peran auditor dalam organisasi konvensional (Banaga et al, 1994). Hal ini karena telah diperluas untuk mencakup kepatuhan dengan syariah. Selain itu, juga adanya pendapat bahwa karena organisasi Islam yang seharusnya beroperasi di bawah pandangan dunia Islam, mereka mungkin perlu jenis akuntansi dan system audit yang berbeda (Khan, 2001). Mereka diharapkan untuk melayani kebutuhan masyarakat Islam yang fokus dan prioritas yang berbeda dengan pandangan dunia lain. Namun pada kenyataannya banyak

organisasi Islam yang masih bergantung pada kerangka kerja audit konvensional untuk tujuan audit yang terbatas dalam ruang lingkup.

RANGKUMAN

Musyarakah merupakan pembiayaan dilakukan oleh dua pihak yang bermitra untuk melakukan suatu usaha, setiap pihak saling menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang akan dijalankan. Selanjutnya para pihak dapat mengembalikan modal usaha yang diberikan tersebut berikut penerimaan bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non-kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten.

Dalam mekanisme akuntansi pembiayaan musyarakah terbagi kepada 2 pihak yang dinamakan sebagai pihak mitra aktif dan pihak mitra pasif, dimana dua pihak ini mempunyai hak-hak dan kewajiban dalam usaha bersama yang berbeda dan memiliki klasifikasi dalam setiap laporan akuntansi yang berbeda pula.

Jurnal pencatatan akuntansi pada akad pembiayaan musyarakah dicatat setelah terjadi sebuah kesepakatan antara kedua belah pihak/akad antara bank dan nasabah, setelah itu pencatatan pada saat penerimaan bagi hasil dan saat akhir investasi. Ketentuan tentang transaksi akuntansi musyarakah didasarkan pada PSAK 106 tahun 2007 tentang akuntansi musyarakah. PSAK ini menjelaskan tentang karakteristik musyarakah, pengakuan dan pengukuran seputar transaksi musyarakah serta penyajian dan pengunkapan untuk mitra aktif dan mitra pasif. Menurut PSAK 106, mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik mengelola sendiri maupun menunjuk pihak lain dalam mengelolanya. Adapun mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah.

SOAL TEORI

1. Uraikanlah pengertian musyarakah menurut beberapa definisi? 2. Jelaskan apa yang menjadi landasan hukum musyarakah? 3. Apa yang menjadi ketentuan syar’i transaksi musyarakah? 4. Jelaskan masing-masing rukun transaksi musyarakah? 5. Pentingkah pengawasan syariah transaksi musyarakah? 6. Coba Anda gambarkan bagaimana alur transaksi musyarakah?

7. Apa yang menjadi cakupan standar akuntansi transaksi musyarakah bagi bank syariah?

8. Bagaimanakah perhitungan hasil musyarakah, buatlah Contoh Anda sendiri? 9. Coba Anda uraikan bagaimana skema pembiayaan musyarakah?

10. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari akuntansi musyarakah? 11. Jelaskan apa yang menjadi resiko kredit musyarakah?

12. Bagaimana pencatatan pengakuan musyarakah?

13. Buatlah satu contoh tehnis perhitungan dan penjurnalan transaksi musya-rakah? 14. Bagaimanakah kita membuat penyajian akuntansi musyarakah?

SOAL KASUS

Kasus 1

Pada tanggal 12 Januari 20XA, BPRS Bangun Marwah Warga (BMW) dan Bapak Sutanto menandatangani akad musyarakah permanen untuk pembiayaan usaha foto kopi senilai Rp40.000.000, yang terdiri dari Rp30.000.000 kontribusi BPRS dan Rp10.000.000 kontribusi Bapak Sutanto. Bagi hasil didasarkan pada laba bruto (penjualan dikurangi biaya kertas) dengan nisbah bagi hasil 20% BPRS dan 80% Bapak Sutanto. Bagi hasil disepakati untuk dibayar dan dilaporkan setiap tanggal 20 mulai bulan Februari. Pembiayaan musyarakah disepakati jatuh tempo pada tanggal 20 April 20XA. Buatlah jurnal untuk transaksi berikut.

1. Tanggal 12 Januari BPRS (saat akad) membuat cadangan pembiayaan musyara kah untuk Bapak Sutanto.

2. Tanggal 12 Januari (saat akad) BPRS membebankan biaya administrasi sebesar 0,2% dai nilai pembiayaan dan langsung diambil dari rekening Bapak Sutanto. 3. Tanggal 20 Januari BPRS mentransfer sebesar Rp30.000.000 ke rekening Bapak

Sutanto sebagai pembayaran porsi Investasi BPRS.

4. Tanggal 20 Februari 20XA Bapak Sutanto melaporkan laba bruto usahanya sebesar Rp5.000.000 dan pada tanggal yang sama membayarkan secara tunai porsi bank sebesar 20% dari laba bruto.

5. Tanggal 20 Maret 20XA Bapak Sutanto melaporkan laba bruto usahanya sebesar Rp4.000.000 dan membayarkan secara tunai porsi bank sebesar 20% dari laba bruto pada tanggal 25 Maret 20XA.

6. Tanggal 20 April 20XA Bapak Sutanto melaporkan laba bruto usahanya sebesar Rp6.000.000 dan pada tanggal yang sama membayarkan secara tunai porsi bank sebesar 20% dari laba bruto.

7. Tanggal 20 AprilXA, saat jatuh tempo, Bapak Sutanto melunasi pembiayaan musyarakah sebesar Rp30.000.000 via debit rekening.

Kasus 2

Perusahaan X menandatangani akad musyarakah dengan Bank Negara Syariah (BNS) Medan untuk mengembangkan divisi manufaktur yang menghasilkan bola kaki. Pada akad tersebut disepakati perusahaan X menyetorkan aset berupa mesin dengan harga perolehan Rp200.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp60.000.000, harga pasar saat penyerahan Rp150.000.000, sedangkan BNS menyerahkan dana sebesar Rp150.000.000. Akad yand ditandatangani adalah akad musyarakah permanen. Dimana X sebagai pengelola dan penanggungjawab pengelolaan dana. Akad tersebut berlangsung 3 tahun, pendapatan dan beban yang diperoleh adalah: Tahun I : Rp80.000.000 dan Rp40.000.000

Tahun 2 : Rp100.000.000 dan Rp80.000.000 Tahun 3 : Rp160.000.000 dan Rp80.000.000 Pembagian bagi hasil adalah 70:30.

Buatlah: Jurnal terkait dengan transaksi di atas dan buatlah penyajian setiap akhir tahun.

AKUNTANSI ATAS AKAD

Dalam dokumen Akuntansi Syariah Di Indonesia (Halaman 183-186)