• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Pilihan "tidak melakukan apa-apa"

141. Pada tingkat strategis, pilihan "tidak melakukan apa-apa" adalah untuk membolehkan banjir dan akibat-akibatnya yang buruk untuk berlanjut dan makin buruk. Secara jelas ini tak dapat diterima. Secara khusus sehubungan usulan proyek JUFMP, alternatif "tak bikin apa-apa" pada hakekatnya berarti memperburuk situasi saluran drainase yang terhambat dan akibat sosial-ekonomi dari seringnya banjir. Ini bukan situasi yang disukai oleh Pemerintah Indonesia, DKI dan oleh masyakarta yang terkena banjir. Sebagai tambahan, sedimen pada saluran air akan terus menyembur secara tak terkontrol ke Teluk Jakarta.

6.2 Analisa Alternatif Keseluruhan

142. Baik pada AMDAL untuk Tahap 1 maupun pada pekerjaan CDF Ancol, analisa alternatif

dipusatkan pada alternatif pengendalian atau dampak lain pendekatan pengelolaan. Sebagai contoh, sehubungan AMDAL Tahap 1, berbagai pilihan pengerukan mekanis dan metodologi untuk mengurangi dampak yang berhubungan dengan jenis kegiatan ini dipertimbangkan dan mengenai AMDAL CDF Ancol, berbagai pilihan untuk material pengisi dan sumbernya telah dipertimbangkan dan dievaluasi. Dimana, mengenai pilihan strategis yang lebih luas untuk pembuangan material sedimen kerukan, Bank Dunia, DKI Jakarta dan tim PMU mempertimbangkan banyak pilihan dan alternatif yang didasarkan pada hasil uji sedimen, pengalaman lalu, alasan teknis dan keuangan dan kesempatan pekerjaan pembangunan proyek, sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan, yang menuntun pada pemilihan CDF Ancol sebagai lokasi pembuangan akhir untuk material tak berbahaya. Sebagai contoh, selama operasi pengerukan di waktu lalu, material galian biasanya dibuang di tempat kosong yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam beberapa kasus sedimen ditaruh pada waduk dengan kata lain tidak dibuang, yang menghasilkan kembalinya lumpur ke kali/saluran air. JUFMP menyediakan kesempatan pertama bagi DKI Jakarta dan Pemerintah Indonesia untuk mengkoordinasikan dan membuang material kerukan di daerah pembuangan yang ditentukan dan dikelola, dan untuk memperkenalkan prinsip-prinsip pengelolaan praktek-terbaik. Pemerintah Indonesia menilai beberapa lokasi pembuangan dan alternatif pengelolaan. Awalnya DKI mengusulkan beberapa lokasi tanah yang tersedia, yang tersebar di seluruh kota:

Taman BMW – lokasi besar dengan banyak masyarakat informal yang digusur53; dapat dilihat sepanjang jalan tol

Muara Kali Adem – Lokasi berdasar laut dan dapat dipertimbangkan di masa depan54

di bawah Jalan Tol (Pluit Karang) – terletak di pertukaran jalan tol, jelas dilihat dan memberikan perhatian pada keindahan dan aspek bau jika dipakai sebagai lokasi pembuangan; banyak masyarakat informal dengan perikanan dan tanaman pisang

Kamal Muara – lokasi sangat kecil dengan industri dan perumahan terdekat (banyak terbuka) Kapuk Muara – telah berubah menjadi pembangunan perumahan

Pluit – lokasi kecil; dekat perikanan

Rorotan – sedang dipakai sebagai daerah pembuangan sementara sampah padat sepanjang sungai dan kegiatan industri terdekat

Cakung – samping Rorotan (diatas); lokasi kecil dekat daerah industri

143. Bank Dunia menginspeksi dan menilai kelayakan tiap lokasi pembuangan yang diusulkan.

Lokasi-lokasi pembuangan ini ditolak karena kapasitas pembuangannya minimal, masalah pemukiman ulang, persoalan estetis dan bau, dan kesulitan pengawasan. Tiga lokasi pembuangan berbasis-laut juga dipertimbangkan di Muara Kali Adem, Marunda dan Ancol. Lokasi di Ancol secara strategis dipilih karena percepatan persiapannya, ukuran dan kapasitasnya (mampu menerima hampir tiga kali material kerukan dari Proyek, atau kira-kira 12 juta m3), dan lokasi pusat sepanjang pantai Teluk Jakarta. Juga penting dicatat bahwa lokasi Ancol juga mempunyai keuntungan yaitu ia sudah ada proyek reklamasi yang sedang berlangsung yang sudah disetuju. Penggunaan lokasi Ancol dianggap skenario 'win-win'.

53

Atas alasan-alasan yang tak berhubungan dengan proyek - lihat kotak pada akhir Pasal 5.

54

Bukan untuk PDPBJ. Kapasitas potensial CDF Ancol untuk 12 juta m3 adalah lebih dari cukup untuk menampung material kerukan PDPBJ yang diperkirakan 3,4 juta m3.

Dua lokasi lain berbasis-laut yang dipertimbangkan akan harus dibangun, dengan ongkos dipertimbangkan dan dengan efek memindahkan daerah pantai lebih dekat dengan tambahan dampak lingkungan. Pada saat yang sama, penggunaan material kerukan tak berbahaya untuk reklamasi lokasi Ancol akan mengurangi dampak negatif dari penggunaan material lain (pasir) untuk diambil dari tambang.

144. Membangun daerah Ancol adalah bagian dari rencana spasial yang lebih besar dari DKI dan

BPLHD DKI telah menyetujui Penilaian Dampak Lingkungan (EIA, atau AMDAL). Lokasi ini memberikan kemudahan akses dari mulut sungai kota. Rencana bagi lokasi pembuangan berbasis-laut di MKA dan Marunda dianggap tak perlu karena melekat kapasitas besar di Ancol. Pemerintah juga menyatakan bahwa usulan lokasi pembuangan di MKA dan Marunda secara potensial bertentangan dengan rencana tata ruang tentang reklamasi yang akan mengharuskan pemeriksaan.

6.3 Analisa Alternatif Khusus

6.3.1 Lebar cakupan vs. pengelolaan banjir lokal

145. Untuk maksud subseksi ini, pengelolaan banjir utama merujuk kepada kegiatan sangat utama

seperti konstruksi pengalihan besar baru untuk mengurangi banjir di daerah kota dari cakupan hujan menengah dan atas. Pengelolaan banjir lokal merujuk kepada tindakan yang dapat diambil pada tingkat lokal untuk menambah efisien penyerahan curah hujan lokal ke saluran-saluran lokal/kali dan kemudian ke laut. Sementara bisa terjadi debat tentang prioritas relatif, ada kesepakatan bersama bahwa dua pilihan tidak terpisah secara bersama - keduanya diharuskan sebagai bagian dari paket terpadu. JUFMP berdasar pada bagian cakupan yang lebih rendah. Sementara banyak berfokus pada pengelolaan banjir lokal, kegiatan proyek JUFMP akan menambah kemampuan yang telah didirikan tapi kanal banjir yang berkinerja lemah untuk menjadi lebih efektif dalam memindahkan banjir tangkapan-turunan atas ke laut.

6.3.2 Pendekatan teknik vs non-teknik

146. Pekerjaan-teknik untuk maksud dari subseksi ini diartikan sebagai konstruksi teknik normal dan

operasi proyek seperti memperbaiki kapasitas aliran pembawa dari sungai, pompa ari, penghalang/dinding laut. Pendekatan non-teknik sebaliknya menyorot segi-segi seperti mengubah perilaku orang (misalnya mencegah membuang sampah padat ke saluran air) dan rencana pemakaian tanah dan pelaksanaan untuk memindahkan orang-orang menjauh dari daerah rawan banjir. Fokus JUFMP ada pada pendekatan teknik yang akan segera memberikan keuntungan. Meskipun demikian, ini akan mendukung pendekatan non-teknik yang jauh lebih luas dan kesempatan sedang dilakukan melalui JUFMP untuk menyorot persoalan yang lebih luas. Sebagai contoh, pengelolaan sampah padat di dan segera di sekitar lokasi pengerukan akan menunjukkan keuntungan pengelolaan sampah padat yang layak, dengan demikian menetapkan contoh praktis tentang apa yang dapat dicapai.

6.3.3 Pemilihan lokasi pengerukan

147. Studi simulasi hidrolik JUFMP merekomendasikan rehabilitasi sistim pengelolaan banjir kota

kepada kapasitas desain awal dan sistim pemeliharaan rutin sebagai langkah pertama paling menguntungkan untuk pengendalian banjir di Jakarta. Bagian-bagian dari sistim pengelolaan banjir Jakarta yang dimasukkan dalam proyek ini telah diidentifikasi oleh Pemerintah sebagai dalam kebutuhan prioritas mendesak untuk rehab dan perbaikan dalam kapasitas aliran. Prioritasi dibuat berdasar penelitian

sebelumnya oleh Proyek Pengelolaan Lingkngan Jawa Barat55 (WJEMP) dan berbagai penelitian sebelumnya tentang kendali banjir dan pengendalian banjir di wilayah Jakarta. Ruang lingkup Proyek juga memperhitungkan masuknya semua lembaga yang bertanggungjawab sebagai alat untuk menyemangati dan mendirikan sistim pemeliharaan rutin berkelanjutan jangka panjang. Proyek ini diharapkan memiliki efek demonstrasi keuntungan penting menyangkut koordinasi lembaga, teknologi dan metode pengerukan, pembuangan material kerukan, dan praktek pemukiman ulang yang layak dan lingkungan yang sehat. Dengan demikian, kompleksitas pekerjaan teknis, lingkungan, dan sosial juga diperhitungkan dalam lingkup proyek dan rangkaian pelaksanaan untuk supaya menambah kemungkinan sukses.

6.3.4 Teknologi Pengerukan: Mekanis vs. Hidrolis

148. Teknologi pengerukan dapat secara luas dikelompokkan sebagai jenis mencangkul / tempurung

kerang dan pengerukan penyedotan (dengan atau tanpa kepala pemotong). Pengerukan penyedotan tidak dilakukan karena tak cocok dengan jumlah signifikan sampah padat dalam endapan kali. Cangkul berbasis-ponton adalah teknologi lebih cocok karena mayoritas kegiatan konstruksi dapat dibatasi ke saluran air itu sendiri, lebih daripada harus menggangu selebar sepanjang panjang kali yang sedang dikeruk.

6.3.5 Pemisahan Sampah Padat

149. Pemisahan sampah padat dari sedimen kerukan dipertimbangkan menyangkut jumlah material

untuk dipisahkan, pemakaian mekanis atau sortir manual dan lokasi sortir. Hanya sampah ukuran besar dari sedimen kerukan yang akan disortir dan disingkirkan. Penelitian penimbunan sebelumnya di daerah lain dengan sedimen kerukan menentukan bahwa ini cukup dan metode pembuangan dan pemakaian tanah paska-penimbunan tak akan terkendala. Sortir di lokasi pengerukan sendiri lebih disukai karena ia membatasi potensi kepadatan di CDF Ancol, menawarkan potensi sementara tenaga kerja lokal dan memadukan dengan kegiatan lain untuk memelihara lokasi pengerukan dan lingkungan terdekat tetap "bersih dan rapi" selama pengerukan. .

150. Pemisahan mekanis telah diuji tapi akan perlu untuk ditempatkan di lokasi Ancol. Sifat dari

material, keperluan akan air tambahan dan kesulitan operasional menunjukkan tidak ada keuntungan bagi pemisahan mekanis. Jadi usulan metode pemisahan manual bagi hanya sampah-sampah berukuran besar (dan mungkin pilihan pemisahan sampah-sampah yang lebih kecil yang dapat didaur ulang) di lokasi pengerukan telah dipakai. TPA umum Bantar Gebang satu-satunya yang sedang beroperasi di Jakarta yang hanya menawarkan lokasi pembuangan material sampah padat yang aman dan masuk akal.

6.3.6 Pilihan transport: (Truk sampah) basis darat vs. hidrolik

151. Transport dipertimbangkan tiga pilihan utama -- hidrolik (pemompaan), truk dan tongkang,

memadukan ini dengan teknologi pengerukan dan dengan pemilihan lokasi pembuangan. Pemompaan dipertimbangkan tak layak karena jumlah sampah padat akan mungkin menyebabkan blokade. Ini akan secara signifikan mempengaruhi tiap program pengerukan. Transport dengan tongkang akan menjadi tak layak di banyak tempat karena jembatan dan leher botol sepanjang sungai mencegah akses ke laut; akan

55

Proyek Pengelolaan Lingkungan Jawa Barat yang didanai Bank Dunia (Proyek ID PO40528), yang ditutup pada 30 Juni, 2006.

tetapi, ini dapat menjadi metode yang lebih disukai kontraktor untuk bagian lebih rendah dari sungai yang lebih besar. Transport dengan truk oleh sebab itu adalah satu-satunya alternatif bagi mayoritas lokasi dan karena itu dipilih, dengan anggapan bahwa ia akan dipakai dimana saja mewakili potensi situasi kasus lebih buruk menyangkut efek lalu lintas.