• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT PROYEK PENGENDALIAN BANJIR JAKARTA RINGKASAN TERPADU ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT PROYEK PENGENDALIAN BANJIR JAKARTA RINGKASAN TERPADU ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT

PROYEK PENGENDALIAN BANJIR

JAKARTA

RINGKASAN TERPADU

ANALISIS

DAMPAK LINGKUNGAN

JUNI 2011

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

(2)

DAFTAR ISI

1 Ringkasan Eksekutif...1

1.2 Deskripsi Proyek...2

1.2 Maksud dan Isi...2

1.3 Kesesuaian dengan kebiebijakan Perlindungan yang Terpicu...2

1.4 Pendekatan bagi Penilaian Dampak Lingkungan dan Sosial...3

1.5 Dampak Lingkungan dan Sosial yang Signifikan...5

1.6 Usulan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial...6

1.7 Konsultasi...11

1.8 Komunikasi Proyek...12

1.9 Risiko-Risiko Reputasional...13

2 Penjelasan Proyek...14

2.1 Tujuan Pembangunan Proyek...14

2.2 Ringkasan Komponen Proyek...14

2.3 Lokasi-Lokasi Proyek...15

2.4 Rangkaian Pekerjaan ...16

2.5 Volume Pekerjaan...16

2.6 Lokasi-Lokasi Pembuangan...17

2.6.1 Fasilitas Pembuangan Tertutup (CDF) Ancol...18

2.6.2 Fasilitas Pembuangan Sampah TPA Bantar Gebang...18

2.6.3 Pembuangan Sampah Limbah B3 PPLi...19

3 Persyaratan Hukum Lingkungan dan Sosial dan Institusional Proyek dan Rancangan Pelaksanaan.19 3.1 Penilaian Dampak Lingkungan Pemerintah Indonesia...19

3.2 Pembebasan Tanah Pemerintah Indonesia...20

(3)

3.4 Kebijakan Perlindungan Sosial Bank Dunia & Persyaratan yang Bersesuaian...22

3.5 Paket Dokumen Perlindungan Lingkungan dan Sosial...22

3.5.1 Dokumen-Dokumen Perlindungan Lingkungan...22

3.5.2 Dokumen-Dokumen Perlindungan Sosial...25

3.5.3 Persiapan dan Penyampaian Dokumen-Dokumen Perlindungan...26

3.6 Rancangan Institusional...27

3.6.1 Rancangan Institusional (Tahap 1 dan Tahap 2)...27

3.6.2 Rancangan Institusional (Lokasi-lokasi pembuangan)...31

3.7 Rancangan Pelaksanaan (Perlindungan Lingkungan)...31

3.7.1 Untuk Pekerjaan Tahap 1 dan Tahap 2...31

3.7.2 Untuk lokasi-Lokasi Pembuangan (FPT Ancol, TPA Bantar Gebang and PPLi)...32

3.8 Rancangan Pelaksanaan (Perlindungan Sosial)...34

4 Data Dasar Lingkungan dan Sosial yang Relevan...36

4.1 Mutu Sedimen di Lokasi-Lokasi Proyek Pengendalian Banjir Jakarta...36

4.1.1 ERM 2008...36

4.1.2 DHV 2008...37

4.1.3 AMDAL untuk Kegiatan Tahap 2, Analisa dan Sampel 2010...37

4.1.4 Hasil dan Perkiraan...37

4.2 Mutu Sedimen di Ancol...39

4.3 Mutu Air di Lokasi-Lokasi Proyek Pengendalian Banjir Jakarta...40

4.4 Mutu Air Laut Ancol...41

4.5 Biota Laut Ancol...45

4.5.1 Plankton...45

4.5.2 Benthos...45

4.6 Dasar Ekonomi Sosial...46

(4)

4.6.2 Karakteristik Sosial-Ekonomi dari Populasi...46

5 Ringkasan Dampak Lingkungan dan Sosial yang Signifikan...48

5.1 Dampak Lingkungan yang Berhubungan dengan Kegiatan Proyek Pengendalian Banjir Jakarta...48

5.1.1 Kemacetan Lalu-Lintas yang Signifikan...48

5.1.2 Mutu Aair yang Memburuk dan Bau Busuk...49

5.1.3 Perubahan Pada Laju Pengeluaran Air...49

5.1.4 Perubahan pada Mutu Air Permukaan...49

5.1.5 Perubahan pada Mutu Air Laut...49

5.1.6 Pertambahan Sampah Limbah Padat...50

5.1.7 Dampak pada Biota...50

5.1.8 Dampak pada Kesehatan Masyarakat dan Kebersihan Lingkungan...50

5.2 Dampak Proyek Penanggulangan Banjir Jakarta pada FPT Ancol...50

5.3 Dampak Tak Langsung dari FPT Ancol...51

5.4 Dampak Proyek Pengendalian Banjir Jakarta pada Fasilitas TPA Bantar Gebang dan PPLi...52

5.5 Dampak Sosial...52

5.5.1 Lokasi-Lokasi Proyek WTP...52

5.5.2 Lokasi-Lokasi Proyek non WTP...54

5.5.3 Dampak Sosial yang Berhubungan dengan Potensi Tidak Dapat Ditinggali Lagi...55

5.5.4 Penggusuran Selama Periode Persiapan Proyek Darurat Pengendalian Banjir Jakarta...55

6 Analisa Alternatif...57

6.1 Pilihan "Tidak Melakukan Apa-Apa"...57

6.2 Gambaran Umum Analisa Alternatif...57

6.3 Analisa Alternatif Spesifik...58

6.3.1 Luas Daerah Tangkapan vs. Pengelolaan Banjir Lokal...58

(5)

6.3.3 Pemilihan Lokasi-Lokasi Pengerukan...59

6.3.4 Teknologi Pengerukan: Mekanis vs. Hidrolik...59

6.3.5 Pemisahan Sampah Limbah Padat...59

6.3.6 Pilihan Transportasi: Lewat darat (Truk Sampah) vs, Hidrolik...60

7 Rencana Pengelolaan Lingkungan...60

7.1 Rencana Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan Keseluruhan...60

7.2 Rencana Pengelolaan Pemindahan...61

8 Rencana Pemukiman Ulang...61

8.1 Pendekatan bagi Pengelolaan Dampak Sosial...61

8.2 Kerangka Kebijakan Pemukiman ulang (KKPK)...62

8.3 Rencana Pemukiman ulang (RPK)...65

8.3.1 Sensus Terkini dan Finalisasi RPK...66

8.3.2 Data Dasar untuk Proyek yang Mempengaruhi Warga...66

8.3.3 Pendanaan untuk KKPK dan RPK...66

9 Konsultasi...67

9.1 Konsultasi selama AMDAL...67

9.2 Diskusi Kelompok Fokus (FGD)...70

9.3 Konsultasi tentang Kerangka Kebijakan Pemukiman ulang (RPF)...71

9.4 Konsultasi selama persiapan Rencana Pemukiman ulang (RP)...73

10 Sistem Penyelesaian Keluhan (GRS)...73

11 Komunikasi Proyek...74

(6)

Daftar Tabel

Tabel 2-1 Penjelasan tentang Kanal Banjir, Kanal-Kanal dan Waduk di bawah Proyek...15

Tabel 2-2 Rangkaian Kerja Proyek Konstruksi...16

Tabel 2-3 Penjelasan tentang Kanal Banjir, Kanal-Kanal & Waduk di bawah Proyek...17

Tabel 3-1 Ringkasan Proses Uji Kelayakan bagi Lokasi-lokasi Pembuangan...24

Tabel 3-2 Ringkasan Dokumen Lingkungan dan Sosial dan Status Penyampaian...26

Tabel 3-3 Ringkasan Proses dan Syarat-Syarat yang Mengatur Pembuangan Material...33

Tabel 4-1 Data ERM 2008 mengenai tingkat pemeriksaan penggunaan tanah yang relevan (dalam g/kg)...38

Tabel 4-2 Tahap 2 data AMDAL (2010) mengenai tingkat pemeriksaan pemakaian tanah yang relevan (dalam mg/kg)...39

Tabel 4-3 Hasil dari Pengukuran Mutu Sedimen Laut (oleh TCLP, USEPA) di sekitar Daerah Penelitian...39

Tabel 4-4 Hasil Analisa Mutu Air: Saluran Pembuangan Kali Cengkareng...40

Tabel 4-5 Hasil Ukuran Mutu Air Laut di Daerah Penelitian...41

Tabel 4-6 Hasil Pengamatan Air Laut periode 2005-2008 pada Air Laut di Ancol...42

Tabel 4-7 Populasi Daerah di mana Proyek Kanal Banjir, Kanal-Kanal dan Waduk Ditempatkan...47

Tabel 5-1 Ringkasan Kegiatan yang Menyebabkan Dampak Langsung dan Tak Langsung...48

Tabel 5-2 Perkiraan Struktur dan Warga Terkena Proyek pada Lokasi Proyek...53

Tabel 9-1 Persoalan-Persoalan menyangkut Tahap 1 AMDAL dan konsultasi CDF Ancol...68

Daftar Gambar Gambar 2-1 Ringkasan Rancangan Pembuangan...18

Gambar 3-1 Proses AMDAL...20

Gambar 3-2 Ilustrasi Rancangan Pelaksanaan Proyek (di luar rancangan pembuangan)...27

(7)

Gambar 4-2 Parameter pH pada periode tahun 2005-2008...43

Gambar 4-3 Kualitas Udara, Kebisingan dan Lokasi Sampel Air Laut...45

Gambar 5-1 Jumlah WTP (Struktur dan Jumlah Kepala Keluarga dan Rumah Tangga)...53

(8)

Daftar Lampiran

Lampiran 1: Peta Proyek

Lampiran 2: Studi Kasus – Penggusuran di Lokasi Kemiri, Tambora VI dan Tambora VIII

(9)

AKRONIM DAN SINGKATAN

AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ANDAL Analisis Dampak Lingkungan

Limbah B3 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun BAPEDAL Badan Pengendalian Dampak Lingkungan BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BBWSCC Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane BPLHD Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah

CDF Confined Disposal Facility(Fasilitas Pembuangan Tertutup) Dirjen Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya (Kementrian Pekerjaan Umum) Dirjen Sumberdaya Air Direktorat Jenderal Sumberdaya Air (Kementrian Pekerjaan Umum) DKI Jakarta atau DKI Daerah Khusus Istimewa Jakarta (Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta) EA Environmental Assessment(Penilaian Lingkungan)

EIA Environmental Impact Assessment(Penilaian Dampak Lingkungan) Konsultan EIA/SIA Konsultan Penilaian Dampak Lingkungan & Sosial yg disewa oleh PMU EMP Environmental Management Plan(atau setara Rencana Pengelolaan Lingkungan) ESMF Environmental and Social Management Framework(Kerangka Pengelolaan

Lingkungan dan Sosial

ESMP Environmental and Social Management Plan(Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial)

ESWG Environmental and Social Working Group(Kelompok Kerja Lingkungan dan Sosial) FGD Focus Group Discussion(Diskusi Kelompok Fokus)

GRS Grievance Redress System(Sistem Penyelesaian Keluhan)

JABODETABEK Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi – Daerah Metropolitan DKI Jakarta JEDI Jakarta Emergency Dredging Initiative(Inisiatif Pengerukan Darurat Jakarta) JSC Joint Steering Committee(Panitia Pengarah Bersama)

JUFMP Jakarta Urgent Flood Mitigation Project(Proyek Darurat Pengendalian Banjir Jakarta) KA-ANDAL Kerangka Acuan – ANDAL

MENLH Menteri Lingkungan Hidup

(10)

OP Operational Policy(Kebijakan Operasional) P2T Panitia Pembebasan Tanah

WTP Warga Terkena Dampak

PI Public Involvement (Keterlibatan Publik)

PIP Project Implementation Plan(Rencana Implementasi Proyek) PIU Project Implementation Unit(Unit Implementasi Proyek) PMU Project Management Unit(Unit Pengelolaan Proyek)

POSKO Pos Komando - Kantor Lokasi yang juga berfungsi sebagai pusat info publik dan satuan penanganan keluhan di lokasi, diantara fungsi-fungsi lainnya

PP Peraturan Pemerintahan

PPA Konsultan EIA/SIA yang disewa oleh PMU untuk menyiapkan AMDAL dan RP PPC Project Preparation Consultants(Konsultan Persiapan Proyek)

PT PJA PT Pembangunan Jaya Ancol

PPLi Prasadha Pamunah Limbah Industri – Operator pemunah sampah berlisensi RP Resettlement Plan(Rencana Pemukiman ulang)

EMP Environmental Management Plan (setara Rencana Pengelolaan Lingkungan) RPF Resettlement Policy Framework(Kerangka Kebijakan Pemukiman Ulang) RPL Rencana Pemantauan Lingkungan

SC Supervision Consultant(Konsultan Pengawasan) SIA Social Impact Assessment (Penilaian Dampak Sosial)

TMP Transport Management Plan(Rencana Pengelolaan Pemindahan)

USACE United States Army Corps of Engineers( Korps Insinyur Tentara Amerika Serikat) WASAP Indonesia Water and Sanitation Program Trust Fund(Dana Program Kebersihan &

Air Ind)

KBB Kanal Banjir Barat

(11)

1

Ringkasan Eksekutif

1.1 Deskripsi Proyek

1. Proyek Darurat Pengendalian Banjir Jakarta (JUFMP - ‘Jakarta Urgent Flood Mitigation Project

atau “proyek”) bertujuan membantu perbaikan operasi dan pemeliharaan bagian prioritas dari sistem pengelolaan banjir di kota Jakarta, melalui:

• Pengerukan bagian-bagian penting kanal banjir yang dipilih, kanal-kanal dan waduk-waduk

penampung air untuk memperbaiki kapasitas alirannya, dan membuang material kerukan pada fasilitas yang layak;

• Merehabilitasi dan membangun tanggul di bagian-bagiannya, dan memperbaiki atau mengganti

peralatan mekanis di, bagian penting kanal banjir yang terpilih yang sama, kanal-kanal dan waduk-waduk penampung air untuk mendukung dan memperbaiki operasinya;

• Menetapkan koordinasi kelembagaan antara tiga instansi yang bertanggungjawab untuk

memajukan pembangunan yang terkoordinasi, dan operasi dan pemeliharaan (O&P) dari sistem pengelolaan banjir Jakarta;

• Memperkuat kemampuan intsansi-instansi yang bertanggungjawab untuk memperbaiki operasi,

pemeliharaan dan manajemen dari sistem pengelolaan banjir Jakarta.

2. Sebelas kanal banjir dan kanal-kanal yang kritis, juga empat waduk penampung banjir (waduk)

telah diidentifikasi untuk dimasukkan dalam ruang lingkup pekerjaan proyek ini. Ini semua telah diidentifikasi oleh Pemerintah Indonesia sebagai dalam kebutuhan prioritas untuk rehabilitasi dan perbaikan pada kapasitas aliran untuk menanggulangi banjir musiman yang parah. Kanal-kanal banjir, kanal-kanal dan waduk-waduk penampung banjir berlokasi di daerah-daerah di mana hampir 1,8 juta penduduk tinggal1(di luar dari total penduduk kota yang kira-kira 11 juta orang). Peta proyek diberikan

dalamLampiran 1.

3. Kegiatan pengerukan ini diperkirakan akan menghasilkan pembuangan kira-kira 3,4 juta m3

material endapan dan 95.000 m3 sampah limbah padat. Material endapan tidak berbahaya direncanakan

untuk dibuang pada proyek reklamasi laut yang sedang berlangsung di fasilitas pembuangan tertutup (CDF) yang dikenal sebagai CDF Ancol, yang terletak di pantai utara Jakarta di Teluk Jakarta. Sampah limbah padat yang diangkut akan dibawa ke TPA Bantar Gebang di Bekasi, tempat pembuangan utama sampah limbah padat yang melayani Jakarta. Uji sampel pada lokasi proyek menyatakan bahwa material kerukan pada JUFMP adalah tidak-berbahaya. Walaupun demikian, uji pra-pengerukan masih akan dilaksanakan selama pelaksanaan dan dalam kejadian yang sangat jarang jika material endapan sampah berbahaya ditemukan, itu akan dibuang pada tempat pembuangan sampah yang aman yang ada di Bogor yang dimiliki oleh PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi), yang memiliki ijin untuk mengelola material limbah sampah berbahaya. Baik Bogor maupun Bekasi terletak tepat di luar kota Jakarta, tapi di dalam wilayah metropolitan Jakarta

.

1

(12)

1.2

Maksud dan Isi

4. Maksud dari laporan ini adalah untuk memberikan ringkasan dari rancangan dan pokok-pokok

perlindungan lingkungan dan sosial dari JUFMP. Dokumen ini juga berguna untuk memberikan baik gambaran terpadu maupun ringkasan analisa dampak lingkungan dan sosial dan rencana pengendalian

bagi proyek JUFMP secara utuh. Proyek JUFMP meliputi pekerjaan-pekerjaan yang datang di bawah

tanggungjawab berbagai agen. Pada saat yang sama, proyek ini akan juga menggunakan daerah-daerah pembuangan yang sedang dibangun dan/atau dioperasikan oleh pihak-pihak yang independen dari agen-agen pelaksana proyek. Dengan demikian, rancangan dan persediaan perlindungan lingkungan dan sosial

dari Proyek JUFMP secara utuhterdiri dari rangkaian berbagai penilaian dampak lingkungan dan sosial

dan rencana pengendalian yang didukung oleh berbagai penelitian mendalam, laporan dan proses kajian.

Masing-masing penilaian dan rencana ini telah dikembangkan oleh berbagai instansi yang

bertanggungjawab, disetujui untuk berbagai pekerjaan atau lokasi pembuangan, dan pada berbagai waktu di seluruh periode persiapan proyek JUFMP. Rancangan dan persediaan perlindungan lingkungan dan sosial ini telah dinilai selama persiapan proyek JUFMP.

5. Ini memberikan ringkasan tentang persyaratan dan kebijakan tentang perlindungan2yang berlaku

bagi proyek ini. Dokumen ini menjelaskan prinsip-prinsip dan pendekatan untuk penilaian dampak lingkungan dan sosial yang dilaksanakan selama persiapan proyek, meliputi saat persiapan dan penyampaian dokumen-dokumen yang layak hingga bersama menjadikan alat perlindungan sepenuhnya dari proyek ini. Selanjutnya, riset dan analisa terkait, penilaian, konsultasi dan komunikasi yang dilaksanakan selama persiapan proyek didiskusikan, termasuk penjelasan singkat atas temuan-temuan penting dan kesimpulan dari laporan dan penelitian yang relevan. Dampak potensial lingkungan dan sosial dari proyek ini, dan ukuran pengendalian yang dipakai, kemudian disimpulkan. Akhirnya, laporan ini menjelaskan berbagai rancangan yang ditaruh untuk memantau dan mengawasi rencana pengendalian dampak lingkungan dan sosial yang berhubungan dengan pekerjaan proyek dan kegiatan pembuangan, juga untuk mengelola risiko yang tertinggal selama pelaksanaan. Daftar dokumen yang merupakan alat perlindungan proyek, dan daftar dokumen rujukan kunci lainnya diberikan dalam Lampiran 3.

1.3

Kesesuaian dengan Kebijakan Perlindungan yang Ada

6. Proyek ini diharapkan memberikan hasil positif bagi lingkungan dan masyarakat. Pengurangan

banjir akan meredakan dampak lingkungan dan persoalan kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh luapan air dan air banjir yang tergenang dan mengurangi kekacauan pada masyarakat di daerah proyek --terutama pada masyarakat miskin yang tinggal di daerah rawan-banjir. Jika tidak disingkirkan, sampah padat dan endapan dalam saluran akan masuk secara tak terkendali ke dalam muara sungai dan daerah teluk. Dalam jangka panjang, sistem pengelolaan informasi banjir yang sedang diperkenalkan oleh proyek ini akan memberikan informasi berdasarkan alat perencanaan yang diperlukan kepada DKI Jakarta untuk secara berkelanjutan mengelola jaringan kerja dengan baik melampaui masa proyek ini dan untuk melanjutkan mengurangi kejadian banjir di wilayah ini. Walaupun demikian, dampak lingkungan yang buruk juga mungkin terjadi selama pelaksanaan proyek, misalnya, dari material endapan dan sampah padat yang akan dihasilkan, jika tidak ditangani, disimpan, disortir, dipindahkan dan dibuang dengan layak. Dampak-dampak ini secara potensial meliputi gangguan lalu lintas yang signifikan, kualitas air

2

(13)

berkurang karena debu dan keluarnya bau busuk, bertambahnya tingkat kebisingan, penurunan air

permukaan dan kualitas air laut, dll. Pemukiman ulang (resettlement) secara tak sukarela juga telah

diidentifikasi untuk diwajibkan di beberapa lokasi proyek. Terpisah dari persyaratan perlindungan lingkungan dan sosial Indonesia, proyek JUFMP ini sesuai dengan Kebijakan Operasional Penilaian Lingkungan dari Bank Dunia (OP 4.01), dan sesuai dengan persyaratan kebijakannya, ini termasuk kategori Penilaian Lingkungan A. Proyek ini juga sesuai dengan Kebijakan Pemukiman ulang dari Bank Dunia (OP 4.12).

1.4

Pendekatan untuk Penilaian Dampak Lingkungan dan Sosial

Rangkaian Proyek

7. Pekerjaan konstruksi proyek yang didanai telah disusun ke dalam dua tahap rangkaian--Tahap 1

dan Tahap 2. Disain pelaksanaan yang dirangkaikan telah dipakai sebagai suatu kunci pelaksanaan dari mekanisme pengelolaaan risiko bagi proyek ini. Pekerjaan tahap 1 (diusulkan 4 lokasi / kontrak 3 pekerjaan) diharapkan untuk dimulai selama tahun pertama dari pelaksanaan proyek. Pekerjaan tahap 2 (diusulkan 11 lokasi / kontrak 5 pekerjaan) diharapkan mengikuti setelah itu. Rangkaian ini akan membantu untuk menghindari PMU/PIU dan konsultan pengawasnya dari beban berlebihan selama tahun pertama ketika rutinitas dan prosedur, dan proses pelaksanaan sebenarnya secara terperinci telah ditetapkan dan dioperasionalkan. Rangkaian ini juga akan memberikan waktu bagi DKI Jakarta untuk melengkapi instrumen-instrumen pemukiman ulang yang diperlukan dan rancangan mendahului

pekerjaan di lokasi yang meliputi pemukiman ulang terpaksa3 , termasuk pembentukan Sistem

Penyelesaian Keluhan (GRS) dan Panel Tenaga Ahli Lokasi-Lokasi Terkait Proyek

8. Penilaian teknis telah mengidentifikasi 10 bagian kanal/waduk yang secara hidrolik dan/atau

secara langsung berhubungan dengan bagian-bagian kanal/waduk yang berada di bawah JUFMP. Pemerintah baru-baru ini tak mempunyai rencana khusus bagi pekerjaan rehabilitasi dalam bagian-bagian ini. Meskipun begitu, tiap kegiatan demikian pada bagian-bagian ini akan diharapkan berdampak pada operasi bagian-bagian kanal/waduk yang di bawah JUFMP. Karena alasan ini, 10 bagian ini telah didisain sebagai lokasi terkait proyek. Dalam kejadian bahwa pemerintah melaksanakan kegiatan pekerjaan yang berhubungan dengan pengelolaan banjir (misalnya pengerukan dan/atau rehabilitasi kanal) pada 10 bagian ini selama periode proyek JUFMP, ini akan dianggap kegiatan terkait proyek dan pemerintah telah setuju untuk menerapkan persyaratan dari OP 4.12 pada kegiatan demikian.

Pendekatan Penilaian dan Penyampaian

9. Persyaratan perlindungan lingkungan dan sosial untuk pekerjaan Tahap 1 telah ditaksir. Pekerjaan

Tahap 1 diharapkan akan siap untuk pelaksanaan segera setelah proyek efektif (asalkan juga bahwa hal-hal tertentu lain yang telah disetujui tentang syarat-syarat operasional dipenuhi). Proyek ini terletak pada lingkungan yang cair dan dinamis (yaitu perubahan disain menanggapi perubahan kondisi yang terus-menerus, yang meminta revisi terkait dokumen perlindungan). Berdasarkan rangkaian pelaksanaan proyek, pekerjaan Tahap 2 hanya diharapkan akan dimulai dari sekitar 12 sampai 18 bulan setelah

3

(14)

persetujuan proyek. Kualitas pelaksanaan dan hasil pada lingkungan dan sosial terkait dengan pekerjaan Tahap 2 hanya dapat dijamin melalui rangkaian persiapan, penyampaian dan pelaksanaan dari penilaian dampak lingkungannya (PDL) yang sama dan (jika diperlukan) rencana pemukiman ulang (RP). Atas alasan ini dan sesuai dengan pendekatan pelaksanaan dua-tahap rangkaian, persyaratan perlindungan lingkungan dan sosial bagi pekerjaan Tahap 2 akan sepenuhnya ditaksir selama pelaksanaan proyek. Pekerjaan Tahap 2 hanya akan memulai subyek kepada penyelesaian memuaskan dari taksiran perlindungan lingkungan dan sosial (asalkan juga bahwa hal lain tertentu yang telah disetujui tentang syarat-syarat operasional dipenuhi).

10. Semua dokumen perlindungan lingkungan yang berlaku terkait pekerjaan Tahap 1 (termasuk

yang terkait CDF Ancol, yang kini sedang dibangun) akan dibuka sebelum penaksiran proyek. Sesuai dengan pendekatan pelaksanaan dua-tahap, Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (KPLS) dan Kerangka Kebijakan Pemukiman ulang (KKPK) akan mencakup persyaratan pengelolaan lingkungan dan sosial dari pekerjaan Tahap 2, dan akan menuntun persiapan, finalisasi, dan pelaksanaan dari Tahap 2 terkait Penilaian Dampak Lingkungan dan Rencana Pemukiman ulang. KPLS dan KKPK akan dibuka sebelum penaksiran. EIA dan RPF Tahap 2 akan dilengkapi selama pelaksanaan proyek (sebelum pekerjaan terkait dimulai) dan akan diperiksa oleh Bank Dunia dan jika tidak ada keberatan sebelum pembukaan dan pelaksanaan. Tabel 32 dari laporan ini memberikan satu ringkasan dari dokumen perlindungan lingkungan dan sosial dan status pembukaannya.

Penilaian Perlindungan bagi Pekerjaan JUFMP

11. Proses penilaian dampak lingkungan di Indonesia (mengacu pada AMDAL) juga diikuti dan

diluruskan dengan struktur paket pekerjaan Tahap 1 dan 2 JUFMP. Paket AMDAL terdiri dari (i) ANDAL, yang sama dengan EIA dalam Kebijakan Lingkungan Bank Dunia OP 4.01, (ii) RKL, yaitu Rencana Pengelolaan Lingkungan, dan (iii) RPL, yaitu Rencana Pemantauan Lingkungan. AMDAL bagi pekerjaan Tahap 1 telah disiapkan oleh Unit Pengelolaan Proyek (PMU). AMDAL ini telah dikonsultasikan, diperiksa dan disetujui pada bulan Maret 2010 oleh badan lingkungan tingkat provinsi (dikenal sebagai BPLHD) sebagaimana diharuskan oleh aturan nasional dan provinsi di Indonesia. Bank Dunia juga telah memeriksa AMDAL ini dan memberikan komentar sehingga PMU telah menyiapkan Laporan tambahan Tahap 1 JUFMP. Laporan tambahan ini meliputi rekomendasi lebih lanjut yang juga akan diterapkan pada proyek ini. Ini menjamin bahwa AMDAL dan laporan tambahan Tahap 1, yang dikombinasikan, sesuai dengan persyaratan kebijakan perlindungan lingkungan Bank Dunia. PMU juga menyiapkan Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMF) yang sudah diperiksa oleh Bank Dunia. ESMF akan menuntun dan mengelola proses bagi persiapan dokumen-dokumen perlindungan lingkungan yang diharuskan untuk pekerjaan Tahap 2.

12. Studi penilaian sosial (Studi SA –Social Assessment) pendahuluan telah dilaksanakan pada tahun

2008. Sebagai tambahan, penilaian dampak sosial juga dilaksanakan pada tahun 2009-2010 sebagai bagian dari proses AMDAL. Sebagai tambahan pada proses konsultasi AMDAL standar, Diskusi Kelompok Fokus spesifik juga dilaksanakan dalam tiap lokasi proyek untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai dampak lingkungan dan sosial dari proyek ini dan untuk memperoleh dukungan dari masyarakat. Baik dampak sosial potensial yang berhubungan atau tidak dengan proses pemukiman ulang telah diidentifikasi dalam penilaian-penilaian dan proses-proses ini. DKI Jakarta telah menyiapkan proyek Kerangka Kebijakan Pemukiman Ulang (RPF) untuk menjelaskan prinsip-prinsip,

(15)

prosedur dan rancangan organisasional untuk diterapkan bagi persiapan Rencana Pemukiman Ulang (RP) bagi lokasi-lokasi Tahap 2 yang melibatkan pemukiman ulang secara sukarela. Kerangka Kebijakan Pemukiman Ulang telah diperiksa oleh Bank Dunia.

Penilaian Perlindungan untuk FPT Ancol

13. Material endapan tak-berbahaya dari JUFMP akan dibuang di CDF Ancol. Konstruksi

dinding-dinding pembatas untuk CDF Ancol sedang berlangsung pada saat persiapan proyek. Fasilitas tertutup ini kini diharapkan akan diselesaikan pada akhir tahun kalender 2011. AMDAL pertama untuk pekerjaan reklamasi Ancol yang disiapkan oleh PT PJA, telah disetujui oleh BPLHD pada Februari 2006 di mana 12

juta m3 pasir dan 400.000 m3tanah merah diusulkan sebagai material pengisi. Ini sebelum proposal bagi

proyek JUFMP. AMDAL kemudian diperbaiki untuk menyediakan material kerukan JUFMP yang tak berbahaya untuk dipakai sebagai bagian material pengisi untuk FPT Ancol, yang mengurangi permintaaan

pasir hingga 8,6 juta m3. AMDAL yang diperbaiki telah diperiksa dan disetujui oleh BPLHD pada Maret

2009. Patut dicatat bahwa proyek reklamasi Ancol telah direncanakan untuk dilaksanakan, tak peduli dan tak tergantung apakah JUFMP berlanjut atau tidak. Tujuan utama dari PT PJA sebagai pemegang izin seperti dinyatakakan dalam AMDAL bukanlah untuk menerima material buangan JUFMP tapi untuk mereklamasi kira-kira 119 hektar tanah di Teluk Jakarta untuk pembangunan residensial komersil nanti (sebagaimana ini khas dari daerah ini di Teluk Jakarta sejak tahun 1964). Meskipun demikian, FPT Ancol

adalah bagian integral dari JUFMP. Bank Dunia telah memeriksa dokuman AMDAL Ancol4. Untuk

menjembatani kesenjangan yang ditemukan dalam dokumen AMDAL Ancol, PMU telah menyiapkan Laporan Tambahan RKL/RPL Ancol yang telah diperbaharui. Laporan tambahan ini berisi ukuran-ukuran tambahan yang mana akan juga dapat diterapkan untuk proyek ini. Ini menjamin bahwa AMDAL dan laporan tambahana untuk FPT Ancol, yang dikombinasikan, sesuai dengan persyaratan kebijakan perlindungan lingkungan Bank Dunia sehubungan dengan pembuangan material JUFMP.

Penilaian Perlindungan untuk Bantar Gebang dan PPLi

14. Material sampah padat dari JUFMP akan dipindahkan ke TPA Bantar Gebang, sementara

material sedimen yang berbahaya (jika ditemukan) direncanakan untuk dibuang di tempat pembuangan sampah PPLi di Bogor. Kedua tempat pembuangan limbah ini telah ada dan sedang beroperasi di bawah ijin lingkungan nasional dan di bawah pengawasan yurisdiksi BPLHD terkait. Penilaian telah dilaksanakan (meliputi kunjungan lokasi oleh Bank Dunia) untuk memastikan bahwa fasilitas ini memiliki cukup kemampuan dana, teknis dan fisik untuk menerima jenis material limbah dari proyek ini dan juga agar fasilitas ini memiliki ijin lingkungan yang diharuskan dan sah.

1.5

Dampak Lingkungan dan Sosial Yang Signifikan

Dampak Lingkungan dari Pekerjaan JUFMP

15. Dampak lingkungan yang paling berpotensi terkait dengan kegiatan pekerjaan JUFMP telah

diidentifikasi dalam AMDAL5. Dampak-dampak ini terutama berasal dari pekerjaan pengerukan dan

4

Termasuk pembaharuan lanjutn terhadap perubahan dalam disain batas utara (dyke) CDF, di mana rekomendasi tinjauan Bank Dunia terhadap proposal diimplementasikan sebelum adanya persetujuan BPLHD.

5

(16)

tanggul, kuantitas signifikan dari material kerukan dan sampah padat yang akan dihasilkan, dan bagaimana material kerukan ini akan ditangani, disimpan sementara, disimpan, disortir, dipindahkan, dan akhirnya dibuang di daerah-daerah urban yang kurang berpenduduk dan yang dikelilingi oleh permukaan dan air laut. Dampak lingkungan yang berpotensi penting dari pekerjaan ini meliputi: (i) kemacetan lalu lintas karena mobilisasi peralatan dan transportasi material kerukan dan sampah padat ke lokasi pembuangan masing-masing, (ii) tumpahan dari material di sepanjang rute transportasi, (iii) bau busuk dan menurunnya kualitas air dari lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung, (iv) bertambahnya tingkat kebisingan dan getaran dari pekerjaan yang sedang berlangsung, dan (v) reduksi dalam kualitas air permukaan pada kanal-kanal dan sungai-sungai terkait selama pekerjaan berlangsung. Material berbahaya (jika ada ditemukan) juga berpotensi membahayakan lingkungan dan kesehatan jika ini tidak ditangani secara layak.

Dampak Lingkungan dari Pekerjaan CDF Ancol

16. Di CDF Ancol, studi AMDAL mengidentifikasi dampak lingkungan yang paling berpotensi di

lokasi dari kegiatan konstruksi dan reklamasi, meliputi: (i) perubahan dalam pola pasang surut air dan arus, (ii) bertambahnya sedimentasi di sekitar CDF, (iii) menurunnya kualitas air laut karena kegiatan reklamasi dan penimbunan, dan (iv) gangguan pada biota laut. Ada juga potensi dampak merugikan di

tempat dari lokasi-lokasi sumber dan rute transport dari pasir (8,6 juta m3) dan tanah merah (400.000 m3)

yang diharuskan untuk konstruksi CDF (walaupun penggunaan material kerukan JUFMP untuk menggantikan sebagian material pasir yg disyaratkan --dengan demikian mengurangi permintaan pasir

dari 12 juta m3hingga 8,6 million m3- dengan sendirinya adalah suatu ukuran untuk mengurangi

dampak-dampak potensial di lokasi).

Dampak Lingkungan dari Operasi TPA Bantar Gebang dan PPLi

17. Dampak lingkungan potensial dari proyek ini terhadap operasi dari TPA Bantar Gebang dan PPLi

diharapkan kecil. Diperkirakan 95.000 m3 dari total limbah padat yang dihasilkan dari proyek selama 4 tahun akan membuat prosentasi tak penting dari beban normal yang sedang diterima di Bantar Gebang6. Material berbahaya tidak diharapkan dari JUFMP (dikuatkan oleh uji-uji sampel) dan bahkan jika ada ditemukan, jumlahnya masih dalam batas-batas kapasitas dan penanganan dari tempat pembungan sampah aman PPLi.

Dampak Sosial dari Pekerjaan JUFMP

18. Dampak sosial potensial dari proyek ini diidentifikasi melalui Study SA, AMDAL terkait

konsultasi, dan FGD dan konsultasi lain yang dilaksanakan sebagai bagian dari persiapan RPF dan pendahuluan RP. Dampak potensial meliputi dampak yang terkait atau tidak terkait dengan pemukiman ulang. Penelitian dan konsultasi yang dilaksanakan selama bagian awal dari persiapan proyek menyatakan bahwa pemukiman ulang secara sukarela akan diharuskan pada tujuh lokasi, yang mempengaruhi lebih dari 2.500 bangunan dan lebih dari 6.500 orang. Walaupun demikian, usaha-usaha untuk meminimalisir dampak sosial7selama beberapa bulan terakhir telah mengurangi jumlah ini. Sekarang ini, enam dari 15 lokasi proyek diidentifikasi akan meliputi pemukiman ulang secara sukarela, yang mempengaruhi kira-kira 1.109 bangunan dan 5.528 orang. Dampak yang tidak terkait pemukiman ulang meliputi "persepsi

6

Beban normal harian saat ini antara 5.000-6000 ton per hari, atau sekitar 20.000 – 24.000 m3per hari.

7

(17)

dan perhatian" dari masyarakat sekiranya mereka perlu untuk dimukimkan lagi tanpa konsultasi dan kompensasi yang layak. Masyarakat memperhatikan bahwa selama konstruksi lingkungan tempat tinggal mereka akan diganggu dan dirusak oleh pengelolaan tak layak dari operasi kerja dan penanganan material kerukan, yang dapat menuntun pada gangguan karena rusaknya jalan-jalan lokal, debu beterbangan, bau busuk, tumpahan material kerukan, bertambahnya kemacetan lalu lintas dan kebisingan dari peralatan dan truk. Persoalan potensial lain adalah menyangkut dampak pada masyarakat karena tak dapat berpartisipasi selama konstruksi sebagai pekerja dan kurangnya komunikasi antara mereka dan kontraktor dan manajemen proyek. Konstruksi di lokasi proyek akan juga secara sementara mempengaruhi kira-kira 19 operator/pemilik kapal yang melintasi kanal.

1.6

Usulan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial

19. Proyek akan dilaksanakan melalui institusi-institusi yang ada yang layak sesuai dengan struktur

kelembagaan pemerintah untuk pengelolaan banjir. Ada tiga Unit Pelaksana Proyek pada tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah lokal: (i) Dirjen Sumberdaya Air, (ii) Dirjen Cipta Karya, dan (iii) pemerintah lokal DKI Jakarta. Masing-masing akan bertanggungjawab untuk melaksanakan pekerjaan pengerukan dan rehabilitasi pada kanal-kanal banjir utama, kanal-kanal dan waduk-waduk terpilih yang datang di bawah lembaga masing-masing mereka dan tanggungjawab legal mereka. Sesuai dengan

mandat tanggungjawabnya untuk persoalan sosial di kota Jakarta8, DKI Jakarta akan bertanggungjawab

bagi semua rancangan proyek perlindungan sosial. Unit Pengelola Proyek telah didirikan oleh Dirjen Sumberdaya Air untuk mengawasi dan mengkoordinasikan semua persiapan dan pelaksanaan proyek oleh tiga Unit Pelaksana Proyek. Unit Pengelola Proyek juga akan melaksanakan dan mengelola kegiatan biasa, yang meliputi (i) konsultasi pengawasan seluruh konstruksi yaitu Konsultan Pengawas (SC), (ii) penunjukkan Panel Tenaga Ahli (PTA), dan (iii) Sistem Informasi Pengelolaan Banjir (SIPB), dan (iv) mendukung DKI Jakarta terkait pemukiman ulang secara sukarela dan proyek sistem penyelesaian keluhan. Tiga lokasi pembuangan material kerukan JUFMP dioperasikan oleh badan independen yang terpisah dari JUFMP. CDF Ancol dioperasikan oleh pemegang ijin dan operator proyek reklamasi, PT Pembangunan Jaya Ancol (PT PJA). TPA Bantar Gebang dikelola oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta melalui operator pribadi, sementara tempat buang limbah aman PPLi adalah penyedia layanan pembuangan sampah B3 (yaitu PT PPLi) yang komersial pribadi.

Pengelolaan Dampak Lingkungan untuk Pekerjaan JUFMP

20. Untuk pekerjaan JUFMP, masing-masing AMDAL juga persyaratan Laporan tambahan Tahap 1

JUFMP akan dimasukkan ke dalam dokumen lelang pekerjaan dan kontrak. Ini menjamin agar kontraktor pekerjaan akan mempunyai tanggung jawab utama untuk pelaksanaan ukuran perlindungan lingkungan yang diharuskan. Kontraktor diminta untuk memiliki staf khusus dengan tanggungjawab pengelolaan lingkungan dan sosial. Peserta lelang diminta sebagai bagian dari tawaran mereka untuk menyerahkan pendahuluan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial dari kontraktor, termasuk pendahuluan dari Rencana Pengelolaan Transport (TMP). Ini akan dikembangkan ke dalam rencana terperinci oleh kontraktor pemenang. Karena mayoritas efek potensial berhubungan dengan interaksi dengan masyarakat

8

Jakarta adalahh provinsi yang secara resmi dirancang dengan status khusus sebagai Ibu Kota Negara Indonesia, yaitu DKI Jakarta. Secara administrative, DKI Jakarta dibagi dalam 5 daerah kotamadia (yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat) dan satu kabupaten (yaitu Kepulauan Seribu, sekelompok pulau kecil di Laut Jawa).

(18)

lokal, maka jumlah minimum kontrak mengharuskan pertemuan dengan masyarakat yang juga dimasukkan dalam kontrak. Masuknya pasal-pasal lingkungan dan sosial dalam dokumen penawaran juga menjamin bahwa pasal-pasal ini akan cukup dihargai dalam kontrak. Biaya ini sedang dikembangkan ke dalam satuan biaya untuk pengerukan dan transport. Biaya lingkungan dan sosial yang dikembangkan ke dalam satuan biaya kontrak meliputi, tapi tidak dibatasi kepada, kebersihan tempat kerja, keamanan, manajemen lalu lintas, kendali buangan alat, pencegahan tumpahan, pengelolaan kebisingan, dan konsultasi dengan masyarakat.

21. Mutu material sedimen dalam sungai atau kanal terpilih telah diuji secara mendalam beberapa

waktu. Hasil uji adalah konsisten sejauh semuanya dikonfirmasi bahwa material sedimen adalah limbah tidak berbahaya (per standar yang diminta dalam Aturan Pemerintah Indonesia mengenai material

berbahaya dan pengelolaan limbah berbahaya9). Oleh karena itu, material berbahaya (dirujuk sebagai

limbah B3 dalam aturan Pemerintah Indonesia) tidak diharapkan untuk ditemukan selama pelaksanaan. Walaupun demikian, untuk menjamin material tak berbahaya dari JUFMP yang dibuang dalam CDF

Ancol10, aturan ketat telah dikembangkan dan dipakai yang mengharuskan uji-awal sedimen pada bagian

kanal segera sebelum pengerukan. Pada kejadian amat jarang sehingga uji sebelum-pengerukan menyatakan adanya material dan limbah B3, maka lokasi akan ditandai. Subyek pada persetujuan dari Menteri Lingkungan Hidup (mengacu pada aturan Indonesia) material ini diharapkan dikeruk dan dipindahkan hanya ke fasilitas pembuangan aman PPLi.

22. Untuk pekerjaan JUFMP, tanggungjawab utama untuk pelaksanaan perincian standar lingkungan

dalam AMDAL dan Laporan tambahan Tahap 1 JUFMP terletak pada pekerjaan sipil dan kontraktor pengerukan. Persyaratan dilekatkan sebagai kewajiban kontrak dari kontraktor. Konsultan Pengawas proyek (SC) akan bertanggungjawab untuk pengawasan hari-demi-hari terhadap para kontraktor (termasuk berpegang kepada standar lingkungan yang disyaratkan). SC akan selanjutnya melapor secara langsung kepada PMU. PMU akan menganggap baik SC dan para kontraktor bertanggungjawab untuk menjamin kesesuaian dengan ukuran lingkungan yang disyaratkan. Syarat-syarat Rujukan dari Konsultan Pengawas mengharuskan agar tim konsultan melibatkan pakar lingkungan dengan kapasitas dalam kegiatan pengawasan yang mengetahui dampak lingkungan. Juga, diketahui bahwa kanal dan sungai terpilih terletak di propinsi DKI Jakarta dan mengalir melintas batas-batas yurisdiksi kota sub-provinsi, sehingga agen-agen lingkungan lokal (BPLHD) baik pada tingkat Propinsi (yaitu pejabat yang memeriksa dan menyetujui semua AMDAL) dan BPLHD tingkat kota (yaitu tingkat Walikota) akan juga menjalani pekerjaan pemantauan langsung yang ditugaskan pada mereka. Bank Dunia akan melaksanakan pengawasan reguler pada pelaksanaan proyek, terutama melalui PMU. PMU juga akan menyewa Panel

Tenaga Ahli11, yang akan memantau dan mengevaluasi persiapan dan pelaksanaan instrumen-instrumen

perlindungan proyek (yang meliputi EMP, RPF dan sistem penyelesaian keluhan) dan memberikan masukan kepada PMU mengenai tindakan apapun untuk diambil untuk memperbaiki pemenuhan.

Pengelolaan Dampak Lingkungan untuk Pekerjaan CDF Ancol, dan operasi Bantar Gebang dan PPLi

9

PP no. 85/1999 tentang Manajemen Limbah Berbahaya dan Beracun.

10

Persyaratan ini juga merupakan stipulasi dari AMDAL CDF Ancol

11

Tim ahli diharapkan dapat terdiri dari seorang ahli lingkungan, seorang insinyur yang berpengalaman dala m pengerukan dan pembuangan kerukan, dan seorang ahli masalah pemukiman ulang.

(19)

23. Untuk pekerjaan CDF Ancol, persyaratan AMDAL telah dimasukkan oleh PT PJA ke dalam kontrak dari kontraktor CDF Ancol. Simulasi hidrodinamis yang dilakukan sebagai bagian dari proses AMDAL untuk CDF Ancol menyatakan bahwa konstruksi fasilitas akan mungkin menuntun kepada hanya perubahan sedikit pada pola arus laut di sekitar lokasi fasilitas. Untuk mengendalikan terhadap dampak yang teridentifikasi lainnya, AMDAL untuk CDF mengharuskan agar material yang diisi dalam daerah reklamasi ditutup pada semua sisi oleh konstruksi dinding luar sepanjang seluruh panjang perimeter dari daerah konsesi reklamasi (kira-kira 119 ha). Dinding-dinding pada garis keliling dirancang sehingga dapat menahan material padat dari material pengisi (yang akan meliputi kira-kira 3,4 juta m3 material kerukan dari proyek JUFMP) sementara membiarkan keluarnya air yang lebih bersih/difilter dari daerah tertutup lewat bendungan. Disain dari fasilitas ini telah diperiksa dan dinilai sebagai memuaskan selama pelaksanaan proyek. Ini walaupun demikian, untuk menjamin agar material kerukan JUFMP tidak dibuang di CDF Ancol sebelum fasilitasnya siap, 'no obejction' dari Bank Dunia pada kontrak pengerukan JUFMP hanya akan diberikan jika Bank Dunia merasa puas dengan kecukupan fasilitas tertutup dan telah menerima bukti memuaskan atas pemenuhan PT PJA pada persyaratan AMDAL untuk CDF Ancol. AMDAL untuk CDF Ancol juga mengharuskan alat-alat transport untuk dibersihkan setelah mencurahkan material kerukan di CDF Ancol supaya selanjutnya mencegah perpindahan tak diperkenankan dari material kerukan ke jalan lokal. Proses AMDAL CDF Ancol juga telah memeriksa dampak potensial dari lokasi sumber dan rute transport pasir (8,6 juta m3) and tanah laterite (400.000 m3) sebagai tambahan material kerukan JUFMP untuk konstruksi CDF. AMDAL menetapkan lokasi sumber khusus dari pasir--sumber pantai di Banten di pantai barat Jawa Barat--yang telah diperiksa memiliki ijin lingkungan yang disetujui yang konsisten dengan aturan dan hukum di Indonesia mengenai pertambangan dan penggalian. AMDAL juga mengharuskan tanah laterit/merah (yang diharuskan pada tahap akhir dari proses reklamasi) berasal dari sumber-sumber yang disetujui oleh BPLHD DKI (Tingkat Propinsi).

24. Untuk pekerjaan CDF Ancol, tanggungjawab langsung untuk melaksanakan rincian

tindakan-tindakan lingkungan pada AMDAL CDF Ancol terletak pada kontraktor-kontraktornya PT PJA. Persyaratan dilekatkan sebagai kewajiban kontrak dari para kontraktor. PT PJA melalui Unit Pembangunan Propertinya akan mengawasi semua aspek (termasuk lingkungan) dari kontrak. Sebagai tambahan, PT PJA telah merekrut satu perusahaan konsultan yang melaksanakan pemantauan pemenuhan kwartalan pada pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung. PT PJA, dalam pemenuhan pada persyaratan AMDAL, sedang menyiapkan dan menyerahkan kepada BPLHD DKI laporan pelaksanaan kwartalan tentang RKL dan RPL. Laporan-laporan ini berisi ukuran dan tindakan yang diambil oleh PT PJA untuk melaksanakan ukuran yang terdapat dalam RKL dan RPL mereka yang telah disetujui. Laporan ini akan juga meliputi pelaksanaan tindakan-tindakan tambahan yang terdapat dalam Laporan Tambahan Perbaikan RKL/RPL Ancol.

25. Tanggungjawab utama untuk pengawasan dan pemantauan keseluruhan pekerjaan di CDF Ancol

akan terletak pada agen-agen BPLHD tingkat Propinsi dan Kota. PT PJA juga setuju bagi Konsultan Pengawas (SC) proyek JUFMP untuk melaksanakan pengawasan dan pemantauan keseluruhan pada pekerjaan CDF Ancol (yang meliputi kegiatan di lokasi-lokasi terkait) selama berlangsungnya proyek JUFMP. BPLHD telah memulai pemantauan pada pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung di CDF Ancol dan telah mencatat dan melaporkan temuannya dan mengeluarkan petunjuknya kepada PT PJA untuk menjalani tindakan-tindakan perbaikan yang diminta. Pada pemeriksaan lokasi pada bulan November 2010 oleh mereka, BPLHD DKI mengundang Bank Dunia untuk mengikuti pekerjaan pemeriksaan pemantauan bersama dan Bank Dunia berpartisipasi dalam proses ini bersama BPLHD DKI.

(20)

BPLHD propinsi menyatakan akan melanjutkan untuk mengundang Bank Dunia dalam pekerjaan inspeksi pemantauan rutinnya di CDF Ancol. Laporan pelaksanaan kwartal (per tiga bulan) atas RKL dan RPL dari PT PJA akan juga dibagi kepada Bank Dunia. Bank Dunia telah menaksir kapasitas teknis dan finansial BPLHD propinsi agar secara memuaskan melaksanakan tanggungjawab pemantauan yang dimandatkan pada mereka. Sementara tidak ada persetujuan legal langsung antara Bank Dunia dan PT PJA, persetujuan legal JUFMP akan meliputi persyaratan bagi DKI Jakarta untuk menggunakan hak-haknya (sebagai pemegang saham dari PT PJA) untuk menyebabkan PT PJA melaksanakan persyaratan (termasuk tindakan-tindakan pengendalian) dari AMDAL untuk CDF Ancol dan Laporan Tambahan Perbaikan RKL/RPL Ancol.

26. Tanggungjawab utama untuk pengawasan dan pemantauan keseluruhan dari operasi yang sedang

berlangsung di TPA Bantar Gebang dan fasilitas PPLi terletak pada BPLHD kota dan propinsi masing-masing. Konsultan Pengawas (SC) proyek juga akan mengawasi dan melaksanakan pemantauan keseluruhan dari kegiatan proyek terkait di Bantar Gebang dan PPLi.

Pengelolaan Dampak Sosial

27. Proyek ini berusaha untuk menghindari atau meminimalisir (jika penghindaran tak

memungkinkan) baik dampak sosial yang terkait atau tidak terkait dengan pemukiman ulang. Ini dilakukan melalui pekerjaan terbatas pada bagian-bagian prioritas, pemilihan teliti pada pendekatan pengerukan dan teknologi peralatan, dan rancangan teknis terperinci (DED) diarahkan untuk meminimalisir dampak. Seperti dijelaskan dalam Bagian 1.5, usaha signifikan pada periode persiapan proyek diperkirakan telah mengurangi jumlah bangunan yang terkena proyek dari perkiraan awal 2.513 bangunan menjadi 1.109 bangunan kini. Usaha ini akan dilanjutkan selama pelaksanaan proyek. Rangkaian pekerjaan akan juga memberikan waktu yang cukup untuk menyiapkan, mengkonsultasikan dan melaksanakan Rencana Pemukiman Ulang, juga menyediakan bagi pendirian sistem penyelesaian keluhan dan penunjukan panel tenaga ahli di depan pelaksanaan pemukiman ulang yang besar-besaran.

28. Kerangka Kebijakan Pemukiman Ulang (RPF) telah dikembangkan oleh DKI Jakarta yang

memperhatikan hak-hak tentang Warga Terkena Proyek (WTP), kompensasi rasional atas hilangnya aset-aset di tempat pemindahan, ukuran khusus untuk memperhatikan kelompok-kelompok rentan, dan bantuan untuk pemulihan kehidupan. RPF akan menuntun persiapan Rencana Pemukiman Ulang di lokasi-lokasi proyek di mana pemukiman ulang secara terpaksa diharuskan (termasuk di lokasi-lokasi terkait proyek). Mengacu pada sejarah praktek penggusuran di Jakarta, RPF dengan prinsip utama untuk praktek perlindungan sosial yang adil menggambarkan kemajuan perubahan dalam pendekatan DKI Jakarta untuk menangani pemukiman ulang secara terpaksa. Meskipun demkian, DKI Jakarta mempunyai perhatian kuat agar kebijakannya tak boleh secara tak sengaja menghadiahi perilaku ilegal tapi secara serentak gagal untuk melindungi orang-orang yang rentan yang berisiko kehilangan rumahnya dan

penghidupannya. Atas alasan ini, RPF membuat perbedaan antara tuan tanah liar dan encroacher dan

dengan WTP lainnya12. RPF menjelaskan bahwa bantuan disediakan untuk tuan tanah tanpa surat dan

penghuni ilegal akan ditentukan dalam RPK atas dasar kasus per kasus yang dirundingkan dan

12

Encroacheradalah pemilik lahan yang memperluas lahan mereka melewati batas legal dengan mengambil laha n di sekitarnya atau lahan Negara, dan tuan tanah liar adalah mereka yang mendirikan bangunan pada lahan Negara untuk mengambil keuntungan dari para penyewa, tetapi tidak bergantung pada lahan ini untuk penguhidupan layak yang berkelanjutan.

(21)

kesepakatan bersama, tanpa kriteria yang ditentukan lebih dulu yang membatasi. Ini berguna untuk menyorot tujuan untuk melindungi orang-orang yang rentan berisiko kehilangan rumah dan penghidupannya, tapi menyeimbangkannya dengan persetujuan kepada kebijakan Pemukiman Ulang dari Bank Dunia dengan tidak mengeluarkan jenis tertentu apapun dari orang-orang yang terkena proyek untuk bantuan dan/atau kompensasi.

29. Semua lokasi proyek akan diperiksa untuk Warga Terkena Proyek dan Rencana Pemukiman

Ulang yang disiapkan sesuai dengan RPF di mana Warga Terkena Dampak tak dapat dihindari. RPK akan mengidentifikasi warga yang terkena proyek dan meletakkan kerangka untuk kompensasi dan pemulihan penghidupan rumah tangganya dengan batas waktu yang jelas dan disepakati antara Warga Terkena Proyek dan DKI Jakarta. Semua Rencana Pemukiman Ulang (RP) akan diperiksa oleh Bank Dunia. RP akan mengharuskan ‘tidak ada keberatan dari Bank Dunia, untuk dibuka kepada umum dan dilaksanakan (kecuali ada unsur-unsur terkait kegiatan paska-pemukiman ulang) sebelum pekerjaan apapun dimulai pada lokasi bersangkutan. DKI Jakarta akan mendirikan proyek Sistem Penyelesaian Keluhan (GRS) yang akan berfungsi, diantara fungsi-fungsi lainnya, untuk menerima dan memperhatikan/menyelesaikan keluhan terkait pemukiman ulang.

30. Pelaksanaan kegiatan terkait pemukiman ulang adalah tanggungjawab DKI Jakarta, terutama

Kelompok Kerja Lingkungan dan Sosial (ESWG), Kelompok Kerja Penjaminan Mutu dan Manajemen Proyek, dan Kelompok Kerja Pemantauan dan Pelaporan. Pada tingkat operasional, terutama dalam menyiapkan dan melaksanakan RP, Pokja Lingkungan dan Sosial akan di-tim-kan dengan staf kota-kota yang relevan (tim pemukiman ulang). Konsultan Pengawas (SC) akan memantau, mengawasi dan menasehati Pokja Lingkungan dan Sosial dalam menyiapkan dan melaksanakan RP. Anggaran untuk menyiapkan dan melaksanakan RP (kecuali untuk konsultan) akan ditanggung oleh DKI Jakarta. Ini akan meliputi ongkos operasional untuk Pokja Lingkungan dan Sosial dan tim pemukiman ulang, kompensasi atas aset-aset, bantuan untuk pemukiman ulang dan dukungan rehabilitasi. Konsultan Pengawas (SC) ini akan juga bertanggungjawab untuk menjamin bahwa DKI Jakarta melaksanakan RP secara konsisten dan sesuai dengan RPF, dan untuk mendukung DKI Jakarta dalam mendirikan dan mengelola proyek Sistem Penyelesaian Keluhan. SC akan memantau lokasi-lokasi terkait proyek dan daerah-daerah yang dekat dengan lokasi proyek dan melaporkan kegiatan yang relevan--khususnya yang dapat melibatkan pemukiman ulang.

31. Sifat perubahan dari pendekatan proyek untuk menangani pemukiman ulang seperti dinyatakan

dalam Kerangka Kebijakan Pemukiman Ulang (RPF) juga menyatakan tantangan pelaksanaan yang signifikan. Sementara DKI Jakarta telah komit untuk RPF dan RP terkait, pelaksanaan mereka (terutama pada tahap awal) akan tak terhindarkan harus berjuang menghadapi praktek-praktek, prosedur, dan aturan tak konsisten dan telah dibuat sebelumnya. Untuk mengurangi potensi pelaksanaan leher botol, DKI Jakarta kini terlibat dalam konsultasi intensif dan pelatihan penyebaran informasi khususnya kepada empat kotamadya di Jakarta yang relevan yang akan melaksanakan pelaksanaan hari-demi-hari dari RPF dan RP.

1.7

Konsultasi

32. Proses konsultatif untuk proyek ini telah tersebar luas selama periode persiapan proyek (terutama

(22)

persoalan yang didiskusikan. Selama persiapan proyek, kebanyakan konsultasi berhubungan dengan

proses AMDAL13 (baik untuk JUFMP dan CDF Ancol), dan persiapan RPF dan pendahuluan RP.

Konsultasi lebih luas antara DKI Jakarta, instansi-instansi pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, dan pemegang saham lain mengenai persoalan yang bervariasi dari hal teknis, rekayasa, lingkungan, sosial, rancangan perencanaan dan pelaksanaan juga telah dilaksanakan dan diharapkan berlanjut. Selama pelaksanaan proyek, interaksi dengan masyarakat lokal di dan dekat lokasi proyek ada dimandatkan dengan jumlah minimum pertemuan periodik yang diharuskan kontrak dengan masyarakat yang dimasukkan dalam kontrak pekerjaan. Petugas lokasi proyek (POSKO) akan dipertahankan karena tiap lokasi proyek akan melayani sebagai pusat informasi publik diantara fungsi-fungsi lainnya. Petugas-petugas lokasi ini akan juga melayani sebagai tempat yang dapat dimasuki secara mudah untuk menerima umpan balik (termasuk keluhan-keluhan) mengenai proyek dari masyarakat lokal juga untuk melaksanakan konsultasi sebagaimana diharuskan.

33. Berbagai konsultasi publik yang dilaksanakan selama persiapan proyek meliputi

persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tujuan proyek dan ruang lingkup/komponen, rancangan kelembagaan dan pelaksanaan, jadwal waktu proyek, dampak lingkungan dan rencana pengendalian, dampak sosial (termasuk pemukiman ulang), perhatian masyarakat lainnya, dan rencana untuk konsultasi dan keterlibatan masyarakat. Rincian dari konsultasi terkait AMDAL dicatat dalam tiap persetujuan AMDAL. Sebagai tambahan pada konsultasi yang dimandatkan AMDAL, serangkaian Diskusi Kelompok Fokus (FGD) juga dilaksanakan yang meliputi semua kelurahan di mana lokasi-lokasi proyek ditempatkan. Tujuan dari FGD adalah untuk (i) memberitahu masyarakat mengenai status proyek, dan (ii) mendapatkan umpan balik dan aspirasi masyarakat. Para partisipan terdiri dari wakil-wakil dari kantor kelurahan, Dewan kelurahan, Babinsa, Ketua PKK, pemimpin masyarakat, kepala RT dan RW, dan wakil-wakil dari masyarakat di lokasi proyek. Secara keseluruhan, ada dukungan luas untuk proyek ini dari masyarakat yang berpotensi terkena proyek dan komunitasnya asalkan proyek bertujuan untuk mengendalikan banjir musiman yang menyebabkan mereka dalam kesulitan besar dan kerugian ekonomi yang signifikan. Tapi masyarakat juga menyatakan berbagai perhatian, terutama berhubungan dengan dampak potensial terkait konstruksi dan gangguan (misalnya, suara, bau, kemacetan lalu lintas, tumpahan, dll), juga dampak potensial pemukiman ulang secara terpaksa.

34. Konsultasi masyarakat, terutama dalam Diskusi Kelompok Fokus (FGD), adalah alat untuk

membantu DKI Jakarta menyiapkan Kerangka Kebijakan Pemukiman Ulang (RPF). Serangkaian lokakarya dan dialog juga dilaksanakan untuk menginformasikan persiapan Kerangka Kerja Pemukiman Ulang. Khususnya, dua konsultasi internal dan konsultasi eksternal dilaksanakan untuk menginformasikan dan memperoleh dukungan dan umpan balik dari pemerintah dari pemegang saham lain untuk draft RPF. Konsultasi internal melibatkan partisipan dari tingkat propinsi DKI hingga tingkat terendah (perwakilan dari walikota-walikota dari semua empat kotamadya DKI, dinas dan biro DKI yang relevan, dan pemerintah sub-lokal sampai tingkat Kecamatan / Kelurahan). Konsultasi eksternal dihadiri oleh perwakilan DKI Jakarta juga LSM, perwakilan universitas dan pakar-pakar teknik. Konsultasi internal kini ditindak lanjuti dengan konsultasi intensif dan penyebaran info khususnya pada empat kotamadya Jakarta yang relevan yang akan melakukan pelaksanaan hari RPF dan RP hari-demi hari.

13

Konsultasi publik (paling tidak 2 tahapan) dari proposal proyek adalah wajib dalam proses AMDAL, dan ini membentuk persyaratan kunci dalam kesesuaian dengan persyaratan baik Pemerintah Indonesia maupun Bank Dunia.

(23)

35. DKI Jakarta juga melaksanakan konsultasi selama persiapan draft awal RP untuk lokasi-lokasi

Tahap 2 yang telah diidentifikasi memiliki WTP14. Kegiatan sosialisasi awal ini dilakukan dengan

pemerintah tingkat lokal / pemimpin masyarakat (terutama kelurahan, RT/RW) dan selanjutnya dilakukan oleh pertemuan kelompok di kantor kelurahan oleh banyak kelompok kecil yang bergerak dari RT/RW ke RT/RW. Konsultasi yang lebih intensif dengan Warga Terkena Proyek (WTP) direncanakan setelah tanggal batas diumumkan, diantaranya untuk menegaskan daftar WTP dan aset-aset yang terkena proyek, untuk mendiskusikan dan menyetujui tentang kompensasi/ganti rugi dan pilihan bantuan, jadwal berbenah dan pindah, dll., sebagai bagian dari Rencana Pemukiman Ulang. Konsultasi dengan WTP diharapkan dilakukan baik dalam kelompok maupun pleno, bergantung pada situasi khusus di tiap lokasi.

1.8

Komunikasi Proyek

36. Selama periode persiapan proyek, proses konsultasi yang berhubungan dengan perlindungan

lingkungan dan sosial dari proyek (selama periode tiga tahun dari 2009-2011) telah menjadi salah satu jalan penting untuk penyebaran informasi tentang rincian proyek kepada publik dan pemegang saham lainnya. Konsultasi memasukkan penyebaran disain proyek terkini, ruang lingkup dan status, dan secara luas telah mendapat dukungan positif untuk proyek dan tujuan pengendalian banjirnya. DKI Jakarta juga memposisikan JUFMP sebagai bagian kunci dari strategi pengendalian banjir jangka pendek. Berdasarkan akibat tak terkendali kejadian banjir terkini yang buruk pada kehidupan kota, media lokal pada umumnya telah memuat usaha penyebaran info ini. Sebagai akibatnya, kesadaran publik pada JUFMP (baik pada tingkat masyarakat maupun pada tingkat kota) makin bertambah selama periode persiapan proyek dari Januari 2010 sampai Januari 2011 yang ditunjukkan melalui stabilnya dan bertambahnya paparan media atas proyek ini15, terutama melalui portal-portal berita online, blog-blog masyarakat dan media cetak. Nada dari diskusi media tentang usaha pengendalian banjir juga membuka ke arah positif setelah periode audit. Pertemuan Panitia Pengarah Bersama secara periodik telah menjadi alat dalam memberikan dasar pijakan bagi komunikasi antar-agen dan tukar informasi terkini tentang perkembangan dan status proyek. Dalam DKI Jakarta, kesempatan dari proses konsultasi yang berhubungan dengan perlindungan sosial proyek telah dipakai untuk mengkomunikasikan rincian proyek hingga tingkat terendah dari pemerintah lokal.

37. Selama pelaksanaan proyek, komunikasi melalui program konsultasi lingkungan, sosial dan

kontraktor akan berlanjut. Pada tingkat masyarakat, pusat informasi publik (yang terletak di POSKO) pada masing-masing proyek JUFMP akan memainkan satu peran kritis, di mana informasi proyek (termasuk status pelaksanaan terkini) akan tersedia dan gampang diakses publik, terutama masyarakat di dalam atau dekat dengan lokasi proyek. Pertemua Panitia Pengarah Bersama diharapkan berlanjut terus. DKI Jakarta juga menetapkan Biro Prasarkot dengan tugas khusus untuk mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan proyek ini di seluruh DKI Jakarta dan agen pemerintah lainnya yang relevan. Terpisah dari upaya komunikasi proyek dari Pemerintah dan agen-agen pelaksana, Bank Dunia sedang menyiapkan website proyek di mana info proyek terkini dapat tersedia selama pelaksanaan.

1.9

Risiko-Risiko Reputasional

14

Lokasi Tahap 1 tidak melibatkan pemukiman ulang terpaksa, sedangkan sejumlah lokasi Tahap 2 melibatka n pemukiman ulang terpaksa.

15

(24)

38. Persiapan proyek JUFMP telah menjalani proses penilaian lingkungan dan sosial yang cukup luas dan mendalam. Meskipun demikian, ada tiga wilayah penting kegiatan yang tidak secara langsung dalam tanggungjawab keadaan pelaksanaan proyek yang dapat memunculkan risiko pada reputasi JUFMP dan/atau Bank Dunia selama pelaksanaan. Yang pertama berhubungan dengan kegiatan non-proyek yang dapat terjadi di atau dekat dengan lokasi proyek. Yang kedua menyangkut kegiatan di dalam CDF Ancol. Yang ketiga menyangkut kegiatan reklamasi jangka panjang di utara Jakarta. Berbagai tindakan akan diambil selama pelaksanaan untuk mengendalikan, mengurangi atau mengelola risiko-risiko ini hingga tingkat dapat diterima. Harus dicatat bahwa tindakan-tindakan ini tak akan secara sempurna menyingkirkan risiko-risiko ini.

39. Berdasarkan lokasi penduduk yang sangat padat, terjadinya proyek dan kegiatan lain yang tak

berhubungan dengan proyek JUFMP di dalam atau dalam jarak sangat dekat dengan beberapa lokasi JUFMP adalah mungkin tak terhindarkan. Kegiatan ini mungkin memiliki berbagai tujuan, standar dan proses, tapi dapat diasosiasikan secara keliru dengan JUFMP dalam pikiran publik dan pemegang saham lain. Ini dapat menuntun kepada harapan publik yang salah pada kegiatan ini, atau tindakan keliru atas ukuran pengelolaan lingkungan dan sosial yang lemah padsa JUFMP. Berbagai tindakan akan diambil untuk mengendalikan dan mengurangi risiko-risiko ini, yang meliputi memposting penandatanganan proyek, pemagaran sementara di mana layak, dan pemeliharaan pusat informasi publik (yang terletak di POSKO) pada tiap lokasi proyek untuk menyebarkan informasi proyek dan untuk melayani sebagai jalan segera untuk penjelasan atas kesalahpahaman yang mungkin muncul. Konsultan Pengawas (SC) juga akan memantau wilayah-wilayah yang berdekatan di sekitar lokasi JUFMP (dan lokasi-lokasi terkait proyek) sebagai satu alat untuk memberikan pemberitahuan lebih dulu kepada PIU, PMU dan Bank Dunia untuk membolehkan koordinasi dan tindakan untuk mencegah kesalahpahaman komunikasi dan asosiasi keliru yang kurang hati-hati atas JUFMP.

40. Sementara JUFMP hanya akan menyumbang beberapa material isian untuk CDF Ancol,

reklamasi pada CDF Ancol itu sendiri adalah proyek terpisah yang di luar tanggung jawab lembaga pelaksana proyek JUFMP. Walaupun demikian, publik dan pemegang saham lainnya dapat secara langsung mengasosiasikan tiap masalah (misalnya lingkungan, sosial, keuangan, komersil, dll.) yang dapat muncul di CDF Ancol dengan JUFMP. Berdasarkan kepentingan JUFMP dalam pelaksanaan layak dan berhasil dari kegiatan CDF Ancol, rancangan telah dibuat agar Konsultan Pengawas (SC) akan memiliki akses ke CDF Ancol untuk maksud pemantauan dan pengawasan (termasuk pada lokasi sumber untuk pasir dan material isian tanah laterit). Selama pelaksanaan proyek, Bank Dunia juga akan bekerja dengan BPLHD untuk melaksanakan pengawasan bersama dan inspeksi lokasi di CDF Ancol. Kegiatan pemantauan dan pengawasan ini akan mengijinkan bagi tindakan-tindakan untuk dirumuskan dan diambil untuk memperbaiki tiap kesalahan pelaksanaan, dan diharapkan mengurangi risiko reputasional yang potensial kepada JUFMP dan/atau Bank Dunia. Disain proyek akan meliputi ketentuan untuk membatasi pertanggungjawaban Bank Dunia menyangkut kegiatan di CDF Ancol.

41. Kegiatan reklamasi CDF Ancol sendiri adalah satu kegiatan reklamasi skala relatif kecil di dalam

proses reklamasi jangka panjang yang sedang berlangsung dan lebih besar di wilayah Ancol di utara Jakarta yang telah dimulai pada awal 1960-an. Sementara proyek JUFMP adalah jelas tak berhubungan dengan kegiatan reklamasi selain dengan CDF Ancol secara khusus. kemungkinan yang ada yang mungkin dapat salah diasosiasikan oleh publik dan pemegang saham lain sebagai bertanggungjawab atas proyek reklamasi lainnya misalnya, proyek-proyek yang telah terjadi di waktu lampau atau berpotensial

(25)

dapat terjadi di masa yang akan datang. Dokuman proyek dan upaya penyebaran informasi akan bertujuan untuk menegaskan dan membuat jelas bahwa luas keterkaitan JUFMP dalam hal ini adalah dibatasi pada CDF Ancol.

2

Deskripsi Proyek

2.1 Tujuan Pembangunan Proyek

42. Tujuan Pembangunan Proyek (TPP) adalah untuk berkontribusi bagi perbaikan operasi dan

pemeliharaan bagian prioritas dari sistem pengelolaan banjir di Jakarta. TPP akan dicapai melalui:

• Pengerukan bagian-bagian kanal banjir utama yang dipilih, kanal-kanal dan waduk-waduk untuk

memperbaiki kapasitas alirannya, dan membuang material kerukan ke fasilitas yang layak;

• Merehabilitasi dan membangun tanggul di bagian-bagian sungai, dan memperbaiki atau

mengganti peralatan mekanis pada, kanal banjir terpilih, kanal-kanal dan waduk-waduk untuk mendukung dan memperbaiki operasinya;

• Menetapkan koordinasi kelembagaan antara tiga instansi yang bertanggungjawab untuk

memberanikan pembangunan yang terkoordinasi, dan operasi dan pemeliharaan (O&P) dari sistem pengelolaan banjir Jakarta, dan

• Memperkuat kemampuan dari instansi-instansi yang bertanggung jawab untuk memperbaiki

operasi, pemeliharaan dan pengelolaan sistem manajemen banjir Jakarta.

2.2

Ringkasan Komponen Proyek

43. Proyek terdiri dari dua komponen yang diringkas sebagai berikut:

Komponen 1. Pengerukan dan rehabilitasi kanal banjir utama terpilih, kanal-kanal dan waduk-waduk. Komponen ini akan mendukung pengerukan dan rehab 11 kanal banjir/kanal-kanal dan empat waduk yang diidentifikasi sebagai bagian prioritas dari sistem pengelolaan banjir Jakarta yang amat membutuhkan rehab dan perbaikan dalam kapasitas aliran. 11 kanal banjir/kanal-kanal ini diperkirakan memiliki panjang total 67,5 km, sementara empat waduk diperkirakan memiliki luas total 65,1 hektar (lihat rincian ringkasan pada Tabel 2-1 di bawah). Kira-kira 42,2 km tanggul diharapkan direhabilitasi atau dibangun di dalam kanal-kanal banjir ini, dan waduk-waduk. Di mana diperlukan, peralatan mekanik (pompa, pintu air, dll) akan diganti atau diperbaiki.

Komponen 2. Bantuan teknis untuk pengelolaan proyek, perlindungan sosial, dan pembangunan kapasitas. Komponen ini akan mendukung pengelolaan kontrak, pemeriksaan disain teknik, insinyur pengawas konstruksi untuk pengerukan dan pekerjaan rehab dan bantuan teknis. Bantuan teknis meliputi dukungan kepada perbaikan koordinasi kelembagaan untuk operasi dan pemeliharaaan sistem pengelolaan banjir Jakarta juga pendirian Sistem Informasi Pengelolaan Banjir (FMIS). Ketentuan telah dibuat bagi ongkos untuk melaksanakana Rencana Aksi Pemukiman Ulang, juga pembentukan dan operasi dari proyek Sistem Penyelesaian Keluhan dan Panel Tenaga Ahli.

(26)

44. Lima belas kanal banjir, kanal-kanal dan waduk-waduk prioritas telah diidentifikasi untuk dimasukkan dalam ruang lingkup dari pekerjaan proyek (lihat Tabel 2-1 untuk rincian penjelasan dan Peta

Proyek dalam Lampiran 1 untuk lokasi-lokasinya). Ini diidentifikasi oleh Pemerintah sebagai dalam

prioritas kebutuhan untuk rehab dan perbaikan kapasitas aliran.

Tabel 2-1 Penjelasan Kanal Banjir, Kanal-Kanal dan Waduk di bawah Proyek

Paket Kontrak Kerja Lokasi Deskripsi Kali/Waduk (Diperkirakan) Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2or ha.)

1 (DKI)

Sungai Ciliwung-Gunung Sahari 5 .100 21,50 ~ 45,90 171 .870 m2 Waduk Melati (Kali Gresik & Cideng

Hulu)

(2 .004) (1 .260) 4.90 ha.

2a

(Dirjen Sumberdaya air)

Kanal Banjir Cengkareng (termasuk sisi laut)

7 .840 (540) 38,00 ~ 87,00 490 .000 m2 2b

(Dirjen Sumberdaya air)

Kanal Banjir Sunter Bawah Note 1 9 .980 20,20 ~ 47,40 338 .320 m2 3

(Dirjen Cipta Karya)

Sungai Cideng Thamrin (kali Lingkar Jalan)

3 .840 (1 .960) 10,00 ~ 19,00 55 .680 m2 4

(DKI)

Kali Sentiong-Sunter (termasuk Kanal Ancol)

5 .950 (400) 16,10 ~ 31,20 161 .240 m2

Waduk Sunter Utara (Outlet drain) (570) 33.00 ha.

Waduk Sunter Selatan 19.20 ha.

Waduk Sunter Timur III 8.00 ha.

5

(Dirjen Cipta Karya)

Kali Tanjungan 600 9,20 ~ 26,00 10 .560 m2

Kali Angke Bawah 4 .050 31,00 ~ 51,00 166 .050 m2

6

(Dirjen Sumberdaya air)

Kanal Banjir Barat (sisi laut) 3 .060 (590) 33,00 ~ 141,00 266 .220 m2 Kanal Banjir Sunter AtasNote 1 5 .150 15,00 ~ 36,00 131 .320 m2 7

(DKI)

Kali Grogol – Sekretaris 2 .970 21,00 ~ 51,00 106 .920 m2 Kali Pakin – Kali Besar – Jelakeng 4 .910 13,00 ~ 31,00 108 .020 m2 Kali Krukut CidengNote 2 3 .250 15,00 ~ 29,00 71 .500 m2 Kali Krukut LamaNote 2 3 .490 7,00 ~ 29,00 62 .820 m2

67 .514 2 .140 .520 m2 65 ha.

Catatan 1

Untuk maksud kontrak, Kanal BanjirSunter telah dibagi dalam dua sub-paket– Kanal Banjir Sunter Atas dan Bawah.

Catatan 2

Untuk maksud kontrak, Kali Krukut telah dibagi dalam dua sub-paket – Kali Krukut Cideng and Kali Krukut Lama

45. Lokasi-lokasi terkait. Sepuluh lokasi diidentifikasi sebagai lokasi terkait proyek16. Lokasi-lokasi terkait ini adalah:

• K. Item, Kalibaru and Sunter Kemayoran (terkait ke Kali Sentiong);

• Ancol Kp. Bandan and Ancol Aliran Panjang (terkait ke Kanal Banjir Ciliwung-Gunung Sahari);

• Kanal sepanjang JL Kayu Putih Timur (terkait ke Kali Sunter Atas);

• Ciliwung Kota, kanal sepanjang Jl Tubagus Angke, PHB Bandengan Utara; dan

• Waduk Pluit (terkait ke K. Pakin – K. Besar– Kanal Banjir Jelakeng).

46. Sepuluh lokasi terkait yang disebutkan di atas diidentifikasi secara hidrolika dan langsung

berhubungan dengan kanal-kanal/waduk-waduk di bawah JUFMP. DKI Jakarta pada saat ini tak

16

Menurut OP 4.12, criteria untuk mengidentifikasi lokasi terkait adalah: (1) secara langsung dan signifikan terkait dengan JUFMP; (2) dapat mencapai tujuan JUFMP; dan (3) bersamaan dengan JUFMP. Studi dalam mendefinisikan lokasi terkait dilakukan selama persiapan RPF dan lokasi terkait pada umumnya didefinisikan sebagai yang terkait secara hidrolik dalam konteks dari kriteria keterkaitan awal sebagaimana ditentukan dalam OP 4.12, tetapi tidak memenuhi ketiga kriteria secara bersamaan.

(27)

mempunyai rencana khusus untuk pekerjaan rehab pada lokasi-lokasi terkait ini. Walaupun demikian, DKI Jakarta akan menerapkan persyaratan OP 4.12 jika kegiatan terkait dilaksanakan di lokasi-lokasi ini.

2.4

Rangkaian Pekerjaan

47. Pekerjaan konstruksi yang didanai oleh proyek ini diusulkan untuk dilaksanakan dalam dua tahap

rangkaian (lihat Tabel 2-2). Disain pelaksanaan rangkaian dipakai sebagai mekanisme pengelolaan risiko pelaksanaan utama untuk proyek. Pekerjaan Tahap 1 (diusulkan 4 lokasi / 3 kontrak kerja) diharapkan dimulai selama tahun pertama dari proyek. Pekerjaan Tahap 2 (diusulkan 11 lokasi / 5 kontrak) diharapkan mengikuti selanjutnya. Rangkaian ini akan mencegah agar PMU/PIU dan konsultan pengawasnya menjadi terlalu dibebani berlebihan selama tahun pertama ketika rincian proses, prosedur dan rutinitas pelaksanaan sebenarnya ditetapkan dan dioperasionalkan. Rangkaian ini juga akan membolehkan waktu bagi DKI Jakarta untuk melengkapi rancangan dan instrumen pemukiman ulang

yang diperlukan untuk lokasi-lokasi pada Tahap 217, termasuk pembentukan sistem penyelesaian keluhan

dan penunjukkan panel tenaga ahli.

Tabel 2-2 Rangkaian Proyek Pekerjaan Konstruksi

Rangkaian Paket Kontrak & Tanggungjawab Pelaksanaan

Tahap 1 1 (DKI)

2a (Dirjen Sumberdaya Air)

2b (Dirjen Sumberdaya Air) Tahap 2 3 (Dirjen Cipta Karya)

4 (DKI)

5 (Dirjen Cipta Karya)

6 (Dirjen Sumberdaya Air)

7 (DKI)

2.5

Volume Pekerjaan

48. Survey pada kanal banjir, kanal-kanal dan waduk-waduk utama terpilih yang dilaksanakan selama

persiapan proyek memperkirakan total volume material yang akan dikeruk kira-kira 3,4 juta m3 (di mana

kira-kira 95.000 m3 diperkirakan sampah padat). Kira-kira 42,2 km panjang sungai diharapkan untuk

direhab atau dibangun di dalam kanal banjir, kanal-kanal dan waduk-waduk ini. Rincian diberikan dalam Tabel 2-3.

Tabel 2-3 Penjelasan Kanal Banjir, Kanal-Kanal & Waduk-Waduk di bawah Proyek

Perkiraan Kerukan Paket Location Ke dalaman

Kerukan (m) Volume Material Kerukan (m3) Volume Sampah Padat / Limbah (m3) Tanggul (m) 1 (DKI) Kali Ciliwung-Gunung Sahari 1,90 ~ 2,70 156.970 3.140 4.832

Waduk Melati (Kali Gresik & Cideng Hulu)

2,20 ~ 3,10 99.490 1.250 1.905

17

Gambar

Tabel 2-1 Penjelasan Kanal Banjir, Kanal-Kanal dan Waduk di bawah Proyek
Tabel 2-2 Rangkaian Proyek Pekerjaan Konstruksi
Gambar Ringkasan Rancangan Pembuangan
Gambar Proses AMDAL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di sisi lain, realitas “ sustainability” yang terefleksi dalam praktik sustainability reporting PTBA telah dapat dipahami sesuai pandangan paradigma bahasa Habermas yang

H5 : Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Profitabilitas (diproyeksikan dengan Earnings per share ), Kebijakan Dividen (diproyeksikan dengan Dividend

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Bahwa hasil belajar keterampilan jurus tunggal tangan kosong dengan pembelajaran

Yang menetapkan mana mana saja yang perlu diubah itu juga anggota tapi kemudian juga karena untuk merumuskan ADART itu perlu waktu dan fokus tertentu dan tidak semua orang yang

Berikut ini adalah perumusan strategi implementasi yang dapat digunakan sebagai bentuk tanggung jawab manager terhadap penerapan KM berdasarkan pertimbangan

Penelitian ini hanya dilakukan pada salah satu variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengukur

Pada Teks Produk Dagadu kedua (teks 2) terdapat kontradiksi yang digambarkan dengan majas ironi, yaitu majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan makna

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inovasi dan Kreatifitas secara simultan