• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 Persyaratan Hukum Lingkungan dan Sosial dan Kelembagaan Proyek dan Rancangan Pelaksanaan

3.1 Penilaian Dampak Lingkungan Pemerintah Indonesia

53. Indonesia memiliki banyak sekali, bahkan berlebihan, undang-undang lingkungan dan aturan

nasional dan sub-nasional yang mengatur proses perencanaan lingkungan bagi pekerjaan jenis ini. Aturan yang terlalu luas untuk proses AMDAL21di Indonesia untuk tiap kegiatan atau proyek dengan potensi dampak lingkungan signifikan adalah Peraturan Pengelolaan Lingkungan No 23/1997, dan khususnya Pasal 15 tentang persyaratan penilaian dampak lingkungan. Undang-undang baru perlindungan dan pengelolaan lingkungan, UU no. 32 tahun 2009, dikeluarkan pada 2009 dan mengganti UU No. 23/1997. Peraturan Pemerintah (PP) No: 27/1999 memberikan rincian penuntun dari sistem AMDAL. Selanjutnya, Keputusan Menteri Lingkungan No. 11/2006 memberikan daftar kegiatan khusus yang mengharuskan AMDAL dan Keputusan Menteri Lingkungan No. 8/2006 memberikan penuntun bagi persiapan AMDAL.

54. Mengenai pekerjaan pengerukan, Keputusan Menteri No. 11/2006 mengkhususkan bahwa

pemeliharaan kegiatan pengerukan di kota metropolitan akan mengharuskan AMDAL jika volume

kerukan melebihi 500.000 m3. Persyaratan ini juga sesuai dengan hukum regional (yaitu Keputusan

Gubernur Jakarta No. 2863/2001 mengenai jenis dan daftar kegiatan khusus dan kegiatan di Jakarta yang

mengharuskan AMDAL), yang menyatakan bahwa tiap kerukan dengan volume lebih dari 50.000 m3

mesti memiliki AMDAL yang disetujui oleh instansi lingkungan tingkat provinsi (yaitu BPLHD) DKI Jakarta.22

55. Peraturan nasional dan regional yang terutama penting dipertimbangkan ketika menyiapkan

AMDAL adalah:

• Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2/2000: Pedoman tentang evaluasi dokumen

AMDAL.

20

Selama pelaksanaan proyek, sedimen pada tiap bagian lokasi pekerjaan akan diuji lagi sebelum pekerjaan pengerukan disahkan - lihat Pasal 3.

21

Dibawah sistim Indonesia - ANDAL adalah sinonim dengan Penilaian Dampak Lingkungan dalam Kebijaka n Lingkungan Bank Dunia OP 4.01. RKL adalah Rencana Kelola Lingkungan dan RPL adalah Rencana Pantau Lingkungan. ANDAL, RKL dan RPL secara bersama-sama dikenal sebagai AMDAL.

22

• Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 40/2000: Pedoman tentang prosedur kerja komisi AMDAL.

• Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42/2000: Pedoman tentang pembentukan tim

evaluasi dan anggota tim teknis AMDAL.

• Keputusan Kepala Bapedal No. 8/2000: Pedoman tentang partisipasi publik dan penyampaian

informasi selama AMDAL.

• Keputusan Gubernur Jakarta No 75/2001: Pedoman operatif tentang keterlibatan publik dan

penyampaian informasi selama AMDAL.

56. Gambar 31 menunjukkan proses AMDAL. Ini proses yang cukup sehat yang melibatkan

konsultasi publik dan sangat meminta masukan umpan balik dari publik dan pakar teknis, dan beberapa

tingkat pemeriksaan sebelum ijin lingkungan final23.

Gambar Proses AMDAL

23

Pemeriksaan ANDAL dalam Gambar 3-1 dilakukan oleh Komisi AMDAL yang dibentuk oleh BPLHD. Komisi AMDAL terdiri dari perwakilan BPLHD (2-3 orang), pakar universitas (atau dikenal sebagai Tim Ahli, 5-7 orang dari berbagai bidang kepakaran), perwakilan dari Kecamatan dan Kelurahan, dan perwakilan dari LSM.

3.2 Pembebasan Tanah Pemerintah Indonesia

57. Pemerintah Indonesia mempunyai beberapa undang-undang dan aturan utama menyangkut

hak-hak atas tanah dan pembebasan tanah untuk kegiatan pembangunan demi kepentingan publik. Undang-undang penting utama yang menjamin dan mengatur hak-hak atas tanah adalah Undang-Undang Agraria No. 5 tahun 1960. Regulasi nasional lain yang relevan menyangkut tanah dan pembebasan tanah adalah:

• Undang-Undang No. 20 tahun 1961 tentang Pembatalan Hak-Hak Atas Tanah;

• Peraturan Gubernur No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;

• Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 tentang Ketentuan Tanah untuk Kegiatan Pembangunan

untuk Kepentingan Publik.

• Peraturan Presiden No. 65 tahun 2006, yang merevisi Peraturan Presiden No. 36/2005; dan

• Penuntun Pelaksanaan No. 3 tahun 2007 untuk Peraturan Presiden No. 36/2005 dan No. 65 tahun

2006, yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional.

Aturan lain yang relevan dengan proyek ini adalah UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, yang bertujuan untuk melindungi sumberdaya air untuk memelihara fungsinya.

58. Peraturan Presiden No. 35/2005 dan No. 65/2007 mengatur prosedur dan proses pembebasan

tanah (dan aset-aset yang melekat pada tanah) untuk kegiatan pembangunan yang ada dalam kepentingan publik. Ini meliputi kegiatan pembangunan di bawah tanggungjawab pemerintah lokal, seperti jalan/jalan tol/kereta api/kebersihan/distribusi air; waduk; pelabuhan/bandara/terminal kereta api/terminal; fasilitas kesehatan masyarakat; pos dan telekomunikasi; fasilitas olahraga; bangunan olahraga; bangunan pemerintah; fasilitas polisi dan keamanan; fasilitas pembuangan sampah padat; perlindungan habitat alam; dan pembangkit listrik, transmisi dan distribusi listrik. Aturan-aturan ini juga meminta jaminan dan prosedur dan kriteria untuk kompensasi, taksiran untuk kompensasi, dan konsultasi dan negosiasi, juga penyelesaian keluhan dan pertengkaran dan pembatalan hak atas tanah. Aturan-aturan ini mengkategorikan prosedur dan proses untuk pembebasan tanah untuk lebih dari 1 hektar, dan untuk kurang dari satu hektar. Penuntun Pelaksanaan No. 3 tahun 2007 untuk Peraturan Presiden No. 36/2005 dan No. 65 tahun 2006, menjelaskan lebih terperinci prosedur, proses dan kriteria untuk pembebasan tanah seperti diminta dalam dua Peraturan Presiden. Tiga aturan yang disebutkan tidak secara eksplisit mengatur bantuan dan tidak meliputi pemulihan pendapatan. Mereka meminta agar tingkat kompensasi bagi tanah harus dibuat berdasarkan pada penilaian tim penaksir tanah independen yang dibentuk sesuai dengan aturan.

59. DKI Jakarta juga mempunyai aturan yang mengatur kompensasi aset, yaitu, Pedoman

Pelaksanaan, yang diterbitkan secara teratur oleh Dinas Perumahan dan Bangunan Pemerintah DKI Jakarta. Aturan ini dipakai sebagai basis untuk menentukan tingkat kompensasi atas aset (bangunan dan aset tambahan yang melekat pada bangunan). Sebagai tambahan, DKI Jakarta mempunyai Peraturan Daerah No. 8 tahun 2007 mengenai Aturan Publik, yang dipakai sebagai dasar untuk memiliki kembali tanah publik yang telah dipakai tanpa izin dari pemerintah DKI Jakarta atau ruang publik/tanah lain yang telah dipakai untuk maksud-maksud yang tak sesuai dengan rencana penggunaan tanah DKI Jakarta.

3.3 Kebijakan dan Persyaratan Perlindungan Lingkungan yang Sesuai

dengan Bank Dunia

60. Proyek ini diharapkan memberikan hasil lingkungan yang positif dengan alasan-alasan sebagai

berikut: (i) mengendalikan banjir musiman di wilayah berpenduduk padat di Jakarta akan mengurangi dampak lingkungan dan persoalan kesehatan publik yang disebabkan luapan dan air banjir yang menetap, (ii) penyingkiran sampah padat dan sedimen dari kali pilihan akan juga mencegah material ini keluar tak terkendali ke dalam muara sungai dan wilayah teluk dan keluar menuju laut terbuka, dan (iii) setelah jangka panjang sistem pengelolaan informasi banjir yang sedang diperkenalkan oleh proyek ini akan memberikan Pemerintah DKI Jakarta, (yaitu DKI Jakarta) dengan alat perencanaan berdasarkan informasi yang mereka perlukan untuk secara berkelanjutan mengelola jaringan dengan baik melampaui masa proyek untuk melanjutkan mengurangi kejadian banjir di wilayah itu.

61. Meskipun demikian, dampak lingkungan negatif yang signifikan mungkin ada dari pekerjaan

pengerukan dan tanggul dan jumlah material sedimen dan sampah padat yang akan dihasilkan dan bagaimana material kerukan ini akan ditangani, disimpan sementara, disiapkan, disortir, dipindahkan dan akhirnya dibuang di daerah urban yang padat penduduk dan dikelilingi oleh air laut akan dikelola. Dampak-dampak ini meliputi hal-hal yang signifikan seperti kemacetan lalulintas, pengurangan mutu air karena debu dan pengeluaran bau busuk, bertambahnya tingkat bising, reduksi air permukaan dan mutu air laut, dll. (lihat Pasal 5 untuk penjelasan lebih rinci tentang dampak lingkungan signifikan negatif dari proyek ini).

62. Proyek ini akan secara potensial memiliki dampak lingkungan yang buruk yang mungkin peka

dan tak baik dan dengan demikian dapat mempengaruhi wilayah-wilayah yang tersebar. Dengan demikian proyek ini memicu Kebijakan Operasional Penilaian Lingkungan Bank Dunia (OP 4.01) dan mengenai persyaratan kebijakan ini ditentukan sebagai kategori EA jenis A. Kebijakan ini akan berlaku untuk semua lokasi proyek. Sebagai tambahan, semua tiga lokasi pembuangan, yaitu CDF Ancol, TPA Bantar Gebang dan fasilitas PPLi dianggap sebagai bagian integral dari proyek ini.

3.4 Kebijakan dan Persyaratan Perlindungan Sosial yang Sesuai dengan