• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terjadinya konlik antara penduduk pesantren dan penduduk

umum yang menggeluti kesenian ludruk. Konlik ini mengalami per­ geseran, namun hanya sampai pergeseran pada pergeseran kedua.

Pergeseran pertama adalah aliran tradisional yang mana pada

awalnya ada anggapan bahwa konlik itu berkonotasi negatif. Konlik

itu menghambat perkembangan ludruk dan keharmonisan antara masyarakat umum yang menggeluti ludruk dengan masyarakat

pesantren. Konlik menimbul kekacauan, yakni adanya larangan

santri pesantren untuk menonton penampilan ludruk.

Konlik ini dilihat sebagai hasil disfungsional sebagai akibat

dari kurangnya komunikasi, kurangnya keterbukaan antara pihak pesantren dengan pihak seniman ludruk, dan juga kurang percaya yang muncul dari pihak penduduk pesantren terhadap seniman

ludruk yang sebenarnya tidak memiliki unsur-unsur yang melanggar syari’at islam dalm segi cerita.

Kesenian Ludruk ~ Ainun 23

peran perempuan yang diperankan oleh lelaki, namun ini terjadi karena memiliki alasan yang tidak kalah penting, yakni menjaga perempuan supaya tidak tampil didepan umum karena ketika seorang perempuan tampil didepan umum maka itu melanggar norma yang berlaku, yang mana norma itu juga ada didalam syari’at

islam. Konlik ini berlangsung kuat pada dasawarsa 1930­an dan

1940-an. Dan sekarang sudah tidak terjadi karena tokoh perempuan

sudah dibawakan oleh perempuan dan bukan lagi lelaki.

Pergeseran yang kedua adalah aliran human relations. Lebih

lanjut muncul pemahaman bahwa konlik itu fakta yang tidak dapat dihindari. Ada anggapan bahwa konlik itu merupakan kejadian

alamiah yang selalu terjadi dalam masyarakat, organisasi, kelompok

dan kehidupan bersama sosial mana pun. Konlik tidak dapat

dihindari, karena masih banyak terjadi unsur-unsur pelanggaran syari’at islam didalam berlangsungnya penampilan yakni masih banyak terjadi mabuk-mabukan dan perjudian yang dilakukan

oleh oknum­oknum yang tidak bertanggungjawab. Aliran ini berpengaruh pada dasawarsa 1940­an dan pertengahan 1970­an.

Jenis Konlik yang terjadi tergolong konlik yang tidak ber­ manfaat dari segi hasil, termasuk konlik destruktif, karena konlik­

nya menimbulkan kerugian bagi pihak seniman ludruk yang berupa kemunduran dan terjadi penghambatan dalam pelestarian kesenian

ludruk ini karena masyarakat sudah menjadi mind seting yang bersifat negatif terhadap ludruk. Sehingga masyarakat sulit me- nerima kesenian ini.

Dilihat dari segi tipe atau bentuk, konlik ini termasuk konlik proses karena konlik ini menyangkut silang pendapat mengenai proses atau cara penyampaian dakwah kepada masyarakat umum.

Dilihat dari tingkatannya, konlik ini terjadi pada tingkat yang

sedang karena tidak sampai menjadi terganggunya hubungan individu antara kedua pihak.

negosiasi prinsip. Konlik disebabkan oleh posisi yang tidak selaras

dan perbedaan pandangan tentang konlik oleh pihak­pihak yang mengalami konlik. Pada akhirnya terlihat perbedaan pemahaman dalam penyampaian dakwah kepada masyarakat umum yang

sesungguhnya memiliki tujuan yang sama.

Mengelola Konlik

Mengelolah konlik ini akan kurang eisien jika konlik dihadapi

dengan cara bersikap acuh tak acuh atau menekannya. Yakni

konlik dibiarkan berkembang menjadi kekuatan yang konstruktif. Sehingga konlik mengalami penekanan, dan dampak konlik negatif menurun. Tetapi kemudian muncul kembali diwaktu­waktu

tertentu.

Konlik bisa juga diselesaikan artinya konlik ditiadakan bersama dengan semua kondisi dan penyebab timbulnya konlik.

Yakni dengan cara melakukan resolusi dan transformasi.

Pola Konlik yang terjadi, ada lima tahap dan ini sesuai dengan

teori yang disampaikan oleh Stephen Robbins, yakni pertama,

adanya potensi oposisi yang berupa tidak adanya musyawarah

antara kedua belah pihak, dimana seharusnya pihak pesantren

menanyakan apakah benar kabar yang menyebutkan bahwa ludruk

itu tempat orang melakukan perjudian dan mabuk-mabukan atau pihak seniman ludruk menjelaskan bahwa ludruk bukan ajang untuk melakukan maksiat. Jika terjadi perjudian dan mabuk- mabukkan didalam pementasan ludruk yang dilakukan penonton sesungguhnya itu diluar kuasa para pelaku pementasan.

Tahap selanjutnya adalah Kognisi dan Personalisasi. Yakni orang terpengaruh oleh kondisi pertama yang kemudian di- tingkatkan. Banyak pihak yang akhirnya terpengaruh adanya isu yang sebenarnya hanya terjadi sekali, yang membuat pihak pesantren menilai negatif pada kesenian ludruk tersebut. Tahap

Kesenian Ludruk ~ Ainun 25

yang selanjutnya adalah Maksud (Intensions), yaitu adanya konlik ini bermaksud supaya para santri tidak menonton ludruk dengan tujuan agar mereka tidak terseret kedalam hal-hal yang buruk yaitu perjudian dan mabuk-mabukkan.

Tahap yang keempat adalah perilaku, dimana akan muncul pernyataan, tindakan, dan reaksi yang ditimbulkan oleh pihak-

pihak yang berkonlik, pesantren, dengan melarang santrinya

untuk menyaksikan ludruk. Konlik ini berada pada level paling tinggi karena berakibat menghancurkan pihak seniman ludruk. Tahap yang terakhir adalah hasil. Hasil yang dimunculkan dalam

konlik ini adalah dekonstruktif yang membawa efek­efek yang

negatif kepada pihak seniman ludruk dan akhirnya terhambat dalam pengembangan kesenian ludruk.

Kesimpulan

Seni kebudayaan ludruk adalah kesenian drama tradisional dari

Jawa Timur, tepatnya dari Kabupaten jombang. Ludruk merupakan suatu drama tradisional rakyat yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang digelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya, dan cerita dipentaskan dengan sangat luwes,

diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai

musik. Ludruk juga digunakan sebagaia alat penyampaian dakwah kepada masyarakat umum.

Sejarah terbentuknya seni kebudayaan ludruk pada awalnya bernama Lerok (1907), kemudian berubah menjadi Besutan (1920- 1955). Seiring perkembangannya, pada akhirnya berubah ditahun 1955 menjadi ludruk. Hingga saat ini dikenal sebagai kesenian kebudayaan ludruk.

dan ikut berperan dalam pelestarian seni kebudayaan ludruk, mereka adalah pemerintah Jombang dengan cara memberi fasilitas kepada masyarakat dan melakukan usaha yang bisa meningkatkan minat masyarakat dengan cara melakukan perlombaan-lombaan, membangun atau membuat paguyuban atau sanggar ludruk.

Usaha pemerintah Jombang dalam mempertahankan seni kebudayaan ludruk diantaranya adalah pada periode 2002 sampai 2010 dengan menyelenggarakan festival ludruk, revitalisasi terhadap kesenian ludruk, menyelenggarakan pentas keliling, pendirian PALAMBANG, Menyelenggarakan festival ludruk Se­Jawa Timur, mengadakan pelatihan kepada seniman-seniman muda ludruk

dan kepada masyarakat yang berminat belajar kesenian ludruk ini, pemberian fasilitasdan memberikan dorongan kepada generasi muda dengan cara mengadakan perlombaan-perlombaan kesenian

Sportiitas Pemain Ujung ~ Aisyah 27